• Tidak ada hasil yang ditemukan

DECISION SUPPORT SYSTEM PEMANFAATAN SURPLUS AIR DENGAN METODE ANALLYTIC HIERARKHI PROCESS (AHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DECISION SUPPORT SYSTEM PEMANFAATAN SURPLUS AIR DENGAN METODE ANALLYTIC HIERARKHI PROCESS (AHP)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DECISION SUPPORT SYSTEM PEMANFAATAN SURPLUS AIR DENGAN METODE ANALLYTIC HIERARKHI PROCESS (AHP)

( Studi Kasus Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pekalongan ) Hari Agung B, M.Kom

Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Widya Pratama Jl. Patriot no 25 Pekalongan

Abstraks

PDAM Kota Pekalongan merupakan salah satu Perusahaan Daerah Air Minum yang menyuplai air bersih di hampir seluruh Kota Pekalongan dan sekitarnya. Berbagai sektor yang disuplai oleh PDAM Kota Pekalongan antara lain, industri, rumah tangga dan niaga dan mengharuskan pihak PDAM untuk lebih memperhitungkan berbagai faktor dalam mengatur alokasi air tersebut. Sehubungan dengan hal itu, selama ini PDAM Kota Pekalongan memiliki surplus air 30 – 40 % yang belum dapat dipastikan akan disuplai ke sektor mana. Untuk memudahkan PDAM Kota Pekalongan dalam menentukan sektor yang paling tepat menerima surplus air tersebut maka penulis mengusulkan sistem pendukung keputusan yang dapat membantu pihak PDAM Kota Pekalongan dalam memutuskan dengan tepat pengalokasian surplus air sehingga meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan bagi PDAM Kota Pekalongan.

Penelitian yang dilakukan ini memfokuskan untuk membangun DSS dengan menambah penggunaan metode Analytic Hierarcy Process (AHP) untuk menentukan pemanfaatan surplus air berdasarkan 3 faktor yaitu ekonomi/rumah tangga, bisnis/niaga dan industri. Logikanya semakin tinggi nilai bisnis/niaga, ekonomi/rumah tangga dan industri calon konsumen, maka semakin besar kesempatan calon konsumen untuk memperoleh pemanfaatan surplus air tersebut.

Sampel dalam penelitian ini adalah calon konsumen yang mengajukan permintaan air ke PDAM Kota Pekalongan pada periode tahun 2009.

Dari penelitian ini, dengan penggunaan kedua metode DSS yang optimal secara computerized, diharapkan dapat membantu dan memudahkan pihak pemrakarsa dalam tugasnya menilai kelayakan pengajuan permintaan air menjadi lebih cepat dan akurat. Melihat dari penggunaan metode ini dapat disimpulkan bahwa, layak tidaknya surplus air diberikan sangat dipengaruhi oleh variable bisnis/niaga, ekonomi/rumah tangga dan industri.

Kata kunci : Decission Support System (DSS), Surplus Air, Analytic Hierarchy Process (AHP)

(2)

I PENDAHULUAN

PDAM Kota Pekalongan merupakan salah satu pusat supplier air untuk Kota Pekalongan dan sekitarnya, dimana perannya memegang kontribusi sangat signifikan untuk aktifitas perusahaan, niaga, sosial dan juga rumah tangga. Namun demikian sampai saat ini PDAM Kota Pekalongan masih mempunyai surplus air sebanyak 30 – 40% yang belum dialokasikan. Sekarang ini karena banyaknya perusahaan dan perorangan yang mengajukan permintaan surplus air tersebut, maka pihak PDAM Kota Pekalongan harus dapat menentukan dengan pengalokasian surplus air tersebut dengan tepat. Untuk mengambil keputusan tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan secara nyata faktor-faktor yang mempengaruhi pengalokasian surplus air tersebut atau dengan menggunakan aplikasi program komputer sehingga prosesnya menjadi lebih cepat. Tapi dewasa ini masih banyak instansi maupun perusahaan perorangan yang belum menggunakan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) berbasis komputer dikarenakan masih

banyaknya karyawan yang tidak bisa menggunakan teknologi informasi secara advance, padahal sudah seharusnya di era globalisasi ini masyarakat juga harus mengetahui dan memanfaatkan teknologi ini.

Menilai pemanfaatan suplai air minum untuk berbagai sektor di Kota Pekalongan dan sekitarnya yang meliputi sektor rumah tangga, industri, niaga dan juga marga (kelompok : sosial, jalan) bukanlah hal yang mudah karena melibatkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan dianalisis dengan tepat, cermat namun cepat. Dengan adanya perkembangan teknologi komputer dibidang sistem informasi dan melihat karakteristik permasalahan yang mana penilaian kelayakan proposal suplai air merupakan masalah yang kurang terstruktur atau semi terstruktur dan cukup rumit dan kompleks, juga merupakan tanggung jawab pihak manajemen menengah dan puncak yang harus dilakukan secara tepat dan efisien. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis mencoba membuat sebuah sistem pendukung keputusan berbasis komputer yang

(3)

dikenal dengan Decision Support Systems.

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dirancang adalah sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Analytic Hierarkhi Proccess yang memungkinkan adanya penambahan dan pengurangan model untuk masalah yang lebih kompleks. Selain itu sistem ini juga memungkinkan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dimasa yang akan datang. Penilaian kelayakan pemanfaatan suplai air ini didasarkan pada 3 aspek yaitu bisnis, teknologi dan aspek ekonomi. Rancangan DSS ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual Basic Net dengan database MySql yang dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat membantu dan memudahkan pihak PDAM Kota Pekalongan dalam menilai dan mengambil keputusan pemanfaatan suplai surplus air yang ada.

Dengan memperhatikan bahwa PDAM kota Pekalongan belum menggunakan

Decision Support System untuk menanggani surplus air, maka penyusun akan merancang suatu

Decision Support System dengan

menggunakan metode Analitycal Hierarkhi Procces (AHP) dalam menentukan skor kelayakan calon konsumen suplai air di PDAM Kota Pekalongan.

II. DASAR TEORI

Penelitian dari Hidayat dan Prabantoro (2004), mengemukakan bahwa Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat memberikan jawaban terhadap pilihan terbaik Perusahaan vendor pengembang system informasi akademik STIE Indonesia secara rasional alamiah. Syarat-syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bahwa dalam AHP user sebagai pengambil keputusan haruslah yang melakukan perhitungan ataupun perbandingannya sendiri dan pengambil keputusan juga harus benar-benar mendapatkan kecukupan informasi berkaitan dengan deskripsi permasalahan dan faktor-faktor pengaruhnya dengan baik. Lebih lanjut Hidayat mengatakan bahwa AHP sebagai sebuah alat untuk menetapkan pilihan dapat dijadikan dasar dalam memilih secara lebih rasional, terutama dalam upaya memilih atau melakukan seleksi sumberdaya sistem informasi manajemen ataupun penetapan

(4)

perusahaan yang ditunjuk sebagai vendor pengembang system informasi manajemen yang dioutsourcingkan.

2.1 Sistem Pendukung Keputusan /

Decision Suport System

Pengambilan keputusan adalah pemilihan beberapa tindakan alternatif yang ada untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan (Turban, 2005).

Turban (2005) mengemukakan karakteristik dan kapabilitas kunci dari SPK adalah (Gambar 1):

1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur. 2. Dukungan untuk semua level

manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.

3. Dukungan untuk individu dan kelompok.

4. Dukungan untuk semua keputusan independen dan atau sekuensial. 5. Dukungan di semua fase proses

pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi.

6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan. 7. Kemampuan sistem beradaptasi

dengan cepat, dimana pengambil

keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.

8. Pengguna merasa seperti dirumah.

User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat, dan sebuag bahasa intekatif yang alami antarmuka manuasia-mesin dapat meningkatkan SPK.

9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) dari pada efisiensi (biaya).

10. Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan keputsan dalam memecahkan masalah.

11. Pengguna akhir dapat

mengembangkan dan

memodifikasi sistem sederhana. 12. Menggunakan model-model dalam

penganalisisan situasi pengambilan keputusan.

13. Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

(5)

14. Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di

satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepajang rantai persediaan.

Masalah semi terstruktur dan tidak

terstruktur Mendukung manajer di semua level Dapat diadaptasi dan fleksibel Kemudahan penggunaan interaktif Keefektifan, bukan efisiensi Standalone, integrasi, dan berbasis web

SPK

1 2 7 8 9 14 Mendukung individu dan kelompok Keputusan yang saling tergantung atau sekuensial Mendukung intelegensi, desain, pilihan, implementasi Mendukung berbagai proses dan gaya

keputusan 3 4 5 6 Manusia mengontrol mesin Kemudahan pengembangan oleh pengguna akhir Pemodelan dan analisis Akses data 10 13 12 11

Gambar 1 : Karakteristik dan Kapabilitas SPK

Sumber : Decision Support Systems and Intelligent System, Turban, E., J. E. Aronson, dan T. Liang, 2005

2.2 AHP (Analytic Hierarchy Process)

AHP adalah salah satu teknik pengambilan keputusan / optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang

komprehensif dengan

memperhitungkan hal-hal yang

bersifat kuulitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutup semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan struktur suatu sistem dan lingkungan ke dalam komponen yang saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dampak pada komponen kesalahan sistem (Saaty, 2001).

(6)

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya. Perbedaan model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat aksioma-aksioma pada model AHP : 1. Reciprocal Comparision, yaitu

pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensi.

2. Homogenity, yaitu preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas, elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain.

3. Independence, yaitu preferensi

dinyatakan dengan

mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif malainkan oleh objektif keseluruhan.

4. Expectation, yaitu tujuan pengambilan keputusan.

2.3 Prinsip Kerja AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :

1. Menyusun hirarki dari

permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya,

yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki

2. Penilaian Kriterian dan

Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (2001), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan, dapat dilihat gambar dibawah ini :

A1 A2 ... A3 A1 a11 A1 2 ... a1n A2 a21 A1 2 ... a2n : : : : : : : : : : An an1 an2 ... ann

Gambar 3 :Matriks Perbandingan Berpasangan

Sumber : Kusrini, ”Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Andi, 2007

Formulasi matematis pada AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Misalkan, dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A1, A2, …, An, maka hasil

perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut akan

(7)

membentuk matriks perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan

Matriks Anxn merupakan matriks

repirokal. Dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu W1, W2, …, Wn yang

akan dinilai secara perbandingan. Nilai ( judgment ) perbandingan secara berpasangan antara ( wi, wj ) dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. Untuk menentukan skala prioritas yang merupakan eigen vector, digunakan rumus sebagai berikut :

AW = λmaks W

Dimana λmaks merupakan eigen value matriks perbandingan A.

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria

digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Susunan dari elemen-elemen yang dibandingkan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan untuk melihat nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat tabel 1 berikut :

Tabel 1 : Skala Nilai Perbandingan Berpasangan

Nilai Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i

(8)

III PEMBAHASAN 3.1 Populasi dan Sampel

Setiap penelitian akan dilakukan biasanya ditetapkan terlebih dahulu populasi dan sampelnya. Demikian pula dengan penelitian ini agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data yang sesuai dengan yang diharapkan. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumen suplai

surplus air yang ada di PDAM Kota Pekalongan sejumlah 14800 konsumen. Sampel adalah penelitian yang dilakukan terhadap sebagian kecil dari pada populasi. Sampel yang diambil adalah konsumen PDAM Kota Pekalongan maksimal 10% dari keseluruhan populasi dan diambil secara acak.

3.2Metode Pengembangan sistem

Di dalam melaksanakan aktifitas penelitian selalu di perlukan cara atau metode supaya aktifitas tersebut terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang di rencanakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengembangan sistem dengan waterfall yang meliputi :

A. Perencanaan Sistem (System / Information Engineering and Modeling)

Pada tahap ini dilakukan pencatatan kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk software.

Tahap perencanaan meliputi :

a. Mengenali dan

mengidentifikasi masalah yang ada dan mencari alternatif pemecahannya. Tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah :

1) Mengidentifikasi masalah 2) Mengidentifikasi penyebab

masalah

b. Alternatif Sistem yang Diusulkan

Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara rinci apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang berjalannya sistem baru yang akan diusulkan. Langkah dari tahap ini terdiri beberapa tugas yang perlu dilakukan antara lain :

1) Identifikasi kebutuhan perangkat keras.

2) Identifikasi kebutuhan perangkat lunak

(9)

3) Identifikasi kebutuhan sumber daya manusia.

B. Analisis Sistem (Software

Requirements Analysis)

Analisis sistem adalah suatu penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian dengan maksud mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, hambatan-hambatan yang ada serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat di usulkan perbaikannya.

Dari pengertian diatas bahwa analisis sistem yang diharapkan adalah pengembangan laporan selama survey dan sebagai kebijaksanaan pemakai menjadi spesifikasi yang terstruktur dengan menggunakan berbagai permodelan. Analisa sistem juga digunakan dalam penentuan kebutuhan informasi yang akurat dan mendalam, serta menganalisis biaya manfaat secara terperinci.

Teknik yang digunakan dalam analisa sistem meliputi : a. Analisa kelayakan.

Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya

sistem yang akan diusulkan, tahapannya yaitu : 1) Analisa biaya 2) Analisa manfaat 3) Pemilihan/kelayakan sistem b. Identifikasi kebutuhan informasi

Yaitu untuk mengetahui data atau informasi apa saja yang dibutuhkan, tahapannya yaitu : 1) Identifikasi data dan

informasi.

2) Identifikasi sumber data dan informasi

c. Spesifikasi

Analisis sistem secara terperinci, kegiatan yang dilakukan adalah :

1). Merancang struktur program

2). Merancang logika program 3). Merancang file

4). Merancang desain Input output

5). Pembuatan back-up C. Desain Sistem (Design)

Pada tahap ini penulis mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik.

(10)

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis pada tahap Desain Sistem antara lain :

a. Merencanakan pemanfaatan peralatan baik software maupun hardware.

b. Mempelajari dan

menggambarkan logika dari sistem yang disusun.

c. Merencanakan format untuk pemasukan data.

d. Merencanakan bentuk laporan yang disajikan agar sesuai dengan kebutuhan.

D. Pegkodean (Coding)

Tahap ini merupakan tahap persiapan semua kegiatan dan penerapan sistem sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Menerjemahkan logika program

ke dalam bahasa pemrograman. 2. Menyusun laporan.

3. Menyediakan fasilitas fisik. 4. Menyiapkan tenaga

operasional.

5. Menyiapkan keperluan yang lain untuk pengoperasian sistem baru.

E. Implementasi dan Pengujian

Merupakan tahap penerapan dan penggunaan program serta pengujian program yang dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kesalahan jalannya program.

IV KESIMPULAN

Pengembangan laporan selama survey dan sebagai kebijaksanaan pemakai menjadi spesifikasi yang terstruktur dengan menggunakan berbagai permodelan. Analisa sistem juga digunakan dalam penentuan kebutuhan informasi yang akurat dan mendalam, serta menganalisis biaya manfaat secara terperinci.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Daihani, D, Umar. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

(11)

[2]. Sukarto, Haryono. 2006. Pemilihan Model Transportasi Di Dki Jakarta Dengan Analisis Kebijakan “Proses Hirarki Analitik” , Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3 , No. 1, Januari 2006, Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

[3]. Rochim Saiful dan Prajitno Faiz Hadi. 2007. Methode Analitycal Hierarchy Process untuk menentukan Prioritas Penanganan Jalan di Wilayah Balai Pemeliharaan Jalan Mojokerto , Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V, 3 Pebruari 2007, Surabaya.

[4]. Hidayat Agus dan Prabantoro Gatot, 2004. Memilih Vendor Pengembang Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pengembangan Sistem Akademik STIE Indonesia), Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi di UII Jogjakarta, 19 Juni 2004

[5]. Kadir, A. 2000. Konsep dan tuntunan Praktis Basis Data. ANDI offset, Yogyakarta.

[6]. Kusrini, ”2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Andi offset, Yogyakarta,

[7]. Sjartuni, A. 1999 Tuntunan Praktis Dasar- Dasar Pemprograman Visual Basic, PT. Elek Media Komputindo, Jakarta

[8]. Turban, E., J. E. Aronson, dan T. Liang. 2005. Decision Support System and Intelligent System, Pearson Prantice Hall, New Jersey.

Gambar

Gambar 1 : Karakteristik dan Kapabilitas SPK

Referensi

Dokumen terkait

Analisis sistem Yaitu proses penguraian dari suatu system informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponenya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi

: Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan

Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian – bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian- bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi utuh kedalam bagian-bagiannya kedalam komponen-komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan

Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian- bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi

Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi