• Tidak ada hasil yang ditemukan

H UBUNGAN ANTARA BESARNYA MODAL USAHA DAN KESULITAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "H UBUNGAN ANTARA BESARNYA MODAL USAHA DAN KESULITAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

H

UBUNGAN ANTARA BESARNYA MODAL USAHA DAN

KESULITAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGUSAHA

Studi Kasus:

Sentra Industri Kerajinan Bambu di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Muntari

NIM: 021334083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia.

(Hosea, 10:12)

Dalam hidup ini, tak sesuatu pun pantas ditakutkan. Semuanya hanya harus dipahami.

(Madame Curie)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah 3:11a)

Kupersembahkan Skripsi ini

kepada :

Bapak dan Simbok Tercinta

Kakak-kakakku tercinta

Keponakanku

Semua saja yang kukasihi

(5)
(6)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BESARNYA MODAL USAHA DAN KESULITAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA

Studi Kasus:

Sentra Industri Kerajinan Bambu di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Muntari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha, dan (2) hubungan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2007 di Sentra Industri Kerajinan Bambu Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Subjek penelitian adalah seluruh pengusaha di sentra industri tersebut yang jumlahnya sebanyak 35 pengusaha. Teknik pengumpulan data yang digunakan: (1) kuesioner, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan (4) observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha (ρ= 0,903; p = 0,000 < α= 0,05), dan (2) ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha (ρ= -0,987; p = 0,000 < α= 0,05).

(7)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN THE AMOUNT OF BUSINESS CAPITAL AND THE MARKETING DIFFICULTIES AND THE LEVEL OF

BUSINESSMEN’S INCOME

A Case Study at

Bamboo-Craft Industrial Center in Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Muntari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research aims to find out: (1) the correlation between the amount of business capital and the level of income of the businessmen, and (2) the correlation between the difficulties of marketing and the level of income of the businessmen.

This research was conducted in May-July 2007 in Bamboo-Craft Industrial Center in Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman. The subjects of the research were the 35 enterpreneurs in the Industrial Center. The technigues used to gather the data were: (1) questionnaire, (2) interview, (3) documentation, and (4) observation. The data analysis technigue applied was the Spearman Rank Correlations.

The result of the research shows: (1) there is a positive and significant correlation between the amount of business capital and the level of income of the businessmen (ρ= 0,903; p = 0,000 < α= 0,05), and (2) there is a negative and significant correlation between the marketing difficulties and the level income of the businessmen (ρ= -0,987; p = 0,000 < α= 0,05).

(8)

KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata dan puji yang dapat terungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Besarnya Modal Usaha dan Kesulitan Pemasaran Dengan Tingkat Pendapatan Pengusaha”; Studi kasus pada Sentra Industri Kerajinan Bambu Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

Skripsi ini saya susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir program S-1 Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan keterbatasan yang penulis temui baik pada tahap persiapan, tahap penyusunan, maupun pada tahap penyelesaiannya. Namun demikian banyak pengalaman yang dapat penulis petik dari padanya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS.

(9)

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan koreksi sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., Selaku dosen penguji terimakasih atas koreksinya.

6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., Selaku dosen penguji terimakasih atas koreksinya.

7. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., terimakasih banyak atas pengarahan, bimbingan, dan koreksinya.

8. Bapa di Surga, Tuhan Yesus dan Ibu Maria, Puji Syukur atas rahmat-Nya. 9. Bapak/Ibu/Saudara pengusaha kerajinan bambu yang telah bersedia menjadi

responden untuk penelitian saya ini.

10.Bapak, Simbok, kakak-kakak, serta adik ponakanku yang telah banyak memberikan dorongan moral dan spiritual selama ini.

11.Johanes Santo (maz) yang telah memberikan semangat dan doanya.

12.Wiwin, Eri, Dwix, Indri, Rena, Iin dan Bulan yang telah banyak membantu memberikan saran dan semangat.

13.Teman-teman PAK B’02: Goris, Elly, Tyas, Lusi, Yoyok, Kriwul, Lamdos, Imas, Harso, Boim, Bowo, Epi, Yuni, Suster, Erma, dan semuanya saja yang tidak bisa saya sebut satu persatu.

(10)

14.Semua teman mudika Santa ”Theresia Brajan” terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

15.Semua pihak yang turut memberikan sumbangan pikiran, tenaga, saran, dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 4 Oktober 2007

Muntari

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teoretik ... 7

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 13

C. Kerangka Berfikir ... 14

D. Hipotesis Penelitian ... 16

(12)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 17

D. Populasi ... 18

E. Teknik Pengumpulan Data... 18

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 19

G. Teknik Analisis Instrumen ... 22

H. Teknik analisis Data ... 26

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 29

A. Keadaan Geografis ... 29

B. Kependudukan ... 30

C. Gambaran Umum Populasi Penelitian ... 32

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 39

B. Pengujian Hipotesis ... 43

C. Pembahasan ... 45

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Keterbatasan Penelitian... 50

C. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA……….53

LAMPIRAN... 55

(13)

DAFTAR TABEL

III. 1 Skor Penilaian Jawaban……… 20

III. 2 Kisi-kisi Kuesioner……….. 20

III. 3 Ringkasan Analisis Uji Validitas Pemasaran………... 23

III. 4 Ringkasan Analisis Uji Reliabel Pemasaran……… 25

III. 5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi………... 27

IV. 1 Penggunaan Luas Tanah Dusun Brajan………... 29

IV. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….. 30

IV. 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama………. 31

IV. 4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan………. 32

IV. 5 Tingkat Umur Pengusaha Industri Kerajinan Bambu………. 33

IV.6 Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kerajinan Bambu………. 34

V. 1 Deskripsi Modal Usaha……… 40

V. 2 Deskripsi Tingkat Pendapatan………. 41

V. 3 Deskripsi Kesulitan Pemasaran………... 42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Penelitian……….. 57

2. Lembar Kuesioner... 58

3. Data Input Uji Validitas dan Reliabel... 62

4. Output Uji Validitas dan Reliabel... 63

5. Lembar Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 68

6. Data Input Uji Hipotesis... 69

7. Output Uji Hipotesis... 72

8. Deskripsi Modal Usaha ... 73

9. Deskripsi Tingkat Pendapatan... 74

10.Deskripsi Kesulitan pemasaran... 75

11.Tabel R... 77

12.Gambar Produk Kerajinan Bambu... 81

13.Surat Ijin Penelitian... 80

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia usaha dimanapun, golongan pengusaha kecil dan menengah mampunyai kedudukan yang penting bagi perekonomian (Business New, Desember 9:1994). Usaha kecil mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyokong perekonomian, dikatakan oleh Suryadharma Ali menteri perekonomian dan UKM bahwa sektor usaha kecil dan menengah memberikan sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2006 mencapai 53,3%. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku meningkat 19,3% dibandingkan tahun 2005 (Bisnis Indonesia, Maret 20: 2007). Usaha kecil juga sangat potensial keberadaanya dalam memberikan pemecahan masalah pengangguran, seperti yang terjadi di Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi besar dibidang industri kecil dipropinsi DIY dengan jumlah industri kecil yang cukup banyak dan variatif. Dengan rincian terdiri dari 83 sentra industri dan 3.782 unit usaha dengan kemampuan menyerap tenaga kerja lebih dari 50 ribu orang (Kedaulatan Rakyat, Maret 7:2007). Usaha kecil dan usaha rumah tangga yang terdapat disemua sektor ekonomi merupakan usaha yang banyak memberikan lapangan usaha tanpa harus mempunyai jenjang pendidikan maupun keahlian khusus sehingga secara nasional dari usaha ini banyak menyumbangkan terhadap produk domestik bruto (BPS, 2003:1).

(16)

Keberhasilan usaha industri kecil selalu menjadi harapan bagi setiap pengusaha. Keberhasilan usaha tidak bisa ditinjau hanya dari segi laba yang diperolah, artinya keberhasilan itu sangat tergantung dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berbagai tujuan itu antara lain adalah untuk mencapai keuntungan sosial, untuk pertumbuhan dan pengembangan. Tujuan antara pengusaha yang satu dengan yang lain belum tentu sama, tetapi ada satu tujuan yang dipunyai setiap pengusaha yaitu mencapai pendapatan/keuntungan dari sumber daya yang telah dialokasikan dalam usaha. Pendapatan/keuntungan diperlukan agar kegiatan usaha itu tetap berjalan. Usaha itu akan berhasil dan tetap terus berjalan dengan baik, apabila didukung dengan modal usaha yang cukup. Dengan modal usaha yang cukup maka pengusaha dapat mengoperasikan kegiatan usahanya dengan baik dan proses produksinya tidak akan terhambat.

Kelancaran suatu usaha juga harus didukung dengan kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produknya kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial atau disebut juga pasar. Suatu usaha pada dasarnya tidak dapat melangsungkan usahanya bilamana tidak mampu memasarkan dan menjual barang/jasa yang dihasilkan. Kegiatan pemasaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelancaran arus barang/jasa dari produksen kekonsumen.

Industri kecil sangat potensial keberadaanya dalam memberikan pemecahan masalah pengangguran dan peningkatan pendapatan. Tinggi

(17)

rendahnya tingkat pendapatan industri kecil dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain permodalan, pemasaran, tenaga kerja dan bahan baku. Selama ini permasalahan yang masih banyak dialami oleh industri kecil meliputi masalah permodalan, sulit memperoleh bahan baku, tenaga kerja kurang trampil dan permasalahan pemasaran hasil produksi.

Modal merupakan kunci utama dalam pendirian usaha, tanpa modal suatu usaha tidak dapat berdiri. Modal yang digunakan pada industri kerajinan bambu adalah sejumlah aktiva lancar dan aktiva tetap untuk kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk menghasilkan suatu produk. Jika modal yang dimiliki berjumlah besar, maka akan lebih memperlancar kegiatan produksi dan operasional perusahaan. Terpenuhinya kebutuhan modal akan memberikan keleluasaan bagi pengusaha dalam meningkatkan hasil produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Meningkatkan hasil produksi mendorong pengusaha untuk meningkatkan volume penjualanya dan memperluas daerah pemasaran. Dengan volume penjualan yang semakin meningkat tentu akan memperbesar tingkat pendapatan/keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Jika pengusaha didukung pula dengan kemampuan memasarkan produk maka akan berpengaruh terhadap penjualan produk dan peluang usaha. Semakin jumlah penjualan produk meningkat maka akan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh industri kecil itu juga semakin meningkat.

Usaha industri kerajinan bambu yang ada di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman yang nantinya sebagai tempat penelitian juga mengalami

(18)

masalah yang tidak jauh berbeda dengan industri kecil pada umumnya yaitu masalah permodalan, masalah pemasaran hasil produksi dan masih terbatasnya tenaga kerja yang trampil serta kreatif sehingga industri kerajinan bambu ini juga perlu mendapatkan perhatian. Dengan beberapa masalah yang dihadapi oleh kebanyakan industri kecil tersebut peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara besarnya modal usaha dan kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha” dan studi kasusnya di sentra industri kerajinan bambu Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat diidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan:

1. Permodalan dapat menyebabkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan. 2. Pemasaran dapat menyebabkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan. 3. Tenaga kerja dapat menyebabkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan. 4. Bahan baku dapat menyebabkan tinggi rendahnya tingkat pendapatan.

C. Batasan Masalah

Masalah-masalah yang masih dialami oleh industri kecil pada umumnya yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan ada beberapa hal, misalnya masalah permodalan, sulit memperoleh bahan baku, tenaga kerja

(19)

kurang trampil dan permasalahan pemasaran hasil produksi. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan:

1. Modal usaha yang dimiliki 2. Kesulitan pemasaran

D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha?

2. Apakah ada hubungan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui hubungan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

(20)

1. Pengusaha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengusaha industri kerajinan bambu mengenai hubungan besarnya modal usaha dan kesulitan pemasaran yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan.

2. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam memberikan bantuan pinjaman modal kepada para pengusaha dan memberikan pelatihan ketrampilan teknis manajemen pemasaran.

3. Pihak-pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap keberadaan sentra industri kerajinan bambu di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan yang berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam menerapkan teori metodologi penelitian kedalam praktik yang sebenarnya. Serta untuk mengetahui secara nyata hubungan antara besarnya modal usaha dan kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretik

1. Pendapatan

Setiap manusia memiliki dorongan yang berupa keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup manusia terdiri dari dua macam yaitu kebutuhan material dan immaterial. Dalam memenuhi kebutuhan material manusia memerlukan harta yang merupakan pendapatan dari dirinya. Ada beberapa pengertian pendapatan dari para ahli antara lain:

Menurut Soediyono (1992: 990) jumlah pendapatan yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional.

Pengertian pendapatan dalam kamus istilah ekonomi (1994: 136) pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan berupa uang atau ekuivalen dengan uang selama periode tertentu.

2. Penghasilan seseorang seperti gaji, bunga, sewa dan honorarium. 3. Hasil atas investasi.

4. Laba atau sisa pendapatan setelah dikurangi harga pokok produk (HPP) dan biaya lain-lain.

Pendapatan menurut Haryono Yusuf (1996:24) definisi dari pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa. Pendapatan

(22)

dalam pengertian ekonomi makro diartikan sebagai penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah semua jenis penerimaan atau penghasilan yang diterima seseorang sebagai pemilik faktor produksi atau pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh dari laba setelah dikurangi HPP dan biaya lain-lain.

Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu macam sumber pendapatan maupun lebih, hal ini disebabkan bila masing-masing anggota keluarga mempunyai beberapa variasi pekerjaan. Menurut Gilarso (1985:47) sumber pendapatan dapat bersumber dari: usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari milik.

Dari berbagai sumber pendapatan di atas pendapatan dapat digolongkan menjadi pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Usaha yang ditempuh untuk memperoleh pendapatan adalah dengan bekerja baik disektor perdagangan, industri, pertanian dan sebagainya. Perkembangan kegiatan penduduk dalam bidang industri khususnya dalam sektor industri kerajinan bambu akan semakin meningkatkan pendapatan.

Pendapatan pengusaha industri kerajinan bambu dalam penelitian ini adalah dari penerimaan bersih rata-rata selama sebulan yang diterima pengusaha sebagai hasil penjualan setiap produknya.

(23)

2. Modal Usaha

Modal mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi sebab modal merupakan urat nadi bagi semua jenis usaha.

Pengertian modal secara klasik adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya, sifat modal adalah “non-physical oriented”, dimana lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai ataupun menggunakan yang terkandung dalam barang modal (Bambang Riyanto, 1988:10).

Beberapa pengertian modal menurut beberapa ahli yang dikutip dari bukunya Bambang Riyanto (1988:10-11) antara lain:

1. Menurut Lutge, modal diartikan sebagai uang (Geldkapital)

2. Menurut Schwiedland, modal tidak hanya berupa uang namun juga dalam bentuk barang (Sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan.

3. Menurut A. Amonn, J. Von Komorzynsky, modal dipandang sebagai kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan.

4. Menurut Meij, modal diartikan sebagai “kolektifitas dari barang-barang modal”, yang dimaksudkan dengan barang-barang-barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk mendapatkan pendapatan.

5. Menurut Polak, modal ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan.

6. Menurut Bakker, modal ialah baik yang berupa barang-barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:588) modal didefinisikan sebagai:

1. uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dsb) yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. 2. barang yang dipergunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekarja.

Sementara dalam kamus istilah ekonomi (1984:111) definisi modal adalah sebagai berikut:

1. sumber -sumber yang dimiliki untuk dimanfaatkan pada masa yang akan datang.

(24)

2. jumlah yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemilik.

3. kekayaan yang berbentuk harta benda atau barang-barang berharga yang dapat dipakai dalam produksi, misalnya modal berupa uang, mesin, dan tanah.

Modal merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan industri karena modal digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bahan baku dan membayar biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan industri. Modal dalam jumlah besar akan memberikan keleluasaan bagi pengusaha dalam usaha meningkatkan hasil produksinya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, kesempatan untuk memupuk lebih banyak modal lebih besar sehingga mudah bagi pengusaha untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatannya. Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah total uang (rupiah) yang dikeluarkan pengusaha untuk mendirikan dan mengoperasikan industri kerajinan bambu kecuali tanah dan bangunan.

3. Pemasaran

A. Pengertian Pemasaran

Menurut william J. Stanton mendifinisikan pemasaran dalam bukunya Basu Swatha (1984:10) sebagai berikut: pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Philip Kotler memberikan definisi pemasaran sebagai berikut: “pemasaran adalah

(25)

kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran”. (Philip Kotler, 1985:5).

Kegiatan pemasaran pada masyarakat yang lebih maju dan mulai mengenal uang, bukan sekedar memindahkan barang atau jasa dari gudang penjual ke gudang pembeli dan perusahaan menerima uang dari pihak pembeli, akan tetapi dalam pemasaran terkandung tujuan perusahaan untuk memuaskan para pembeli sehubungan dengan pembelian hasil produksinya.

Kegiatan pemasaran sekarang ini berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Sementara itu terdapat beberapa tantangan yang menghambat perkembangan industri kecil dan kerajinan. Studi yang dilakukan oleh Christian Limpelius dan Gert Thoma (Industri Kecil dan Kerajinan Pendekatan Kebutuhan Pokok: LP3ES Jakarta, 1979), menunjukkan betapa banyaknya permasalahan yang membelit perkembangan industri kecil atau kerajinan. Berbagai permasalahan tersebut (nampaknya masih dihadapi sampai sekarang). Secara garis besar mencakup 4 aspek:

1. Kelemahan dalam sikap dan tingkah laku wiraswasta. Hal ini tercermin dengan mudahnya merasa puas terhadap sesuatu pencapaian hasil, enggan melakukan reinvestasi, kurang mampu bekerjasama, takut mengambil resiko, dsb.

2. Kelemahan dibidang teknologi produksi. Proses produksi hanya menggunakan alat seadanya. Desain produk terbatas dan tidak berkembang. Kualitas produksi rendah, kapasitas produksi rendah, tidak ada standarisasi, dan daya saing rendah.

3. Kelemahan di bidang sosial ekonomi. Belum dipisahkanya antara kepentingan perusahaan dengan keluarga, tidak atau belum dilakukannya administrasi/pembukuan sebagai alat pengendalian, belum diterapkannya fungsi-fungsi manajemen, terbatasnya pemasaran, serta terbatasnya kemampuan finansial.

4. Permasalahan yang bersifat makro, yang berada di luar kemampuan pengusaha kecil untuk menguasainya. Misalnya

(26)

berupa kebijaksanaan dan peraturan pemerintahan. (Awan Setya Dewanta, 1995: 211-212).

Hasil penelitian fakultas ekonomi dan LPPM Universitas Atma Jaya (1992:140), masalah atau kesulitan-kesulitan pemasaran yang banyak dialami oleh pengusaha industri kecil adalah menyangkut kesulitan mengenal produk yang dimaui pasar, banyaknya saingan, harga yang terlalu rendah dan kurangnya informasi pasar.

Menurut Achmad Anwari kegagalan dalam bidang pemasaran antara lain:

1. Mutu barang jadi kurang baik 2. Lemahnya penilaian pasar 3. Lemahnya siasat pemasaran

4. Harga ditetapkan secara pasti untuk pesanan-pesanan yang besar jumlahnya, jika dalam keadaan inflasi mengakibatkan kerugian. (Achmad Anwari, 1980:28-30).

Hambatan-hambatan yang banyak dijumpai pada kebanyakan industri kecil dalam kegiatan pemasaran adalah tentang keterbatasan pemasaran yang membuat para pengusaha kurang kreatif dalam memikirkan desain-desain baru yang lebih baik. Keterbatasan pemasaran yang dimaksud tersebut mengenai kesulitan-kesulitan yang timbul dari masing-masing variabel marketing mix yaitu sebagai berikut:

1. Produk meliputi: kualitas, karakteristik, jenis, gaya, kemasan, label, ukuran, pelayanan penjualan, dan pengembalian. Kesulitan yang timbul dari variabel ini terletak pada pengembangan produk dikarenakan keterbatasan peralatan produksi dan keterbatasan tenaga kerja yang trampil.

(27)

2. Harga meliputi: penentuan harga jual, potongan harga, keuntungan, persaingan, dan jangka waktu pembayaran. Kesulitan yang timbul dari variabel ini yaitu sulit dalam menentukan harga penjualan yang lebih rendah dari pesaing tetapi tetap menguntungkan.

3. Promosi meliputi: periklanan, penjulan, promosi dan publikasi. Kesulitan yang timbul dari variabel ini yaitu produk sulit menjangkau pasar dan keterbatasan pengetahuan tentang kegiatan promosi.

4. Distribusi meliputi: saluran distribusi, lokasi penjualan, persediaan, penyimpanan dan transportasi. Kesulitan yang timbul dari variabel ini adanya keterbatasan alat pengangkutan dan keterbatasan tempat penyimpanan hasil produk maupun bahan baku.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Anastasia Dhesi Prihatiningsih tentang “Hubungan antara Kredit, Jiwa kewirausahaan, dan Kemampuan Memasarkan Produk dengan Perkembangan Industri Kecil” menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan memasarkan produk dengan perkembangan industri kecil diketahui dari besarnya derajad hubungan 0,58 termasuk dalam kategori cukup kuat (Anastasia Dhesi, 2005:59).

Demikian pula penelitian Darmini yang berjudul “Hubungan antara Besarnya Modal usaha dan Pencurahan Jam Kerja dengan Pendapatan Pedagang Kaki Lima ditinjau dari Barang yang Diperdagangkan” mengungkapkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

(28)

besarnya modal usaha dengan pendapatan diketahui dari koefisien korelasi determinasi sebesar 0,487. (Darmini, 2004:87).

Dari kedua hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memasarkan produk memiliki hubungan positif dengan perkembangan industri kecil sebaliknya kesulitan pemasaran yang baru akan dilakukan penelitian ini diduga mempunyai hubungan yang negatif dengan perkembangan industri kecil yang akan berpengaruh juga dalam perolehan pendapatan industri nantinya. Sedangkan besarnya modal usaha mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan tingkat pendapatan.

C. Kerangka Berfikir

1. Hubungan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Peranan modal pada aktivitas suatu industri kecil diduga sangat menentukan maju tidaknya suatu usaha. Khususnya pada sektor industri kecil modal usaha digunakan untuk pembayaran sehari-hari, misalnya untuk membayar upah karyawan, pembelian bahan baku, pembelian bahan penolong dan lain-lain maupun untuk keperluan kegiatan produksi industri tersebut. Apabila modal dalam suatu usaha kurang terpenuhi maka kegiatan produksi industri kerajinan tersebut juga akan mengalami hambatan. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan pendapatan suatu usaha yang optimum yaitu tersedianya kekayaan ataupun modal yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat.

(29)

Dengan modal yang cukup maka pengusaha dapat mengoperasikan kegiatan usahanya dan bisa meningkatkan hasil produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Meningkatkan hasil produksi mendorong pengusaha untuk meningkatkan volume penjualannya juga, dengan volume penjualan yang semakin meningkat tentu akan memperbesar tingkat pendapatan yang akan diperoleh pengusaha. Dan kemampuan pengusaha mengkombinasikan berbagai faktor produksi seperti modal usaha, bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran dengan tepat memungkinkan bagi pengusaha untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pendapatan usahanya.

2. Hubungan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan Pengusaha.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan pengusaha untuk meningkatkan perkembangan usahanya. Suatu usaha akan sulit untuk berkembang manakala perusahaan tersebut masih mengalami kesulitan-kesulitan dalam memasaran produknya. Kesulitan-kesulitan yang secara umum masih banyak dialami oleh para pengusaha industri kecil yaitu: kesulitan mengenal produk yang dimaui pasar, banyaknya saingan, harga jual yang terlalu rendah, mahalnya biaya pengangkutan, rendahnya daya beli mayoritas penduduk dan kurangnya informasi pasar. Apabila pengusaha industri kecil belum mampu

(30)

mengatasi kesulitan-kesulitan pemasaran diduga produknya sulit menerobos pasar dan akibat selanjutnya produktivitas industri menurun yang berarti juga pendapatan menurun atau rendah.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal usaha

dengan tingkat pendapatan pengusaha.

2. Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berdasarkan sifat masalahnya merupakan penelitian korelasi yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus yaitu penelitian terhadap objek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil terbatas pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan pada sentra industri kerajinan bambu di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

2. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2007

C. Subjek dan Objek Penelitian

1.Subjek

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah para pengusaha di Sentra Industri Kerajinan Bambu Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

2. Objek

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah modal usaha, tingkat pendapatan dan kesulitan-kesulitan pemasaran yang

(32)

dialami oleh para pengusaha di Sentra Industri Kerajinan bambu Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman.

D. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan pengusaha kerajinan bambu yang berada pada sentra industri kerajinan bambu di Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kuesioner

Metode kuesioner adalah cara mengumpulkan data dengan meminta responden mengisi jawaban dengan memberi tanda check (V) pada pertanyaan yang telah diberi alternatif jawaban. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data primer tentang jumlah modal usaha, kesulitan pemasaran dan tingkat pendapatan.

b. Metode wawancara

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data sebagai pelengkap dari data hasil kuesioner.

c. Dokumentasi

(33)

gambaran tentang dusun Brajan yang meliputi keadaan alam, jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk dan mata pencaharian penduduk serta untuk mengetahui data-data yang berkaitan dengan industri kerajinan bambu.

d. Observasi

Metode obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui proses produksi hasil kerajinan.

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1.Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. (Sugiyono, 2006: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Modal usaha ( X1). Sebagai pengukurannya adalah rupiah atau

dinilai dengan uang.

b. Kesulitan pemasaran (X2). Pengukurannya menggunakan skala

(34)

Tabel III. 1 Skor Penilaian Jawaban

Pertanyaan Skor Positif (+) Skor Negatif (-) Selalu

Kadang Tidak Pernah

1 2 3

3 2 1

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2006: 3). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat pendapatan pengusaha (Y). Sebagai pengukurannya adalah rupiah atau dinilai dengan uang. Pendapatan pengusaha industri kerajinan bambu dalam hal ini adalah penerimaan bersih rata-rata yang diterima para pengusaha sebagai hasil penjualan setiap produknya.

Indikator dari variabel kesulitan pemasaran adalah sebagai berikut: Tabel III. 2

Kisi-Kisi Kuesioner

Dimensi Indikator No Butir

Positif

No Butir Negatif

Jumlah

Produk • Sulit melakukan inovasi produk karena keterbatasan tenaga kerja yang trampil

dan keterbatasan alat produksi.

(35)

Harga

Promosi

Distribusi

• Sulit memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.

• Produktivitas rendah.

• Sulit menentukan harga yang lebih rendah dari pesaing.

• Sulit menentukan harga jual yang tepat dan benar.

• Rendahnya daya beli mayoritas penduduk lokal .

• Sulit menjangkau pasar yang lebih luas.

• Kurang pengetahuan dalam kegiatan promosi.

• Jumlah penjualan produk rendah. • Keterbatasan alat pengangkutan.

• Keterbatasan tempat untuk menyimpan hasil produk maupun bahan baku.

• Sempitnya saluran distribusi.

(36)

G. Teknik Analisis Istrumen

1. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunta, 2001: 72). Untuk menguji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Product moment dari Pearson sebgai berikut:

(

)(

)

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dengan y N = Jumlah responden

= Jumlah kuadrat skor y

∑XY = Jumlah hasil perkalian skor x dan skor y (Sutrisno Hadi, 2000: 294).

(37)

kecil dari r tabel maka intrumen tersebut tidak valid. Pelaksanaan perhitungan validitas butir pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,239 pada taraf signifikansi 5% dan n = 30.

Tabel III.3

Rinkasan Analisis Uji Validitas Kesulitan Pemasaran No Item Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan

(38)

17

Uji validitas pada variabel modal usaha dan pendapatan tidak dapat dihitung dan diketahui, karena variabel modal usaha dan pendapatan hanya memiliki 1 butir soal.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel bila memberikan hasil yang tepat atau ajeg walaupun dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja sehingga instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus koefisien

(39)

Keterangan:

K = mean kuadrat antar subyek ∑Si2 = mean kuadrat antar kesalahan

2

= varians total

i S

Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikan 5%, maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel dan sebaliknya jika koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5%, maka kuesioner tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Dari perhitungan dengan bantuan komputer program SPSS diperoleh r alpha positif dan r alpha lebih besar dari r tabel, maka variabel tersebut reliabel.

Tabel III. 4

Ringkasan Analisis Uji Reliabel Kesulitan Pemasaran

Variabel Penelitian Harga r alpha Harga r Tabel Keterangan Kesulitan Pemasaran 0,925 0,239 Reliabel

(40)

H. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode statistik non parametrik yaitu koefisien korelasi Spearman Rank, untuk analisis koefisien korelasi Spearman Rank akan menggunakan alat bantu program SPSS setelah diperoleh data-datanya dari variabel-variabel tersebut.

Metode analisis data untuk menguji hipotesis satu dan dua yang digunakan adalah koefisien korelasi Spearman Rank menurut Sugiyono (2001: 282) digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antara variabel tidak harus sama serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal.

Rumus:

n n

d

− − =

3

2 6 1

ρ

Keterangan: =

ρ Koefisien korelasi Spearman Rank

= Selisih rank antara x dan y

2

d

n = Banyaknya pasangan rank 6 = Bilangan konstanta

Apabila koefisien korelasi mendekati positif 1 atau negatif berarti terdapat hubungan yang kuat antara variabel x dan y, sebaliknya apabila mendekati 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel x dan y.

(41)

0 = menunjukkan tidak adanya korelasi

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel III. 5 sebagai berikut (Sugiyono, 2006: 216).

Tabel III. 5

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi. No Koefisien Korelasi Interprestasi

1 2 3 4 5

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Uji signifikansi angka korelasi: Hipotesis 1:

Ho = Tidak ada hubungan (korelasi) antara modal usaha dengan tingkat pendapatan atau angka korelasi 0.

Hi = Ada hubungan (korelasi) antara modal usaha dengan tingkat pendapatan atau angka korelasi tidak 0.

Hipotesis 2:

(42)

Hi = Ada hubungan (korelasi) antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan atau angka korelasi tidak 0.

Uji dilakukan dua sisi karena akan dicari ada atau tidak hubungan atau korelasi, dan bukan lebih besar atau kecil.

Dasar pengambilan keputusan:

Berdasarkan pada probabilitas jika probabilitas > 0,05, Ho diterima dan jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak. (Singgih Santoso, 2005: 343).

(43)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada sentra industri kerajinan bambu yang beralokasi di Dusun Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman dan berbatasan dengan dusun-dusun disekitarnya. Adapun batas-batas wilayah dusun Brajan adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Dusun VII - Sebelah Selatan : Sendangmulyo - Sebelah Barat : Dusun IX - Sebelah Timur : Sendangmulyo 2. Keadaan dan Luas Tanah

Dusun Brajan secara keseluruhan mempunyai luas tanah 34,3 ha. Luas tanah tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu tanah sawah, perumahan dan kebun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.1

Penggunaan Luas Tanah Dusun Brajan

No Keterangan Luas Tanah (ha) 1

2

Sawah Perumahan

17 ha 13 ha

(44)

3 Kebun Jumlah

4,3 ha 34,3 ha Sumber: Monografi Dusun Brajan, 2007

B. Kependudukan

1. Jumlah Penduduk Umum

Berdasarkan data yang tertulis dalam monografi Dusun Brajan tahun 2007 jumlah penduduk Dusun Brajan seluruhnya adalah 663 jiwa yang terdiri dari:

a. Penduduk laki-laki = 348 jiwa b. Penduduk Perempuan = 315 jiwa

Sedangkan jumlah kepala keluarga (KK) adalah 185 jiwa yang terdiri dari:

a. Kepala keluarga laki-laki = 148 jiwa b. Kepala keluarga perempuan = 37 jiwa 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk Dusun Brajan mempunyai mata pencaharian sebagai perajin bambu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV. 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

(45)

2 3 4 5 6

TNI/POLRI/ABRI Pedagang

Perajin Tani Pegawai Swasta

Jumlah

10 16 189 119 56 403 Sumber monografi Dusun Brajan, Tahun 2007 3. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Jumlah penduduk Dusun Brajan berdasarkan agama, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah 1

2

Islam Katolik

371 292 Sumber monografi Dusun Brajan, Tahun 2007 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(46)

Tabel IV. 4

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

TK Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi Tamat Perguruan Tinggi

Ketrampilan (kursus) Jumlah

11 13 19 18 6 2 5 74 Sumber monografi Dusun Brajan, Tahun 2007

C. Gambaran Umum Populasi Penelitian

Gambaran umum populasi penelitian ini merupakan gambaran mengenai keadaan seluruh pengusaha yang ada di Sentra Industri Kerajinan Bambu Dusun Brajan. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai keadaan pengusaha yang dijadikan populasi penelitian, maka akan dianalisis tentang identitas pengusaha dan identitas industri kerajinan bambu.

(47)

Industri kecil kerajinan bambu pada umumnya dikelola keluarga, maka pengusaha di samping sebagai pemilik biasanya juga sebagai pekerja.

Umur pengusaha industri kerajinan bambu Dusun Brajan berkisar antara 25 tahun sampai 65 tahun. Secara jelas umur pengusaha industri kerajinan bambu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV. 5

Tingkat Umur Pengusaha Industri Kerajinan Bambu

No Umur (Tahun) Jumlah

1 < 25 -

2 25-34 3

3 35-44 18

4 45-54 6

5 55-64 Jumlah

8 35 Sumber: Monografi Dusun Brajan, Tahun 2007

(48)

b. Tingkat Pendidikan Pengusaha

Tingkat pendidikan pengusaha industri kerajinan bambu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.6

Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kerajinan Bambu

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 2 3 4

Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Jumlah

6 7 9 13 35 Sumber: Monografi Dusun Brajan, tahun 2007.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pengusaha industri kerajinan bambu Dusun Brajan terbanyak pada tingkat pendidikan tamat SMA dari seluruh populasi penelitian. Tingkat pendidikan tertinggi kedua ada pada tingkat pendidikan tamat SMP, sedangkan pengusaha yang berpendidikan perguruan tinggi tidak ada.

(49)

c. Pengalaman Usaha

Pengusaha industri kerajinan bambu yang tinggal di pedesaan dan pada umumnya tidak mementingkan pendidikan ini dalam mengelola usahanya secara ilmiah, artinya tidak berdasarkan pendidikan khusus. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara dari 35 pengusaha tersebut mereka menjadi pengusaha dan berhasil karena berdasarkan pengalaman mereka dalam usaha, dimana sebelum mendirikan usaha sendiri mereka sudah membantu keluarga dalam mengelola usaha keluarganya dulu.

2. Identitas Industri Kerajinan Bambu a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses produksi, karena tenaga kerja merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan bambu ini tidak tergantung pada usia dan pendidikan, karena yang mengerjakan ada yang tua dan yang muda, ada yang tidak tamat SD dan ada yang sampai tamat SMA.

(50)

Karena ada perkembangan dalam bentuk, desain, dan permintaan konsumen akhirnya kebutuhan tenaga kerja semakin bertambah. Ada yang dari lain dusun, namun demikian pengusaha selalu mengutamakan tenaga kerja dari kalangan sendiri, terutama anggota keluarga sendiri. Pada saat mendapat pesanan banyak, pengusaha mendatangkan tenaga kerja dengan sistem borongan. Pada sistem borongan ini mereka berorientasi pada keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan konsumen. Keadaan ini terjadi jika pesanan melimpah yang terjadi pada musim tertentu seperti lebaran dan masa libur sekolah.

b. Teknologi

Teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi pembuatan kerajinan bambu ini masih tergolong sederhana. Peralatan yang dipergunakan meliputi mata pisau, landasan kayu, gergaji pemotong, pisau pembelah, pisau pelubang, gunting dan penggaris.

c. Proses Produksi

Secara umum proses produksi pada pembuatan barang-barang kerajinan dari bambu adalah sebagai berikut:

1. Persiapan bahan

(51)

bambu pecah sebelum dibelah. Jika kulit batang akan digunakan, maka diusahakan agar kulit tersebut tidak terkelupas sebelum dibelah terutama pada waktu pemotongan ruasnya. Kegiatan lain yang dilakukan dalam persiapan bahan adalah penjemuran. Kegiatan ini bertujuan agar bambu mempunyai daya lentur tinggi.

2. Persiapan alat-alat

Alat-alat yang digunakan harus dipersiapkan dengan baik agar tidak menganggu kelancaran proses produksi. Alat-alat tersebut terutama adalah Alat-alat-Alat-alat untuk menganyam dan kegiatan lain selain persiapan bahan.

3. Pengayaman

Pengayaman ini merupakan kegiatan pokok dalam proses produksi. Pengayaman yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja bisa berbeda tergantung setiap orang atau tenaga kerja menghendaki untuk membuat jenis produk bentuk apa.

4. Assembling

Kegiatan dalam assembling adalah kegiatan pemasangan bingkai atau kerangka.

5. Penyelesaian akhir

(52)

pengamplasan untuk menghaluskan anyaman. Untuk mengkilapkan anyaman, dilakukan penyemprotan dan melamid.

d. Pemasaran

(53)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dalam bab ini akan disajikan analisis data. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu akan disajikan deskripsi data dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk menganalisis adanya hubungan positif antara modal usaha dengan tingkat pendapatan dan hubungan negatif antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha kerajinan bambu, digunakan metode-metode statistik dan dibantu dengan program SPSS.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh para pengusaha industri kerajinan bambu yang beralokasi di Dusun Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Responden yang diteliti berjumlah 35 orang pengusaha. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari 2 bagian, pertama berisi tentang identitas responden yang menyatakan juga berapa besarnya modal dan penjualannya, bagian kedua berisi tentang pemasaran. Deskripsi pada bab ini akan dibahas mengenai modal usaha, tingkat pendapatan dan pemasaran.

1. Modal Usaha

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner, dapat disajikan deskripsi modal usaha sebagai berikut:

(54)

Tabel V.1 Deskripsi Modal Usaha

Pengusaha Kerajinan Bambu di Brajan, Minggir Juli 2007

No Modal Usaha Frekuensi Frekuensi

Relatif

Kriteria

1 2 3

Rp 20.100.000-Rp 29.999.999 Rp 10.200.000-Rp 20.099.999 Rp 300.000-Rp 10.199.999

1 4 30

2,857% 11,428% 85,714%

Tinggi Sedang Rendah

Jumlah 35 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha yang mempunyai kelas interval modal usaha antara Rp 20.100.000-Rp 29.999.999 ada 1 orang atau sebesar 2,857%, antara Rp 10.200.000-Rp 20.099.999 ada 4 orang atau sebesar 11,428% dan antara Rp 300.000-Rp 10.199.999 ada 30 orang atau sebesar 85,714%. Jadi berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai modal usaha yang terbanyak antara Rp 300.000-Rp 10.199.999 ada 30 orang atau sebesar 85,714% termasuk kriteria rendah.

2. Tingkat Pendapatan

(55)

Tabel V.2

Deskripsi Tingkat Pendapatan

Pengusaha Kerajinan Bambu di Brajan, Minggir Juli 2007

No Pendapatan Frekuensi Frekuensi Relatif Kriteria 1

2 3

Rp 41.500. 000-Rp 61.999.999 Rp 21.000.000-Rp 41.499.999

Rp 500.000-Rp 20.999.999

1 3 31

2,857% 8,571% 88,571%

Tinggi Sedang Rendah

Jumlah 35 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha kerajinan bambu yang mempunyai tingkat pendapatan Rp 41.500.000-Rp 61.999.999 ada 1 orang atau 2,857%, antara Rp 21.000.000-Rp 41.499.999 ada 3 orang atau 8,571% dan antara Rp 500.000-Rp 20.999.999 ada 31 orang atau 88,571%. Jadi berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan yang terbanyak antara Rp 500.000-Rp 20.999.999 ada 31 orang atau sebesar 88,571% termasuk kriteria rendah.

3. Pemasaran

(56)

Tabel V.3

Deskripsi Kesulitan Pemasaran

Pengusaha Kerajinan Bambu Di Brajan, Minggir Juli 2007 No Skor kesulitan

Pemasaran

Frekuensi Frekuensi Relatif Kriteria

1 2 3

57 – 73 41 – 56 25 – 40

13 11 11

37,142% 31,429% 31,429%

Tinggi Sedang Rendah

Jumlah 35 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha yang mempunyai skor kesulitan pemasaran antara 57-73 ada 13 atau 37,142%, antara 41-56 ada 11 atau 31,429% dan antara 25-40 ada 11 atau 31,429%. Jadi berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan pemasaran yang tinggi antara 57-73 ada 13 orang atau sebesar 37,142%.

B. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

(57)

antara modal usaha dengan tingkat pendapatan diperoleh koefisien korelasi + 0,903. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi (ρ) yang diperoleh tersebut dikonsultasikan menggunakan interprestasi (tabel III. 5) Besarnya koefisien korelasi yang diperoleh yaitu +0,903 terletak antara 0,80 – 1,000 dengan interprestasi atau tingkat hubungan sangat kuat. Sehingga dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan positif antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Untuk uji signifikansi berdasarkan pada probabilitas :

Jika probabilitas > 0,05, Ho diterima dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak dan Hi diterima. Pengujiannya secara dua sisi. Berdasarkan hasil perhitungan pada bagian output (kolom sig. (2-tailed), untuk korelasi variabel modal usaha dengan tingkat pendapatan didapat nilai probabilitas 0,000. oleh karena nilai tersebut dibawah 0,05, maka Hi diterima atau ada hubungan yang signifikan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha.

2. Hipotesis Kedua

(58)

pemasaran dengan tingkat pendapatan diperoleh koefisien korelasi -0,987 (lampiran 7). Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi (ρ) yang diperoleh tersebut dikonsultasikan menggunakan interprestasi (tabel III. 5) Besarnya koefisien korelasi yang diperoleh yaitu -0,987 menunjukkan tanda negatif berarti korelasinya negatif. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Untuk uji signifikansi berdasarkan pada probabilitas :

Jika probabilitas > 0,05, Ho diterima dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak dan Hi diterima. Pengujiannya secara dua sisi. Berdasarkan hasil perhitungan pada bagian output (kolom sig. (2 tailed), untuk korelasi kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan didapat angka probabilitas 0,000. Oleh karena nilai tersebut dibawah 0,05, maka Hi diterima atau ada hubungan yang signifikan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

C. Pembahasan

(59)

tingkat pendapatan pengusaha maka di bawah ini akan diuraikan mengenai pembahasannya:

1. Hubungan yang positif antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Dari hasil analisa diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dari koefisien korelasi (ρ) dengan SPSS sebesar 0,903 dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Berdasarkan pada deskripsi data dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab V, nilai modal usaha yang terbanyak antara 300.000-10.199.999 ada 30 orang dari 35 total responden atau sebesar 85,714% termasuk kriteria bermodal rendah.

Peranan modal usaha pada suatu aktivitas industri sangat menentukan maju tidaknya suatu usaha, karena dengan modal yang cukup maka pengusaha dapat pengoperasikan kegiatan usahanya dan bisa meningkatkan hasil produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Meningkatnya hasil produksi mendorong pengusaha untuk meningkatkan volume penjualannya juga, dengan volume penjualan yang semakin meningkat tentu akan memperbesar tingkat pendapatan yang diperolah pengusaha.

(60)

2. Hubungan yang negatif antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha.

Dari hasil analisa diketahui bahwa ada hubungan negatif antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dari koefisien korelasi (ρ) pada variabel pemasaran dengan SPSS sebesar -0,987 dan nilai probabilitas sebesar 0,000.

Dari hasil penelitian kepada para pengusaha kerajinan bambu di Dusun Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman masih ada yang mengalami kesulitan pemasaran yaitu ada 13 pengusaha dari 35 yang masuk kriteria tinggi atau sebesar 37,142%.

Pemasaran merupakan kegiatan yang penting agar suatu usaha tetap berdiri. Suatu usaha akan sulit untuk berkembang manakala perusahaan tersebut masih mengalami kesulitan-kesulitan dalam memasarkan produknya. Apabila pengusaha industri kecil belum mampu mengatasi kesulitan-kesulitan pemasaran diduga produknya sulit menerobos pasar dan akibat selanjutnya produktivitas industri menurun yang berarti juga pendapatan menurun atau rendah.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh para pengusaha kerajinan bambu ini dalam bidang pemasaran:

(61)

2. Mengembangkan marketing mix. Pengembangan marketing mix ini mencakup keputusan tentang produk, harga, promosi dan distribusi.

a. Keputusan tentang produk, pengusaha harus memperhatikan tentang bentuk fisik (desain) yang bagaimana agar menarik konsumen dan selalu berusaha mencari jalan bagaimana caranya dapat menghasilkan produk yang lebih baik lagi.

b. Keputusan tentang harga, pengusaha harus menetapkan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen tetapi produksen tidak mengalami kerugian bahkan mendapat keuntungan, dengan jalan menekan biaya produksinya.

c. Agar masyarakat atau konsumen tahu tentang produk yang dihasilkan perusahaan dan berniat untuk membelinya, perlu upaya untuk mempromosikannya. Misalnya dengan membuat brosur dan membuat iklan lewat radio atau surat kabar.

(62)

BAB VI

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab V maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal usaha dengan tingkat pendapatan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi Spearman Rank sebesar 0,903. Hubungan tersebut nyata atau signifikan kerana diperkuat dengan uji signifikan hasil yang menunjukkan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 jadi Hi diterima.

2. Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi Spearman Rank, sebesar -0,987. Hubungan tersebut nyata atau signifikan karena diperkuat dengan uji signifikan hasil yang menunjukkan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 jadi Hi diterima.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis merasakan masih banyak menemui hambatan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi antara lain, adanya keterbatasan waktu dan hambatan dalam pengumpulan data yang diperlukan. Keterbatasan dan hambatan itu antara lain:

(63)

1. Dalam penelitian ini hanya dibatasi modal usaha dan kesulitan pemasaran, padahal faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha kerajinan bambu ada bermacam-macam antara lain: bahan baku, tenaga kerja dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut tidak diteliti dan diperhatikan, sehingga penelitian ini masih kurang kecermatannya dibandingkan kalau seluruh faktor diteliti.

2. Peneliti tidak dapat melacak kebenaran data yang diperoleh dari responden. Apabila responden dalam menjawab kuesioner tidak jujur, maka hasil penelitian ini tentu tidak berlaku secara mutlak.

3. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti masih kurang efektif karena mengulang pertanyaan butir sebelumnya yang bersifat positif dengan pertanyaan yang bersifat negatif.

C. Saran

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan serta berdasarkan hasil pengamatan dan kondisi pengusaha kerajinan bambu di Dusun Brajan, Sendangagung, Minggir, Sleman, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengusaha kerajinan bambu dalam mengambil keputusan guna memajukan dan mengembangkan usahanya. Saran yang peneliti kemukakan yaitu:

(64)

Untuk meningkatkan modal usaha para pengusaha sebagian besar mereka berusaha sendiri, dengan cara mengeluarkan tabungan sendiri bila mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya mereka lebih percaya pada teman atau keluarganya untuk membantu kekurangannya, saran saya sebaiknya para pengusaha kerajinan bambu bila kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya maka sebaiknya mereka pinjam ke bank atau ke koperasi desa agar koperasi yang ada di desa merekapun tetap sehat dan berkembang. Pengusaha yang mempunyai modal yang cukup besar akan dapat mengelola usahanya dengan leluasa dan bisa meningkatkan hasil produksinya jadi diharapkan volume penjualannya meningkat sehingga meningkat pula pendapatannya.

2. Berdasarkan analisa yang penulis lakukan bahwa ada hubungan yang negatif antara kesulitan pemasaran dengan tingkat pendapatan. Untuk mengurangi kesulitan pemasaran maka sebaiknya para pengusaha lebih banyak belajar tentang kegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha lain yang sudah sukses dan pengusaha juga harus lebih aktif meningkatkan kegiatan pemasaran secara efisien dan efektif serta mengembangkan

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anwari, Achmad. (1980). Pedoman Mengatasi Kegagalan Perusahaan Kecil. Jakarta: Balai Aksara.

Arikunto Suharsimi. (2001). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara.

BPS. (2003). Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum Indonesia Tahun 2003. Jakarta-Indonesia. Badan Pusat Statistik.

Bisnis Indonesia, 20 Maret 2007 Business New, 9 Desember 1994.

Daidumi Darmawan. (1984). Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud.

………(1994). Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud.

Dajan Anto (2000). Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta: Pustaka LP3ES

Darmini. (2004). Hubungan antara modal dan Curahan Jam Kerja dengan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Ditinjau dari jenis Barang yang Diperdagangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Dhesi Anastasia. (2005). Hubungan antara Kredit, Jiwa Kewirausahaan, dan Kemampuan Memasarkan Produk dengan Perkembangan Industri Kecil. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Gilarso, T. (1985). Dunia Ekonomi Kita. Yogyakarta: Kanisiaus. Hadi Sutrisno. (2000). Analis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Kedaulat Rakyat, 7 Maret 2007.

Kotler Philip. (1985). Dasar-dasar Pemasaran. (Penterjemah: Wilhelmus W. Bokowaton). Jakarta: CV. Intermedia.

(66)

LPPM. (1992). Laporan Profil Industri Kecil Di Daerah Isrimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Riyanto Bambang. (1988). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Santoso Singgih. (2005). Menguasai Statistik Di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Setya Dewanta, Awan, dkk. (1995). Kemiskinan dan Kesenjangan Di Indonesia.

Yogyakarta: Aditnya Media.

Soediyono. (2006). Ekonomi Makro Pengantar Analisis Pendapatan Nasional.

Yogyakarta: Liberty.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. ………… (2001). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Swastha, Basu, DH, Drs, MBA. (1984). Azas-azas Marketing Mix. Yogyakarta: Liberty

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud.

(67)
(68)

DAFTAR LAMPIRAN

(69)

Yogyakarta, Mei 2007

Kepada:

Yth. Pengusaha Kerajinan Bambu Di tempat

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Tujuan saya mengadakan wawancara dan menyebar kuesioner kepada Bapak/Ibu adalah dalam rangka penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Adapun judul skripsi saya adalah “Hubungan antara Besarnya Modal Usaha dan Kesulitan Pemasaran dengan Tingkat Pendapatan Pengusaha”.

Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk kalangan sendiri dan saya menjamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya mohon Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara dalam membantu penelitian ini saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,

(70)

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Pendidikan : Nama Usaha Kerajinan Bambu :

Besarnya Modal :

Penjualan rata-rata per bulan :

B. Pemasaran

Petunjuk: Bapak/Ibu dimohon menjawab setiap pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda V pada alternatif jawaban yang anda pilih!

Alternatif jawaban SL: Selalu, KD: Kadang-kadang, dan TP: Tidak Pernah.

No Pertanyaan SL KD TP

1

2

3

Selama ini apakah bapak/ibu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap produk yang anda hasilkan.?

Apakah bapak/ibu dan tenaga kerja anda pernah mandapat pelatihan ketrampilan?

(71)

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Apakah bapak/ibu selalu melayani pembeli dengan sikap ramah dan sopan?

Apakah bapak/ibu selalu menanggapi dengan ramah dan sopan jika ada pembeli yang mengeluhkan produk anda? Apakah bapak/ibu selalu berproduksi walaupun belum ada pesanan?

Apakah bapak/ibu tidak berproduksi jika belum ada pesanan?

Apakah bapak/ibu selalu menentukan harga jual produk lebih rendah dari pesaing (pengusaha lain)?

Dalam menentukan harga jual produk apakah bapak/ibu selalu menghitung dulu biaya-biaya yang sudah keluar? Apakah pembeli lokal bersedia membeli produk bapak/ibu dengan harga yang sama di pasaran?

Apakah jangkauan pemasaran hasil kerajinan bapak/ibu selalu sampai ke pasar nasional atau bahkan sampai keluar negeri?

Apakah bapak/ibu menjual hasil kerajinan sampai ke toko-toko?

(72)

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Apakah bapak/ibu juga membuat pengumuman di surat kabar dan radio tentang produk kerajinan anda?

Apakah bapak/ibu pernah mengikuti kegiatan pameran/bazaar?

Apakah rata-rata penjualan bapak/ibu setiap bulannya bertambah?

Apakah bapak/ibu selalu menggunakan sepeda motor atau bahkan mobil untuk membeli bahan baku?

Apakah bapak/ibu menggunakan sepeda motor atau bahkan mobil untuk pengiriman dan penjulan hasil produksi anda?

Apakah bapak/ibu selalu menempatkan persediaan bahan baku di tempat khusus?

Apakah bapak/ibu juga meletakkan hasil kerajinan di tempat khusus?

Apakah bapak/ibu selalu menata rapi hasil kerajinan anda?

Apakah bapak/ibu tidak menata rapi hasil kerajinan anda?

(73)

24

25

Apakah bapak/ibu tidak menjual hasil produksinya pada konsumen secara langsung?

(74)

DATA INPUT UJI VALIDITAS

Kesulitan Pemasaran

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2

2 1 1 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 2 2 1 1 2 1 3 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1

5 3 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 3 3 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 2

6 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 1 2

7 3 1 1 3 1 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 3 1

8 1 1 1 3 1 3 3 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 3 2 3 3 3 2 1

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3

10 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3

11 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 1 1 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2

12 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2

13 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3

14 2 2 3 1 2 1 3 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3

15 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3

16 2 3 3 3 2 3 1 3 2 1 3 2 1 3 3 2 2 2 1 2 3 3 3 2 1

17 2 2 3 3 2 3 1 2 2 1 3 2 3 2 3 2 3 2 1 3 3 1 3 2 3

18 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 1 1 3 3 3 2 3

19 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3

21 1 2 1 3 2 1 3 2 2 3 2 1 3 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1

22 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1

23 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3

24 3 3 1 1 3 1 1 1 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3

25 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1

26 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 1 1 3 1 3 3 1 3 1 2 3 2 3 1 3

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2

28 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 3

29 3 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 2 2 3 1 1 1 3 1 2 2 2 1 3

Gambar

Tabel III. 2
Tabel III.3
Tabel III. 4
Tabel III. 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan secara simultan memberikan kontribusi pengaruh sebesar 31,3% terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Perbedaan karakteristik antara pemerintahan kota dan kabupaten tersebut penting untuk melihat a) apakah perekonomian antar kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan indikasi

Usep Basuki Eko, SH, M.Si Kepala Bidang Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten

Penelitian ini menggunakan sampel daging ayam yang diambil dari pedagang ayam di 3 pasar tradisional (Pasar Gintung, Pasar Rajabasa dan Pasar Tamin) dan 2 pasar modern

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pemberian pupuk hara mikro Zn dengan berbagai dosis dapat meningkatkan rasio luas daun, laju pertumbuhan tanaman, dan rasio akar

As your camera is set to &#34;Continuous Shoot&#34; mode, hold on to your shutter while moving your camera along with your main subject, making sure that the main subject is always

diatas setengan gelombang bagian positif akan dihasilkan oleh setiap dioda, sehingga tegangan outputnya dihasilkan oleh setiap dioda, sehingga tegangan outputnya adalah 100% yaitu

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul :“Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas,