• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa MI (penelitian quasi eksperimen di MI Miftahul Umam Pondok Labu Kelas 4 Semester 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa MI (penelitian quasi eksperimen di MI Miftahul Umam Pondok Labu Kelas 4 Semester 1)"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

Semester 1) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh LAILY AZIZAH

109018300085

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Laily Azizah (109018300085), “Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa MI”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika pada kelas yang diajarkan dengan pendekatan model inkuiri dan konvensional, serta mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan model inkuiri lebih tinggi dari kelas yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randimized Post – Test Only Control Group Design. Instrumen penelitian yang diberikan berupa hasil belajar yang terdiri dari 8 soal bentuk uraian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MI Miftahul Umam Pondok Labu. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling, dipilih dua kelas secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan model inkuiri, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh nilai rata – rata kelas kontrol 53,03 dan nilai rata – rat dan nilai rata – rata kelas eksperimen 64,56. Teknik analisis data menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis statistik. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai thitung 2,81 kemudian dikonsultasikan pada ttabel karena thitung ≥ ttabel (2,81 ≥ 1,99) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan antara rata – rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan model inkuiri dengan rata – rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional.

(7)

ii ABSTRACT

Laily Azizah (109018300085), “A Mathematical Model of Inquiry Learning Effect on Students Ability to Think Creatively MI”. Thesis Madrasah Teacher Education Majors, Faculty and Tarbiyah Science Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, March 2014.

The purpose of this study was to determine the ability is creative thinking of stidents in learning mathematics in classes taught by conventional approaches and models of inquiry, and to know the difference creative thinking abilities of students in the classes taught using the inquiry model approach is better than a class taught by using convebsional approaches.

Methods used in this study is quasi experimental method with Randomized Research Design Post – Test Only Control Group Design. The research instrumen that is given is the result of studies which is made up of 8 essay question the analiysis techniqe data uses “t” test is to measure the statistic’s hypotesis.

Population in this study were students MI Miftahul Umam Pondok Labu. Sampling techniques using Simple Random Sampling Technique, two classes were randomly selected to determine the experimental class and the control class. Obtain experimental class model inquiry learning approach, while the control class learning gain with conventional approaches.

From the measurement, we conclude that thitung 2,81, then it is propered to ttabel at the significant limit 5% and the freedom degree 62, to get the resat the significant limit 5% and the freedom degree 62, to get the result of ttabel 1,99. So H1 is accepted, it means there are differences between the students average result of the think creative students in mathematics learning that is taught with the inquiry approach an also with the students average result of the think creative students in mathematics learning that is taught with conventional approach.

(8)

iii

Alhamdulillah segala puji dan rasa syukur penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik, hidayah dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jujungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta umat islam yang mengikuti sampai akhir zaman.

Penulis menyadari dalam penulisan ini banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi. Namun berkat curahan karunia Allah SWT. dan siraman do’a restu dari berbagai pihak yang telah ikhlas memberikan dukungan dan bimbingan secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala ketulusan hati sehingga penghargaan penulis mempersembahkan rasa terimakasih yang mendalam kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i. MA.Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen dan Staf di UIN Syarif Hidayatullah di jurusa PGMI yang telah memberikan bantuann dan dukungannya.

(9)

iv kepada penulis.

7. Hendi yang tidak pernah bosan untuk mendampingi, mengiringi, memotivasi sekaligus memberikan support kepada penulis sehingga penulis senantiasa terus bersemangat dan mendapatkan inspirasi serta kekuatan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat – sahabat seperjuangan dibangku kuliah Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2009 kelas C khususnya kepada Neneng Komalasari, Riyan Syahrini, Sri Lestari, Nadia Nur Kholisoh, Linda dan Irvani Mufidah yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luas biasa. Teman – teman seperjuangan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kita. Semoga kita dapat menggapai kesuksesan bersama.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan. Amin...

Akhir kata peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umunya.

Alhamdulillahirobbil’alamiin.

Jakarta, Maret 2014 Peneliti

(10)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A.Deskripsi Teoritik ... 8

1. Berpikir Kreatif ... 8

a. Pengertian Berpikir Kreatif... 8

b. Pengertian dan Ciri Kreativitas ... 14

c. Ciri – ciri Berpikir Kreatif ... 16

d. Tingkatan – tingkatan dalam Berpikir Kreatif ... 19

e. Sifat – sifat orang yang Berpikir Kreatif ... 19

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kreativitas ... 20

2. Pembelajaran Matematika ... 21

a. Pengertian Belajar ... 21

b. Pengertian Pembelajaran ... 26

(11)

vi

a. Pengertian Inkuiri ... 33

b. Tahapan Model Inkuiri ... 38

c. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri ... 41

4. Pembelajaran Konvensional ... 42

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 43

B. Kerangka Berpikir ... 45

C.Hipotesis Penelitian... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Tempat dan waktu penelitian ... 47

B. Metode Dan Desain penelitian ... 47

C. Populasi Dan Sampel ... 48

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal ... 48

1. Instrumen Penelitian ... 48

2. Uji Validitas ... 52

3. Uji Reliabilitas ... 52

4. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal ... 53

5. Uji Daya Beda ... 54

F. Tehnik Analisis Data ... 55

1. Uji Prasyarat Analisis ... 55

a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Homogenitas ... 57

2. Uji Hipotesis ... 57

G. Hipotesis Statistik ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Data ... 60

(12)

vii

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 66

1. Uji Normalitas ... 66

2. Uji Homogenitas ... 67

3. Pengujian Hipotesis ... 68

C. Pembahasan ... 70

D. Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

(13)

viii

Tabel 2, Rancangan Penelitian ... 47

Tabel 3, Kisi – kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ... 49

Tabel 4, Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal ... 53

Tabel 5, Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 54

Tabel 6, Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 55

Tabel 7, Statistik Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 8, Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 9, Statistik Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol... 63

Tabel 10, Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 64

[image:13.595.103.509.154.607.2]
(14)

ix

[image:14.595.104.495.245.597.2]
(15)

x

Lampiran 2, RPP Kelas Kontrol...110

Lampiran 3, Instrumen Penelitian ...141

Lampiran 4, Validitas Instrumen...146

Lampiran 5, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran ...147

Lampiran 6, Perhitungan Membuat Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ...149

Lampiran 7, Perhitungan Membuat Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ...152

Lampiran 8, Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...155

Lampiran 9, Uji Normalitas Kelas Kontrol ...157

Lampiran 10, Perhitungan Uji Homogenitas ...159

(16)

1

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam suatu negara, pendidikan mempunyai peranan penting yang menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitastersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya pada bidangnya masing – masing. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik – baiknya sehingga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan juga diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas, lengkap, menyeluruh berdasarkan pemikiran rasional objektif.

Keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia akan menentukan kualitas manusia Indonesia dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan harus senantiasa diringkatkan, bagi segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan mengembangkan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah.

(17)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.1

Dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar peserta didik mampu menghadapi perubahan keadaan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secaara logis, nasional dan kritis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidik diharapkan dapat memilih cara mengajar yang baik dan memilih metode yang sesuai.

Pada saat ini masih ada guru yang memberikan konsep – konsep matematika sesuai jalan pikirannya, tanpa memperhatikan bahwa jalan pikiran siswa berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa dalam memahami konsep – konsep matematika yang abstrak.2

Kegiatan belajar mengajar yang baik adalah ketika guru tidak mendominasi pembelajaran, tetapi membantu menciptakan kondisi serta membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang melalui kegiatan belajar mengajar.

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, peneliti melihat banyak siswa yang pasif karena kegiatan dikelas banyak dilakukan oleh guru. Pada pembelajarannya, guru matematika lebih banyak menggunakan ceramah dalam menjelaskan konsep matematika, memberikan latihan soal yang mirip dengan contoh, memberikan soal matematika yang bersifat tertutup, terkadang melakukan tanya jawab dengan siswa dan menyampaikan rangkuman. Sedangkan kegiatan siswa dikelas adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat tulisan guru yang terdapat dipapan tulis, dan hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dikelas berlangsung satu arah, konvensional dan kegiatan berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif.

1

UU RI No.20 Th.2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:CV. Eka Jaya, 2003).h.7

2

(18)

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran matematika di sekolah yang dilakukan guru matematika di MI Miftahul Umam lebih banyak ceramah, sehingga guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa, perlu dilakukan perubahan dalam pembelajaran matematika yang diajarkan guru matematika. Karakteristik matematika yang abstrak mengharuskan guru dalam penyampaian materi disekolah mampu untuk menjembatani siswa dengan menerapkan metode pembelajaran matematika yang sesuai sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa.

Saat ini banyak sekali model – model pembelajaran yang bermunculan. Model – model tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar, suatu variasi dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi didalam kelompok – kelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu berdiskusi dalam memahami materi pelajaran maupun mengerjakan tugas kelompok. Salah satu dari model tersebut adalah model pembelajaran inkuiri. Model inkuiri merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis, argumentatif dalam mencari jawaban – jawaban berbagai permasalahan yang ada di alam. Melalui pengalaman – pengalaman dan sumber lainnya.

Model pembelajaran dengan model inkuiri ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika. Hal ini karena model pembelajaran inkuiri lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar. Hal itu akan lebih membuat belajar matematika menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Dalam pendidikan, guru mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dalam mewujudkan potensi anak. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik berarti mewujudkan kemampuan potensial mereka dalam menciptakan sesuatu yang baru.

(19)

kurikulum yang begitu padat. Hal lainnya kebanyakan soal atau masalah yang diberikan guru atau sekolah penekanannya lebih pada hafalan dan menuntut siswa untuk dipecahkan dengan pemikiran konvergen yaitu menuju satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Sebaliknya pemikiran divergen atau pemikiran kreatif yang menuntut siswamencetuskan lebih dari satu kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah jarang dilatih oleh guru. Sehingga mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif siswa rendah dan tidak berkembang.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.3 Semakin banyak dan beragam kemungkinan jawaban yang dikemukakan semakin kreatiflah seseorang, tetapi keragaman jawaban tersebut adalah jawaban yang tepat dan sesuai dengan permasalahan.

Kemampuan berpikir kreatif dapat dirumuskan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir secara lancar yaitu banyak menghasilkan jawaban dari satu permasalahan, berpikir secara luwes (fleksibilitas) yaitu dapat melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang, orisinalitas dalam berpikir yaitu mampu menghasilkan gagasan yang baru dan unik, serta kemampuan mengelaborasi atau mengembangkan suatu gagasan.

Standar Kompetensi kurikulum tingkat satuan belajar (KTSP) 2006 menyebutkan bahwa salah satu prinsip dalam kegiatan mengajar belajar adalah mengembangkan kreativitas siswa. Dalam kurikulum tersebut juga disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, keingintahuan, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba – coba.

Tujuan seseorang belajar matematika adalah membentuk pola pikir individu menjadi logis, kritis, dan sistematis. Terbentuknya pola pikir yang demikian diharapkan dapat memudahkan individu dalam memecahkan masalah – masalah

3

(20)

dalam bidang matematika, bidang lain, serta masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari – hari.

Fakta dilapanganpun menunjukan hal yang sama, berdasarkan hasil observasi menunjukan guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi sehingga siswa tidak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal yang sulit dan berbeda dari contoh yang guru berikan. Sehingga dari cara mengerjakanpun siswa belum menunjukan kemampuan berpikir kreatifnya. Selain itu, cara penyelesaian soal matematika setiap siswa terlihat homogen, masih terpaku pada contoh pengerjaan di buku paket dan tidak ada yang mengerjakan soal dengan cara penyelesaian selain yang diajarkan guru karena takut salah. Padahal yang dikehendaki adalah para siswa dapat memberikan alasan atas proses pemikiran mereka dalam mendapatkan jawabannya secara lancar, luwes, orisinal dan terperinci.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa MI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka dapat diidentifikasikan

masalah – masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar suasana pembelajaran dikelas belum menarik dan menyenangkan.

2. Metode pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah

(21)

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang di teliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi, yaitu:

1. Metode konvensional yang digunakan dalam pembelajaran disekolah yaitu metode ekspositori yaitu guru menjelaskan semua materi dan konsep – konsep, memberikan contoh soal, latihan dan tugas.

2. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang diukur pada penelitian ini terbatas pada peningkatan berpikir kreatif siswa yaitu pada berpikir luwes (flexibility).

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini hanya model inkuiri.

4. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan, kelas 4 yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah, maka dalam penelitian ini dirumuskan:

1. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan menggunakan model inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional?

2. Bagaimana respon siswa setelah menggunakan pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatifnya!

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan dari penelitian, yaitu:

1. Mengetahui respon siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri

(22)

F. Manfaat Penelitian

1. Berguna bagi penulis dalam rangka menambah wawasan khususnya dalam memperbaiki metode pembelajaran.

2. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih metode pembelajaran.

3. Diharapkan menjadi masukan bagi guru ataupun calon guru matematika agar lebih banyak menggunakan model – model pembelajaran yang bervariasi.

4. Untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui berpikir kreatif pada saat pembelajaran.

(23)

8 A. Deskripsi Teoritik

1. Berpikir Kreatif

a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari hewan.1

Pemikiran yang kreatif itu adalah pemikiran yang berusaha melahirkan sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip – prinsip kemungkinan. Pemikiran kreatif terwujud dengan adanya beberapa sistem dan pola pandang dan mewakili salah satu kondisi otak, serta tampak sebagai suatu pemikiran yang diarahkan oleh keinginan – keinginan dalam mencari orisinalitas dan sesuatu yang benar – benar asli.

Pemikiran kreatif ini merupakan pemikiran yang disandarkan kepada gerakan nilai – nilai. Artinya dalam kreativitas tersebut, pemikiran dirinya tampak dominan, dengan tanpa menghilangkan objektivitas secara keseluruhan.2

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.

Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.

1

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010),h.43

2

(24)

Pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut a. Tahap pertama: persiapan yaitu proses pengumpulan informasi untuk di

uji.

b. Tahap kedua: inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.

c. Tahap ketiga: iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.

d. Tahap keempat: verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep atau teori.

Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang mengahsilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.3

berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Berpikir adalah sesuatu yang selalu dilakukan dan tidak dapat dihindari oleh manusia. Seorang dihadapkan pada proses berpikir ketika hendak menemukan konsep, memecahkan masalah, atau melakukan penalaran terhadap sesuatu. Dalam melakukan kegaiatan manusia dapat berpikir spontan atau berpikir tidak disengaja dan berpikir dengan sengaja. Berpikir spontan adalah ketika seseorang melakukan hal sepele atau hal yang biasa dilakukan. Sementara berpikir disengaja adalah ketika seseorang harus berpikir logis dan sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang seriusdan rumit.

Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suattu aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan, Presseinsen (Hartono, 2009).4 Berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.5 Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif juga disebut berpikir divergen ialah memberikan macam –

3

Rusman, Model – model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),h.324-325

4

http://p4mrinunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/

5

(25)

macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004:177) dijelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, dan ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.6

Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan – kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide – ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:

1. Mengajukan pertanyaan

2. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka

3. Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal – hal yang berbeda 4. Menghubungkan – hubungan berbagai hal dengan bebas

5. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda

6. Mendengarkan intuisi.7

Tujuan utama seseorang berpikir adalah untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Hasil dari proses berpikir dapat mengarah pada satu jawaban atau bahkan lebih.

Kemampuan berpikir dapat ditumbuhkan kembangkan dalam proses belajar, karena dalam proses inilah seseorang dihadapkan pertama kali oleh sesuatu yang membuat mereka berpikir secara sistematis dan logis untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Proses belajar adalah proses dimana tingkah laku atau pemikiran seseorang akan berubah. Dalam proses belajar seseoarang akan melakukan banyak kegiatan, diantaranya kegiatan berpikir, menulis, menghitung, membaca, dan memahami. Proses belajar dapat dikelompokkan menjadi kegiatan fisik dan membaca, menulis, menggambar, serta menghitung, sedangkan aktivitas berpikir

6

http://p4mrinunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/

7

(26)

adalah tingkah laku yang menggunakan ide dan merupakan suatu proses simbolis. Kegiatan berpikir selalu menggunakan simbolis, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Simbol itu dapat berupa kata, angka, simbol matematika, not musik, dan lain sebagainya.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal penting untuk dimiliki setiap orang. Dengan berpikir kreatif seseorang dapat mewujudkan dirinya melalui berbagai kreasi ciptaannya, baik berupa ide, gagasan, atau produk. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif juga dapat memiliki kemampuan berpikir memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran maupun dikehidupan sehari – harinya baik permasalahan rutin maupun non rutin dengan berbagai macam cara. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan menjadi pribadi yang unggul dalam pembelajaran, masyarakat, dunia pekerjaan, dan kehidupan. Kemampuan berpikir kreatif tidak bisa datang dengan sendirinya. Hal ini haruslah dilatih dan dibiasakan dalam diri seseorang sedini mungkin. Ini dapat dilakukan pendidik kepada siswanya dengan cara mengajarkan anak cara berpikir kreatif melalui pembelajaran disekolah.

Kemampuan berpikir kreatif dapat dirumuskan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir secara lancar yaitu banyak menghasilkan jawaban dari satu permasalahan, berpikir secara luwes (fleksibilitas) yaitu dapat melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang, orisinalitas dalam berpikir yaitu mampu menghasilkan gagasan yang baru dan unik, serta kemampuan mengelaborasi atau mengembangkan suatu gagasan.

(27)

tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah.8

Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estesis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.

Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat (Huda, 2011:11). Kemampuan berpikir kreatif seseorang juga dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu denagn cara memahami proses berpikir dan faktor – faktornya serta melalui latihan – latihan.9

Berikut beberapa strategi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

1. Mendefinisikan kembali suatu masalah dapat diartikan mengatakan dengan cara lain, mengubah pandangan, menyusun kembali, meninjau kembali dengan kata lain mencari duduk permasalahan mulai dari awal.

2. Mempertanyakan dan analisis asumsi – asumsi atau anggapan orang kreatif, mempertanyakan asumsi –asumsi tersebut dan akhirnya mengakibatkan orang lain ikut mempertanyakan juga. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari berpikir analitis yang tercakup dalam kreativitas.

3. Kemampuan melahirkan ide – ide, menciptakan, menghasilkan, menemukan gagasan kadang kala suatu gagasn datang pada saat yang tak terduga. Kadang kala juga datang membutuhkan waktu panjang untuk mengemabngkan suatu gagasan.

8

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253026-pengertian-berpikir-kreatif/#ixzz2JXT4SupE 20.12WIB

9

(28)

4. Kemampuan membangun kecakapan diri ayitu percaya pada kemampuan sendiri, menjamin pelaksanaan tugas, melakukan apa yang perlu dilakukan, bekerja dan efektif.

5. Kemampuan mengenali minat sejati, dalam hal ini kemampuan tentang menemukan diri sendiri, menemukan semangat diri, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan kemana harus melangkah.10

Dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendalami bahan yang dipelajari. Belajar kreatif tidak hanya menyangkut perkembangan kognitif (penalaran), tetapi juga berhubungan erat dengan penghayatan pengalaman yang mengasyikkan.

Belajar kreatif digunakan baik proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam – macam arah dan mneghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupunproses berpikir konvergen (proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat).11

Pemikiran kreatif ini menyerupai pemecahan masalah, karena pemecahan masalah itu berarti usaha mencapai produksi kreatif, inilah yang dikandung dalam pemikiran kreatif.

Dalam beberapa tempat, pemikiran kreatif menggunakan strategi dalam menyelesaikan permasalahan, mengambil keputusan, dan menciptakan suatu pemahaman.

Pemikiran kreatif mencakup kebiasaan – kebiasaan akal berikut ini:

1. Ikut memberikan perhatian dalam berbagai kepentingan, terutama ketika belum ditemukan jawaban atau solusi dengan segera.

2. Menghilangkan batasan – batasan antara wawasan dan taksiran. 3. Melahirkan, memelihara, dan mengabadikan tingkat standarisasi

4. Menciptakan cara baru untuk melihat prinsip – prinsip luar dan batasan – batasan tradisional yang diikuti.12

10

http://p4mrinunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/

11

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992),h.47-48

12

(29)

b. Pengertian dan Ciri Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur – unsur yang ada.

Kreativias (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.13

Supriadi (1994) menguatarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru Kreativitas adalah hal yang sering kita dengar yang berhubungan dengan hasil pemikiran atau karya seseorang. Kreativitas itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru atau mengkombinasikan sesuatu yang telah ada sebelumnya sehingga dapat menghasilkan suatu karya baik berupa ide atau produk nyata. Sesuatu yang baru disini adalah sesuatu yang mendapatkan apresiasi dari masyarakat, tetapi sebelumnya haruslah bermakna dan bermanfaat bagii pencipta ide itu sendiri.

James J. Gallagher (1985) mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan

suatu peoses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).14

baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yan telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.

13

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992),h.48

14

(30)

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estesis, fleksibel, integransi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.15

Supriadi (1994) mengatakan bahwa ciri – ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif diantaranyamotivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis ysng sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sanagt berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.16

Ciri – ciri kreativitas meliputi sebagai berikut: a. Dorongan ingin tahu besar

b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

c. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah d. Bebas dalam menyatakan pendapat

e. Mempunyai rasa keindahan

f. Menonjol dalam salah satu bidang seni

g. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpnegaruh orang lain

h. Rasa rumor tinggi i. Daya imajinasi kuat

15

Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak – Kanak,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) cet ke-1, h.14

16

(31)

j. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya, dalam pemecahan masalah menggunakan cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak – anak lain)

k. Dapat bekerja sendiri

l. Senang mencoba hal – hal baru

m. Kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)17

Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak, karena

pertama, dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dna perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, kreativtas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam – macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal (Guilford, 1957). Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.18

c. Ciri – ciri Berpikir Kreatif

Ciri – ciri kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Agar kreativitas anak dapat terwujud dibutuhkan adanya dorongan dalam diri individu maupun dorongan dari lingkungan. Berikut ciri – ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude).19

1. Keterampilan berpikir lancar (fluency)

Berpikir lancar dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penelesaian masalah atau pertanyaan. Indikator dari keterampilan berpikir lancar yaitu:

17

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992),h.34

18

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992),h.45-46

19

(32)

a. Mengajukan banyak pertanyaan

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan c. Mempunyai banyak gagasan

2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

Keluwesan berarti kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Seseorang yang luwes dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda – beda sehingga mampu mencaribanyak alternatif pemecahannya. Adapun indikator dari keterampilan ini antara lain:

[image:32.595.103.514.116.739.2]

a. Memberikan macam – macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda – beda c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam – macam

cara yang berbeda – beda untuk menyelesaikannya. 3. Keterampilan berpikir orisinil (originality)

Indikator dari keterampilan berpikir orisinil yaitu:

a. Memikirkan masalah – masalah atau hal – hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain

b. Mempertanyakan cara – cara yang lama dan berusaha memikirkan cara – cara yang baru

c. Lebih sering mensintesis dari pada menganalisa sesuatu 4. Keterampilan merinci (elaboration)

Keterampilan ini berarti kemampuan memperkaya, mengembangkan suatu gagasan dna merinci detil – detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Indikator dari keterampilan merinci adalah sebagai berikut:

a. Mencari yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah – langkah yang terperinci

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan ornag lain

(33)

d. Menambah garis – garis, warna dan detil – detil (bagian - bagian) terhadap gambar sendiri atau gambar orang lain

5. Keterampilan menilai (evaluation) Indikator keterampilan manilai, yaitu:

a. Menganalisis masalah atau menyelesaikan secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa”

b. Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan

c. Merancang suatu rencana kerja dari gagasan – gagasan yang tertentu d. Pada waktu tertenu tidak menghasilkan gagasan – gagasan tetapi

menjadi peneliti atau peneliti yang kritis.

Sementara Silver (Huda, 2011:11) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak dan orang dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan “The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen

yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif melalui TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (fleksibility), dan kebaruan (novelty), pengertian lebih jelas sebagai berikut:

a. Kefasihan (fluency) adalah jika siswa mampu menyelesaiakn masalah matematika dengan beberapa alternatif jawaban beragam dan benar b. Fleksibilitas (fleksibility) adalah jika siswa mampu menyelesaikan

masalah matematika dengan cara yang berbeda – beda

c. Kebaruan (novelty) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak bisa dilakukan oleh siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.20

Berikut ini akan disebutkan dengan jelas sifat dan kondisi terpenting dari anak yang kreatif yaitu:

1. Fleksibel 2. Bebas 3. Tekun

20

(34)

4. Mandiri

5. Tidak bersosialisasi dengan masyarakat 6. Gigih

7. Banyak memperhatikan sesuatu21

d. Tingkatan – tingkatan dalam Berpikir Kreatif Tingkatan – tingkatan itu adalah:

1. Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta – fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru

2. Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah 3. Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan

pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba – tiba memperoleh pemecahan tersebut

4. Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak, apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikutnya

5. Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.

e. Sifat – sifat orang yang Berpikir Kreatif

Sifat – sifat orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadi yang merupakan original person, yaitu:

1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks

2. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope

pribadi yang luas

3. Dalam judgmentnya lebih mandiri 4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri

5. Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol22

21

Amal Abdus Salam Al – Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak,(Jakarta: Pustaka Al – Kautsar, 2005),h.56-57

22

(35)

f. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Dibawah ini akan dipaparkan beberapa karakteristik dari orang – orang kreatif san inovatif. Karena karakteristik ini telah terbukti dapat menjadikan gaya mereka menjadi kreatif dan inovatf. Diantaranya karakteristik orang yang kreatif yaitu:

a. Hendaknya kepekaannya terhadap berbagai permasalahan itu sangat besar

b. Hendaknya mampu memperluas jaringan pemikirannya dari yang biasa menjadi luar biasa, dan memiliki kemampuan yang besar dalam memberikan respon yang berbeda dalam menghadapi berbagai situasi, pemikiran, dan problematika.

c. Peka terhadap keindahan23

Banyak pemikiran baru yang hadir dari pengalaman harian, setiap orang dapat mendatangkan pemikiran baru yang bermanfaat. Hal itu tercapai karena ia menggunakan pemikiran yang baik. Pada saat itulah ia disebut sebagai orang yang kreatif.

Ada dua faktor yang mempengaruhi kreativitas. Faktor – faktor tersebut adalah inkubasi dan faktor sosial.

1. Inkubasi

Inkubasi adalah cara kita dapat menyelsesaikan masalah yang sulit bila kita menunda dulu masalah tersebut jeda waktu dan kemudian bekerja lagi. Inkubasi jarang didemonstrasikan dalam penelitian yang terkontrol dengan baik.

2. Faktor sosial

Amabile (Matlin, 2003) mengemukakan bukti yang meyakinkan bahwa ekspektasi evaluasi bisa merusak kreativitas. Saat kita mengharapkan kerja kita dievaluasi, hasilnya tidak akan mengecewakan, tetapi sepertinya akan kurang kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor sosial dapat mempengaruhi kreativitas sebagai berikut: a. Ketika seseorang memperhatikan anda ketika sedang bekerja

23

(36)

b. Ketika anda ditawari penghargaan karena kreativitas anda c. Ketika anda harus berjuang untuk mendapatkan hadiah

[image:36.595.101.518.196.586.2]

d. Ketika seseorang membatasi pilihan – pilihan anada dalam mengekspresikan kreativitas anda24

Tabel 1

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek KBKM Indikator

Fluency (keancaran)

1. Menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut

2. Memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tersebut Flexibility

(keluwesan)

1. Menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah

2. Memberikan beragam contoh atau pertanyaan terkait konsep atau situasi matematis tersebut Original (orisinal) 1. Menggunakan strategi yang bersifat baru, unik

atau tidak biasa untuk menyelesaiakn masalah 2. Memberikan contoh atau pertanyataan yang

bersifat baru, unik atau tidak biasa.

2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.

24

(37)

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala – gejala perubahan perilaku yang tampak.25

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.26

Belajar menurut Morgan (1978) adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.27

Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garnet berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu rangsangan tertentu.28 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berineraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.29

Belajar menurut pandangan Skinner adalah seuatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.30

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006),h.112

26

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001),h.27

27

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta. 2011),h.13

28

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta. 2011),h.13

29

Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),h.134

30

(38)

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.31

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar meliputi: a. Perubahan terjadi secara sadar

Bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang – kurangnya ia merasakan telah terjdi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan – perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang labih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar iru dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena prose belajar bersifat menetap

31

(39)

atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjdi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti perubahan tingka laku iti terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubaahn belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar – benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.32

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual.

2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.

Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya. Alat – alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.33

Dengan mempelajari uraian – uraian yang terdahulu, maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip – prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.

Prinsip – prinsip belajar itu sebagai beriku:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

32

Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h.3-5

33

(40)

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan pertisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pngertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian/keterampilan/sikap iti mendalam pada siswa.34

34

(41)

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.35

Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran juga merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengatahuan.36

Pembelajaran adalah membelajarakan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oelh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belaja dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaa dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.37 Menurut Knirk dan Gutafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, melaksanakan dan evaluasi.38

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar. UUSPN No.20 Tahun 2003

35

Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),h.134

36

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2001),h.8-9

37

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta. 2011),h.61

38

(42)

menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus – menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.39

Pembelajaran memiliki beberapa prinsip yaitu sebagai berikut: a. Pembelajaran secara individual

Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing – masing individu.

b. Pembelajaran secara kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajardikelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3 – 8 siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif.

c. Pembelajaran secara klasikal

Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien.40

c. Pengertian matematika

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik dn lain sebagainya.

Berdasarkan etimologis (Elea Tinggih, 1972:5), perkataan matematika berarti ilmu ppengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang

39

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta. 2011),h.62-63

40

(43)

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Kemudian Kline (1973) dalam bukunya menyatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu tertama untuk membantu manusia dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.41

Matematika berasal dari bahasa Yunani: mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema atau matheis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Istilah Matematika menurut bahasa Latin (manthenein atau

mathema) yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.42

Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000),yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif. Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.43

James dan james (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tenatng logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu: aljabar, analisis, dan geometri. Johnson dan Rising

(1972) berpendapat bahwa matematika adalah pola berpikir, pola

mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang

41

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2001),h.18-19

42

http://lenterakecil.com/pengertian-matematika/ 12 januari 2013 pukul 13.20 WIB

43

(44)

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.44

Matematika merupakan pelajaran utama disekolah. Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang selalu diikutsertakan dalam ujian nasional ditiap jenjang sekolah yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Matematikapun menjadi pelajaran yang penting dan akan selalu digunakan dalam kehidupan sehari – hari sehingga pelajaran ini seharusnya dapat tuntas dipelajari disekolah.

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain.45

Anak usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitar 7 – 12 tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar itu masih berpikir pada tahap usia konkrit artinya siswa – siswa SD masih belum berpikir formal. Ciri – ciri anak pada tahap ini dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda – benda konkrit, belum dapat berpikir deduktif, berpikir secara transitif.46

Dalam pembelajaran matematika ditingkat SD, diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran dikelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru. Bruner (Ruseffendi, 1991) dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.47

44

http//masih-berbagi.blogspot.com/2012/08/pengertian-matematika-menurut-beberapa.html tgl 12 Januari 2013 pukul 13.19 WIB

45

Erma Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006),h.5

46

Erma Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006),h.15

47

(45)

Konsep – konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep – konsep matematika.

a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mengenal mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.

c. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.48

d. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung sepeti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.49

48

Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),h.2-3

49

Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(46)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.50

Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Pembejalaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujaun dapat tercapai. Dalam kaitan ini hal – hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi anatara sumber- sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.51

Bruner (dalam Mustangin, 2002) berpendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep – konsep dan struktur – struktur abstrak yang terdapat didalam matematika serta mencari hubungan – hubungan antara konsep – konsep dan struktur – struktur matematika. Mustangin (2002) mengungkapkan bahwa belajar matematika merupakan kegaitan mental yang sangat tinggi.52

Dari beberapa definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa matematika sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang mengaitkan simbol – simbol, ide, struktur dan hubungan lainnya yang diatur secara logis dalam nalar yang terarah dan terencana untuk dapat memecahkan masalah atau persoalan. Pembelajaran matematika juga merupakan suatu kegiatan atau upaya untuk memfasilitasi siswa

50

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran diakses pada tanggal 12 Januari 2013 pukul 13.27 WIB

51

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),h.134-135

52

(47)

dalam mempelajari matematika. Kegiatan tersebut merupakan upaya disengaja artinya menuntut persiapan pembelajaran matematika yang sangat detai, inovatif dan kreatif yang mampu menyesuaikan tingkat perkembangan peserta didik, dari tujuan pembelajaran dalam standar kompetensi – kompetensi dasar dan kekhasan kontekstual kehidupan sehari – hari peserta didiknya.

e. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika berfungsi mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki:

a. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

b. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

c. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan mennyelesaikan suatu masalah.53

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika ialah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk menghitung, mengukur, menurunkan dengan menggunakan rumus matematika yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara kritis, logis dan kreatif.

53

(48)

3. Model Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Inkuiri

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui uapaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan – kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta – fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dikaitkan dengan pembelajaran. Dimana hasil pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar biasa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.54

Inkuiri sebenarnya berasal dari kata to inquiry yang berarti ikut serta,

Gambar

Tabel 1, Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif .....................................................
Gambar 4, Kurva Penerimaan dan Penolakan Ho ................................................
gambar, cerita atau masalah
Tabel 1 Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peternak tidak memberikan konsentrat, karena sulit diperoleh di daerah setempat, padahal berdasarkan Duldjaman (2004) penambahan konsentrat, seperti am- pas tahu, di dalam

Universitas Negeri Makassar Analysis Of Learning Assessment In Physics At Automotive Engineering Education Study Program State University Of Makassar... Hendra

KETERANGAN Pada hari ini Kamis tanggal empat bulan Juni tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat

Sampel tanah diambil dari setiap horizon untuk dianalisis tekstur tanah, kerapatan isi, pH H 2 O, pH KCl, pH NaF, Al dd , KTK, KB, C-Organik, retensi-P, Al-oksalat (Alo),

Bahkan tidak sedikit pada zaman sebelum nenek moyang mengenal adanya tekhnologi untuk membuat kapal pesiar, nyatanya kapal yang banyak digunakan dalam pelayaran

Title : Good Manufacturing Practices Assessment and Shelf-life Analysis of Chili Paste Mushroom in Chaiyo Farm.. Name : Brian Naranathan Student ID

caring perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah. Sakit Jiwa

tabaci, avaient le choix entre traverser un filet traité AgroNet 0.9 α ou un filet non traité AgroNet 0.9 NT en comparaison avec deux filets non traités ou deux filets traités