• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana yang tertuang dalam Ketentuan Umum Undang Undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal,oleh karena itu kegiatan angkutan di perairan tidak terlepas atau sangat erat kaitannya dengan kepelabuhanan dan dukungan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran. Angkutan laut merupakan salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan sebagai sarana mobilitas dan penggerak pembangunan ekonomi nasional. Bahkan di sebagian wilayah Indonesia, kapal merupakan satu-satunya sarana transportasi yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia luar. Potensi yang besar ini sangat bermanfaat apabila dibarengi dengan jaminan terhadap keselamatan dan keamanan serta sarana dan prasarana yang menunjang. Namun, potensi dan peran transportasi laut belum sepenuhnya didukung oleh sistem keselamatan dan keamanan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang memadai.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menunjukkan bagaimana pentingnya jasa pelayanan transportasi untuk segera dibenahi, mengingat pelayaran adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Dengan demikian aspek angkutan perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran

merupakan prioritas utama bagi pemerintah untuk dapat

memfasilitasinya dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada pengguna jasa termasuk hal unsur pembinaan, penanganan dan pengawasannya. Oleh karena itu diperlukan suatu kriteria agar kegiatan yang terkait dengan angkutan perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran dapat berjalan dengan lancar, efisien, efektif, terpadu dan maksimal, sehingga pada akhirnya selalu mendapat kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa pelayanan transportasi laut.

(2)

B. PERUMUSAN MASALAH

Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : “sejauhmana kondisi kriteria di

bidang pelayaran menunjang pelayanan dalam mewujudkan keamanan dan keselamatan pelayaran ?”

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud studi adalah menganalisis dan mengevaluasi kebijakan kriteria di bidang pelayaran saat ini.

Tujuan studi adalah menyusun 10 rancangan kriteria di bidang pelayaran.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam studi ini, agar lebih terarah dan fokus pada subtansi studi, maka dapat dirumuskan beberapa langkah untuk mendukung kegiatan studi, meliputi:

1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial;

2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan;

3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu;

4. Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro;

5. Kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;

6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;

7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan;

8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal;

9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal laut;

10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Studi ini diharapkan menghasilkan suatu rekomendasi rancangan penyusunan kriteria di bidang pelayaran. Diharapkan dapat pula dimanfaatkan oleh Kementerian Perhubungan Cq Ditjen Perhubungan

(3)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KERJA

Adapun kerangka kerja yang dipergunakan mengacu pada pendekatan : 1. Diagnostic research atau perscriptive research, yaitu penelitian untuk mengidentifikasi aspek-aspek kriteria di bidang pelayaran yang perlu disusun konsep kriteria, sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan transportasi laut;

2. Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis data-data yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kriteria dalam pelaksanaan di bidang pelayaran.

Gambar 2.1. Kerangka Kerja Penelitian

TARGETING

KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KONDISI AKTUAL

RANCANGAN KRITERIA DIBIDANG PELAYARAN STRATEGI PENETAPAN KRITERIA UJI PUBLIK RANCANGAN KONSEP KRITERIA

(4)

B. POLA PIKIR STUDI

Pola pikir studi ini dimulai dengan perlunya pemetaan, kodefikasi unsur-unsur kriteria di bidang pelayaran.

1. Input

Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan masyarakat.

2. Proses (Transformasi)

Proses dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Subyek

Merupakan instansi yang menangani perumusan kriteria dibidang pelayaran yaitu Kementerian Perhubungan CQ Ditjen Perhubungan Laut.

b. Obyek

Obyek adalah stakeholders pelayaran, dan masyarakat.

c. Metoda

Pendekatan teori yang diambil untuk menjawab atau membahas variabel penelitian menggunakan pendekatan metode analisis deskriptif komparatif dan analisis AHP.

3. Instrumental input dan Environmental Input

Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran.

a. Output

Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang pelayaran.

b. Outcome

Tersedianya konsep rancangan terkait dengan perumusan kriteria dibidang pelayaran.

(5)

SUBYEK

ENVIRONMENTAL INPUT

FEED BACK INSTRUMENTAL INPUT

OBYEK METODA

Kondisi Geografis, existing, aktual

INPUT

Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan,

sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan

ideal yang melibatkan pemerintah,stakeholders, dan

masyarakat Ditjen Perhubungan Laut Stakeholders Masyarakat Pelindo Otoritas Pelabuhan Syahbandar Distrik Navigasi UPP Kriteria di Bidang

Pelayaran Metode deskriptif komparatif Metode Fishbone Analisis AHP UU NO. 17 TAHUN 2008, PP NO. 22 TAHUN 2011, PP NO. 21 TAHUN 2010, PP

NO. 20 TAHUN 2010, PP NO. 5 TAHUN 2010, PP NO. 61 TAHUN 2009, PERMENHUB NO. 25 TAHUN 2011, PERMENHUB NO. 26 TAHUN 2011

OUTPUT

Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep

kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang

pelayaran. Tersedianya Konsep rancangan kriteria di bidang

pelayaran

(6)

Dari pola pikir studi, proses analisis studi dapat diperjelas pada alur pikir pemecahan masalah sebagai berikut.

Gambar : 2.3. Pola Pikir Penyelesaian Studi TARGETING

1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial;

2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan;

3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu; 4. Kriteria terminal yang dapat

melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair ,curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro; 5. Kriteria wilayah tertentu di daratan

(dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;

6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;

7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan;

8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal;

9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal laut;

10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. CONTENT ANALYSIS IDENTIFIKASI PERATURAN INVENTARISASI PERATURAN PEMETAAN KRITERIA KODEFIKASI KRITERIA TELAAH LITERATUR

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN KONSEP 10 (SEPULUH) KRITERIA

PELAYARAN

(7)

Alur pikir studi dimulai dengan content analysis yang meliputi inventarisasi peraturan perundang-undangan, pemetaaan kondisi aktual dan existing, kodifikasi kriteria, serta telaah literatur, untuk merumuskan targeting 10 kriteria di bidang pelayaran. Kemudian dilakukan analisi dan pembahasan, dengan pembandingan dengan kondisi kriteria saat ini.

Dengan adanya pemetaan antara input dan output yang dihasilkan dapat dilakukan perumusan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran.

D. METODE ANALISIS DATA

1. Metode Fishbone

Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. 2. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.

3. Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

a. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan.

b. Comparative Judgement

Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.

c. Synthesis of Priority

Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.

(8)

Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang .

e.Analisis Deskriptif Komparatif

Analisis deskriptif komparatif adalah analisis yang bersifat memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta data-data yang diperoleh dari Syahbandar, Otoritas Pelabuhan, Distrik Navigasi dan Ditjen Perhubungan Laut

2. Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer berupa kuesioner yang diisi oleh responden. Indikator dan variabel-variabel yang digunakan meliputi kegiatan-kegiatan dalam kriteria di bidang pelayaran.

3. Desain Kuesioner

Secara umum desain kuesioner dapat disampaikan pada tabel berikut. Sedangkan untuk kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 2.1 Kebutuhan Data

No Kebutuhan Data Responden

1 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan

yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial

Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo

2 Data dan informasi terkait kriteria trayek

angkutan laut dan lintas penyeberangan.

Dit. Lala/otoritas pelabuhan

3 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan

yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu

Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP

4 Data dan informasi terkait kriteria terminal

yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering , kapal

Dit.Pelpeng/Dit.Lala /otoritas

(9)

No Kebutuhan Data Responden

5 Data dan informasi terkait kriteria wilayah

tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan

Dit. Pelpeng/Dit. Lala

6 Data dan informasi terkait kriteria terminal

khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri

Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo

7 Data dan informasi terkait kriteria alur

pelayaran yang dapat dikomersikan.

Dit.Pelpeng/Dit.Nav/ otoritas

pelabuhan/UPP/Pelindo

8 Data dan informasi terkait kriteria badan

usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal

Dit. Kapel/Galangan kapal

9 Data dan informasi terkait kriteria lokasi

perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut.

Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/Syahbandar/Pelin do

10 Data dan informasi terkait kriteria lokasi

perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.

Dit.Pelpeng/Dit. Nav/otoritas

(10)

HASIL PENGUMPULAN DATA PRIMER

Pengumpulan data primer berisi opini responden terhadap tingkat kepentingan dari setiap aspek kriteria dengan menggunakan skala likert 1-9 dan bobot dari setiap aspek yang diukur. Responden berasal dari kantor otoritas pelabuhan utama, kantor syhabandar utama, kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan, pelindo serta beberapa perusahaan pelayaran pada 4 (empat) pelabuhan yang menjadi obyek survey. Hasil pembobotan setiap pengumpulan data digambarkan dalam diagram dibawah ini .

1. Kriteria Pelabuhan Yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial

Gambar 3.1. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria pelabuhan yang diusahakan secara komersial

(11)

Gambar 3.2. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria pelabuhan yang diusahakan secara non komersial

2. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan

Gambar 3.3 Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Trayek Angkutan Laut

(12)

Gambar 3.4. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Lintas Penyeberangan

3. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu

(13)

4. Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Petikemas, Angkutan Curah Cair, Curah Kering, Kapal Penumpang, Kapal Ro-Ro

Gambar 3.6. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Petikemas

Gambar 3.7. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering

(14)

Gambar 3.8. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal Penumpang

Gambar 3.9. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal RoRo

(15)

5. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan (dry port) yang Dapat Berfungsi sebagai Pelabuhan

Gambar 3.10. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan

6. Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri

Gambar 3.11. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri

(16)

Gambar 3.12. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Administrasi

Gambar 3.13. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Ekonomi

(17)

Gambar 3.14. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran

Gambar 3.15. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Teknis Fasilitas Kepelabuhanan

(18)

Gambar 3.16. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Lainnya

7. Alur Pelayaran Yang Dapat Dikomersialkan

Gambar 3.17. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersialkan

(19)

8. Kriteria Badan Usaha yang Dapat Bergerak Di Bidang Pencucian Tangki Kapal

Gambar 3.18. Diagram Pembobotan Kriteria Badan Usaha Yang Dapat Bergerak di Bidang Pencucian Tangki Kapal

9. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut

Gambar 3.19. Diagram Pembobotan Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut

(20)

Bangunan atau Instalasi Di Laut

Gambar 3.20. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria lokasi perairan untuk Bangunan/Instalasi di Laut.

(21)

. Keselamatan dan keamanan pelayaran Pengelola Dan SDM Kesiapan Fasilitas pokok Fasilitas Pendukung Troughput Terminal Penumpang Bunker Service Water Supply Listrik Kriteria pelabuhan yang diusahakan secara komersil Fasilitas telekomunikasi Alur Instansi lain di pelabuhan , seperti BC, karantina, imigrasi Perbankan Dermaga Dukungan sektor lain Aksesibilitas ke pelabuhan Gudang/ lapangan Penumpukan Pelayanan Meteorologi Sarana/transportasi darat (truk, KA)

Ketersediaan akses jalan/KA SDM

operasional TKBM

Petugas keamanan Pelayanan

Pemanduan Arus kapal Arus penumpang Arus barang Fasilitas SBNP Pemadam Kebakaran Badan Usaha Pelabuhan Keselamatan dan keamanan pelayaran Pengelola Dan SDM Kesiapan Fasilitas pokok Fasilitas Pendukung

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. KRITERIA PELABUHAN YANG DAPAT DIUSAHAKAN SECARA KOMERSIAL DAN NON KOMERSIAL

1. Pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial

Gambar 4.1. Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersil

Tabel 4.1. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan Secara Komersial

No. Kriteria Pelabuhan Komersial Bobot (%)

1 Memiliki fasilitas dermaga 7,979

2 Memiliki gudang 7,979

3 Memiliki lapangan penumpukan 7,100

4 Memiliki terminal penumpang 7,979

(22)

No. Kriteria Pelabuhan Komersial

(%)

6 Memiliki fasilitas bunker 6,037

7 Memiliki fasilitas gudang untuk barang berbahaya dan

beracun 5,940

8 Memiliki fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan

SBNP 5,424

9 Memiliki kawasan perkantoran 5,256

10 Memiliki instalasi air bersih, listrik, dan perhotelan 5,256

11 Memiliki fasilitas umum lainnya 4,294

12 Memiliki kolam pelabuhan untuk sandar dan olah gerak

kapal 7,979

13 Dikelola oleh badan usaha pelabuhan yang memiliki

kompetensi di bidang kepelabuhanan 6,379

14 Memiliki fasilitas telekomunikasi 7,649

15 Didukung oleh SDM di bidang kepelabuhanan yang

bersertifikat 6,769

Total 100,000

Sumber : Data primer (diolah)

Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersil dengan urutan sebagai berikut:

a. Terdapat fasilitas dermaga dan fasilitas pendukungnya di dermaga termasuk alat bongkar muat yang sesuai dengan peruntukannya;

b. Fasilitas darat yang dimiliki pelabuhan dapat mendukung operasional pelabuhan, antara lain gudang terbuka dan tertutup, lapangan penumpukan untuk kontainer, curah, cair dan terminal penumpang; c. Fasilitas perairan yang dimiliki pelabuhan dapat mendukung operasional

pelabuhan, antara lain kapal pandu/ tug boat, perambuan dan SBNP, alur laut, kolam pelabuhan dan fasilitas lainnya yang diperlukan pelabuhan; d. Fasilitas pencegahan dan penanggulangan bencana, seperti pemadam

kebakaran, ambulan, pengelolaan tumpahan minyak dan sistim komunikasi dalam keadaan bahaya;

e. Fasilitas bunker, air, dan ketersediaan listrik yang dapat digunakan untuk kebutuhan operasional pelabuhan maupun pelayanan kepada kapal; f. Memiliki fasilitas pendukung perkantoran, rumah ibadah, kantin dan

dukungan instansi lain yang terkait, seperti perbankan, bea dan cukai, imigrasi, karantina dan forwaders untuk mendukung operasional pelabuhan;

g. Memiliki SDM yang mempunyai kompetensi pengelolaan pelabuhan yang memadai dan diberikan pelatihan secara periodik;

(23)

Pelayanan angkutan barang dan penumpang daerah terpencil Rute non reguler/ perintis Kriteria pelabuhan yang diusahakan secara non komersil Fasilitas telekomunikasi Alur Dermaga Keselamatan dan keamanan

pelayaran SDM Fungsi Pelayanan Pelabuhan Aksesibilitas ke pelabuhan Fasilitas pokok Gudang / lapangan Penumpukan SBNP Sarana/transportasi darat (truk, KA)

Ketersediaan akses jalan/KA SDM operasional

pelabuhan rintah

SDM Bongkar Muat

Petugas keamanan Pelayanan Pemanduan Troughput/Volume skala kecil Arus kapal Arus penumpang Arus barang Breakwater Transportasi antar kota/ kabupaten

2. Pelabuhan yang dapat diusahakan secara non komersial

Gambar 4.2. Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Diusahakan Secara Non Komersil

Tabel 4.2. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan Secara Non Komersial

No. Kriteria Pelabuhan Non Komersial Bobot (%)

1 Memiliki fasilitas tambat 16,790

2 Berfungsi melayani penumpang dan barang antar kecamatan

dalam kabupaten/kota 13,933

3 Memiliki kondisi perairan yang terlindung dari gelombang 16,342

4 Volume kegiatan bongkar muat berskala kecil 14,214

5 Tidak dilalui jalur pelayaran transportasi laut reguler 12,253

(24)

No. Kriteria Pelabuhan Non Komersial Bobot (%)

7 Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah

terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas 14,214

Total 100,000

Sumber : Data primer (diolah)

Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang diusahakan secara non komersil dengan urutan sebagai berikut:

a. Memiliki fasilitas tambat, termasuk didalamnya dermaga dan sarana alat bongkar yang sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan; b. Pelabuhan yang diusahakan secara non komersil ditujukan untuk

melayani angkutan barang dan penumpang pada daerah terpencil dan terbatas;

c. Melakukan kegiatan pelayanan angkutan barang dan penumpang dengan volume relatif kecil dibandingkan pelabuhan yang diusahakan secara komersil;

d. Pelabuhan umumnya melayani kegiatan angkutan barang dan

penumpang dengan jadwal kapal yang tidak reguler atau pelayanan terhadap kapal-kapal perintis dalam rangka public service obligation (PSO) dari pemerintah;

e. Memiliki fasilitas perairan yang terlindung dari gelombang, mempunyai alur pelayaran yang aman didukung oleh SBNP yang memadai dan mempunyai kedalaman kolam pelabuhan yang sesuai dengan tujuan operasional pelabuhan;

f. Memiliki SDM yang cukup dan memadai dalam mendukung kegiatan operasional pelabuhan.

(25)

B. KRITERIA TRAYEK ANGKUTAN LAUT DAN LINTAS PENYEBERANGAN

1. Kriteria Trayek Angkutan Laut

Gambar 4.3. Diagram Fishbone Kriteria Trayek Angkutan Laut Tabel 4.3. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan

Non Komersial

No. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan

Bobot (%)

1 Tidak dilakukan dalam jaringan trayek tertentu 12.445

2 Rute dilakukan berdasarkan permintaan pengirim barang 13.487

3 Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional 17.801

4 Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan 16.801

5 Tidak menyinggahi pelabuhan secara teratur dan berjadual 7.403

6 Tidak mengangkut penumpang 8.267

7 Trayek tidak tetap dan tidak teratur hanya dapat mengangkut

muatan barang curah kering dan curah cair, barang sejenis, atau barang tidak sejenis

8.267 Kriteria Trayek Angkutan Laut Kelaiklautan Kapal Alur

Pelaporan setiap 3 bulan ke menteri Menteri Dermaga Pengoperasian Kapal SDM Pemerintah Aksesibilitas ke pelabuhan Kesiapan Fasilitas pokok

Gudang dan lapangan Penumpukan

Ketersediaan ruangan

Sarana/transportasi darat (truk, KA)

Ketersediaan akses jalan/KA Berbendera Indonesia dan diawaki oleh WNI Tipe dan Ukuran Kapal Troughput Arus kapal Arus penumpang Arus barang Jembatan bergerak

(26)

Penyeberangan (%)

8 Muatan pada trayek tidak tetap dan tidak teratur wajib

dilengkapi dengan syarat-syarat perjanjian pengangkutan yang bersifat tetap dan berlaku umum

15.528

Total 100.000

Sumber : Data primer (diolah)

Dari uraian diatas dapat ditetapkan kriteria trayek angkuta laut sebagai berikut :

a. Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional yang memiliki ruang lingkup usaha pengalaman serta lokasi dekat dengan pelabuhan dan berkinerja baik

b. Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan melalui sarana internet dan selalu dibuatkan data base, serta format laporan yang seragam Muatan pada trayek tidak tetap dan tidak teratur wajib dilengkapi dengan syarat-syarat perjanjian pengankutan yang bersifat tetap dan berlaku umum

c. Rute dilakukan berdasarkan permintaan pengirim barang dengan memperhatikan dengan tujuan yang dapat dipilih, beroperasi selama 24 jam dan tepat waktu serta penyediaan pelayanan angkutan barang. d. Tidak dilakukan dalam jaringan trayek tertentu dengan dimilikinya

trayek tersendiri, mempunyai standar minimal pelayanan, pengaturan keberangakatan dan tiba serta memiliki penataan trayek untuk tujuan tertentu.

e. Tidak mengangkut penumpang dimaksudkan adalah khusus

pengangkutan barang, memiliki bongkar muat dan area penumpukan barang yang disertai dengan pengawasan barang yang diangkut terhadap non barang

f. Trayek tidak tetap dan tidak teratur hanya dapat mengangkut muatan barang curah kering dan curah cair, barang sejenis, atau barang tidak sejenis melalui pengelompokan jenis muatan, kemampuan menangani jenis muatan dan memiliki sistem prosedur penanganan serta dapat menentukan pelabuhan yang dapat disinggahi.

g. Tidak menyinggahi pelabuhan secara teratur dan berjadual yang member pengertian tentang kebebasan berlabuh yang tidak secara teratur dan tidak berjadual serta kemampuan menyelenggarakan trayek sesuai permintaan.

(27)

Kriteria lintas penyeberangan Kelaiklautan Kapal Alur

Pelaporan setiap 3 bulan ke menteri Menteri Dermaga Pengoperasian Kapal SDM Pemerintah Aksesibilitas ke pelabuhan Kesiapan Fasilitas pokok

Gudang dan lapangan Penumpukan

Ketersediaan ruangan

Sarana/transportasi darat (truk, KA)

Ketersediaan akses jalan/KA Berbendera Indonesia dan diawaki oleh WNI Tipe dan Ukuran Kapal Troughput Arus kapal Arus penumpang Arus barang Jembatan bergerak

Gambar 4.4. Diagram Fishbone Kriteria Lintas Penyeberangan

Tabel 4.4. Hasil pembobotan Kriteria Lintas Penyeberangan

No. Kriteria Lintas Penyeberangan Bobot

(%)

1 Memiliki jaringan trayek tetap dan teratur 19.123

2 Kewenangan dalam menetapkan trayek tetap dan teratur 16.753

3 Kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam menangani

dan mendukung terselenggaranya lintas penyebrangan

21.825

4 Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan 20.543

5 Fasilitas moda lintas penyeberangan 21.756

Total 100.00

(28)

yakni ketersediaan dan kesiapan pemerintah dalam mengadakan dan memfasilitasi dan juga penetapan trayek serta sarana pendukung berjalannya trayek yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria lintas penyeberangan berdasarkan urutannya sebagai berikut:

a. Kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam menangani dan mendukung terselenggaranya lintas penyebrangan Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memfasilitasi dari pengembangan, fungsi, penyesuaian tata ruang wilayah dan perencanaan dan penerapan keterpaduan angkutan. b. Fasilitas moda lintas penyeberangan, menunjukan menyediakan sarana tranportasi penyeberangan yang aman dan bongkar muat penumpang dan kendaraan dengan fasilitas kapal dan terminal yang memadai guna mencapai keterpaduan angkutan antar dan intermodal.

c. Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan melalui sarana internet dan selalu dibuatkan data base, serta format laporan yang seragam .

d. Memiliki jaringan trayek tetap dan teratur dengan dilengkapi standar minimal pelayanan. Pengaturan waktu keberangkatan dan tiba yang selalu tercatat dalam perencanaan serta penetapannya.

e. Kewenangan dalam menetapkan trayek tetap dan teratur yang telah ditetapkan yang dilengkapi dengan kesesuaian dengan perencanaan dan penerapan keterpaduan angkutan intra dan antarmoda

(29)

C. KRITERIA PELABUHAN YANG DAPAT DIOPERASIKAN 24 JAM DALAM SEHARI DAN 7 HARI DALAM SEMINGGU

Gambar 4.5 Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu

Tabel 4.5. Hasil pembobotan Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu

No Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24

Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu Bobot (%)

1 Ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama 24/7 7,09

2 Ketersediaan dan kesiapan pelayanan pemanduan selama

24/7 7,09

3 Ketersediaan SBNP selama 24/7 7,09

4 Ketersediaan telekomunikasi pelayaran selama 24/7 6,71

Kriteria pelabuhan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu Fasilitas telekomunikasi Alur

Instansi lain di pelabuhan , seperti BC, karantina, imigrasi Perbankan Dermaga Keselamatan dan keamanan pelayaran SDM Dukungan sektor lain Aksesibilitas ke pelabuhan Kesiapan Fasilitas pokok

Gudang dan lapangan Penumpukan

Pelayanan Meteorologi

Sarana/transportasi darat (truk, KA)

Ketersediaan akses jalan/KA SDM operasional pelabuhan rintah TKBM

Petugas keamanan Pelayanan Pemanduan

Troughput

Arus kapal

Arus penumpang

(30)

dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu

5 Ketersediaan pelayanan meteorology selama 24/7 6,02

6 Ketersediaan pelayanan bea dan cukai, imigrasi, dan

karantina, selama 24/7 6,71

7 Ketersediaan fasilitas tambat petikemas yang dioperasikan

selama 24/7 7,09

8 Ketersediaan gudang dan lapangan penumpukan yang

dioperasikan selama 24/7 6,71

9 Kesiapan SDM operasional di pelabuhan sesuai kebutuhan

selama 24/7 6,71

10 Kesiapan tenaga kerja bongkar muat selama 24/7 6,71

11 Ketersediaan sarana transportasi darat untuk menunjang

kegiatan kepelabuhanan selama 24/7 6,33

12 ketersediaan fasilitas perbankan di pelabuhan selama 24/7 6,02

13 Kesiapan petugas keamanan dan ketertiban selama 24/7 6,33

14 Peningkatan arus kapal dan barang di pelabuhan 6,71

15 Penyediaan Gudang / depo diluar pelabuhan yang dibuka

selama 24/7 6,71

Total 100,00

Sumber : Data primer (diolah)

Pembobotan terbesar tetap diprioritaskan pada aspek keselamatan dan keamanan pelayaran, yakni ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama 24 jam, pelayanan pemanduan dan ketersediaan sarana bantu navigasi pelayaran. Fasilitas dermaga yang dapat beroperasi selama 24 jam juga menjadi aspek yang penting untuk pelabuhan 24 per 7 hari.

Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu berdasarkan urutannya sebagai berikut:

a. Ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama selama 24/7 dengan senantiasa memantau kedalaman alur dan dengan kapasitas yang mampu menangani arus keluar masuk kapal;

b. Ketersediaan dan kesiapan pelayanan pemanduan selama 24/7, baik petugas maupun kapal pandu serta fasilitas telekomunikasi selama pemanduan yang senantiasa siap 24 jam;

c. Ketersediaan SBNP yang andal yang ditempatkan pada koordinat sesuai dengan persetujuan Disnav dan terus dirawat agar tetap dapat beroperasi dengan baik;

(31)

Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas Kantor pelayanan peti kemas Dermaga Ketersediaan informasi mengenai sispro

pelayanan dalam bentuk manual book

Sispro ditempel kantor pelayanan peti kemas

Lapangan Penumpukan Fasilitas penunjang

Peralatan B/M

Sistem dan Prosedur pelayanan Dukungan IT Ketersediaan Fasilitas Gudang CFS Jaringan informasi online Pembayaran online Sistem B/M

Jumlah dan Jenis Alat

Kpaasitas alat B/M SDM SDM di pelayanan adminitrasi Operator B/M peti kemas

d. Ketersediaan fasilitas tambat peti kemas yang dioperasikan selama 24 jam dengan kapasitas yang memadai dan didukung oleh peralatan bongkar muat peti kemas yang memadai;

e. Ketersediaan pelayanan bea cukai, imigrasi, dan karantina, selama 24 jam di pelabuhan dengan jumlah petugas yang memadai dan senantiasa berkoordinasi dalam memberikan pelayanan di pelabuhan;

f. Ketersediaan gudang dan lapangan penumpukan yang dioperasikan selama 24/7 yang memadai dan senantiasa dijaga keamanannya;

g. Kesiapan SDM operasional di pelabuhan sesuai kebutuhan selama 24/7 untuk kegiatan pengamanan di pelabuhan;

h. Kesiapan tenaga kerja bongkar muat selama 24/7dari operator bongkar muat dengan jumlah dan peralatan yang memadai;

i. Adanya peningkatan arus kapal, arus barang dan arus penumpang setiap tahunnya;

j. Penyediaan Gudang / depo diluar pelabuhan yang dibuka selama 24 jam untuk menampung barang-barang yang akan siap bongkar muat selama 24 jam di pelabuhan.

D. KRITERIA TERMINAL YANG DAPAT MELAYANI ANGKUTAN PETI KEMAS, ANGKUTAN CURAH CAIR/CURAH KERING, KAPAL PENUMPANG DAN KAPAL RO-RO

1. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas

Gambar 4.6. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas

(32)

Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

Sumber : Hasil data primer (diolah)

Berdasarkan tabel, maka dapat ditentukan kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas sebagai berikut:

a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan yang dibuat secara tertulis dan dibukukan serta disosialisasikan kepada pengguna jasa pelabuhan;

b. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal;

c. Memiliki SDM dengan jumlah yang memadai dan memiliki sertifikat keahlian;

d. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal petikemas yang dilengkapi dengan alat bongkar muat yang permanen dan dioperasikan oleh SDM yang memiliki sertifikat keahlian;

e. Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan bergerak dengan jumlah dan kapasitas yang memadai dan dioperasikan oleh operator yang bersertifikat;

f. Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai kebutuhan yang senantiasa dijaga keamanannnya

g. Tersedianya alur masuk kapal dengan kedalaman tertentu sesuai kapasitas pelayanan terminal yang dimilikinya dengan selalu dilakukan monitoring terhadap kedalaman alur tersebut dalam jangka waktu inspeksi yang

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 15,81

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 13,95

3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal

petikemas 13,27

4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang

terpasang dan bergerak 13,95

5 Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai

kebutuhan 13,95

6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan

informasi online, baik internal maupun eksternal 15,13

7 Memiliki volume penampungan petikemas yang memadai 13,95

(33)

Kondisi perairan Ketersediaan Fasilitas Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering Kedalaman perairan yang memaadai Dermaga Ketersediaan informasi mengenai sispro

pelayanan dalam bentuk manual book

Lapangan, baik terbuka atau tertutup

Peralatan B/M

Sistem dan Prosedur pelayanan Dukungan IT

Gudang atau tanki minyak

Jaringan informasi online (website) Jaringan network komputer Sistem B/M

Jumlah dan Jenis Alat (belt conveyor, bucket elevator dsb) Kapasitas alat B/M SDM SDM di pelayanan adminitrasi Operator B/M barang curah

2. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering

Gambar 4.7. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering

Tabel 4.7. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair / Curah Kering

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 18,20

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 16,09

3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang sesuai

untuk jenis kapal yang mengangkut curah cair / curah kering 16,09

4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat curah 16,09

5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar

kapal 18,20

6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan

(34)

No.

Curah Cair / Curah Kering (%)

a. tersedianya jaringan network komputer internal 4,02

b. mempunyai jaringan network komputer eksternal berupa

saluran internet dari salah satu operator 3,64

c. memiliki website pada internet sebagai pusat informasi

dan komunikasi 4,02

d. teruji keandalan sistem operasi jaringan 3,64

Total 100,00

Sumber : Hasil data primer (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani angkutan curah cair/curah kering dengan urutan sebagai berikut:

a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

b. Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal;

c. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang sesuai untuk jenis kapal yang mengangkut curah cair / curah kering;

d. Memiliki peralatan penanganan bongkar muat curah;

e. Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai;

f. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online baik dengan membuat website tersendiri dan sistem jaringan network.

3. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang

Tabel 4.8. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal Penumpang

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 14,69

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang

(35)

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang

Bobot (%)

4 Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang 14,69

5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk

sandar kapal 15,61

6

Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal

11,13

7 Memiliki fasilitas ruang tunggu, keberangkatan dan

kedatangan, yang memadai 15,68

Total 100,00

Sumber : Hasil data primer (diolah)

Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani kapal penumpang dengan urutan sebagai berikut:

a. Memiliki fasilitas ruang tunggu, keberangkatan dan kedatangan, yang memadai yang dilengkapi dengan toilet fasilitas hiburan, kantin, dan musholla;

b. Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal penumpang yang harus dimonitoring secara berkala;

c. Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang;

d. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan dalam bentuk dokumen tertulis dan diinformasikan kepada penumpang;

e. Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai yang dapat dibagi menjadi beberapa shift;

f. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang khusus untuk kapal penumpang.

g. Penumpang membutuhkan kenyamanan dalam pelayanannya, terutama pada saat menunggu kedatangan dan keberangkatan kapal. Oleh sebab itu terminal penumpang harus menyediakan fasilitas ruang tunggu penumpang yang nyaman yang harus dilengkapi dengan toilet yang memadai, fasilitas hiburan, kantin dan musholla.

(36)

Kondisi perairan Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Kapal RoRo Kedalaman perairan yang memaadai Dermaga Ketersediaan informasi mengenai sispro

pelayanan dalam bentuk manual book

Ruang Tunggu

Penumpang Peralatan B/M

Sistem dan Prosedur pelayanan Dukungan IT

Tempat parkir dan tempat

antrian kendaraan yang

akan masuk ke kapal

Jaringan informasi

online

Online ticketing Sistem B/M

Jumlah dan Jenis Alat B/M dan sarana naik turun penumpang Kapasitas sarana B/M SDM SDM melayani penumpang SDM melayani barang dan kendaraan

Sistem data base

Gambar 4.8. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo

Tabel 4.9. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal RoRo

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 13,65

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 11,91

3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal

Ro-Ro 11,88

4 Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang dan

kendaraan 12,41

5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar

kapal 11,96

6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan

informasi online, baik internal maupun eksternal 10,83

(37)

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo

Bobot (%)

8 Memiliki fasilitas parkir dan tempat antrian kendaraan saat

akan masuk atau keluar kapal 13,14

Sumber : Hasil Data Primer (diolah)

Setelah dijabarkan menjadi beberapa sub kriteria dan diketahui besaran bobotnya, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani kapal RoRo sebagai berikut:

a. Terminal harus memiliki fasilitas ruang tunggu yang memadai , baik untuk keberangkatan maupun kedatangan, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang, seperti fasilitas hiburan, mini kantin, toilet dan ruang ibadah;

b. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan yang dibukukan atau ditempel di ruang tunggu dan disosialisasikan kepada pengguna terminal RoRo; c. Memiliki fasilitas parkir dan tempat antrian kendaraan saat akan masuk

atau keluar kapal dengan kapasitas yang memadai dan memiliki ketahanan beban jalan serta tersedia tempat istirahat bagi penumpang dan para pengemudi;

d. Memiliki peralatan penanganan untuk naik turun penumpang dan kendaraan dengan kapasitas yang memadai dan dioperasikan dengan sistem yang handal oleh operator yang terlatih;

e. Memiliki kedalaman air yang cukup untuk sandar kapal RoRo yang terus dilakukan pemantauan untuk mengetahui ada tidaknya sedimentasi; f. Memiliki SDM denga jumlah dan kualitas yang memadai untuk melayani

penumpang, barang dan kendaraan;

g. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal RoRo yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat untuk kapal RoRo;

h. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik untuk penyimpanan data base arus barang, penumpang dan kendaraan, serta penjualan tiket secara online.

(38)

Perijinan Ketersediaan tanah untuk DLKr dan DLKp Kriteria Wilayah di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan Rekomendasi Gubernur RTRW Provinsi / kabupaten / Kota Gudang Feasibility Studi Pertimbangan peraturan/dokumen yang lain Dukungan hinterland Lapangan Pusat industri Pusat perdagangan Kelayakan ekonomi

Kelayakan Teknis dan Lingkungan Aksesibilitas Jaringan jalan Jaringan rel/KA Rekomendasi Bupati/Walikota Rencana Induk Pelabuhan Nasional

YANG DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI PELABUHAN

Gambar 4.9 Diagram Fishbone Kriteria Wilayah di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan

Tabel 4.10. Hasil Pembobotan Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port) No. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat

Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port)

Bobot (%)

1 Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota 10,483

2 Memenuhi persyaratan kelayakan teknis dan lingkungan 9,553

3 Memperhatikan rencana induk pelabuhan nasional 10,483

4 Memiliki tanah sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan Pelabuhan 10,483

5 Memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi 10,483

6 Mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial

daerah setempat 9,995

(39)

No. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port)

Bobot (%)

9 Mendapat rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota 8,044

10 Daerah hinterlandnya merupakan wilayah di bidang produksi

dan perdagangan yang telah dikembangkan 9,995

Total 100

Sumber : Hasil data primer (diolah)

Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria wilayah di daratan yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan:

1. Pembangunan dry port sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

2. Memperhatikan rencana induk pelabuhan nasional untuk mengetahui perubahan setiap tahun dari fasilitas prasarana maupun sarana transportasi;

3. Memiliki tanah sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan dengan luasan yang memadai dan sesuai peruntukannya;

4. Memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi, dimana lokasi merupakan tempat kegiatan ekonomi yang selalu dalam keadaan aktif;

5. Memiliki aksesibilitas terhadap hinterland pelabuhan, baik untuk jaringan jalan, rel maupun ketersediaan moda transportasi darat/KA;

6. Mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah setempat;

7. Daerah hinterlandnya merupakan wilayah di bidang produksi dan perdagangan yang telah dikembangkan;

8. Memenuhi persyaratan kelayakan teknis dan lingkungan yang dibuktikan dengan dokumen UKP/UPL atau AMDAL;

9. Mendapat rekomendasi dari kepala daerah stempat

(40)

Aspek Administrasi Aspek Teknis Kepelabuhanan Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri Rekomendasi Gubernur Mendukung pertumbuhan perekonomian nasional Gudang, lapangan,

bunker, fasilitas untuk B3 Aspek Keselamatan

dan Kemanan Pelayaran

Aspek Ekonomi Aspek Lainnya

Dermaga yang memadai

Ada instansi pemegang fungsi kepelabuhanan Menangani Jenis Komoditi khusus Memiliki sarpras pemaduan Ketersediaan SBNP dan SROP serta comply ISPS

Kantor penunjang Rekomendasi Bupati/Walikota

Pelayanan lintas batas provinsi dan internasional Kapasitas melayani arus barang

Kedalaman kolam yang memadai dan luasan untuk olah gerak kapal yang

Peralatan B/M yang memadai

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Gambar 4.10. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri

Tabel 4.11 Hasil Pembobotan Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri

No. Aspek dan Kriteria Bobot

(%) ASPEK ADMINISTRASI 21,23 1 Memperoleh rekomendasi dari Gubernur atau

Bupati/Walikota 8,83

a. Memiliki ijin usaha yang dasarnya adalah dari

rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota 1,57

b. Dokumen yang memiliki data online, sehingga mudah

(41)

No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)

d. Memiliki studi kelayakan yang menjadikan

diperolehnya rekomendasi Gubernur 1,57

e. Memiliki AMDAL dalam usaha perlindungan

lingkungan 1,57

f. Memiliki kesesuaian dengan peruntukan lahan 1,45

2 Memperoleh rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi

keselamatan pelayaran di pelabuhan 12,41

a.

Memiliki dokumen pengajuan dan kelengkapannya guna memperoleh rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan

3,43

b. Mempunyai bukti fisik sarana dan prasarana pelabuhan 3,43

c. Dokumen rekomendasi ditampilkan dalam website

sebagai informasi legalitas 3,06

d. Dokumen rekomendasi ditampilkan di ruang tamu,

kantor, dan pertemuan 2,48

ASPEK EKONOMI 17,51

1 Menunjang industri tertentu 2,91

a. Fasilitator akses perdagangan ke dalam dan luar negeri 0,73

b. Meningkatkan pertumbuhan industri utama dan

penunjang 0,73

c. Meningkatkan daya saing industri dalam hal distribusi

hasil industri 0,73

d. Meningkatkan efisiensi induatri dalam hal pengadaan

barang 0,73

2 Mendukung pertumbuhan dan pengembangan ekonomi

nasional 3,67

a. Sebagai rantai transportasi distribusi barang nasional

dan internasional 1,06

b. mampu mendistribusikan barang dalam skala besar 0,856

c. Penunjang peningkatan efisiensi distribusi barang

nasional 0,92

d. Penggerak ekonomi nasional dalam hal distribusi

(42)

No. Aspek dan Kriteria

(%) 3 Melayani kegiatan lintas batas provinsi dan

internasional 2,91

a. Terkait dengan sistem transportasi lokal dalam

distribusi barang 0,76

b. mampu mengakomodir distribusi jenis barang hasil

industri dan alam 0,76

c. Mempunyai kesesuaian terminal khusus dengan hasil

industri/barang antar provinsi dan internasional 0,69

d. lokasi terminal khusus terletak pada posisi yang

strategis 0,70

4 Mampu melayani arus barang di terminal khusus

minimal 10.000 ton/Tahun 2,69

a. Ketersediaan dan kehandalan fasilitas untuk pelayanan

terhadap kapal 0,65

b. Terminal khusus yang dapat mengakomodir type dan

besaran kapal 0,65

c. Pelayanan pelabuhan dapat beroperasi selama 24 Jam 0,69

d. Pelabuhan mempunyai kemampuan untuk melakukan keselamatan dan keamanan terhadap kapal

0,69

5 Melayani arus barang ekspor minimal 50.000

Ton/Tahun 2,69

a. Ketersediaan dan kehandalan fasilitas untuk pelayanan

terhadap kapal 0,63

b. Terminal khusus yang dapat mengakomodir type dan

besaran kapal 0,53

c. Pelayanan pelabuhan dapat beroperasi selama 24 Jam 0,51

d. Pelabuhan mempunyai kemampuan untuk melakukan

keselamatan dan keamanan terhadap kapal 0,50

6 Posisi terminal khusus secara geografis terletak pada

lintasan pelayaran internasional 2,63

(43)

No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)

b. Perencanaan type dan besaran pelabuhan terkait dengan

lintasan pelayaran 0,67

c. Perencanaan fasilitas pelabuhan dalam mendukung

operasional pelabuhan 0,67

d. Perencanaan SDM dan SOP pelayanan terhadap kapal

dan barang 0,71

ASPEK KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN

18,79

1 Memiliki kedalaman dermaga minimal - 6 mLWS 2,67

a. Memiliki dermaga tidak dalam lokasi yang memiliki

sedimentasi tinggi 0,69

b. Memiliki perencanaan untuk menjaga kedalaman

perairan di dermaga 0,69

c. Memiliki fasilitas dan peralatan untuk menjaga

kedalaman perairan 0,60

d. Memiliki SDM dan SOP dalam menjaga kedalaman

perairan

0,69

2 Memiliki kolam pelabuhan uang cukup untuk olah

gerak kapal minimal 3 unit kapal 2,36

a. Pelabuhan memiliki perencanaan DLKr yang cukup

untuk olah gerak kapal 0,59

b. Pelabuhan memiliki sarana dan fasilitas yang baik untuk

olah gerak kapal 0,59

c. Memiliki kedalaman yang cukup untuk olah gerak kapal 0,59

d. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait kolam

pelabuhan 0,59

3 Ketersediaan SBNP dan SROP 2,51

a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan jenis SBNP dan

SROP 0,62

b. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait SBNP dan

SROP 0,65

c. Memiliki perencanaan penggunaan dan penggantian

(44)

No. Aspek dan Kriteria

(%)

d. Memiliki perencanaan perawatan SBNP dan SROP 0,62

4

Memiliki prasarana, sarana, dan SDM Pandu, bagi terminal khusus yang perairannya telah ditetapkan sebagai perairan wajib Pandu

2,67

a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan besar HP kapal

Pandu 0,69

b. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait kapal Pandu 0,69

c. Memiliki perencanaan penggunaan dan penggantian

kapal Pandu 0,64

d. Memiliki perencanaan perawatan kapal Pandu 0,65

5 Mampu melayani bobot kapal 3000 DWT atau lebih 2,24

a. Memiliki dermaga yang mampu melayani kapal 3000

DWT atau lebih 0,52

b. Memiliki sarana pelabuhan (gudang, alat B/M, dan

lain-lain) 0,61

c. Memiliki SDM dan SOP untuk pelayanan kapal 3000

DWT atau lebih 0,55

d. memiliki fasilitas keselamatan dan keamanan untuk

kapal 3000DWT atau lebih 0,55

6 Memiliki kapal patroli 1,997

a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan jenis kapal

patroli 0,399

b. Memiliki SDM terlatih untuk kapal patroli 0,399

c. Memiliki perencanaan pengadaan, perawatan, dan

penggantian kapal patroli 0,399

d. SOP dan standar kapal patroli 0,399

e. Memiliki sistem pengamanan yang tercukupi dari arah

alut dengan kapal patroli 0,399

7 Memiliki SOP kapal patroli 1,997

(45)

No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)

c. SOP pengamanan mencakup hanya kegiatan utama

pengamanan pelabuhan 0,39

d. SOP pengamanan perlu dilakukan masukan dari seluruh

pihak terkait dan memperhatikan kearifan lokal 0,42

e. SOP pengamanan perlu dilakukan peninjauan secara

berkala 0,35

8 Comply ISPS Code 2,355

a. Memiliki sarana dan prasarana pelabuhan sesuai dengan

ISPS Code 0,59

b. Memiliki SDM yang mencukupi dan terlatih sesuai

dengan ISPS Code 0,59

c. Memiliki SOP pengamanan sesuai dengan ISPS Code 0,59

d. Melakukan pembaharuan dan pelatihan SDM secara kontinyu sesuai ISPS Code

0,59

ASPEK TEKNIS FASILITAS KEPELABUHANAN 21,234

1 Memiliki dermaga beton permanen minimal satu

tambatan dengan panjang minimal 70 Meter 3,55

a. Panjang dermaga dirancang untuk mampu melayani

kapal sesuai standar pelayanan 0,596

b. Jumlah tambatan yang ada, dapat melayani kapal

tambat pada pelabuhan 0,596

c. Kolam dermaga harus dapat mengakomodir olah gerak

kapal 0,596

d. Kedalaman kolam dermaga dapat dimasuki oleh kapal

dengan ukuran minimal 3000 DWT 0,596

e. Fasilitas dermaga harus dapat sesuai dengan jenis

muatan kapal 0,568

f. Fasilitas keselamatan pelayaran terdapat pada dermaga

tersebut 0,596

2 Mampu menangani barang-barang berbahaya dan

beracun (B3) 3,76

a. Pelabuhan memiliki fasilitas dan sarana penanganan

(46)

No. Aspek dan Kriteria

(%)

b.

Pelabuhan memiliki SDM yang gterlatih dan

mencukupi dalam penanganan barang berbahaya dan beracun

0,955

c. Pelabuhan memiliki SOP dan standar dalam

penanganan barang berbahaya dan beracun 0,955

d. Pelabuhan memiliki fasilitas penampungan barang

berbahaya dan beracun 0,955

3 Memiliki peralatan bongkar muat 3,76

a. Jumlah peralatan bongkar muat harus memenuhi

standar pelayanan 0,75

b. Jenis peralatan bongkar muat harus memenuhi standar

pelayanan 0,75

c. Kesesuaian peralatan bongkar muat dengan jenis

muatan 0,75

d. Memiliki SDM yang bersertifikasi 0,75

e. Memiliki SOP dalam operasional peralatan bongkar

muat 0,75

4 Memiliki fasilitas pencegahan pencemaran 3,76

a. Fasilitas pencegahan pencemaran harus sesuai dengan

jenis pencemaran dari muatan dan kapal 0,778

b. Jumlah fasilitas pencegahan pencemaran mampu

menangani pencemaran yang terjadi 0,78

c. Lokasi fasilitas pencegahan pencemaran dirancang

strategis 0,69

d. Memiliki SOP penanggulangan pencemaran di

pelabuhan 0,73

e. Memiliki SDM yang bersertifikasi 0,78

5 Memiliki fasilitas gudang tertutup 3,76

a. Kapasitas gudang tertutup dapat menampung seluruh

muatan 0,61

b. Lokasi gudang tertutup dapat diakses mudah oleh alat

(47)

No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)

c. Fasilitas gudang tertutup dilengkapi dengan fasilitas

pemadam kebakaran dan dilengkapi fasilitas keamanan 0,65

d. Memiliki SOP dalam operasionalnya 0,65

e. Jenis gudang tertutup di pelabuhan sesuai dengan jenis

muatan 0,65

f. Fasilitas gudang tertutup harus dimiliki oleh pelabuhan 0,61

6 Memiliki fasilitas bunker 2,63

a. Fasilitas bunker wajib dimiliki oleh pelabuhan 0,45

b. Fasilitas bunker dapat ditangani oleh pihak lain di luar

pelabuhan 0,45

c. Kapasitas bunker dapat melayani kebutuhan kapal 0,41

d. Jenis BBM disediakan untuk seluruh kebutuhan 0,41

e. Memiliki SDM sesuai kompetensinya 0,41

f. Memiliki SOP fasilitas bunker di pelabuhan 0,49

ASPEK LAIN 21,234

1

Memiliki fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, instansi bea dan cukai, imigrasi, dan karantina

10,95

a. tersedia kantor dan penunjang pelayanan pelabuhan 2,74

b. Memiliki SDM yang memiliki kompetensi untuk setiap

pelayanan 2,74

c. Tersedia fasilitas penunjang pelayanan pelabuhan 2,74

d. Memiliki SOP untuk setiap pelayanan pelabuhan 2,74

2 Menangani jenis komoditi khusus 10,28

a. terminal khusus dirancang dan dapat mengakomodir

jenis muatan khusus 2,53

b. Memiliki fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal

dan komoditi khusus 2,53

c. Memiliki lokasi/area untuk penyimpanan komoditi

(48)

No. Aspek dan Kriteria

(%)

d. Memiliki SDM dan SOP untuk penanganan komoditi

khusus 2,69

Sumber : Hasil Data Primer (Diolah)

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang sudah diatur dalam PP Nomor PM 51 Tahun 2011, baik persyaratan administrasi, ekonomi, keselamatan dan keamanan pelayaran, persyaratan teknis fasilitas kepelabuhanan dan aspek lainnya. Untuk lebih detilnya, persyaratan tersebut diuraikan lagi menjadi sub kriteria dengan bobot yang cukup bervariasi. Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri sebagai berikut:

1. Memenuhi persyaratan administrasi, yaitu rekomendasi dari pejabat fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan dan rekomendasi dari Gubernur atau Bupati/Walikota;

2. Menangani jenis komoditi khusus yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal dan pelayanan komoditi khusus serta SOP penanganan komoditi khusus;

3. Menyediakan fasilitas kepelabuhanan dan peralatan bongkar muat sesuai dengan standar yang ada dan dioperasikan oleh operator yang memiliki keahlian:

4. Menyediakan dermaga beton permanen dengan panjang minimal 70 meter sesuai standar yang ada

5. Menyediakan fasilitas pencegahan pencemaran yang dilengkapi dengan SOP penanggulangan pencemaran di pelabuhan

6. Memiliki fasilitas gudang tertutup dengan kapasitas yang memadai dan sesuai dengan jenis muatan yang ditangani

7. Memiliki peralatan bongkar muat sesuai dengan jenis komoditi yang ditangani dalam jumlah dan kapasitas yang memadai dan dioperasikan oleh SDM yang ahli

8. Memiliki fasilitas bunker untuk menyediakan BBM sesuai kebutuhan 9. Memenuhi aspek keselamatan dan keamanan pelayaran sebagai berikut: 10. Kedalaman kolam minimal -6mLWS dan cukup untuk olah gerak kapal

minimal 3 unit serta mampu melayani kapal dengan bobot minimal 3000 DWT

11. Memiliki prasarana, sarana, dan SDM Pandu, bagi terminal khusus yang perairannya telah ditetapkan sebagai perairan wajib Pandu dan pelayanan diberikan sesuai dengan standar yang ada

(49)

Kedalaman dan lebar alur pelayaran

Rekomendasi dari KLH tentang alur pelayaran

Izin Usaha Penataan Jalur Perawatan alur Monitoring alur pelayaran Tenaga pengelola berpengalaman Tenaga ahli yang bersertifikasi Pengerukan Memahami AMDAL

Putaran/ belokan alur

Daaerah olah gerak, daerah bahaya Peralatan yang memadai Perawatan SBNP Pelatihan berkala Finansial

SOP dan perlengkapan

Konsesi alur pelayaran

Lalu lintas pelayaran Jenis dan kapasitas muatan

Aspek lingkungan

hidup Badan Usaha

Penyelenggara Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan SDM Izin operasional

13. Terminal harus comply terhadap ISPS Code, sehingga pengamanan di terminal harus sesuai dengan standar yanag ada baik dari sisi sarana, prasarana maupun SDM-nya

14. Memiliki kapal patroli yang dilengkapi dengan SOP

15. Memenuhi aspek ekonomi, bahwa terminal tersebut mampu mendukung pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional, melayani kegiatan lintas provinsi dan internasional, mampu melayani arus barang ekspor minimal 50.000 ton/tahun serta terletak pada jalur pelayaran internasional.

16. Berdasarkan analisis diatas, maka dapat diketahui bahwa apa yang sudah dipersyaratkan menjadi Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri dalam peraturan yang sudah ada sudah sesuai dan tidak ada perubahan.

G. KRITERIA ALUR PELAYARAN YANG DAPAT

DIKOMERSIALKAN

(50)

No. Kriteria Alur Pelayaran yang Dapat Dikomersialkan

Bobot (%)

1 Penataan Jalur-jalur Sempit 10,48

2 Daerah olah gerak kapal 9,16

3 Penyediaan jalur darurat ke luar alur 8,52

4 Pemeriksaan kedalaman alur 9,86

5 Pengadaan pengerukan alur 8,52

6 Pemeliharaan rambu-rambu navigasi 9,16

7 Pengadaan pembersihan alur laut akibat kapal karam atau

bangunan laut lainnya 9,22

8 Penyediaan alat monitoring perubahan kedalaman alur dan

penyelam 9,86

9 Memiliki koordinat lokasi 8,52

10 Finansial Penyelenggaraan alur pelayaran 8,56

11 Lalulintas kapal pada alur pelayaran 8,14

Total 100,00

Sumber : Hasil Data Primer (Diolah)

Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan dengan urutan sebagai berikut:

a. Alur pelayaran harus dapat memenuhi unsur keselamatan pelayaran, sehingga alur pelayaran harus diatur dalam perencanaan dan perawatan terkait dengan kedalaman, lebar dan putaran dalam rangka keselamatan pelayaran

b. Memiliki layout dan data mengenai alur pelayaran sebagai acuan dalam perencanaan monitoring dan perawatan alur pelayaran;

c. Alur pelayaran harus dilengkapi dengan sarana bantu navigasi pelayaran, rambu-rambu, pemanduan dan telekomunikasi serta didukung oleh perlindungan maritim sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku;

d. Alur pelayaran harus selalu dilakukan pemeriksaan secara berkala, baik dari sisi kedalaman dan pembersihan alur akibat kapal karam atau hal lainnya yang dapat mengganggu keselamatan pelayaran

e. Penetapan izin untuk alur pelayaran yang dikomersilkan dengan memperhatikan faktor teknis, keselamatan pelayaran, finansial dan

Gambar

Gambar 3.1.   Diagram  pembobotan  setiap  aspek  yang  dinilai  menjadi      kriteria  pelabuhan  yang  diusahakan secara komersial
Gambar 3.2.   Diagram  pembobotan  setiap  aspek  yang  dinilai  menjadi kriteria pelabuhan yang diusahakan secara  non komersial
Gambar 3.4.   Diagram  pembobotan  setiap  aspek  yang  dinilai  menjadi kriteria Lintas Penyeberangan
Gambar 3.7.   Diagram  Pembobotan  Kriteria  Terminal  yang  Dapat  Melayani  Angkutan  Curah  Cair/Curah  Kering
+7

Referensi

Dokumen terkait

tanda grafis.. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. Kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air termasuk ke dalam

Dalam perhitungan bobot agregat masing-masing alternatif untuk tiap-tiap kriteria dapat dicari nilai fuzzy agregatnya dengan menggunakan persamaan 3 sehingga

Contoh pemaknaan bobot kriteria perencanaan pelestarian kawasan bersejarah di Sunda Kelapa hasil analisis adalah sebagai berikut : “Sebelum melakukan kegiatan pelestarian kawasan