• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISA HIRARKI PEMANTAPAN PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN SAWAH YANG BERPIHAK KEPADA PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII. ANALISA HIRARKI PEMANTAPAN PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN SAWAH YANG BERPIHAK KEPADA PETANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

VII. ANALISA HIRARKI PEMANTAPAN

PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN SAWAH YANG

BERPIHAK KEPADA PETANI

7.1. Hirarki Kriteria

Dari uraian-uraian sebelumnya, maka dipandang perlu untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mengendalikan laju konversi lahan sawah. Langkah-Langkah Strategis ini penting, agar laju konversi tersebut tidak berdampak negatif bagi penduduk Kawasan Andalan, khususnya para petani. Perlu adanya desain pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani.

Untuk menyusun desain pemantapan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak pada petani, maka alat analisis yang digunakan adalah AHP (Analitycal Hierarchy Process). Dalam melakukan analisa AHP, ditunjuk 18 orang pakar yang mewakili beberapa stakeholder. Para pakar tersebut mewakili unsur Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Petani (organisasi petani), Peneliti maupun Perguruan Tinggi tersebut. Mereka ditunjuk dengan mempertimbangkan pendidikan formal dan atau pengalaman empiris yang bersangkutan dalam pengelolaan, penelitian maupun perhatiannya terhadap konversi lahan sawah. Selanjutnya kepada mereka diminta pendapatnya berdasarkan questionnaire yang telah disusun bersama oleh sekelompok pakar dalam suatu forum diskusi kelompok.

Dari hasil analisa AHP, khususnya tentang kriteria, para pakar memprioritaskan kriteria mengatasi penyebab konversi lahan sawah (MPKLH) daripada mengatasi dampak dari konversi lahan sawah (MDKLS). Bobot nilai dari Pemerintah untuk MPKLH adalah 0,900, sedangkan untuk MDKLS adalah 0,100. Prioritas pilihan tersebut dapat dilihat dalam gambar 21 berikut ini.

(2)

Keterangan :

MPKLH : Mengatasi penyebab konversi lahan sawah MDKLS : Mengatasi dampak konversi lahan sawah

Gambar 21 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat Pemerintah

Stakeholder dari LSM memberi bobot 0,875 bagi MPKLH dan 0,125 bagi MDKLS. Bobot nilai ini dapat dilihat dalam gambar 22 di bawah ini.

Gambar 22 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat LSM

Wakil petani memberi bobot 0,833 bagi MPKLH dan 0,167 bagi MDKLS. Peneliti dan Perguruan Tinggi masing-masing memberi bobot 0,800 bagi MPKLH dan 0,200 bagi MDKLS. Prioritas pilihan dari wakil petani, Peneliti dan Perguruan Tinggi dapat dilihat dalam Gambar 23, 24 dan 25 berikut ini.

(3)

Gambar 24 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat peneliti

Gambar 25 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat Perguruan Tinggi

Dari berbagai pendapat yang dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa agregat pendapat seluruh stakeholder (18 orang) terhadap kriteria menunjukkan bahwa prioritas utama yaitu mengatasi penyebab konversi lahan sawah dengan bobot nilai sebesar 0,846 dan prioritas kedua adalah mengatasi dampak konversi lahan sawah dengan bobot nilai sebesar 0,154. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 26 berikut ini

Gambar 26 Agregat pendapat stakeholder terhadap Kriteria

7.2. Hirarki Sub Kriteria

Untuk sub kriteria, Pemerintah menempatkan prioritas utama pada menurunkan perilaku masyarakat dalam konversi lahan sawah (MPM), dengan bobot nilai sebesar 0,396. Prioritas kedua adalah meningkatkan landrent (MLR) dengan bobot nilai 0,281, prioritas ketiga adalah menjaga ketersediaan padi kawasan (MKP) dengan bobot 0,213, dan terakhir meningkatkan daya tarik mata

(4)

nilai dapat dilihat dalam Gambar 27 berikut ini.

Keterangan :

MLR : Meningkatkan land rent (keuntungan usaha tani)

MPM : Menurunkan perilaku masyarakat dalam konversi lahan sawah MKP : Menjaga ketersediaan padi

MDT : Meningkatkan daya tarik mata pencarian di bidang pertanian

Gambar 27 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat pemerintah

Bagi stakeholder dari LSM, untuk sub kriteria, yang menjadi prioritas utama adalah MLR dengan bobot nilai sebesar 0,419. Prioritas kedua adalah meningkatkan MDT dengan bobot nilai 0,270. Prioritas ketiga adalah MKP dengan bobot nilai 0,189 dan prioritas terakhir adalah MDT dengan bobot nilai 0,123. Prioritas pilihan dan bobotnya dapat dilihat dalam Gambar 28 berikuti ini.

Gambar 28 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat LSM Menurut petani, meningkatkan landrent (MLR) merupakan prioritas utama dari sub kriteria yang ada dengan bobot nilai 0,452. Prioritas kedua adalah menjaga ketersediaan padi kawasan dengan bobot nilai 0,229. Prioritas ketiga adalah menurunkan perilaku masyarakat dalam konversi (MPM) dengan bobot

(5)

0,199. Prioritas terakhir adalah meningkatkan daya tarik mata pencaharian di bidang pertanian (MDT) dengan bobot nilai 0,120.

Gambar 29 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat petani Bagi para peneliti, menjaga ketersediaan padi kawasan (MKP) adalah prioritas tertinggi dengan nilai 0,435, kemudian meningkatkan landrent dengan bobot nilai 0,264, meningkatkan daya tarik mata pencaharian (MDT) sebagai prioritas ketiga dengan bobot nilai 0,177 dan menurunkan perilaku masyarakat (MPM) dalam mengkonversi lahan sawah sebagai prioritas terakhir dengan bobot 0,125. Prioritas pilihan para peneliti dan bobotnya dapat dilihat dalam Gambar 30 berikut ini.

Gambar 30 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat peneliti

Responden dari perguruan tinggi menempatkan sub kriteria MLR sebagai prioritas utama dengan bobot 0,400. Prioritas kedua adalah MPM dengan bobot 0,291, prioritas selanjutnya adalah MKP sebesar 0,188 dan terakhir adalah MDT dengan bobot 0,120. Prioritas pilihan dan bobot nilai dapat dilihat dalam Gambar 31 berikut ini.

(6)

Gambar 31 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat perguruan tinggi

Agregat seluruh stakeholder terhadap sub kriteria menjadi prioritas pertama adalah meningkatkan land rent (keuntungan usaha tani) dengan bobot nilai sebesar 0,341, prioritas kedua menurunkan perilaku masyarakat dalam konversi lahan sawah dengan bobot nilai sebesar 0,266, prioritas ketiga menjaga ketersediaan padi dengan bobot nilai sebesar 0,246 dan prioritas terakhir meningkatkan daya tarik mata pencarian di bidang pertanian dengan bobot nilai sebesar 0,147 dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat seluruh stakeholder

7.3. Hirarki Strategi

Untuk level strategi dalam mengendalikan konversi lahan sawah yang menjadi prioritasa utama adalah pembangunan infrastruktur pertanian dengan bobot nilai 0,258. Prioritas kedua adalah membantu perolehan Saprodi secara murah dan mudah dengan bobot nilai 0,204. Prioritas tiga adalah membantu pemasaran hasil panen dengan bobot nilai 0,185, prioritas selanjutnya adalah meningkatkan informasi konversi lahan sawah dengan bobot nilai 0,164, meningkatkan orientasi nilai budaya dengan bobot nilai sebesar 0,129,

(7)

meningkatkan sikap dengan bobot nilai sebesar 0,124, meningkatkan produksi padi dengan bobot nilai 0,119, mengendalikan perpindahan pekerjaan dari bidang pertanian 0,118, menekan laju pertumbuhan penduduk dengan bobot nilai 0,113, meningkatkan persepsi dengan bobot nilai 0,112, memberikan asuransi kepada petani dengan bobot nilai 0,095, diversivikasi makanan (non beras) dengan 0,094, meningkatkan kemampuan dengan bobot nilai 0,087, dan prioritas terakhir adalah member insentif fiscal kepada petani dan meningkatkan motivasi dengan bobot nilai 0,085 lebih jelanya dapat dilihat Gambar berikut ini.

Keterangan :

PIP : pembangunan infrastruktur pertanian MP : meningkatkan persepsi

MO : Meningkatkan orientasi nilai budaya DM : Diversivikasi makanan (non beras)

MIK : Meningkatkan informasi konversi lahan sawah MS : Meningkatkan sikap

MPB : Mengendalikan perpindahan pekerjaan dari bidang pertanian MPS : Membantu perolehan Saprodi secara murah dan mudah MPH : Membantu pemasaran hasil panen

MPP : meningkatkan produksi padi

MLP : menekan laju pertumbuhan penduduk MM : meningkatkan motivasi

MK : meningkatkan kemampuan

MAP : Memberikan asuransi kepada petani MIF : Memberikan insentif fiskal pada petani

Gambar 33 Strategi dalam pengendalian konversi lahan sawah menurut pendapat seluruh stakeholder

(8)

Gambar 32 menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) strategi utama yang perlu dilakukan dalam rangka pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani, yaitu: 1) pembangunan infrastruktur pertanian, 2) membantu pemasaran hasil pertanian, 3) membantu perolehan saprodi secara murah dan mudah, dan 4) meningkatkan informasi konversi lahan sawah. Keempat strategi utama tersebut juga harus didukung strategi-strategi lainnya secara sistematis.

1) Pembangunan Infrastruktur Pertanian

Para pakar sepakat bahwa keengganan petani menanam padi pada lahan sawah yang dimilikinya disebabkan kurangnya pasokan air pada setiap tahapan kegiatan. Kebutuhan air terbanyak adalah pada saat penggenangan. Penggenangan air dilakukan pada atahap awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada tahap sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan tahap pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji. Bila pada tahap pengolahan lahan dan penggenangan terjadi kekuarangan air, maka padi tidak akan berkembang secara optimal.

Berbagai kerusakan sistem irigasi baik yang bersifat teknis, semi teknis maupun tradisional menyebabkan pasokan air saat dibutuhkan menjadi tergganngu. Upaya untuk memperbaiki sistem irigasi harus dilaksanakan secara terpadu, baik oleh petani maupun oleh pemerintah. Disamping perbaikan sistem irigasi, hal lain yang perlu dilakukan untuk menjamin pasokan air adalah : memastikan debit air untuk petani dan mengembangkan teknologi hemat penggunaan air.

2) Membantu Pemasaran Hasil Panen

Sudah menjadi rahasia umum bila pada musim panen raya petani akan mendapati harga beras yang sangat murah. Sebaliknya bila terjadi paceklik, ketika jumlah beras berkurang petani juga tidak menikmati harga yang

(9)

tinggi, karena adanya impor beras. Kesejahteraan petani harus tetap dijaga dengan tetap mengontrol pendapatan petani pada tingkat tertentu. Artinya di saat panen raya maupun paceklik petani tetap memiliki pendapatan yang sama. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan jaminan harga terhadap pemasaran beras petani. Jaminan harga pemasaran beras semacam itu hanya mungkin terjadi bila pemerintah melakukan tata niaga yang ketat terhadap komuditas beras. Disamping itu perlu adanya asuransi bagi petani, khususnya asuransi hasil usahatani.

3) Membantu Perolehan Saprodi Secara Murah dan Mudah

Tata niaga saprodi yang lemah, menyebabkan pasokan kepada petani sering terganggu. Petani tidak hanya menerima harga saprodi yang sangat tinggi, tetapi juga sulit untuk mendapatkannya. Perdagangan bibit, pupuk dan insektisida harus dikontrol sedemikian rupa sehingga petani bisa mendapatkannya dengan harga yang murah dan mudah. Hal ini penting untuk dilakukan, mengingat petanilah yang perlu memastikan ketercukupan beras kawasan.

4) Meningkatkan Informasi Konversi Lahan Sawah

Banyak petani yang tidak tahu mengapa konversi lahan sawah tidak diperkenankan. Mereka juga tidak mengetahui kebijakan pemerintah tentang kemandirian pangan, ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Bagi mereka lahan sawah adalah asset mereka dan mereka bebas untuk memilih digunakan untuk apa asset tersebut. Petani tentunya merasa heran mengapa mereka tidak boleh melakukan konversi lahan sawah, sementara usaha tani lahan sawah kurang menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu perlu sosialisasi yang jelas menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk keuntungan bagi mereka apabila tetap mengusahakan lahan sawahnya untuk menanam pad. Informasi konversi lahan sawah harus dilakukan dialogis, petani dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya. Pada akhirnya petani harus yakin bahwa pengendalian konversi lahan sawah itu bermanfaat untuk mereka.

Gambar

Gambar 21 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat Pemerintah
Gambar 25 Kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat Perguruan  Tinggi
Gambar 28 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat LSM
Gambar 29 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat petani   Bagi para peneliti, menjaga ketersediaan padi kawasan (MKP) adalah  prioritas tertinggi dengan nilai 0,435, kemudian meningkatkan landrent dengan  bobot nilai 0,264, meningkatkan d
+3

Referensi

Dokumen terkait

Memang dalam 88' NKXVXVQ\D GDODP 3DVDO , Ayat (1) tidak disebutkan kata perda- gangan orang, namun sesungguhnya terselubung dalam kata budak. Seleng- NDSQ\D SDVDO

DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PEMERINTAH KOTA MALANG Pengadaan barang/jasa melalui sistem elektronik yaitu e-Procurement merupakan alat bantu dalam

Masyarakat suku Tengger di Desa Baledono yang mayoritas memeluk agama Islam, akan tetapi sebelum mereka masuk agama Islam mereka anut adalah agama Hindu, agama Hindu tidak lepas

Teknik pengemasan bunga potong Alpinia purpurata pada jenis bahan pengemas plastik adalah terbaik, dengan umur kesegaran lebih lama (7,77 hari) bunga mengalami susut bobot

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang persepsi siswa terhadap penggunaan media sebagai alternative dalam pembelajaran IPA. Metode yang digunakan

Tabel 4.8 Kategori nilai rata-rata raport mata pelajaran akidah akhlak siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Madrasah Tsanawiyah Al Badar

Dalam rangka penanganan terhadap permasalahan karakter spiritual low self- esteem perempuan korban trafficking, logo konseling yang merupakan pengembangan dari logoterapi Viktor

Babakan Ciparay Kasubsi Kesejahteraan Kasi Pemerintahan Kel.. Sukahaji Kasi