• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JANUARI 2016 SEBESAR 97,69 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,86 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JANUARI 2016 SEBESAR 97,69 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,86 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No.11/02/71/Th.X, 01 Februari 2016

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JANUARI

2016 SEBESAR 97,69 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,86 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

 Pada bulan Januari 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 97,69 atau meningkat sebesar 0,86 persen dibanding NTP Desember 2016 yaitu sebesar 96,85. Peningkatan NTP ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru mengalami penurunan, indeks harga yang diterima petani mengalami pergerakan sebesar 0,76 persen dan indeksyang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,10. Sementara itu perubahan NTP tahun kalender meningkat sebesar 0,86 persen, sedangkan untuk YoY menurun sebesar 0.36 persen.

 Pada bulan Januari 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara mengalami deflasi sebesar 0,11 persen. Deflasi perdesaan ini umumnya lebih disebabkan oleh menurunnya indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,42 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Januari 2016 sebesar 108,38 atau meningkat sebesar 0,71 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya, sebesar 107,62.

(2)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA JANUARI 2016 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%) Desember’15 Januari’16 Prbhn Jan’16

thd Des’15

Tahun

Kalender YoY

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang Diterima

Petani 119.35 120.26 0.76 0.76 4.89

Indeks Harga yang Dibayar

Petani 123.24 123.11 -0.10 -0.10 5.27

Konsumsi Rumah Tangga 127.71 127.57 -0.11 -0.11 6.51

Bahan Makanan 139.89 139.31 -0.42 -0.42 10.39

Makanan Jadi 118.09 119.01 0.78 0.78 6.39

Perumahan 118.42 118.73 0.27 0.27 2.95

Sandang 110.39 111.25 0.78 0.78 1.55

Kesehatan 113.34 113.98 0.57 0.57 4.92

Pendidikan, Rekreasi & Olah

raga 106.31 106.71 0.37 0.37 0.88

Transportasi dan Komunikasi 130.05 128.25 -1.38 -1.38 0.08

BPPBM 110.91 110.96 0.05 0.05 1.41

Bibit 109.77 110.59 0.75 0.75 1.09

Obat-obatan & Pupuk 107.58 108.20 0.58 0.58 1.41

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 107.78 108.04 0.24 0.24 1.05

Transportasi 130.23 126.08 -3.19 -3.19 -1.55

Penambahan Barang Modal 107.11 107.88 0.72 0.72 1.35

Upah Buruh Tani 111.34 111.70 0.33 0.33 2.57

Nilai Tukar Petani 96.85 97.69 0.86 0.86 -0.36

Nilai Tukar Usaha Pertanian 107.62 108.38 0.71 0.71 3.43

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Sulawesi Utara, NTP pada bulan Januari 2016 sebesar 97,69 atau meningkat sebesar 0,86 persen dibanding NTP bulan Desember 2015 sebesar 96,85 persen. Hal ini disebabkan indeks yang diterima petani melalui harga

(3)

peningkatan indeks yang dikeluarkan petani berupa konsumsi rumah tangga dan keperluan produksi pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya, 2012. Atau dengan kata lain bahwa kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih kurang lebih baik dibandingkan tahun dasarnya, 2012, karena kenaikan harga komoditi untuk konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian lebih tinggi daripada kenaikan harga produksi pertanian itu sendiri.

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA

Desember 2015 – Januari 2016 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

Desember’15 Januari’16

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 121.76 124.23 2.02

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.48 124.49 0.00

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 97.81 99.79 2.02

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 134.44 134.93 0.36

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.04 124.05 0.01

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 108.38 108.77 0.36

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 107.38 108.51 1.06

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.87 123.59 -0.22

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 86.69 87.80 1.28

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.13 119.07 -0.05

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 118.36 118.28 -0.06 3

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 100.65 100.67 0.01

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 128.84 126.68 -1.68

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.76 124.42 -0.27

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 103.27 101.81 -1.42

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 136.44 133.44 -2.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.34 124.66 -0.55

c Nilai Tukar Petani (NTN) 108.86 107.05 -1.66

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.13 114.46 -0.58

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.71 124.00 0.23

(4)

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Indeks harga yang diterima petani (It) adalah indeks yang berasal dari seluruh harga-harga yang didapatkan petani dari hasil penjualan seluruh komoditi pertanian yang diusahakan.

Pada bulan Januari 2016 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Sulawesi Utara mencapai nilai 120,26. Indeks harga yang diterima ini mengalami peningkatan sebesar 0,76 persen jika dibandingkan dengan keadaan di bulan Desember 2015, sebesar 119,35. Peningkatan It terjadi pada hampir seluruh subsektor pertanian, kecuali subsektor peternakan dan perikanan dimana pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan, sebesar 2,02 persen. Sedangkan indeks It yang tertinggi berada pada subsektor hortikultura sebesar 134,93.

2. Indeks harga yang dibayar petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya rumah tangga petani yang merupakan bagian kelompok terbesar yang ada di daerah perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Sulawesi Utara di bulan Januari 2016 adalah sebesar 123,11, menurun sebesar 0,10 persen dibandingkan bulan Desember 2015, sebesar 123,24. Peningkatan indeks Ib terjadi pada seluruh subsektor pertanian, dimana pertumbuhan yang terbesar berada pada subsektor perikanan budi daya, sebesar 0,23 persen.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan Januari 2016 mengalami peningkatan sebesar 2,02 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Desember 2015, dari nilai 97,81 di bulan Desember 2015 meningkat menjadi 99,79 di bulan Januari 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 2,02 persen, dimana laju pertumbuhan ini melebihi laju petumbuhan indeks harga yang dibayar petani yang bergerak konstan.

Indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok padi dan palawija dimana indeks pada masing-masing kelompok ini mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,64 persen dan 3,45 persen. Komoditi yang memberikan peningkatan indeks yang diterima petani disumbang oleh komoditi Gabah, sebesar 0,64 persen.

NTP pada sub sektor ini berada di bawah nilai 100, artinya bahwa tingkat daya beli rumah tangga petani pada sub sektor tanaman pangan di bulan Januari 2016 masih belum lebih baik dibandingkan keadaan di tahun dasar 2012.

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

NTP subsektor Hortikultura mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen di bulan Januari 2016. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibanding dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,36 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,01 persen. Nilai NTPH di bulan Desember 2015 sebesar 134,44 meningkat menjadi 134,93 di bulan Januari 2016.

Komoditi yang menyumbang peningkatan indeks NTP sub sektor hortikultura adalah bawang daun, Bawang Merah, dan Cabe Merah masing-masing meningkat sebesar 1,36%, 5,77%, dan 2,08%

Berbeda halnya dengan sub sektor tanaman pangan, NTP pada sub sektor hortikultura berada pada nilai di atas 100. Artinya adalah bahwa kemampuan daya beli rumah tangga petani sub sektor hortikultura dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk biaya produksi dan penambahan barang modal untuk usaha pertaniannya lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasar 2012.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Januari 2015, NTPR mengalami peningkatan sebesar 1,28 persen, dari 86,69 di bulan Desember 2015 meningkat menjadi 87,80 di bulan Januari 2016. Hal ini disebabkan pertumbuhan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan indeks harga yang dibayar petani yakni 1,06 persen untuk indeks It, dan -0,22 persen untuk indeks Ib.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks yang diterima pada komoditi Kelapa dan Pala Biji, masing-masing sebesar 3,00 persen dan 2,70 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Sama halnya dengan sub sektor sebelumnya, di bulan Januari 2016 NTPT mengalami peningkatan, sebesar 0,01 persen, yakni dari nilai 100,65 di bulan Desember 2015 meningkat menjadi 100,67 di bulan Januari 206. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan penurunan indeks yang dibayarkan petani, masing-masing sebesar 0,005 persen dan 0,06.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh meningkatnya dua kelompok komoditi pembentuk It yakni kelompok unggas, sebesar 0,98 persen dan kelompok hasil ternak sebesar 1,10 persen, seedangkan dua kelompok pembentuk lainnya mengalami penurunan, yakni untuk ternak besar menurun sebesar 0,40 persen dan ternak kecil sebesar 0,37 persen. Dari penimbang komoditinya terlihat bahwa peningkatan indeks yang diterima pada komoditi Telur Ayam Buras dan Ayam Ras Pedaging memberikan pengaruh positif pada subsektor ini, masing-masing sebesar 12,59 persen dan 5,92 persen.

(6)

NTNP subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 1,42 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,68 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan petani menurun, sebesar 0,27 persen. Penurunan It pada Januari 2016 disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima pada kelompok pembentuk subsektor perikanan, yakni perikanan tangkap sebesar 2,20 persen dan perikanan budidaya menurun sebesar 0,58 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

NTN subsektor perikanan pada kelompok penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 1,66 persen di bulan Januari 2016. Nilai NTN pada subsektor ini di bulan Desember 2015 sebesar 108,86 menurun menjadi 107,05 di bulan Januari 2016. Hal ini terjadi karena It menurun, sebesar 2,20 persen sedangkan Ib juga menurun sebesar 0,55 persen. Penurunan It disebabkan oleh peningkatan It pada kelompok penangkapan perairan umum yang lebih kecil, sebesar 0,13 persen, dibandingkan dengan kelompok penurunan It pada kelompok penangkapan laut sebesar 2,20 persen. Komoditi subsektor yang mempengaruhi perubahan nilai tukar subsektor ini berasal dari komoditi ikan Cakalang dimana mengalami penurunan sebesar 3,22 persen.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

NTN subsektor perikanan budi daya di bulan Januari 2016 menurun sebesar 0,81 persen. Penurunan ini dikarenakan It menurun sebesar 0,58 persen, sedangkan indeks Ib meningkat, sebesar 0,23 persen. Indeks It lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok perikanan budi daya air tawar yang menurun sebesar 0,58 persen, sedangkan kelompok pembentuk It untuk kelompok budi daya air payau bergerak konstan. Komoditi perikanan budidaya yang menjadi penyumbang terhadap penurunan indeks NTN subsektor ini adalah Mujair, Nila dan Lele, masing-masing sebesar 2,04%, 1,96%, dan 0,58%.

Tabel 3.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA DESEMBER 2015 – JANUARI 2016 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Des’15 Jan’16

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 121.76 124.23 2.02

- Padi 119.37 120.13 0.64

- Palawija 124.32 128.61 3.45

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.48 124.49 0.00 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.62 127.56 -0.05

- Indeks BPPBM 113.71 113.94 0.20

2 Hortikultura

(7)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sulawesi

Nilai Tukar Petani pada bulan Januari 2016 di pulau Sulawesi yang tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Selatan, sebesar 106,24, sedangkan yang terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 97,69. Petumbuhan berjalan indeks NTP di bulan Desember mengalami variasi yang cukup beragam

- Buah-buahan 120.24 118.78 -1.21

- Tanaman obat 119.96 123.20 2.70

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.04 124.05 0.01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.86 126.85 -0.01

- Indeks BPPBM 111.14 111.24 0.10

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 107.38 108.51 1.06 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 107.38 108.51 1.06

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.87 123.59 -0.22 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.45 127.01 -0.34

- Indeks BPPBM 109.77 110.13 0.33

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.13 119.07 -0.05

- Ternak Besar 118.73 118.25 -0.40

- Ternak Kecil 117.09 116.66 -0.37

- Unggas 119.28 120.45 0.98

- Hasil Ternak 125.55 126.93 1.10

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 118.36 118.28 -0.06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.65 128.64 -0.01

- Indeks BPPBM 107.48 107.33 -0.13

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 128.84 126.68 -1.68

- Tangkap 136.44 133.44 -2.20

- Budidaya 115.13 114.46 -0.58

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.76 124.42 -0.27 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.62 129.95 0.26

- Indeks BPPBM 114.24 112.43 -1.59

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 136.44 133.44 -2.20 - Penangkapan Perairan Umum 113.87 114.01 0.13

- Penangkapan Laut 136.46 133.45 -2.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.34 124.66 -0.55 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.92 130.25 0.26

- Indeks BPPBM 115.44 112.53 -2.52

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.13 114.46 -0.58

- Budidaya Air Tawar 115.13 114.46 -0.58

- Budidaya Air Payau 114.83 114.83 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.71 124.00 0.23 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.07 129.41 0.27

- Indeks BPPBM 112.07 112.24 0.15

(8)

dimana tiga provinsi di pulau Sulawesi megalami penurunan dan tiga lainnya mengalami peningkatan. Peningkatan NTP yang tertinggi terjadi Provinsi Sulawesi Sulawesi Utara dan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tengara. Jika dilihat dari Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP), NTUP yang tertinggi berada di Provinsi Gorontalo dan yang terendah di Provinsi Sulawesi Tengah.

Tabel 4.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA JANUARI 2016 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP NTUP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 Sulawesi Utara 120,26 0,76 123.11 -0.10 97.69 0.86 108.38 0.71 2 Sulawes Tengah 119.76 -0.09 120.86 0.64 99.09 -0.73 107.93 -0.01 3 Sulawesi Selatan 130.87 0.55 123.19 0.70 106.24 -0.15 115.79 0.54 4 Sulawesi Tenggara 121.04 -0.32 120.94 0.60 100.08 -0.92 107.91 -0.05 5 Gorontalo 129.39 -0.03 123.65 -0.25 104.65 0.23 116.99 0.00 6 Sulawesi Barat 124.82 0.86 117.70 0.53 106.05 0.32 114.36 1.08

5.

Inflasi/Deflasi Perdesaan Tabel 5.

INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN DAN PERUBAHANNYA PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

DESEMBER 2015 – JANUARI 2015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran Desember’15 Januari’16 Prbh Des’15 thd Jan’15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 127.71 127.57 -0.11

Bahan Makanan 139.89 139.31 -0.42

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 118.09 119.01 0.78

Perumahan 118.42 118.73 0.27

Sandang 110.39 111.25 0.78

Kesehatan 113.34 113.98 0.57

Pendidikan, Rekreasi, & OR 106.31 106.71 0.37

(9)

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Januari 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi deflasi sebesar 0,11 persen. Deflasi perdesaan ini disebabkan oleh menurunnya indeks pada kelompok pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan, sebesar 0,42 persen dan transportasi dan komunikasi sebesar 1,38, seperti terlihat pada Tabel 5.

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Jika dilihat secara umum pada bulan Januari 2016 telah terjadi peningkatan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) sebesar 0,71 persen. Peningkatan NTUP per subsektor terjadi hampir pada seluruh subsektor kecuali sub sektor perikanan, khususnya perikanan budidaya. Sedangkan NTUP yang tertinggi di bulan Desember 2015 terjadi di subsektor hortikultura sebesar 121,29 dan NTUP yang terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, sebesar 98,53, seperti yang terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PER SUBSEKTOR PROVINSI SULAWESI UTARA, DESEMBER 2015 – JANUARI 2016 (2012=100)

Subsektor

Desember’15

Januari’16

Des’15 thdp

Jan’15

[1]

[2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

107.08 109.03 1.82

2. Hortikultura

120.97 121.29 0.26

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

97.82 98.53 0.73

4. Peternakan

110.84 110.94 0.08

5. Perikanan

112.79 112.67 -0.10

a. Tangkap

118.20 118.58 0.33

b. Budidaya

102.73 101.98 -0.73

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

Hasil pengolahan data dari perhitungan regresi linier juga menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan namun positif antara kecerdasan emosional

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Berdasarkan hasil perancangan sebelumnya maka terbentuklah sistem managemen rantai pasok yang terdiri dari 8 user dan 1 admin. Masing-masing user memiliki hak akses

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Untuk spesis A, haiwan tersebut memiliki bahagian abdomen yang besar, bagi spesis B, mereka memiliki perut yang bercorak, spesis C mempunyai tangan yang bercorak, spesis

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah