PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA JURUSAN
AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN
AKUNTAN INDONESIA
OLEH:
ANDI BESSE NURLAN
A311 07 005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA JURUSAN
AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN
AKUNTAN INDONESIA
O L E H :
ANDI BESSE NURLAN
A311 07 005
Skripsi Sarjana Lengkap Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Hasanuddin
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Ishak Amshari, M. Si., Ak. Darmawati, SE., M. Si., Ak. NIP : 19551117 198703 1 001 NIP : 19670518 199802 2 001
ABSTRAK
Andi Besse Nurlan, A311 07 005, Persepsi Akuntan dan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, dibimbing oleh Drs. M. Ishak Amshari, M. Si., Ak. (Pembimbing I) dan Darmawati, SE., M. Si., Ak. (Pembimbing II).
Kata Kunci: Persepsi, kode etik akuntan, akuntan, mahasiswa jurusan akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi akuntan sebagai praktisi dan persepsi mahasiswa jurusan akuntansi sebagai akademisi terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Analisisnya didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan di kota Makassar.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terpilih. Kriteria responden untuk akuntan adalah profesi akuntan, baik yang bekerja sebagai akuntan publik, akuntan intern, akuntan yang bekerja di pemerintahan, maupun akuntan sebagai pendidik yang berada di kota Makassar dan telah terdaftar sebagai akuntan yang resmi. Sedangkan, kriteria responden untuk mahasiswa jurusan akuntansi adalah masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan akuntansi Strata 1 dan peserta PPAk di Universitas Hasanuddin serta telah atau sedang menempuh mata kuliah Auditing bagi mahasiswa akuntansi Strata 1 dan mata kuliah Etika Bisnis atau Etika Profesi bagi peserta PPAk.
Penelitian ini dimulai dengan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner. Untuk pengujian validitas menggunakan pendekatan pearson correlation sedangkan pengujian reliabilitas menggunakan metode cronbach alpha (a). Analisis berikutnya adalah menguji persyaratan alat uji hipotesis. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dalam penelitian ini
menggunakan Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS)
Kolmogorov-Smirnov Test dan pengujian homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS) Test of Homogenity of Variances.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik yaitu Independent Sampel t-test dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 (Statistical Packages for Social Science). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dan akuntan terhadap Kode Etik Akuntan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirobbil Alamin. Segala puji dan syukur tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan keagungan-Nya telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Persepsi Akuntan dan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia” dengan
baik dan lancar.
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan penulis pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Hasanuddin.
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, maka perkenankanlah
penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah membimbing dan mendampingi penulis selama masa penyelesaian studi,
antara lain :
1. Kedua Orang tuaku dan saudara-saudaraku yang tidak pernah berhenti
memberikan doa, harapan, semangat, dan dukungan pada penulis, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih tidak terhingga
karena berkat do‘a dan restu mereka, penulis dapat menyelesaikan
pendidikan ini.
2. Drs. M. Ishak Amshari, M. Si., Ak., selaku Pembimbing I dan
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan skripsi ini.
3. Prof. DR. Muhammad Ali, SE, MS, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin.
4. DR. Darwis Said, SE, MSA, Ak. Pembantu Dekan bidang Akademik
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
5. Drs. Syahrir, SE, M.Si, Ak. Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin.
6. Drs. Syamsuddin., M.Si., Ak., Selaku penasehat Akademik Penulis
yang telah ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
arahan dan petunjuk kepada penulis.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Hasanuddin atas segala arahan, wawasan, serta pengetahuan yang telah
diberikan dengan tulus hati.
8. Seluruh staf Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin yang selalu
memberikan bantuan dan partisipasinya bagi penulis selama menjalani
kuliah hingga selesainya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat terbaikku “Kakha” (Ayu, icha, nonenk, fitri, odhe,
ardha, deq, mame, akbar, uli, dias, rhia, churchil, dan rini) yang selalu
menemani hari-hari penulis dan telah memberikan banyak bantuan,
dukungan, perhatian, cerita, nasehat dan pengalaman bagi penulis.
10. Kakak-kakak senior yang telah memberikan banyak bantuan, masukan
dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
11. Teman-teman Pr07ezholic yang selalu kompak dan ceria terima kasih
atas persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin manis selama
kita belajar bersama-sama di “FEKON-UNHAS”.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa bersama
kita dan meridhoi jalan hidup kita. Amin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... ... iii
ABSTRAK ………... ... iv
KATA PENGANTAR ………... ... v
DAFTAR ISI ………... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ………... ... 1
1.1 Latar Belakang ……… .. 1
1.2 Rumusan Masalah ………... .. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ……….. .. 9
1.4 Sistematika Penulisan ……… ... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….. .. 11
2.1 Persepsi ... 11
2.1.1 Pengertian Persepsi ... 11
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13
2.2 Akuntan ………. ... 14
2.2.1 Pengertian Akuntan……….. .. 14
2.2.2 Profesi Akuntan …………... .. 15
2.4 Etika dan Etika Profesi ……….. ... 19
2.4.1 Etika ……...……….. ... 19
2.4.2 Etika Profesi ………... ... 21
2.5 Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia ……….. .. 23
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ... 29
2.7 Kerangka Pikir ……….. ... 32
2.8 Pengembangan Hipotesis ……….. .... 35
BAB III : METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis dan Objek Penelitian ……….... .... 36
3.1.1 Jenis Penelitian ………... .. 36
3.1.2 Objek Penelitian ……… ... 36
3.2 Jenis dan Sumber Data ……… ... 36
3.2.1 Jenis Data ……… ... 36
3.2.2 Sumber Data ……….... ... 37
3.3 Populasi dan Sampel ... .. 37
3.3.1 Populasi ... 37
3.3.2 Sampel ... 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ... ... 39
3.5 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian………. ... 40
3.5.1 Definisi Variabel Penelitian ………... .... 40
3.5.2 Pengukuran Variabel Penelitian ………. ... 42
3.6 Metoda Pengolahan Data ………. ... 43
3.7 Metode Analisis Data ………... .. 43
3.7.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ……….. ... 43
3.7.3 Pengujian Hipotesis ……… ... 45
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……….... .. 47
4.1.1 Rinician Pengembalian Kuesioner ………... .. 47
4.1.2 Deskripsi Responden ……… .... 48
4.2 Analisis Pendahuluan ……… ... 49
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ……… ... 50
4.2.2 Uji Normalitas ……….... ... 54
4.3 Analisis Pengujian Hipotesis ……….... ... 55
4.4 Pembahasan ……….... ... 63
BAB V: PENUTUP ... 65
5.1 Kesimpulan ……….... ... 65
5.2 Implikasi Penelitian ……….... ... 65
5.3 Keterbatasan Penelitian ……….... ... 66
5.4 Saran Untuk Pengujian Selanjutnya ……….... ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu... 31
Tabel 4. 1 Rincian Kuesioner ... 47
Tabel 4. 2 Gambaran Umum Responden ... 48
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Validitas Pertama ... 50
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Validitas Kedua ... 51
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Validitas Ketiga ... 52
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 54
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Normalitas ... 54
Tabel 4. 8 Hasil Uji t- test Tanggung Jawab Profesi ... 55
Tabel 4. 9 Hasil Uji t- test Kepentingan Publik ... 56
Tabel 4. 10 Hasil Uji t- test Integritas ... 57
Tabel 4. 11 Hasil Uji t- test Objektivitas ... 58
Tabel 4. 12 Hasil Uji t- test Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional ... 59
Tabel 4. 13 Hasil Uji t- test Kerahasiaan ... 59
Tabel 4. 14 Hasil Uji t- test Perilaku Profesional ... 60
Tabel 4. 15 Hasil Uji t- test Standar Teknis ... 61
Tabel 4. 16 Hasil Uji t- test Persepsi Kode Etik Akuntan ... 62
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya
mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang
memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk
bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh
suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di
dunia usaha sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian khusus, suatu
profesi harus memiliki etika yang merupakan aturan-aturan khusus yang harus
ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut.
Etika suatu profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam
masyarakat sekarang ini. Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis, dimana selama ini
perilaku etis sering di abaikan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua
profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang hukum.
Semua profesi dituntut untuk berperilaku etis yaitu bertindak sesuai dengan moral
dan nilai-nilai yang berlaku.
Kelompok-kelompok profesional, seperti akuntan, memiliki kode etik
perilaku yang disebut etika profesional. Kode etik tersebut berupaya untuk
memastikan standar kompetensi yang tinggi diantara anggota-anggota kelompok,
mengatur hubungan mereka, dan meningkatkan serta melindungi citra profesi dan
Kode etik profesi diusahakan untuk mengatur tingkah laku etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Adanya
kode etik kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi dapat diperkuat, karena
setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya terjamin. Kode etik
ibarat kompas yang menunjukkan arah etika bagi suatu profesi dan sekaligus juga
menjamin mutu profesi itu di mata masyarakat (Yatimin, 2006: 684).
Kepercayaan dari masyarakat inilah yang menjadi alasan perlunya kode etik
profesi.
Berkembangnya profesi akuntan, telah mendapat banyak pengakuan dari
berbagai kalangan seperti dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas. Hal ini
disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
jasa akuntan. Meskipun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh
kepercayaan terhadap profesi akuntan. Banyak masalah yang terjadi pada berbagai
kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan.
Di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan
terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik,
akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Pelanggaran etika oleh akuntan
publik misalnya dapat berupa pemberian opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu menurut norma
pemeriksaan akuntan atau Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Pelanggaran etika oleh akuntan intern dapat berupa perekayasaan data akuntansi
yang sebenarnya. Sedangkan pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan
pemerintah misalnya dapat berupa pelaksanaan tugas pemeriksaan yang tidak semestinya karena didapatkannya insentif tambahan dalam jumlah tertentu dari
pihak yang laporan keuangannya diperiksa.
Seharusnya pelanggaran tersebut tidak akan terjadi jika setiap akuntan dan
calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika
secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang
profesional. Dengan sikap akuntan yang profesional maka akan mampu
menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak
eksternal.
Secara umum, dapat ditunjukkan bahwa pekerjaan akuntan merupakan
pekerjaan yang sarat dengan acuan normative dan muatan moral. Acuan
normative dan muatan moral ini dapat dicermati antara lain pada kode etik profesi
akuntan, standar profesionalisme akuntan publik, dan standar akuntansi keuangan
yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Ludigdo, 2007: 52). Untuk itu pengembangan dan pertimbangan moral memainkan peran kunci dalam semua
area profesi akuntansi.
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia diatur dalam Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI). Ikatan Akuntansi Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan
Indonesia yang beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor pemerintah,
sebagai pendidik, serta akuntan yang bekerja di luar profesi auditor, akuntan
manajemen dan pendidik.
Kode etik Akuntan ini dimaksudkan sebagai pedoman dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
lingkungan dunia usaha, di instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya (Simamora, 2002:
45).
Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang
telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun
1998. Mukadimah prinsip etika profesi antara lain menyebutkan bahwa dengan
menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga displin
diri diatas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Selain itu, prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi (IAI, 1998 dalam
Ludigdo, 2007: 58).
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi
akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
publik. Ikatan Akuntansi Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan
etika profesi bagi akuntan. Namun, perilaku tidak etis dari para akuntan masih tetap ada. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga–tenaga yang
profesional dengan mempertahankan kode etik.
Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena dalam
melaksanakan pekerjaannya, profesi akuntan tidak terlepas dari aktivitas bisnis
yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus
memahami dan menerapkan etika profesinya. Penelitian ini juga dilakukan kepada
mahasiswa jurusan akuntansi karena mereka adalah calon akuntan yang
seharusnya terlebih dulu dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa
bekerja secara profesional berlandaskan etika profesi.
Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap
persoalan etika sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada.
Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi seseorang berperilaku
etis. Pemahaman seorang mahasiswa akuntansi dalam hal etika sangat diperlukan dan memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di
Indonesia. Calon akuntan perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap
masalah-masalah etika profesi yang akan mereka hadapi.
Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap etika
profesi (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan yang
lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat
mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo 1999, dalam Arisetyawan, 2010:
Akuntan yaitu Tanggung Jawab Profesi, Kepentingan Publik, Integritas,
Objektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Kerahasiaan, Perilaku Profesional, serta Standar Teknis.
Sebagai acuan dari studi ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Wulandari dan Sularso (2002) meneliti tentang
persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan
Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan persepsi yang
signifikan antara kelompok akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi.
Akuntan pendidik mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap kode etik
dibanding dengan mahasiswa akuntansi.
Jaka Winarna dan Retnowati (2003) melakukan penelitian tentang persepsi
akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap kode etik
Ikatan Akuntan Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa antara akuntan
publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi yang
berbeda terhadap kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Ronald Arisetyawan (2010) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa Pendidikan Profesi
Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi PPAk dan
akuntan publik.
Berdasarkan argumen di atas, maka peneliti mereplikasi penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ronald Arisetyawan (2010). Perbedaannya
terletak pada lokasi, ruang lingkup, dan objek penelitian. Penelitian sebelumnya
ada di kota Semarang dan Yogyakarta dengan memfokuskan penelitian pada 3
Prinsip Etika saja. Sedangkan pada penelitian ini akan menguji perbedaan persepsi terhadap 8 prinsip-prinsip etika dalam kode etik akuntan antara profesi
akuntan yang merupakan praktisi (meliputi akuntan publik, akuntan manajemen,
akuntan pendidik, dan akuntan pemerintahan) dengan mahasiswa jurusan
akuntansi sebagai akademisi yang berada di kota Makassar. Untuk itu, penelitian
ini diberi judul “Persepsi Akuntan Dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.” 1. 2 Rumusan Masalah
Banyaknya masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang
melibatkan profesi akuntan, membuat masyarakat memandang negatif peran
akuntan. Padahal apabila Kode Etik Akuntan yang mengatur mengenai
pelaksanaan profesi akuntan dilaksanakan dengan tulus dan niat yang baik maka hal tersebut tidak seharusnya terjadi.
Penegakan etika profesi harus dimulai melalui pemahaman dan
penghayatan dengan kesadaran penuh sedini mungkin, yaitu sejak bangku
perkuliahan. Adanya pemahaman dan penghayatan yang lebih untuk menerapkan
nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai
pelanggaran etika. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini masalah
yang diangkat adalah:
1. Bagaimana persepsi akuntan terhadap prinsip-prinsip Kode Etik Ikatan
2. Bagaimana persepsi mahasiswa jurusan akuntansi terhadap
prinsip-prinsip Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia?
3. Apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa jurusan
akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan?
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi akuntan terhadap Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa jurusan akuntansi
terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan dengan
mahasiswa jurusan akuntansi terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia.
1. 3. 2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagi penulis.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis, terutama yang terkait
dengan masalah dalam penelitian ini, serta sebagai wadah dalam rangka
b) Bagi penulis selanjutnya.
Sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang
kajian ini, serta bagi pihak yang memerlukan referensi yang terkait dengan isi
skripsi ini, baik itu sebagai bahan bacaan atau sebagai literatur.
c) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan para kelompok akuntan.
Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip-prinsip etika yang diterapkan telah
melembaga dalam diri masing-masing kelompok akuntan tersebut, sehingga
secara umum dapat dikatakan bahwa perilakunya dapat memberikan citra
profesi yang mapan dan kemahiran profesionalnya dalam memberikan jasa
kepada masyarakat yang semakin berarti, serta untuk memberikan masukan
dalam mendiskusikan masalah kode etik akuntan guna penyempurnaan serta
1. 4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisikan teori-teori yang relevan, hasil penelitian terdahulu,
kerangka teoritis serta hipotesis yang akan diuji
BAB III Metode Penelitian
Berisikan penjelasan tentang jenis dan sumber data, populasi dan
sampel, metode pengumpulan data, pengukuran variabel, serta
metode analisis.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisikan gambaran umum objek penelitian, dan analisis dari hasil
pengujian hipotesis
BAB V Penutup
Berisikan kesimpulan, implikasi hasil penelitian, keterbatasan, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Persepsi
2. 1. 1 Pengertian Persepsi
Menurut Ikhsan (2010: 93), persepsi adalah bagaimana orang-orang
melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Orang-orang
bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu
mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataannya, setiap orang memiliki
persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain.
Lebih jauh Ikhsan menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses
yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterpretasikan stimulus yang ditunjukkan oleh pancaindra. Dengan kata
lain, persepsi merupakan kombinasi antara faktor utama dunia luar (stimulus
visual) dan diri manusia itu sendiri (pengetahuan-pengetahuan sebelumnya).
Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Meskipun demikian, karena persepsi tentang objek atau peristiwa tersebut
bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu, maka persepsi akan bersifat
sangat subjektif dan situasional. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan
situasional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan
menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang
yang memberikan respons terhadap stimuli tersebut. Sementara itu, faktor struktural berasal dari sifat fisik dan dampak saraf yang ditimbulkan pada sistem
saraf individu.
Robbins (2009: 175) mendefinisikan persepsi (perception) sebagai proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima
seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya
tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul.
Persepsi individu dalam membuat penilaian terhadap individu lain, akan
dikaitkan dengan teori atribusi (Ikhsan, 2010: 97). Teori atribusi merupakan
penjelasan dan cara-cara manusia menilai orang secara berlainan, bergantung pada
makna yang dihubungkan ke suatu perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori ini
menyarankan bahwa jika seseorang mengamati perilaku seorang individu, orang
tersebut berusaha menentukan apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal
atau eksternal. Namun, penentuan tersebut sebagian besar bergantung pada tiga
faktor berikut:
1. Kekhususan (ketersendirian), merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
2. Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi serupa
bereaksi dengan cara yang sama.
3. Konsistensi, yaitu individu memberikan reaksi dengan cara yang sama dari waktu ke waktu.
2. 1. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dikatakan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan
pertemuan antara proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan
kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan,
pikiran, dan bahasa. Dengan demikian, persepsi bukanlah cerminan yang tepat
dari realitas (Ikhsan, 2010: 94).
Dari beberapa definisi persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap
individu mengenai suatu objek atau peristiwa tergantung pada dua faktor, yaitu
faktor dalam diri seseorang (aspek kognitif) dan faktor dunia luar (aspek stimulus
visual). Robbins (2009: 175), mengemukakan bahwa sejumlah faktor beroperasi
untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa
terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang
diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat.
Robbins menjelaskan bahwa ketika seorang individu melihat sebuah target
dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat
dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual
tersebut. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap,
kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.
Karakteristik target yang diobservasi bisa memengaruhi apa yang diartikan.
Target tidak dilihat secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar
belakangnya juga memengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan untuk
mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Konteks dimana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting. Waktu sebuah objek atau
Sumber: Robins, Stephen P., Perilaku Organisasi
peristiwa dilihat dapat memengaruhi perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya,
panas, atau sejumlah faktor situasional lainnya.
Gambar 2. 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
2. 2 Akuntan
2. 2. 1 Pengertian Akuntan
Akuntan adalah suatu gelar profesi yang pemakaiannya dilindungi oleh
peraturan (Undang-undang No. 34 tahun 1945). Peraturan ini mengatakan bahwa
gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi yang diakui menurut peraturan tersebut dan
Faktor dalam diri Pemersepsi :
1. Sikap-sikap
2. Motif-motif
3. Minat-minat
4. Pengalaman
5. Harapan-harapan
Faktor dalam Situasi:
• Waktu
• Keadaan Kerja
• Keadaan Sosial
Faktor pada Target:
1. Sesuatu yang baru
2. Gerakan 3. Suara 4. Ukuran 5. Latar Belakang 6. Kedekatan 7. Kemiripan PERSEPSI
telah terdaftar pada Departemen Keuangan yang dibuktikan pemberian nomor
register. Apabila seseorang telah lulus dari pendidikan tinggi dimaksud tetapi tidak terdaftar maka yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan tersebut, bukan
akuntan. Oleh sebab itu, semua “akuntan yang resmi” mempunyai nomor register
(Regar, 2007: 7).
Akuntan merupakan profesi yang mengawal penerapan good corporate
governance (good governance) baik di swasta maupun di pemerintahan agar berjalan sesuai pada jalurnya. Akuntan yang tidak berintegritas dan tidak bermoral
membuat segala sesuatunya menjadi berantakan (akuntansibisnis.wordpress.com).
Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar, 2003), profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di
bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang
bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di
pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
2. 2. 2 Profesi Akuntan
Profesi Akuntan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Profesi Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.
Mereka bekerja bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang
termasuk dalam kategori akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor
mendirikan kantor akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari Departemen
Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa
penyusunan sistem manajemen.
2. Profesi Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan manajemen. Jabatan tersebut
yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka adalah menyusun sistem
akuntansi, menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun
laporan keuangan kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan
masalah perpajakan dan pemeriksaan intern.
3. Profesi Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga
pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
4. Profesi Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan
akuntansi, melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan
menyusun kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
Pada intinya akuntan harus terus menjaga dan mengembangkan
diuraikan hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap akuntan sesuai dengan
bidangnya sebagai berikut (Wulansari, 2008: 6-7) :
1. Profesionalisme akan dapat ditingkatkan melalui penguasaan bahasa asing,
teknologi informasi, dan penguasaan metode akuntansi untuk transaksi
perusahaan multinasional.
2. Akuntan publik yang profesional adalah mereka yang kompeten dalam
melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan domestik dan
multinasional dengan sistem manual atau berbasis teknologi informasi.
Kantor akuntan publik juga harus mempunyai kompetensi di bidang
review dan kompilasi.
3. Akuntan internal (manajemen) perlu meningkatkan profesionalismenya di
bidang metode akuntansi untuk transaksi perusahaan nasional dan
multinasional, penguasaan bahasa asing, dan teknologi informasi. Akuntan
manajemen juga perlu memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi
dan manajemen, sehingga dapat berperan dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Akuntan pendidik harus dapat melakukan transfer of knowledge kepada mahasiswanya, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan menguasai
pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi dan mampu
mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian.
5. Akuntan pemerintah harus menguasai akuntansi dan audit pemerintahan
BUMN dan BUMD. Dengan penguasaan teknologi informasi akan
meningkatkan profesionalisme akuntan pemerintah.
2. 3 Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman
konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki
resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang menyangkut profesinya (Suwardjono 1992 dalam Abdullah 2002).
Mahasiswa jurusan akuntansi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
jurusan akuntansi strata 1 dan mahasiswa pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Mahasiswa yang lulus dari Jurusan Akuntansi tidak secara otomatis mendapatkan
gelar akuntan (Ak) tetapi harus menempuh program Pendidikan Profesi Akuntansi
(PPAk) untuk mendapatkan gelar akuntan tersebut.
Program Studi S1 Akuntansi merupakan program studi yang menghasilkan sarjana akuntansi yang siap menjadi akuntan profesional dan kompeten berlandaskan wawasan berpikir manajerial. Agar menjadi sarjana yang siap untuk menjadi akuntan yang profesional dan kompeten di era globalisasi sekarang ini maka para mahasiswa dibekali dengan keterampilan, pengetahuan, dan karakter. Selain itu, guna pengembangan diri yang berkelanjutan maka mahasiswa juga akan dibekali dengan kemampuan melakukan penelitian yang akan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu atau secara khusus dapat digunakan untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi dalam program studi akuntansi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 179/U/2001 tanggal 21 November 2001 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi. PPAk diselenggarakan di perguruan tinggi sesuai dengan persyaratan, tatacara dan kurikulum yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Lulusan pendidikan profesi akuntansi
berhak menyandang gelar profesi Akuntan (www.scribd.com). Lulusan
pendidikan profesi akuntansi juga semakin berpeluang meniti karir sebagai auditor pemerintahan, auditor internal, akuntan sektor publik, akuntan manajemen, akuntan pendidik, akuntan perpajakan, akuntan keuangan, maupun akuntan sistem informasi.
2. 4 Etika dan Etika Profesi 2. 4. 1 Etika
Menurut Keraf (1991) dalam Harahap (2011: 17), etika adalah disiplin ilmu yang berasal dari filsafat yang membahas tentang nilai dan norma moral yang mengarahkan manusia pada perilaku hidupnya. Etika memberikan ruang untuk melakukan kajian dan analisis kritis terhadap nilai dan norma moral tadi. Etika adalah refleksi kritis dan rasional terhadap nilai dan norma moral yang mengatur perilaku hidup manusia baik pribadi maupun kelompok. Jadi, etika adalah upaya merealisasikan moralitas.
Etika merupakan peraturan-peraturan yang dirancang untuk
mempertahankan suatu profesi pada tingkat yang bermartabat, mengarahkan
kepada publik bahwa profesi akan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi.
Titik tolak yang baik untuk mempertimbangkan etika adalah dengan memeriksa konteks di mana sebagian persoalan etis muncul terhadap hubungan di antara
orang-orang. Setiap hubungan di antara dua atau lebih individu menyertakan di
dalamnya ekspektasi pihak-pihak yang terlibat (Simamora, 2002: 44).
Etika (ethic) berkaitan dengan konsep teori rasio tentang nilai-nilai etis dalam hubungan manusiawi, seperti, kebenaran, keadilan, kebebasan, kejujuran,
dan cinta kasih. Etika kerja adalah semacam teori tentang apa, mengapa, dan
bagaimana seseorang seharusnya bekerja agar ia menjadi manusia yang baik.
Karena bersifat konseptual teoritik rasional, etika kerja selalu mengacu pada nilai-nilai etis yang menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia
sebagai manusia (Andrias Harefa, dalam Amilia Septi, 2008: 20).
Menurut Yatimin (2006: 40), faktor-faktor yang memengaruhi etika
diantaranya adalah sifat manusia, norma-norma etika, aturan-aturan agama, dan
fenomena kesadaran etika. Secara sistematis, etika dapat dikelompokkan sebagai
berikut. Dari sudut umum dan khusus, etika dapat dibagi dalam beberapa
kelompok:
1. Etika umum adalah etika yang berlaku umum, tidak hanya pada pihak
tertentu.
2. Etika khusus adalah etika yang berlaku pada kelompok tertentu. Etika ini
dikelompokkan menjadi: a) Etika individual,
1. Etika keluarga,
2. Etika politik,
3. Etika lingkungan,
4. Etika profesi,
5. Dan lain-lain.
Etika dan etiket sering dipertukarkan, Bertens (dalam Harahap, 2011: 18)
membedakan kedua istilah ini:
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilaksanakan manusia, sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan dan biasanya di depan umum, sedangkan etika berlaku umum tidak bergantung pada ada tidaknya orang. 3. Etiket bersifat relative, sedangkan etika bersifat absolute dan berlaku
universal.
4. Etiket berbicara secara lahiriah, sedangkan etika menyangkut manusia dari dalam.
2. 4. 2 Etika Profesi
Etika profesional mencakup perilaku untuk orang-orang profesional yang
dirancang baik untuk tujuan praktis maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena
itu kode etik harus realistis dan dapat dipaksakan. Agar bermanfaat, kode etik seyogyanya harus lebih tinggi dari undang-undang, tetapi di bawah ideal
(Haryono, 2005: 28).
Maultz dan Sharaf (dalam Guy, 2002: 59), mengatakan bahwa etika profesional adalah aplikasi khusus dari etika umum. Etika umum menekankan
bahwa ada pedoman tertentu yang menjadi dasar bagi seseorang untuk
berperilaku. Pengetahuan akan hasil akhir dari tindakannya terhadap dirinya dan
penghargaan akan aturan agama, penerimaan tugas, kewajiban untuk melakukan
hal yang dia inginkan diperbuat orang lain terhadap dirinya sepanjang waktu, dan pengenalan akan norma perilaku etis di masyarakat tempat seseorang hidup,
semuanya membantu seseorang untuk mencapai tingkat perilaku etis yang tinggi.
Etika profesional ditetapkan oleh organisasi bagi para anggotanya yang
secara sukarela menerima prinsip-prinsip perilaku profesional lebih keras daripada
yang diminta oleh undang-undang. Prinsip-prinsip tersebut dirumuskan dalam
bentuk suatu kode etik.
Jika profesi akuntan ingin bertahan, maka harus meningkatkan aspek
etikanya dan penegakan kode etik profesi dalam kurikulum dan dalam
menjalankan profesinya. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai salah
satu profesi sudah memiliki etika profesi dan mewajibkan aturan etika itu
diterapkan oleh anggota IAPI. Etika ini menyebutkan bahwa akuntan harus
mempertahankan sikap independen dan tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan
apapun, kecuali etika profesi, menjaga integritas dan objektivitas, menerapkan
semua prinsip dan standar akuntansi yang ada, serta memiliki tanggung jawab moral kepada profesi, kolega, klien, dan masyarakat (Harahap, 2011: 27-28).
Prinsip-prinsip etika profesi (Isnanto, 2009: 7-8) sebagai berikut:
1. Tanggung jawab meliputi:
• Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
• Tanggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Adapun peranan etika dalam profesi yaitu:
1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut.
2. 5 Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai pedoman dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja
di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Etika profesional
bagi praktik akuntan di Indonesia disebut kode etik (Simamora, 2002: 45).
Dalam Ludigdo (2007: 54), Baidaie (2000) menjelaskan bahwa secara
lebih luas kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi
eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena
dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas
kinerja yang paling baik bagi masyarakat.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal
nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah
daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan dengan tekun dan konsekuen.
Sementara itu disebutkan dalam Mathews & Perrera (1991) dalam
Ludigdo (2007: 54-56), terdapat beberapa keuntungan dari adanya kode etik ini.
1. Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari
pekerjaannya.
2. Kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara lebih
mudah.
3. Ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke dalam istilah yang
konkret dan dapat diaplikasikan ke segala situasi.
4. Anggota sebagai suatu keseluruhan akan bertindak dalam cara yang
lebih standar pada garis profesi.
5. Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan
kebijakan profesi.
6. Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri.
7. Profesi dapat membuat anggotanya dan juga publik sadar sepenuhnya
atas kebijakan-kebijakan etisnya.
8. Anggota dapat menjustifikasi perilakunya jika dikritik.
Dalam kongresnya pada tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
pertama kalinya menyusun kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode Etik
Akuntan Indonesia senantiasa mengalami penyempurnaan pada saat
terakhir dilakukan ketika berlangsungnya Kongres IAI pada tanggal 23-25
September 1998 di Jakarta. Berdasarkan hasil Kongres IAI pada tahun 1998 tersebut, Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian prinsip etika,
aturan etika, dan interpretasi aturan etika (Simamora, 2002: 45-46).
Aturan etika merupakan standar minimum yang telah diterima dan bisa
dipaksakan pelaksanaannya, sedangkan prinsip etika bukan merupakan standar
yang bisa dipaksakan pelaksanaannya. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar
bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh
para anggota profesi. Sebagaimana dirumuskan dalam Mukadimah prinsip etika
profesi antara lain menyebutkan bahwa dengan menjadi anggota, seorang akuntan
mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang
disyaratkan oleh hukum dan peraturan.
Rerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan
prinsip-prinsip etika (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001: 001.14) sebagai berikut:
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga
harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan
2. Kepentingan publik
Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi
adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang
peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri
dari klien, kreditor, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada objektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan
publik. Kepentingan profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan prestasi tinggi dan sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Integritas
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas
adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan
etika. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas
dan kehati-hatian profesional.
4. Objektivitas
Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai
anggota IAI harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka
juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya
dan memelihara objektivitas.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman, dan pertimbangan
yang diperlukan memadai tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan
profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
7. Perilaku profesional
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten
selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar teknis
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan
mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
2. 6 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penulis sebelumnya menegaskan terkait dengan persepsi
terhadap kode etik akuntandiantaranya :
Arisetyawan (2010) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Publik dan
Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi PPAk dan
akuntan publik dalam hal ini diterima. Perbedaan persepsi tersebut lebih banyak dipengaruhi karena faktor perbedaan sudut pandang mengenai pelaksanaan kode
etik dalam penerapannya di lapangan.
Penelitian oleh Sartika (2006) yang meneliti persepsi dosen akuntansi dan
mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara persepsi Dosen Akuntansi dan Mahasiswa Akuntansi
terhadap kode etik akuntan. Dilihat dari mean kedua kelompok tersebut diketahui
bahwa Dosen Akuntansi memiliki persepsi sedikit lebih baik dibandingkan
dengan Mahasiswa Akuntansi. Hal ini disebabkan karena Dosen Akuntansi lebih
banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan Mahasiswa Akuntansi
mengenai kode etik akuntan.
Yusriani (2005) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Pendidik dan Akuntan
Publik Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia.” Hasil pengujian dengan
menggunakan Independent Sample t-test mengungkapkan bukti empirik yang
mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan pendidik dengan akuntan
publik.
Murtanto dan Marini (2003) meneliti tentang persepsi akuntan pria dan
akuntan wanita serta mahasiswa dan mahasiswi akuntansi terhadap etika bisnis
dan etika profesi akuntan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan antara persepsi pria dan wanita untuk akuntan dan
diperoleh bahwa terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi dan persepsi mahasiswi akuntansi terhadap etika bisnis namun untuk akuntan wanita dan mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi yang lebih baik
terhadap etika bisnis.
Jaka Winarna dan Retnowati (2003) melakukan penelitian tentang persepsi
akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode
etik Ikatan Akuntan Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa antara
akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi
yang berbeda terhadap kode etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti
Tahun Operasional Variabel Hasil Penelitian
1. Arisetyawan 2010 • Kode Etik IAI
• Mahasiswa PPAk
• Akuntan Publik
Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi PPAk dan akuntan publik terhadap kode etik akuntan.
2. Sartika 2006 • Kode Etik IAI
• Dosen Akuntansi
• Mahasiswa Akuntansi
Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi Dosen Akuntansi dan
Mahasiswa Akuntansi
terhadap kode etik akuntan.
3. Yusriani 2005 • Kode Etik IAI
• Akuntan Publik
• Akuntan Pendidik
Tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan pendidik dengan kelompok akuntan publik.
4. Murtanto dan Marini
2003 • Akuntan Pria dan Wanita • Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi • Etika bisnis • Etika profesi akuntan
Tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi pria dan wanita untuk akuntan dan mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan. Namun untuk etika bisnis hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara persepsi pria dan wanita untuk akuntan dan mahasiswa akuntansi.
5. Jaka dan Ninuk • Kode Etik IAI
• Akuntan Publik
• Akuntan Pendidik
• Mahasiswa Akuntansi
Bahwa antara akuntan publik, akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi
mempunyai perbedaan
persepsi yang signifikan terhadap Kode Etik.
2. 7 Kerangka Pikir
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai pedoman dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja
di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya untuk
melaksanakan tanggung jawab profesional mereka dan menyatakan prinsip dasar
Sedangkan untuk mahasiswa jurusan akuntansi, pemahaman terhadap kode
etik sebaiknya dimulai sejak dini yaitu semenjak di bangku perkuliahan sehingga Kode Etik Akuntan yang ada benar-benar dipahami untuk dilaksanakan pada
praktek kerja nantinya.
Mencermati hal di atas, perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana
pemahaman terhadap persoalan-persoalan etika yang mungkin telah atau akan
mereka hadapi apakah ada kesamaan atau perbedaan antara dua kelompok
tersebut. Penelitian ini menggunakan alat analisis Independent Sample t-test yang hasilnya akan memberikan kemungkinan adanya perbedaan atau persamaan
Gambar 2. 2 Kerangka Pikir Mahasiswa Akuntansi
Akuntan
Persepsi
Sama BedaPrinsip-prinsip etika dalam Kode Etik Akuntan :
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian
Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis
Independent Sample t-test,
Dengan varian kelompok:
1. Akuntan (Akuntan Publik,
Akuntan Intern, Akuntan
Pemerintah, dan Akuntan
Pendidik)
2. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
(Mahasiswa S1 tingkat akhir dan mahasiswa PPAk).
Hasil Independent Sample
t-test
2. 8 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini
bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada atau tidak ada
perbedaan persepsi tersebut dengan menguji hipotesis berikut ini :
H0 : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa jurusan
akuntansi (calon akuntan) terhadap Kode Etik Akuntan.
Ha : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa
jurusan akuntansi (calon akuntan) terhadap Kode Etik Akuntan.
Tujuan membandingkan antara akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi
untuk mengetahui perbedaan mengenai persepsi mengenai Kode Etik Akuntan.
Apabila hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan persepsi maka wajar saja
karena akuntan sudah menerapkan Kode Etik Akuntan dalam pekerjaannya
sedangkan mahasiswa jurusan akuntansi baru dipersiapkan untuk berprofesi
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis dan Objek Penelitian 3. 1. 1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan study empiris, artinya penelitian yang
diadakan untuk mendapatkan bukti atau fakta-fakta secara murni dan sebenarnya
tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul (Husein, 2003: 47).
3. 1. 2 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah para akuntan
yang berada di Kota Makassar (baik yang bekerja di bidang pekerjaan akuntan publik, yang bekerja pada perusahaan (akuntan intern), akuntan yang bekerja di
pemerintahan, maupun akuntan sebagai pendidik). Selain akuntan, penelitian juga
dilakukan kepada mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin.
Mahasiswa Jurusan Akuntansi dalam penelitian ini meliputi Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Strata 1 dan mahasiswa yang sedang mengambil program Pendidikan
Profesi Akuntansi.
3. 2 Jenis dan Sumber Data 3. 2. 1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Data kualitatif, yaitu data non angka yang sifatnya deskriptif
dalam bentuk informasi tulisan (kuesioner) yang diperoleh dari
berkompeten memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang telah diolah dari jawaban
kuesioner yang telah dibagikan kepada responden yang penulis
anggap berkompeten.
3. 2. 2 Sumber Data
Untuk melengkapi data yang digunakan, maka penulis memperoleh data
yang bersumber dari:
1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan seperti hasil pengisian kuesioner
yang dilakukan oleh peneliti (Umar, 2009: 42).
2. Data sekunder, yaitu data yang secara tidak langsung berhubungan
dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan (library
research) dan mengakses website maupun situs-situs.
3. 3 Populasi dan Sampel 3. 3. 1 Populasi
Menurut kamus riset karangan Komaruddin (dalam Mardalis, 2009: 53)
yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Populasi penelitian ini adalah para akuntan (baik akuntan
publik, akuntan manajemen, akuntan pemerintah, maupun akuntan pendidik) yang
Hasanuddin (yang terdiri dari mahasiswa Jurusan Akuntansi Strata 1 dan
mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi).
3. 3. 2 Sampel
Sekiranya populasi tersebut terlalu banyak jumlahnya, maka digunakan
sampling. Sampling atau sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Sampel terdiri atas sejumlah anggota
yang dipilih dari populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan
metodepurposive sampling yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak,
dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
(Singarimbun 1995, dalam Arisetyawan, 2010: 32).
Kriteria responden untuk akuntan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Seluruh profesi akuntan, baik yang bekerja sebagai akuntan publik,
akuntan intern, akuntan yang bekerja di pemerintahan, maupun
akuntan sebagai pendidik yang berada di kota Makassar.
2. Telah terdaftar pada Departemen Keuangan dan mempunyai nomor
register sebagai akuntan yang resmi.
Kriteria responden untuk mahasiswa akuntansi dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan akuntansi Strata 1 dan
2. Telah atau sedang menempuh mata kuliah Auditing bagi mahasiswa
akuntansi Strata 1 dan mata kuliah Etika Bisnis atau Etika Profesi bagi
peserta PPAk.
Karena keterbatasan waktu dan biaya, serta banyaknya jumlah populasi
akuntan dan mahasiswa Jurusan Akuntansi, maka dalam menentukan jumlah
sampel yang akan digunakan peneliti menggunakan pedoman kasar (rules of thumb) yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sartika (2006), yaitu:
1. Jumlah sampel yang tepat untuk penelitian adalah 30<n<500.
2. Jika sampel terbagi dalam beberapa subsampel, maka jumlah sampel
minimum untuk tiap subsampel adalah 30.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menetapkan jumlah sampel
sebanyak 150 eksemplar yang disebar dengan komposisi sebagai berikut:
Untuk Akuntan : 75 responden.
Untuk Mahasiswa Jurusan Akuntansi : 75 responden.
3. 4 Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian perpustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
a. Penelitian pustaka (library research), yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang
relevan dengan masalah yang dibahas.
b. Penelitian lapangan (field research), yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek penelitian untuk