• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN SURYAKENCANA SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN SURYAKENCANA SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BOGOR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN SURYAKENCANA

SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BOGOR

Putri Ariyani, Ichwan Arif*), Janthy Trilusianthy Hidayat**)

e-mail: putrypaanda@gmail.com ABSTRAK

Perkembangan kota yang tidak terkendali di Indonesia membuat identitas kota melemah sehingga membuat kota tersebut tidak begitu berbeda dengan kota lainnya, tidak terkecuali Kota Bogor. Kota Bogor memiliki sejarah dan keragaman sosial budaya yang tinggi, hal ini tercermin dari etnis masyarakat, adat masyarakat yang berbeda-beda sesuai etnis dan bentuk bangunannya yang khas dan menonjolkan keunikan budayanya. Salah satunya adalah Kawasan Suryakencana yang berada di Kelurahan Gudang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Dalam RTRW Kota Bogor menetapkan Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan peruntukkan perlindungan peninggalan budaya dan tetap mempertahankan fungsi kawasan sebagai pusat perekonomian. Peraturan Walikota Bogor Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Kota Pusaka menyebutkan Kawasan Suryakencana sebagai salah satu Kawasan Pusaka, hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan kawasan sekaligus mengaturnya agar karakteristik kawasan tetap terjaga. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi eksisting yang meliputi kondisi fisik bangunan dan kondisi sosial-budaya, mengidentifikasi persepsi masyarakat di Kawasan Suryakencana serta mengidentifikasi potensi dan kendala Kawasan Suryakencana sebagai kawasan cagar budaya. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan didukung data hasil studi literatur, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian diketahui bahwa kondisi fisik bangunan masih mempertahankan bentuk aslinya meskipun ada beberapa bangunan dalam keadaan kurang terawat. Secara sosial-budaya masyarakat masih melaksanakan adat dan budayanya seperti merayakan Tahun Baru Imlek dan Cap GoMeh, masyarakat juga masih menggunakan Feng shui sebagai acuan letak bangunan. Dilihat dari persepsi masyarakat, mereka merasa bahwa keberadaan bangunan kuno dan bersejarah dikawasan suryakencana mulai berkurang. Potensi di Kawasan Suryakencana yaitu sebagian bangunan sudah ditetapkan sebagai BCB, masih menjalani adat istiadat, lokasi berada di pusat kota dan merupakan pusat perniagaan Kota Bogor. Kendala yang ditemui yaitu kondisi kebersihan lingkungan yang kurang karena banyaknya PKL, berkurangnya minat generasi muda untuk melestarikan adat dan budaya, kurangnya lahan untuk parkir dan belum adanya perda mengenai cagar budaya.

Kata Kunci : Cagar Budaya, Kawasan Suryakencana, Kawasan Strategis

1PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap kawasan akan memiliki identitas dan kekhasan yang berbeda dengan kawasan lainnya, identitas dan kekhasan kawasan ini akan membuat nilai sebuah kota menjadi kuat. Sejarah artefak kota menjadi wadah yang mengukir kehidupan kota dan telah membentuk nilai-nilai kekuatan dalam masyarakat yang dikenal sebagai ciri kota atau sebagai identitas yang dimiliki kota. Perkembangan suatu kota tidak akan lepas dari kehadiran kawasan kota lama. Kota

lama dalam suatu kota akan bernilai positif dan sebagai titik referensi bagi pertumbuhan kota dan generasi di masa mendatang. Seperti kota-kota yang kian lama menjadi serupa dan tidak mudah dibedakan satu sama lain, maka bangunan dan daerah bersejarah tertentu dapat dikatakan sebagai unsur kualitas perkotaan yang positif. Kota yang memiliki bermacam-macam bagian akan lebih menyenangkan daripada yang homogen atau menyerupai kota lain.

Dalam pengembangan suatu kota haruslah memperhatikan sejarah

(2)

pengembangan wilayah tersebut pada masa lalu, juga memperhatikan karakter lokal agar tercipta suatu kesatuan ruang dengan karakter yang khas pada setiap bagian kota. Perkembangan kota yang tidak terkendali di Indonesia membuat identitas kota melemah sehingga membuat kota tersebut tidak begitu berbeda dengan kota lainnya. Pada umumnya, identitas yang lemah disebabkan oleh pemusnahan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi, nilai arsitektur lokal/tradisional dan nilai keunikan akibat komersialisasi pembangunan perkotaan yang tidak terarah. Oleh karenanya pemerintah menggalang sebuah program yang disebut Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Kementrian Pekerjaan Umum dan Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) yang bertujuan untuk melestarikan aset pusaka baik yang tangible maupun intangible sehingga kota-kota di Indonesia menjadi kota yang berjati diri, nyaman dan berkelanjutan.

Kurang dan belum efektifnya kegiatan pelestarian kawasan cagar budaya di Kota Bogor menimbulkan pertanyaan apa penyebab dari tidak meratanya pelestarian kawasan tersebut. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut sebagian ada yang terpelihara dengan baik dan sebagian lagi ada yang terkesan terbengkalai dan bahkan terancam beralih fungsi.

Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang ikut berpartisipasi dalam program P3KP. Kota Bogor juga dikenal sebagai kota lama yang memiliki banyak nilai sejarah dan keragaman sosial budaya yang tinggi, hal ini tercermin dari etnis masyarakat, adat masyarakat yang berbeda-beda sesuai etnis dan bentuk bangunannya yang khas dan menonjolkan keunikan budayanya. Mulai dari Istana Bogor, kantor pemerintahan, sekolah, hotel, tempat ibadah sampai rumah tinggal saat ini masih berdiri kokoh. Diperlukan upaya dalam pelestarian dan pengembangan kawasan cagar budaya tersebut yaitu dengan

cara mengidentifikasi bangunan yang terdapat di Kota Bogor karena bangunan-bangunan tersebut memiliki nilai sejarah dan bahkan beberapa diantaranya memiliki andil dalam masa penjajahan kolonial Belanda.

Berdasarkan hasil identifikasi aset pusaka tahun 2013 terdapat 6 (enam) kawasan cagar budaya di Kota Bogor yaitu Kawasan Kebun Raya & Istana Bogor, Kawasan Permukiman Eropa, Kawasan Karsten-Plan, Kawasan Empang, Kawasan Perluasan Barat dan Kawasan Suryakencana. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor tahun 2011-2031 Kawasan Suryakencana ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kota (KSK) dalam sudut kepentingan cagar budaya dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata budaya, khususnya diarahkan menjadi Kawasan Pecinan Kota Bogor.

Dalam rangka mewujudkan kebijakan Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Strategis cagar budaya diperlukan suatu penelitian yang lebih dalam berkaitan dengan pengembangan kawasan tersebut. Penelitian ini berkonsentrasi pada Kawasan Suryakencana yang meliputi Kelurahan Gudang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Di Kawasan Suryakencana ini adalah pusatnya perdagangan dan jasa yang terletak di Kota Bogor, namun selain menarik sebagai pusat perdagangan, Kawasan Suryakencana yang terletak di jalan utama Kota Bogor ini juga memiliki bangunan-bangunan yang bernilai sejarah, kuliner yang khas, budaya dan adat istiadat yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting Kawasan Suryakancana;

2. Mengidentifikasi persepsi masyarakatmengenai pengembangan Kawasan Suryakencana;

3. Mengidentifikasi potensi dan kendala pengembangan Kawasan Suryakencana sebagai kawasan cagar budaya Kota Bogor.

(3)

1.3 LANDASAN TEORI Cagar Budaya

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapannya. Sementara itu kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Obyek Pelestarian

Menurut Budihardjo (1991) kategori obyek pelestarian tidak hanya meilputi segala sesuatu yang berwujud nyata (tangiable) tetapi dapat juga berupa sesuatu yang tidak nyata berupa kesenian. Kategori obyek pelestarian menurut Budihardjo (1991) adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Kriteria Obyek Pelestarian

a) Alam: seperti badan air (sungai, laut, danau, dll) dan lahan (pertanian, kehutanan, pariwisata alam, dll) b) Kesenian: seperti tarian, karawitan,

musik, dll)

c) Arkeologi: seperti dokumen dwi marta (dokumen tertulis, lukisan, lontar, dll) d) Lingkungan Binaan: seperti arsitektur

mikro (gardu, pelengkap jalan, gerbang, tugu, pagar, dll), bangunan kuno (benteng, pasar, stasiun, dll), taman/ruang terbuka (lapangan, alun-alun, tempat rekreasi, dll) dan kota bersejarah.

Selanjutnya untuk menentukan apakah suatu bangunan, artefak, situs, kawasan dan benda sejarah lainnya termasuk obyek yang perlu dilestarikan, digunakan kriteria-kriteria penilaian. Terdapat beberapa rumusan kriteria-kriteria penilaian yang digunakan dalam menentukan obyek konservasi antara lain dari Catanese (1986), Attoe dalam Catanese & Snyder (1992) dan Perda Kota Bandung No.19 Tahun 2009 (Nurmala 2003 dalam Aldi 2011). Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan suatu obyek pelestarian dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 1.

Kawasan Pecinan

Kawasan Pecinan adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota yang dari segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana lingkungannya memiliki ciri khas karena pertumbuhan bagian kota tersebut berakar secara historis dari masyarakat berkebudayaan Cina (Lilananda 1998:1).

Kawasan Pecinan ini dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor Politik berupa peraturan

pemerintah lokal yang mengharuskan masyarakat Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya lebih mudah di atur (Wijkenstelsel). Ini lumrah dijumpai di Indonesia di Zaman Hindia Belanda karena pemerintah kolonial melakukan segregasi berdasarkan latar belakang rasial. 2. Faktor sosial berupa keinginan sendiri

masyarakat Tionghoa untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan aman dan dapat saling bantu-membantu (http://www.ensiklopedia.net/topic/Pecin an.html).

Kawasan Suryakencana ini adalah pusatnya perdagangan yang terletak di Kota bogor, namun selain menarik sebagai pusat perdagangan, Kawasan Suryakencana yang terletak di jalan utama Kota Bogor ini, juga memiliki bangunan-bangunan yang bernilai sejarah dan kuliner yang khas. Bahkan

(4)

beberapa peninggalan sejarah tersebut ada yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya oleh pemerintah Bogor.

2 HASIL & PEMBAHASAN

Uraian analisis Potensi dan Kendala Kawasan Suryakencana yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Cagar Budayadi Kota Bogor, dengan melakukan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif, untuk mengetahui potensi dan kendala Kawasan Suryakencana sebagai kawasan strategis di Kota Bogor. Analisis kondisi eksisting kawasan Suryakencana terkait kondisi fisik dan sosial budaya. Analisis persepsi masyarakat terhadap pengembangan kawasan Suryakencana.Analisis potensi dan kendala kawasan Suryakencana terkait dengan ditetapkannya Kawasan Suryakencana sebagai kawasan strategis cagar Budaya di Kota Bogor.

2.1 Potensi dan Kendala Pengembangan Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kota Bogor Kondisi Eksisting Kawasan Suryakencana

Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Suryakencana

Bangunan yang terdapat di Kawasan Suryakencana merupakan bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa dan permukiman, diikuti perkantoran, fasilitas pendidikan dan peribadatan. Pola pertumbuhan Kawasan Pecinan ini adalah linear yaitu berada di sepanjang jalan utama dan sekunder. Bangunan yang terdapat di kawasan ini merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah. Pada kawasan suryakencana ini terdapat 55 bangunan yang telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Menurut Data Rekapitulasi Benda Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2015, terdapat 55 BCB yang tersebar di Jalan Suryakencana, Jalan Roda, Jalan Pasar Bogor, Jalan Kelenteng, Jalan Pasar Baru dan Pulo Geulis. Berdasarkan hasil indentifikasi kondisi bangunan di Kawasan Suryakancana diketahui terdapat sebanyak 37 bangunan terawat, 13 bangunan kurang terawat dan 5 bangunan tidak terawat.Untuk lebih jelas mengenai sebaran lokasi

bangunan yang termasuk BCB dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1Peta Sebaran BCB 2.2 Kondisi Sosial-Budaya Kawasan Suryakencana

Kawasan Suryakencana ini masih memiliki karakteristik Cina yang masih terjaga. Keberadaaan bangunan-bangunan lama berarsitektur khas Cina, keberadaan sungai yang mengapit kawasan, suasana kehidupan masyarakatnya dan kegiatan budaya yang masih sering dilaksanakan pada hari-hari tertentu masih dapat dilihat pada kawasan ini. Kondisi dan suasana Chinese ini dapat dilihat dan dirasakan terutama di sekitar Jalan Suryakencana dan Jalan Roda.

Berdasarkan wawancara, orientasi kawasan ini didasari atas kaidah Feng shui. Istilah Feng shui sendiri secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai ’angin’ dan ’air’, yaitu suatu istilah tentang acuan penempatan letak gedung dan bangunan buatan manusia agar seimbang dan menguntungkan dengan lingkungan fisik disekitarnya (Lip, 1984).

Keberadaan kawasan Pecinan yang dekat sungai (Ciliwung di Timur dan Cipakancilan di Barat) juga didasari atas feng shui yaitu letak yang baik adalah tempat yang dekat dengan sumber mata air, bukit-bukit, gunung-gunung dan lembah-lembah disekeliling bangunan.

(5)

2.3 Bentuk Rumah

Ciri khas rumah-rumah orang Tionghoa di kawasan ini adalah bentuk atap pelana dengan dinding sopi-sopi (i), pola rumah yang berbentuk petak dalam satu atap (ii), pola pintu Thiam Tang yang berderet dua di atas dan satu di bawah (iii), dan kadang-kadang tempat dupa (hio) di depan pintu. Ruangan paling depan dari rumah selalu merupakan ruang tamu dan tempat meja abu.

Gambar 3 Sopi-sopi pada atap rumah (i) ;Rumah petak dalam satu atap (ii) ;Thiam Tang (iii)

2.4 Persepsi Masyarakat Masyarakat Sekitar

Kawasan Suryakencana sudah lama dihuni oleh masyarakat asli Tionghoa, maka dari itu dengan ditetapkannya Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Pecinan Kota Bogor masyarakat sekitar tidak keberatan karena memang keadaannya yang sudah mendukung dan ditambah lagi dengan dibangunnya Lawang Suryakencana sebagai penanda kawasan pecinan Kota Bogor. Tak banyak yang berubah dari Kawasan Suryakencana ini setelah ditetapkan sebagai kawasan pecinan. Perubahan yang terlihat jelas hanya pada bagian depan kawasan saja, bagian lain dari kawasan belum terlihat perubahannya karena kontribusi yang diberikan masyarakat terhadap pengembangan Kawasan Suryakencana ini masih kurang. Pengunjung Kawasan

Hasil persepsi pengunjung terhadap Kawasan Suryakencana dalam Tabel 2 didapatkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap 100 responden pengunjung kawasan yang dibagi menjadi 50 kuesioner pada hari kerja dan 50 kuesioner pada hari libur.

Mengenai perubahan kondisi kawasan setelah ditetapkan sebagai

Kawasan Pecinan Kota Bogor pengunjung merasa masih terlalu sedikit perubahan yang terlihat karena sampai saat ini baru sebagian kawasan saja yang sudah ditata dengan rapi. Mengenai citra kawasan sebagai Kawasan Pecinan pengunjung merasa citra kawasan pecinan sudah terlihat dari telah dibangunnya Lawang Suryakenca atau Gerbang Suryakencana sebagai pintu masuk ke Kawasan Suryakencana.

Tabel 2 Persepsi Pengunjung Kawasan Suryakencana

Menurut responden Kawasan Suryakencana mempunyai banyak bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas dan bentuk yang unik yang membuatnya berbeda dengan bangunan lain yang ada di Kota Bogor dan mempunyai nilai sejarah tersendiri dari setiap bangunannya. Namun sangat disayangkan banyak bangunan yang saat ini sudah dalam kondisi tidak terawat, rusak dan bahkan berganti menjadi bangunan modern yang bernilai jual tinggi akibat dari kurang maksimalnya pengelolaan yang ada baik dari pihak pemerintah ataupun pihak masyarakat pemilik bangunan tersebut. Potensi dan Kendala Kawasan Suryakencana Sebagai Kawasan Cagar Budaya

Berdasarkan potensi dan kendala yang ada, maka Kawasan Suryakencana dapat dijadikan sebagai Kawasan Strategis Cagar Budaya di Kota Bogor dengan syarat perlindungan tehadap

(6)

fisik dan pola ruang kawasan juga pelestarian sosial budaya tetap dipertahankan dan tidak dieksploitasi sebagai kawasan pariwisata dengan kebijakan yang sepenuhnya mendukung Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Strategis Cagar Budaya.

Tabel 2 Potensi dan Kendala Kawasan Suryakencana

3 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dalam penelitian yang telah

dilakukan di Kawasan

Suryakencana,diperoleh beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan studi,antara lain :

1. Kondisi eksisting bangunan yaitu:  Bangunan yang mendominasi

adalah bangunan perdagangan dan jasa serta bangunan tempat tinggal.

 Bangunan-bangunan tersebut masih mempertahankan bentuk aslinya walaupun ada beberapa bangunan yang sudah dalam keadaan kurang terawat.

 Persebaran bangunan tersebut apabila dilihat dalam peta pola

ruang Kota Bogor, berada di kawasan kegiatan perdagangan dan jasa. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan bangunan bersejarah yang ada, karena akan terpengaruh gaya bangunan

modern yang tumbuh

disekitarnya.

2. Secara sosial-budaya yaitu:

 Masyarakat masih mempercayai feng shui yang terlihat dari tata letak bangunan yang mengikuti geomancy (fengshui) jalur naga dari Kelenteng Hok Tek Bio sebagai kepala naga di utara, kemudian pertokoan dan permukiman yang memanjang ke selatan sepanjang Kawasan Suryakencana sebagai badan naga.

 Masyarakat di Kawasan Suryakencana sampai saat ini masih menjalani tradisi yang sudah ada sejak dahulu seperti perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, dll.

3. Persepsi masyarakat yaitu:

 Masyarakat sekitar kawasan suryakencana setuju jika kawasan tempat tinggalnya ditetapkan sebagai kawasan Pecinan di Kota Bogor karena masih banyak etnis tionghoa yang bermukim dan masih menjaga adat istiadat yang ada.

 Persepsi pengunjung tentang kawasan Suryakencana adalah bangunan kuno dan bersejarah yang ada dikawasan mulai berkurang dan makin banyak dalam keadaan tidak terawat. 4. Potensi dan Kendala dari Kawasan

Suryakencana yaitu:

 Potensi dari kawasan ini adalah masih banyak dihuni oleh etnis tionghoa dan banyak menyimpan bangunan kuno bersejarah, juga masyarakat setempat masih melakukan adat istiadat dalam berkegiatan maupun dalam

(7)

mempertahankan pola kawasan dan bentuk rumah.

 Kendala dalam kawasan ini yaitu kurangnya minat generasi muda dalam melestarikan adat istiadat nenek moyang; kurangnya dukungan langsung dari masyarakat dalam membantu menjaga dan mengembangkan kawasan; dan belum adanya perda cagar budaya membuat bangunan kuno bersejarah dalam kawasan ini berkurang.

Saran

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan beberapa saran dan rekomendasi yang ingin disampaikan, antara lain :

1. Untuk pemerintah Kota Bogor yaitu:  Sesegera mungkin mengeluarkan

Perda Cagar Budaya Kota Bogor guna melindungi dan melestarikan bangunan ataupun benda dan tempat bersejarah lainnya.

 Kebijakan terkait Kawasan Suryakencana diharapkan dapat lebih mendetail terutamamengenai keberlangsungan sosial-budaya. Hal ini terkait dengan ditetapkannya Kawasan Suryakencana sebagai Kawasan Strategis Kota (KSK) yang dikhawatirkan apabila tidak adanya indikasi program yang bersentuhan langsung dapat menyebabkan kawasan di sekitar tidak terkendali perkembangannya karena kebijakan yang ada saat ini mempunyai kepentingan yaitu penetapan sebagai cagar budaya dan kawasan perdagangan dan jasa.

 Memberikan informasi, sosialisasi dan arahan kembali kepada masyarakat mengenai pelestarian kawasan bersejarah, karena dengan adanya pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat diharapkan akan menimbulkan persamaan persepsi, pengertian serta kesadaran yang akan

membuat masyarakat ikut berpartisipasi dalam sebuah pelestarian kawasan bersejarah.

 Pengusulan Kawasan

Suryakencana untuk dijadikan pusat kuliner malam Kota Bogor dengan cara penutupan jalan yang dimulai pada jam 19.00 - 00.00 WIB.

2. Untuk masyarakat yaitu :

 Untuk melaksanakan upaya pelestarian perlu adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak yang terkait, seperti masyarakat, pemerintah, para ahli.

 Mengadakan tradisi dan budaya sebagai kegiatan rutin guna meningkatkan minat dan apresiasi masyarakat itu sendiri, khususnya generasi muda untuk terus mengingat identitas mereka sebagai warga keturunan Tionghoa.

 Meningkatkan dan

memperkuat karakter kawasan yang berbudaya lokal dan bersejarah agar dapat mengenalkan budaya Tionghoa pada masyarakat luas melalui acara budaya.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013.Kajian Pengembangan dan Optimalisasi Kawasan Suryakencana Sebagai Kawasan Heritage Kota Bogor.Bogor.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2015.Rencana Penataan Kawasan Pusaka Kota Bogor.Bogor.

Paramita, Kristha. 2009. Studi Lanskap Bersejarah Kawasan Pecinan Suryakencana, Bogor. [Skripsi]. Bogor : Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[Disbudpar] Dinas Pariwisata dan

(8)

2015.Bangunan Cagar Budaya Kota Bogor.Bogor.

Triadany, Aldi. 2011. Identifikasi Bangunan Kuno dan Bangunan Kuno Bersejarah di Kawasan Pusat Kota Bogor. [Tugas Akhir]. Bogor : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan.

Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Peraturan Walikota Bogor No.17 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Kota Bogor Sebagai Kota Pusaka

http://www.ensiklopedia.net/topic/Pecinan. html, diakses 20 Desember 2015 RIWAYAT PENULIS

1. Putri Ariyani, ST. Alumni (2016)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan, Bogor. 2. Ichwan Arif, Ir.,MT, Pembimbing I /

Staf Pengajar Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

3. Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si, Pembimbing II/Staf Pengajar Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Gambar

Tabel 1 Kriteria Obyek Pelestarian
Gambar 1Peta Sebaran BCB  2.2  Kondisi  Sosial-Budaya  Kawasan  Suryakencana
Tabel 2 Potensi dan Kendala Kawasan  Suryakencana

Referensi

Dokumen terkait

1) Kawasan pusat pemerintahan dapat digunakan sebagai area rekreasi. Lanskap Kota Tigaraksa memiliki area rekreasi yang terletak di kawasan pusat pemerintahan, hal ini

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis terhadap Penataan kawasan Kumuh Pulo Geulis Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor disimpulkan bahwa:

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor 2005-2025 Kecamatan Cigudeg adalah kawasan pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata, oleh

Contoh kawasan dan bangunan yang sesuai dengan kriteria tersebut antara lain: (1) untuk Kota Surabaya adalah kawasan di seputar Jembatan Merah, kawasan pemukiman Darmo,

Untuk Rencana Sub pusat Pelayanan Kota ( Sub PPK) meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan jasa, serta pelayanan sosial dan budaya

Sebagai wilayah yang akan dikembangkan dengan fokus pelayanan pemerintahan, jasa dan perdagangan dan permukiman, Kawasan Kota Sei Rampah harus menyediakan jenis dan jumlah

Karena itu, mengingat kekayaan historis dan arkeologis, kawasan bekas Kesultanan Lamuri yang salah satunya berada di Gampong Lamuri, Aceh Besar, Provinsi Aceh, perlu

Terdapat 3 indikator penting dari kriteria pengelolaan dan pelestarian kawasan cagar budaya di Kota Lama Tangerang yang belum terimplentasikan dengan baik yaitu: 1 pembinaan kawasan