• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Proses Belajar-Mengajar

Hasnidar Karim

Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Abstrak:

Guru adalah salah satu komponen dalam pendidikan. Guru dituntut untuk profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki profesionalitas, dalam pengertian berpikir maju dan bertindak sesuai kebutuhan. Di samping guru, komponen lain adalah murid. Dalam artikel ini, proses pembelajaran yang berhasil menuntut perencanaan guru dan murid yang matang. Kata Kunci: Guru, siswa, proses belajar-mengajar.

A. Pendahuluan

Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi di dalam kehidupan kemasyarakatan, sebagai suatu organisasi tentunya sekolah memiliki satu tujuan yang ingin dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Sarwono Handoyoningrat. Organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu organisasi merupakan wadah (wahana) kegiatan dari pada orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan.1 Sebagai suatu organisasi, agar sekolah

dapat mencapai apa yang diinginkan, maka sekolah tersebut harus dikelola (di-manage) dengan baik. Sekolah yang dikelola dengan baik akan membutuhkan seorang pimpinan (manajer) yang dapat mengelola semua aspek pendukung dari sekolah tersebut, karena

(2)

sekolah adalah organisasi yang kompleks yang terdiri atas unsur internal sekolah itu sendiri, seperti masalah administrasi, pengelolaan guru dan siswa, kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan unsur eksternal adalah sekolah sebagai suatu lembaga yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kemasyarakatan.

Salah satu aspek internal yang sangat perlu dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin sekolah adalah aspek pengelolaan guru dan siswa. Guru dan siswa merupakan pelaksana langsung dari kegiatan persekolahan, tanpa guru dan siswa maka proses kegiatan belajar-mengajar tidak akan dapat berlangsung. Oleh karena itu, bila guru dan siswa sudah dapat dikelola dengan baik, maka diharapkan tujuan yang diinginkan oleh sekolah dapat dicapai. Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin sekolah benar-benar dituntut agar memahami dan melaksanakan manajemen sekolah dengan baik. Manajemen adalah proses membeda-bedakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.2 Dari definisi manajemen di atas, salah satu

fungsi manajemen adalah melakukan suatu perencanaan kepada organisasi yang dipimpin. Bila kita kaitkan dengan kegiatan persekolahan, seorang pimpinan sekolah dalam hal ini kepala sekolah harus mampu membuat sebuah perencanaan agar kegiatan sekolah dapat mencapai tujuannya, salah satu aspek yang harus direncanakan oleh pimpinan sekolah sebagai seorang manajer adalah melakukan perencanaan terhadap guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar.

B. Perencanaan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar

Definisi Guru

Alat pendidikan yang paling utama adalah guru, karena guru memiliki peran sebagai komunikator, model tokoh identifikasi. Mutu pendidikan tidak dengan sendirinya akan meningkatkan dengan dibelinya alat-alat instruksional yang canggih dan mahal. Alat-alat itu hanya bermanfaat di dalam tangan guru yang terampil dan

(3)

bijaksana.3 Pendapat ini menunjukkan kepada kita semua betapa

penting peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, agar mutu pendidikan, terutama di Indonesia, dapat meningkat, maka salah satu cara yang harus terus dibenahi dan dikembangkan adalah meningkatkan profesionalitas guru dan melakukan perencanaan yang baik terhadap guru, terutama guru yang merupakan pelaksanaannya di lapangan.

Sebelum dipaparkan lebih jauh mengenai perencanaan guru dalam proses belajar-mengajar, ada baiknya terlebih dahulu dipaparkan mengenai apa itu guru. Guru ialah orang yang melakukan proses kegiatan, membentuk, membimbing, dan mengarahkan anak manusia pada kehidupan yang membahagiakan dalam mencapai tujuan-tujuan edukatif tertentu yang diselaraskan dengan tujuan hidup manusia.4 Atau dengan kata lain guru ialah pendidik yang

memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.5 Dengan demikian, guru

merupakan orang yang dengan usaha sadar melakukan kegiatannya dalam membantu orang lain (dalam hal ini murid) untuk membimbing murid dalam mencapai kehidupannya yang bahagia dengan jalan memberikan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat di sekolah.

Guru merupakan salah satu komponen dan personalia di dalam pendidikan.6 Oleh karena itu, apabila guru tidak dikelola dengan

perencanaan yang baik, mustahil mutu pendidikan akan mengalami peningkatan. Guru adalah suatu profesi atau jabatan atau pekerjaan yang memiliki ciri-ciri profesionalitas tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Mempunyai standar untuk kerja yang jelas, dalam hal ini: a. Kemampuan profesional dalam penguasaan materi, bahan

ajar, konsep-konsep; penguasaan dan penghayatan landasan dan wawasan kependidikan; penguasaan proses-proses kependidikan dan pembelajaran.

b. Kemampuan sosial, menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan.

(4)

c. Kemampuan personal dalam penampilan sikap yang positif terhadap tugas; pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai guru.

2. Mempunyai lembaga pendidikan (latar belakang pendidikan). 3. Mempunyai organisasi profesi

4. Mempunyai kode etik tertentu, di antaranya mengatur perilaku etis; melindungi profesi dan anggota; mempertahankan kesejahteraan.

5. Mempunyai sistem imbalan yang diperoleh dari pemerintah atau konsumen, melalui SK.Men PAN No.26 tahun 1989 guru menjadi jabatan fungsional yang mendapatkan Penghasilan tambahan berupa tunjangan fungsional.7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan bahan dari kegiatan manajemen yang perlu dikelola dengan baik agar tujuan yang diinginkan dari proses pendidikan dicapai. Pengelolaan guru sebagai sumber daya manusia yang profesional dapat kita masukkan kedalam lingkup kegiatan manajemen personalia yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

Syarat-syarat Profesi Keguruan

Sebagai suatu profesi, seseorang dapat menjadi guru yang profesional apabila ia dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang dibutuhkan pada bidang tugasnya. Soejono sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir menyatakan bahwa syarat-syarat guru adalah sebagai berikut:

1. Guru adalah orang yang sudah dewasa, dewasa dalam berpikir, bersikap dan bertindak karena profesi guru harus dilakukan secara bertanggung jawab. Di negara kita seorang dianggap dewasa apabila sudah berumur minimal 18 tahun atau sudah menikah.

2. Guru adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, orang yang tidak sehat jasmaninya dapat menghambat pelaksanaan

(5)

pendidikan begitu pun orang yang tidak sehat akalnya (rohani), bahkan ia akan membahayakan bagi peserta didik.

3. Guru adalah orang yang ahli di bidangnya.

4. Guru harus memiliki kesusilaan dan berdedikasi tinggi, hal ini sangat diperlukan sekali pada saat seorang guru melaksanakan tugas-tugas mendidik selain mengajar.

Keempat syarat di atas bila kita telaah satu-persatu dapat kita anggap sebagai syarat formal dan umum untuk menjadi seorang guru. Tetapi untuk syarat yang kedua, bila kita perhatikan itu dan bila ini diterapkan secara mutlak, akan menimbulkan pendiskreditan penyandang cacat yang memiliki kemampuan melebihi orang normal. Oleh karena itu, untuk syarat yang kedua ini perlu ada pengecualian secara khusus. Seseorang yang memiliki cacat tubuh tetapi memiliki kemampuan menjadi guru dan memiliki akal sehat maka mungkin dapat diberikan toleransi kepadanya sepanjang cacat tubuh yang dialaminya tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya.

Munir Mursi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir membicarakan syarat guru kuttab. Yang terpenting bagi guru dalam Islam adalah syarat keagamaannya. Dengan demikian syarat untuk menjadi guru adalah:

1. Harus sudah dewasa.

2. Harus sehat jasmani dan rohani.

3. Harus ahli menguasai bidang yang diajarkan dan menguasai ilmu mendidik.

4. Harus berkepribadian Muslim.

Memerhatikan kedua pendapat di atas, pada pelaksanaannya suatu lembaga pendidikan biasanya dalam menerima tenaga pendidik (guru) menetapkan syarat-syarat, yaitu menyerahkan kartu identitas (KTP) untuk mengetahui usia dan status sosial seseorang, surat keterangan berbadan sehat dari dokter untuk kesehatannya, serta ijazah sebagai dasar untuk mengetahui bahwa pelamar memiliki latar belakang pendidikan atau keahlian di bidang keguruan atau kependidikan tertentu.

(6)

Tugas dan Wewenang Guru

Para ahli pendidikan Islam dan ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik. Mendidik itu adalah sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, memberi dorongan, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. Soejono yang dikutip Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tugas pendidik termasuk guru adalah:

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, angket, dsb. 2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan pembawaan yang buruk di dalam diri anak tersebut.

3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian dan keterampilan agar anak memilih dengan tepat.

4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.8

Selain tugas-tugas yang disebutkan di atas, guru juga memiliki tugas lain selain mengajar yang sebenarnya erat sekali kaitannya dengan kegiatan mengajar, yaitu membuat persiapan mengajar, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain.9 Pendapat ini dapat

memberikan kesempatan kepada kita bahwa tugas guru itu adalah mendidik muridnya dengan cara mengajar dan cara yang lain-lain, dalam rangka mencapai perkembangan maksimal pada diri anak sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut.

Kalau kita membicarakan tugas tentunya kita tidak melupakan wewenang atau kompetensi yang diharapkan. Raka Joni yang dikutip Suyanto mengemukakan pendapatnya tentang ada tiga dimensi umum yang menjadi kompetensi guru, yaitu:

1. Kompetensi personal, artinya seorang guru harus berkepribadian yang mantap yang patut diteladani.

(7)

pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan metode mengajar di dalam proses belajar-mengajar

3. Kompetensi kemasyarakatan, artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.10

Dengan demikian kompetensi seorang guru itu tidak hanya mengabdi kepada profesi yang ditekuninya. Seorang guru harus juga bisa hidup bermasyarakat dan mampu memberikan kontribusi yang dapat membantu masyarakat dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang terdidik dan Pancasila dan juga selalu mencerminkan watak kepribadian yang sejati.

Peningkatan Profesionalisme Guru

Suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang memuaskan dan dapat diterima di masyarakat bila menggunakan tiga pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Ketiga pendekatan itu adalah social demand, man power, dan rote of return. Tetapi ketiga pendekatan itu bukanlah jaminan utama untuk mencapai tujuan di atas bila tidak didukung oleh tenaga pendidik (guru) yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim kelas, seperti memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empat penghargaan kepada siswa dan kelulusan; memiliki hubungan baik dengan siswa; secara tulus menerima dan memerhatikan sistem; menunjukkan antusias dan memerhatikan sistem; mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dalam kelompok; melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; mampu mendengarkan siswa dalam setiap diskusi; meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.

(8)

seperti memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran; mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda.

3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement), seperti mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respons siswa; mampu memberikan respons yang membantu kepada siswa yang lamban dalam belajar; mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan; mampu memberikan bantuan yang diperlukan siswa.

4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, antara lain mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran; mampu memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.11

Dengan demikian, untuk menjadi seorang guru yang profesional dan ideal bukan suatu pekerjaan yang gampang, melainkan suatu profesi yang kompleks dan menuntut penguasaan-penguasaan di segala bidang kehidupan. Ada cara lain untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru, yaitu dengan menggunakan model CAR (Collaborate Action Research). CAR adalah suatu cara untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Dengan menggunakan CAR, guru diajak membuat suatu kegiatan ilmiah dengan mengguanakan langkah-langkah penelitian ilmiah, yaitu guna diaajak merumuskan masalah yang dihadapi secara bersama, lalu diajak mencoba merumuskan dan melakukan langkah-langkah solusinya kemudian merefleksikan solusi yang disepakati, dan akhirnya melakukan pengembangan proses pembelajaran yang sesuai dengan temuan CAR yang dilakukan bersama pihak kedua.12

Pendapat-pendapat di atas merupakan cara yang ditawarkan para ahli untuk meningkatkan profesionalitas kerja seorang guru. Tetapi yang paling pokok adalah bagaimana meningkatkan

(9)

profesionalitas dan mekanisme kerja para guru itu sendiri dengan memerhatikan kesejahteraannya. Bagaimana seorang guru dapat bekerja secara profesional bila penghasilannya tidak memadai dan bahkan penghasilan itu pun terkadang mengalami pemotongan-pemotongan di sana-sini. Mungkin hal ini juga diperhatikan oleh pengambil kebijakan dalam rangka menciptakan manusia Indonesia yang berilmu pengetahuan yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Pemerintah jangan hanya memerhatikan pembangunan fisik bangsa ini saja, tetapi juga diperhatikan pembangunan supra strukturnya yaitu dengan cara meningkatkan anggaran untuk bidang pendidikan di dalam APBN.

C. Perencanaan Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar

Definisi Siswa

Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Semua anak yang sudah mendaftarkan diri kemudian diterima di suatu sekolah, secara otomatis menjadi tanggung jawab sekolah. Mereka ini perlu diurus, diatur, diadministrasi, sehingga cukup mendapat perlakuan seebagaimana yang diharapkan oleh orang tua atau wali yang mengirimkannya ke sekolah.13 Berarti siswa adalah peserta didik yang didaftarkan oleh

orang tuanya ke suatu lembaga pendidikan untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu yang disepakati oleh orang tua siswa dan lembaga pendidikan tersebut.

Hak dan Kewajiban Siswa

Sekolah adalah suatu tempat yang semua orang menggunakannya. Bagi seorang anak sekolah adalah dunia, lengkungan kedua, yang memberi arah perkembangan dan kematangan. Sekolah inilah anak mencari ilmu untuk bekal hidupnya.14 Dari pendapat ini dapat

dipaparkan bahwa siswa adalah warga yang hidup di lingkungan lembaga sekolah, sebagai seorang warga tentu siswa mempunyai hak

(10)

dan kewajiban dalam kehidupan persekolahan. Hak siswa dalam sekolah adalah menerima pelajaran, mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah, menggunakan semua fasilitas yang ada dan memeroleh bimbingan. Sedangkan kewajibannya adalah hadir pada waktunya, mengikuti pelajaran dengan tertib, mengikuti ulangan (ujian) dan menaati tata tertib dan peraturan yang berlaku.15

Proses Belajar-Mengajar di Sekolah

Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak-anak didik kepada tujuan.16 Tetapi pada

kenyataannya dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah mengalami hambatan dalam memberikan pemahaman kepada semua siswa dengan sama rata. Hal ini disebabkan kemampuan intelijensi siswa yang berbeda-beda, karena itulah perlu dikelompokkan siswa-siswa tersebut menjadi kelompok pandai, sedang, dan kurang.

Dengan pengelompokan ini, hendaknya seorang guru dapat menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kelompok-kelompok tersebut, agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Penguasaan bahan pelajaran secara sepenuhnya inilah yang kita kenal dengan istilah belajar tuntas (mastery learning).17

Namun pelaksanaan belajar tuntas ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bakat anak, mutu pengajaran, kemampuan memahami pengajaran, kekuatan belajar, dan jumlah waktu yang disediakan.18 Oleh karena faktor-faktor inilah maka diperlukan suatu

metode terprogram dalam proses belajar mengajar agar semua siswa dapat memahami pelajaran dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Metode tersebut adalah dengan program pengayaan dan perbaikan. Dalam memberikan materi pelajaran pada proses pelajaran mengajar kita dihadapkan kepada kelompok siswa pandai, sedang dan kurang. Seorang guru tidak boleh hanya memikirkan bagaimana caranya materi pelajaran harus selesai tepat pada waktu yang telah

(11)

ditentukan, tetapi ia harus juga memerhatikan apakah penyampaian materi pelajarannya dapat diterima atau tidak oleh semua siswa. Oleh karena itulah guru perlu mengadakan ulangan harian sebagai alat untuk mengevaluasi dan mengukur keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang dibebankannya. Dari evaluasi tersebut dapat terlihat adanya siswa yang berhasil dan belum berhasil. Bagi siswa yang telah berhasil, guru haruslah memberikan kegiatan pengayaan kepada siswa tersebut.

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok-kelompok cepat sehingga siswa-siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari.19 Misalnya, dengan menyuruh

anak membaca buku di perpustakaan atau membuat kliping mengenai hal-hal yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. Begitu pun dengan siswa yang belum berhasil, guru harus mengadakan kegiatan perbaikan. Kegiatan perbaikan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran terrsebut.20 Misalnya,

dengan memberikan belajar tambahan atau tutorial di luar jam belajar, setelah itu diadakan kembali evaluasi untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah mencapai keberhasilan atau belum pada mata pelajaran yang bersangkutan.

Dengan program pengayaan dan perbaikan ini, diharapkan seluruh siswa memang benar-benar menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hal inilah yang disebut dengan sistem belajar tuntas. Sistem ini menuntut adanya kesabaran dan keuletan dari seorang guru. Pekerjaan ini akan menyita waktu guru di luar jam dinasnya. Karena menyita waktu di luar jam dinasnya maka perlu dipikirkan oleh pengambil kebijakan untuk memberi imbalan yang lebih bagi kesejahteraan guru dalam rangka menciptakan manusia Indonesia berpengetahuan luas dan memiliki integritas dalam ikut serta melaksanakan pembangunan di negara ini.

(12)

D. Kesimpulan

Sebagai suatu bentuk organisasi yang memiliki tujuan yang ingin dicapai, sekolah harus dikelola dengan baik menggunakan manajemen yang sudah berlaku umum. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki manajemen organisasi yang baik yang terdapat unsur-unsur pendukung di dalamnya. Unsur pendukung tersebut ada yang berasal dari dalam dan ada yang berasal dari luar.

Salah satu yang berasal dari dalam (unsur internal) yang sangat perlu dikelola dengan baik oleh seorang manajer di sekolah, dalam hal ini kepala sekolah adalah guru dan siswa. Guru dan siswa merupakan pelaksana langsung dari kegiatan di sekolah.

Guru merupakan salah satu komponen dari personalia di dalam pendidikan, untuk itu guru dituntut profesional untuk menunjang kegiatan. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki profesionalitas. Memenuhi syarat-syarat profesi keguruan, profesionalitasnya dengan menyesuaikannya dengan kemajuan dan tuntutan zaman.

Selain guru, komponen personalia dalam pendidikan adalah siswa. Sekolah sebagai suatu lembaga merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam perkembangan kemampuan dan kepribadian siswa. Untuk itu antara siswa dan pihak sekolah harus terjalin kerja sama yang baik, sehingga masing-masing mengetahui apa hak dan kewajiban dari masing-masing.

Dalam pelaksanaan bimbingan kepada siswa, terkadang pihak sekolah, terutama guru, dihadapkan kepada kemampuan intelijensi siswa yang berbeda-beda. Untuk itulah dalam hal ini dituntut kepada guru mampu melakukan pengelolaan siswa di dalam kelas, karena bila di dalam lokal yang berhak untuk melakukan pengelolaan terhadap siswa adalah guru. Guru harus mampu menggunakan cara yang tepat untuk masing-masing siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda tersebut, dengan demikian diharapkan apa yang telah menjadi tujuan dari pendidikan umumnya dan tujuan sekolah khususnya dapat dicapai dengan baik.

(13)

Catatan:

1. Bandayaningrat Su warno, Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Mas Agung, 1988), hlm. 42.

2. Suwarno, Pengantar Ilmu, hlm. 20.

3. Nasution S., Berbagai Pendekatan dalam PBM, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982), hlm. 17.

4. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1992), hlm. 75.

5. Tafsir, Ilmu Pendidikan, hlm. 75.

6. Pidarta Made, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, (Jakarta: LPTK, 1983), hlm. 17.

7. FKIP Unja, Profesi Kependidikan, (Jambi: Unja, tt.), hlm. 3. 8. Tafsir, Ilmu Pendidikan, hlm. 11.

9. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 28.

10. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 27-28.

11. Suyanto, Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, (Jakarta: Adicita, 2000), hlm. 29.

12. Suyanto, Pendidikan di Indonesia, hlm. 27-28. 13. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 12.

14. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 12. 15. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 14. 16. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 35. 17. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 36. 18. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 50. 19. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 35. 20.Arikunto, Pengelolaan Kelas.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: Rajawali, 1992).

FKIP Unja, Profesi Kependidikan, (Jambi: Unja, tt.).

Made, Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, (Jakarta: LPTK, 1983).

Nasution S., Berbagai Pendekatan dalam PBM, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982).

Suwarno, Bandayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan

Manajemen, (Jakarta: Mas Agung, 1988).

Suyanto, Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, (Jakarta: Adicita, 2000).

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1992).

Referensi

Dokumen terkait

b) mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi hutan lindung dan kawasan

Dengan memperkirakan durasi kecepatan renang lompatan ikan kerapu bebek tidak lebih dari 10 detik, maka kecepatan burst speed dicapai pada saat kecepatan renang sebesar 6,4

bermuatan fakta dan kesimpulan-kesimpulannya, tetapi juga bermuatan gagasan- gagasan dan interpretasi terhadap fakta-fakta itu sendiri serta masalah yang timbul akibat

Standar deviasi untuk kinerja sosial adalah 2.639 menunjukkan bahwa data pengungkapan kinerja sosial pada perusahaan sampel menyebar di jauh dari nilai mean sehingga dikatakan

Dismutase (SOD), TNF-alfa, dan IL-1 beta pada Sputum dan Serum Iin Noor Chozin, dr, SpP DPP 18 Hubungan Antara Kadar Vitamin D Dengan Ekspresi Cytokin Sel Th 17 Pada.. Pasien

Imbalan pascakerja yang di berikan oleh hotel sahid kawanua dalam pencatatan akuntansinya di nilai telah sesuai dengan persyaratan yang di syaratkan oleh PSAK 24,

Sementara itu, untuk kriteria non-teknis yang paling berpengaruh untuk menilai kelayakan suatu jalan ditempati oleh kriteria kenyamanan permukaan dan jangka waktu