• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI PERUBAHAN PRILAKU DI KALANGAN SISWA SMP NEGERI 1 PULAU RAJA KABUPATEN ASAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI PERUBAHAN PRILAKU DI KALANGAN SISWA SMP NEGERI 1 PULAU RAJA KABUPATEN ASAHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592

PERANAN PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAGI PERUBAHAN PRILAKU DI KALANGAN SISWA SMP

NEGERI 1 PULAU RAJA KABUPATEN ASAHAN

Asnawati Matondang

Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP UISU Medan Jl. Sisingamangaraja, Medan

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk menge-tahui Peranan Pendidikan Kewarga-negaraan Bagi Perubahan Prilaku Di Kalangan Siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan. Penelitian di-laksnakan di SMP negeri 1 Pulau raja Kabupaten Asahan, dengan jumlah sampel 60 orang dan teknik pengumpulan data yang digunkan observasi, angket, studi documenter dan wawancara. Pen-didikan Kewarganegaraan dapat mem-berikan nilai moral kepada para siswa. Adanya rasa pengetahuan yang tinggi dan siswa akan belajar sungguh-sungguh karena kesukaan siswa pada pelajaran tersebut.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peranan pendidikan kewarga-negaraan bagi perubahan prilaku di kalangan siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan adalah mencapai angka 83,33%. Dapat disimpulkan bahwa peranan pendidikan kewarganegaraan bagi perubahan prilaku di kalangan siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan tergolong tinggi.

Kata Kunci : Pendidikan Kewarga-negaraan, Perubahan Prilaku

PENDAHULUAN

Sasaran dari peranan pembelajaran adalah para siswa di semua tingkatan. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, akan tetapi jika mereka mendapat penghargaan selayaknya ada kemungkinan besar para guru tidak akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Untuk pe-merintah perlu turun tangan untuk me-ningkatkan profesionalitas guru sekaligus membenahi pendidikan calon guru serta proses penerimaan guru terutama guru

Kewarganegaraan. Guru adalah Pathos, panutan, teman, dan pendorong ketika menghadapi siswa, guru ingin agar para siswanya menjadi pintar, guru ingin agar yang belum bisa menjadi bisa dan yang belum paham menjadi paham.

Menurut Tonny D. Wilia Setono, 2004 pendidikan di sekolah tidak bias mengimbangi lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta infor-matika. Dalam situasai seperti ini sering muncul keteganagan antara tugas utama pendidikan di sekolah yaitu menanamkan nilai-nilai keutamaan dan kebenaran dengan tuntutan penyediaan tenaga guru terutama guru Kewarganegaraan. Peranan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah sangat berlembaga dengan moral para siswa. Pendidkan Kewarganegaraan di sekolah bertujuan untuk menanamkan konsep-konsep dan nilai-nilai moral ke-pada seluruh siswa. Adapun konsep dan nilai moral yang ditanamkan kepada para siswa melalui Pendidikan Kewarga-negaraan adalah : mampu berbuat se-suatu dari segi moral adalah hal yang baik; perbuatan yang sesuai dengan kesusilaan dan agama. Tanpa adanya Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah bisa mengakibatkan hancurnya moral para siswa dan rusaknya penerus bangsa Indonesia terutama di sekolah tersebut. Pendidikan Kewaganegraan juga men-dukung prestasi siswa. Faktor cita-cita atau tujuan menjadi pendorong bagi seseorang dalam usahanya belajar, seperti yang dikatakan Gie (1994:4) tanpa motif tertentu semangat belajar seorang siswa akan mudah hilang karena siswa tersebut tidak merasa mempunyai ke-pentingan yang harus diperjuangkannya dengan belajar untuk prestasi.

Mahadi (2004:213) dalam buku Kamus Harian Indonesia menyebutkan secara etimologis prestasi berasal dari perkataan prestasi yang bisa diartikan hasil usaha. Pretasi belajar siswa

(2)

men-552 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... cakup aspek kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap) dan psikomotor (kete-rampilan). Seorang siswa berprestasi baik, cukup atau sedang bahkan kurang berdasarkan kecakapan yang diraih siswa dalam waktu tertentu, di lain pihak prestasi belajar dapat dikumpulkan dalam setiap tes yang ditempuh oleh siswa tersebut. Drijarkara (2003: 24-27) menye-butkan selama sesorang menganggap dirinya manusia dan ingin dipandang sebagai manusia, maka kewajibannya menjadi keniscayaan baginya.

Nasution (2000:65) berpendapat belajar adalah mengubah kelakuan anak kepada pembentukan pribadi anak. Hasil yang diharapkan dari belajar bukan hanya bersifat pengetahuan, akan tetapi juga sikap pemahaman, perluasan, minat penghargaan, norma-norma yang meliputi seluruh pribadi anak. Unsur mendidik dimasukkan ke dalam setiap pengajaran. Dalam setiap materi pelajaran guru hendaknya memberi pengetahuan kete-rampilan dan juga sikap. Dengan demikian siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan saja tetapi juga pengertian tentang ha-hal yang menyangkut perilaku yang baik.

Natawidjaja (1998:33) mengatakan belajar adalah proses usaha yang di-lakukan individu untuk memperoleh suatu pengubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil belajar atau peng-ubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu akan berlangsung secara terus menerus dan tidak statis dan pengubahan itu merupakan hasil yang lebih baik dari pada sebelumnya. Sebab jika menghindar maka berarti mengingkari kemanusiaanya.

Identifikasi Masalah

1. Rendahnya tingkat kesadaran para siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan tentang peranan Pendidikan kewarganegaraan.

2. Faktor-faktor yang mendorong para siswa untuk meningkatkan Pendidikan Kewarganergaraan.

3. Faktor-faktor yang menghambat untuk pelaksanaan Pendidikan Kewarga-negaraan.

4. Peranan guru Pendidikan Kewarga-negaraan di kalangan para siswa.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kesadaran para siswa SMP Negeri 1 pulau Raja Kabupaten Asahan terhadap peranan Pendidikan Kewarganegaraan

2. Sejauhmana peranan guru Pendidik-an KewargPendidik-anegaraPendidik-an di kalPendidik-angPendidik-an para siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten asahan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk menegtahui tingkat kesadaran para siswa SMP Negeri 1 Pulau Raja kabupaten Asahan tentang peranan Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Untuk mendapat data yang objektif

tentang peranan Pendidikan Ke-warganegaraan di sekolah.

3. Untuk mengetahui akibat yang timbul apabila guru Pendidikan Kewarga-negaraan tidak menjalankan peranan-nya dengan baik.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan kajian dan bahan masukan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina kesadaran para siswa tentang Pendidikan Kewraganegaraan. 2. Untuk mengetahui pentingnya

pe-ranan Pendidikan Kewarganegaraan di kalangan sekolah.

METODELOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 600 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 60 sampel yaitu 10 persen dari total populasi. Sesuai dengan judul, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode des-kriptif adalah sebagai prosedur peme-cahan masalah yang sedang diselidiki dengan mengembangkan keadaan subjek atau objek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi, yaitu teknik langsung meneliti ke lapangan;

2. Quisioner, yaitu pengumpulan infor-masi dengan cara menyampaikan sejmlah pertanyaan dengan menye-barkan angket;

(3)

553 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 3. Studi dokumenter, yaitu memperoleh

data yang sudah diarsipkan dari lembaga;

4. Wawancara, yaitu memperoleh data dengan melakukan wawancara langsung.

Analisa pengumpulan data

Teknik analisa pengumpulan data adalah dengan menggunakan tabel fre-kuensi untuk mengetahui gambaran tentang peranan Pendidikan Kewarga-negaraan dikalangan para siswa di SMP Negeri 1 Pulau Raja Kabupaten Asahan. Tabel 1. Kriteria skor untuk penilaian variable

No Skor dalam bentuk persen (%) Kriteria

1. 80 – 100 Tinggi

2. 56 – 79 Sedang

3. 0 – 55 Rendah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kabupaten Asahan yang memiliki 600 siswa sebagai populasi dan 32 guru pengajar. Melihat beberapa kondisi, ada beberapa faktor yang me-nunjang Pendidikan Kewarganegaraan di kalangan para siswa, yaitu :

1. Tingginya kemauan para siswa untuk bersekolah

2. Adanya rasa keingintahuan para siswa tentang Pendidikan Kewarga-negaraan

3. Adanya rasa suka terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Semua data yang diperoleh dianalisa dalam bentuk tabel frekuensi dengan menggunakan rumus : P = F x 100% N Keterangan : P = Jumlah persentase F = Frekuensi N= Jumlah Responden

Tabel 2. Tabulasi Penelitian

No Option Jawaban Jumlah Keterangan No Option Jawaban Dalam

% Jumlah Keterangan Soal A B C Soal A B C 1. 42 2 16 60 1. 70.00 33.03 26.67 100 2. 58 0 2 60 2. 96.67 0.00 3.33 100 3. 20 14 26 60 3. 33.33 23.03 43.04 100 4. 40 2 18 60 4. 66.07 3.33 30.00 100 5. 36 18 6 60 5. 60.00 30.00 10.00 100 6. 28 12 20 60 6. 46.07 20.00 33.03 100 7. 26 10 24 60 7. 43.03 16.07 0.00 100 8. 44 0 16 60 8. 73.03 0.00 26.07 100 9. 56 4 0 60 9. 93.03 6.07 0.00 100 10. 46 2 12 60 10. 76.07 3.33 20.00 100 11. 44 6 10 60 11. 73.03 10.00 16.07 100 12. 18 16 26 60 12. 30.00 26.67 43.04 100 13. 56 2 2 60 13. 93.03 3.04 3.04 100 14. 52 0 8 60 14. 86.07 0.00 13.03 100 15. 38 8 14 60 15. 63.03 13.04 23.04 100 16. 10 28 22 60 16. 16.07 46.07 36.07 100 17. 40 18 2 60 17. 66.07 80.00 3.34 100 18. 52 16 2 60 18. 86.07 10.00 3.33 100

Tabel 3. Siswa suka dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 42 70.00 60

B Tidak 2 3.33 60

C Ragu-ragu 16 26.67 60

(4)

554 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang suka dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 70.00%, tidak suka

3.3% dan ragu-ragu 26.67%. dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa menyukai Pelajaran Kewarganegaraan. Tabel 4. Mengerti perlunya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 58 96.67 60

B Tidak 0 0.00 60

C Ragu-ragu 2 3.33 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang mengerti perlunya pelajaran Pen-didikan Kewarganegaraan 96.67%, tidak mengerti 0.00% dan ragu-ragu 3.33%.

dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa mengerti perlunya Pelajaran Kewarganegaraan.

Tabel 5. Siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 20 33.03 60

B Tidak 14 23.03 60

C Ragu-ragu 26 43.03 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam pe-lajaran Pendidikan Kewarganegaraan 33.03%, tidak mengalami kesulitan

23.03% dan ragu-ragu 43.04%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa ragu dalam Pelajaran Kewarga-negaraan.

Tabel 6. Siswa mengerti sewaktu guru menerangkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 40 66.07 60

B Tidak 2 3.33 60

C Ragu-ragu 18 30.00 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang mengerti sewaktu guru menerang-kan pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan 66.07%, tidak mengerti 3.33%

dan ragu-ragu 30.00%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa mengerti sewaktu Pelajaran Kewarga-negaraan.

Tabel 7. Siswa pernah terlambat masuk sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 36 60.00 60

B Tidak 18 30.00 60

C Ragu-ragu 6 10.00 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang pernah terlambat masuk sekolah 60.00%, tidak pernah 30.00% dan

ragu-ragu 10.00%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa pernah terlambat masuk sekolah.

Tabel 8. Siswa mengerti kegunaan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 28 46.07 60

B Tidak 12 20.00 60

C Ragu-ragu 20 33.03 60

(5)

555 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang mengerti kegunaan pelajaran Pen-didikan Kewarganegaraan 46.07%, tidak mengerti 20.00% dan ragu-ragu 33.00%.

Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa yang mengerti tidak terlalu dominan.

Tabel 9. Siswa perlu les di luar sekolah untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 26 43.03 60

B Tidak 10 16.07 60

C Ragu-ragu 24 40.00 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang perlu les di luar sekolah untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 43.03%, tidak perlu 16.7% dan ragu-ragu

44.00%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa perlu melakukan les di luar sekolah.

Tabel 10. Siswa menjalankan peraturan yang berlaku di sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 44 73.03 60

B Tidak 0 0.00 60

C Ragu-ragu 16 26.07 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang menjalankan peraturan sekolah sebanyak 73.03%, tidak menjalankan peratuan 0.00% dan ragu-ragu 26.07%.

Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa menjalankan peraturan sekolah.

Tabel 11. Siswa merasa perlu untuk peningkatan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 56 93.03 60

B Tidak 4 6.07 60

C Ragu-ragu 0 0.00 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang perlu untuk peningkatan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 93.03%, tidak perlu peningkatan 6.07% dan

ragu-ragu 0.00%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan perlunya peningkatan pe-lajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Tabel 12. Guru yang pernah terlambat datang ke sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 46 76.07 60

B Tidak 2 3.33 60

C Ragu-ragu 12 20.00 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa guru yang pernah terlambat datang ke sekolah 76.07%, tidak perlu peningkatan 3.33% dan ragu-ragu 20.00%. Dengan

data tersebut dapat disimpulkan guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Pulau Raja pernah terlambat.

(6)

556 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... Tabel 13. Siswa yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 44 73.03 60

B Tidak 6 10.00 60

C Ragu-ragu 10 16.07 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah sebanyak 73.03%, tidak mematuhi

per-aturan 10.00% dan ragu-ragu 16.07%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan para siswa mematuhi peraturan sekolah. Tabel 14. Faktor adanya penghambat pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 18 30.00 60

B Tidak 16 26.67 60

C Ragu-ragu 26 43.03 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa adanya penghambat pelajaran 30.00%, tidak ada penghambat 26.67% dan ragu-ragu 43.03%. Dengan data tersebut dapat

disimpulkan siswa ragu-ragu akan adanya faktor penghambat dalam pelajaran Pen-didikan Kewarganegaraan.

Tabel 15. Guru yang memberikan ceramah tentang Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 56 93.03 60

B Tidak 2 3.04 60

C Ragu-ragu 2 3.04 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa guru yang memberikan ceramah 93.03%, tidak memberikan ceramah 3.04 dan ragu-ragu 3.04%. Dengan data tersebut dapat

disimpulkan hampir semua guru yang memberikan ceramah tentang Pendidikan Kewarganegaraan.

Tabel 16. Siswa yang mengerti peraturan sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 52 86.07 60

B Tidak 0 0.00 60

C Ragu-ragu 8 13.03 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang mengerti peraturan sekolah se-banyak 86.07%, tidak mengerti 0.00%

dan ragu-ragu 13.02%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan siswa yang mengerti peraturan sekolah 86.07%. Tabel 17. Siswa yang keberatan dihapuskannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 38 63.03 60

B Tidak 8 13.04 60

C Ragu-ragu 14 23.04 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang keberatan dihapuskannya pelajaran sebanyak 63.03%, tidak keberatan 13.04% dan ragu-ragu 23.04%. Dengan

data tersebut dapat disimpulkan siswa keberatan untuk dihapuskannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(7)

557 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... Tabel 18. Siswa yang pernah mengulang kembali pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 10 16.07 60

B Tidak 28 46.07 60

C Ragu-ragu 22 36.07 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang pernah mengulang kembali pe-lajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 16.07%, tidak pernah

meng-ulang 46.07% dan ragu-ragu 36.07%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan siswa tidak mengulang kembali pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Tabel 19. Guru yang memberikan hukuman kepada siswa yang absen

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 40 66.07 60

B Tidak 18 30.00 60

C Ragu-ragu 2 3.33 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa guru pernah memberi hukuman kepada siswa yang absen 66.07%, tidak pernah memberikan hukuman 30.00% dan

ragu-ragu 3.33%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru memberikan hukuman kepada siswa yang absen.

Tabel 20. Siswa yang pernah tidak hadir ke sekolah

Jawaban Pilihan Responden F P (%) N

A Ya 52 86.07 60

B Tidak 6 10.00 60

C Ragu-ragu 2 3.33 60

Jumlah 60 100.00

Dari tabel diketahui bahwa siswa yang pernah tidak hadir ke sekolah 86.07%, yang tidak pernah hadir ke sekolah 10.00% dan ragu-ragu 3.33%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa pernah tidak hadir ke sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Peranan pelajaran Pendidikan Ke-warganegaraan bagi perubahan perilaku tentang bagaimana Pendidikan Kewarga-negaraan bias member perubahan pe-rilaku para siswaserta bermanfaatkah Pendidikan Kewargangaran tersebut bagi Kehidupan para siswa tersebut. Pen-didikan Kewarganegaraan dapat mem-berikan nilai moral kepada para siswa. Adanya rasa pengetahuan yang tinggi dan siswa akan belajar sungguh-sungguh karena kesukaan siswa pada pelajaran tersebut. Berdasarkan analisa dan ob-servasi langsung maka pelajaran Pendidikan Kewraganegraan berperan

dalam merubah prilaku siswa di SMP Negeri 1 Pulau Raja kabupaten Asahan. Saran

Hendaknya Pendidikan Kewarga-negaraan terus ditingkatkan demi moral dan kemajuan bangsa, jangan pernah dihapuskan atau ditiadakan karena dapat merusak generasi yang akan datang. Pemerintah harus berperan aktif me-mantau pelajaran yang dapat mendorong moral siswa ke arah yang lebih baik. Hendaknya diadakan pembinaan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Drijarkara (2003: 24-27). Kurikulum GBPP PPKn. PT Grafis Pers. Jakarta Gie., The Liang, 1994. Cara Belajar yang

Efisien. Universitas GadjahMada. Yogyakarta.

(8)

558 Asnawati Matondang : Peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... Mahadi, 2004. Kamus Harian Indonesia.

Bina Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2000. Azas-Azas Kurikulum. Bina Aksara. Jakarta.

Natawidjaja, Rachmad dan L.J. Moloeng. 1998. Psykologi Pendidikan.

Depdikbud. Jakarta.

Tonny D. Wilia Setono, 2004. Panduan Pendidikan Pancasaila dan Kewarganegaraan SLTP. Aksara Persada Indonesia. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Tabulasi Penelitian
Tabel 7. Siswa pernah terlambat masuk sekolah
Tabel 9. Siswa perlu les di luar sekolah untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Referensi

Dokumen terkait

tanggungjawabnya terhadap amanat, baik akhlaknya dan taat dalam agamanya. Lagi pula ia dikenal sebagai orang yang tangkas. Zaid bin Tsabit bertindak sangat teliti dan

Metode pengolahan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari sumbernya, kemudian dilakukan suatu analisis. Analisis tersebut dapat digunakan secara

mengenai penelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang Dilakukan oleh Perawat di Rumah Sakit Putri Hijau Medan, dengan ini menyatakan

YANG KREATIF SANGAT BERPOTENSI DI BIDANG KARYA-KARYA SENI TERMASUK SENI ANIMASI / SEHINGGA DIHARAPKAN YOGYA SEBAGAI PUSAT FILM KARTUN DAN ANIMASI DAN GO.

SEGMEN BERITA REPORTER A jogjakarta sebagai pusat film

Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat.. Makna ini lebih terasa dalam bahasa lisan

Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kualitas data input dan Tingkat pemahaman pengguna mengenai SIMDA merupakan faktor pendukung dari implementasi SIMDA namun

Ternyata p (sig.) kurang dari taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 5% atau 0,05; maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan: “Tidak ada perbedaan yang bermakna pada skala