• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK PENGKODEAN SUARA CELP (CODE EXCITED LINEAR PREDICTIVE CODING) DENGAN PEMROGRAMAN MATLAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK PENGKODEAN SUARA CELP (CODE EXCITED LINEAR PREDICTIVE CODING) DENGAN PEMROGRAMAN MATLAB"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK PENGKODEAN SUARA CELP (CODEBOOK EXCITED LINEAR PREDICTION) DENGAN

PEMROGRAMAN MATLAB (Skripsi)

Oleh

EDY KURNIAWAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK PENGKODEAN SUARA CELP (CODEBOOK EXCITED LINEAR PREDICTION) DENGAN

PEMROGRAMAN MATLAB (Skripsi)

Oleh

EDY KURNIAWAN Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK PENGKODEAN SUARA CELP(CODEEXCITED LINEAR PREDICTIVE CODING)

DENGAN PEMROGRAMAN MATLAB

Oleh

EDY KURNIAWAN

Keterbatasan bandwidth sebagai kanal komunikasi bergerak menjadi salah satu persoalan yang dihadapi oleh para penyelenggara jasa telekomunikasi. Kapasitas kanal yang terbatas mendorong untuk terus melakukan efisiensi di semua bagian pada sistem komunikasi. Komunikasi suara pada lebar pita 4 kHz pada format PCM 8-bit menyebabkan kanal harus menyediakan lebar pita 64 kbps untuk dapat mengirimkan informasi yang dapat ditangkap sesuai dengan aslinya.

Teknik pengkodean CELP (Codebook Excited Linear Prediction) adalah salah satu teknik pengkodean sinyal suara yang dapat mengkodekan sinyal suara dengan bit rate yang rendah sehingga dapat menghemat kanal komunikasi. Pada penelitian ini telah disimulasikan teknik pengkodean CELP dengan bit rate 9,5 kbps. Dimulai dengan pengambilan sampel suara melalui proses perekaman, mensimulasikan denganEncoder danDecodersampai dengan pengambilan suara hasil keluaran CELP. Sinyal yang didapatkan akan dihitung MSE (Mean Square Error) dan SNR (Signal to Noise Ratio) untuk mengetahui rata-rata kesalahannya.

Sinyal hasil keluaran CELP memiliki amplitudo yang kecil dibandingkan dengan suara aslinya, namun bentuk sinyalvoice, unvoiceddansilenceakan tetap terlihat nyaris sama dengan sinyal aslinya. Sehingga dapat meminimalisasi energi sinyal wicara yang dikirimkan. Sinyal keluaran yang dihasilkan dari teknik pengkodean CELP memiliki nilai MSE yang mendekati nol sehingga nyaris tidak ada kesalahan.

(4)

ABSTRACT

ANALYSIS AND SIMULATION OF VOICE ENCODING TECHNIQUE OF CELP ( CODE EXCITED LINEAR PREDICTIVE CODING)

BY MATLAB PROGRAMMING

By

EDY KURNIAWAN

Limitation of bandwidth as mobile communication channel become one of problem faced by the telecommunications service organizers. Limited channel capacity motivated them to always does efficiency in all parts at communications system. Voice communications at bandwidth 4 kHz at format PCM 8-bit causes the channel must provide bandwidth 64 kbps to be able to send information which can be received as according to the original signal.

Encoding technique of CELP (Codebook Excited Linear Prediction) is one of encoding technique of voice signal which can decode voice signal with low bit rate so it can economize communication channel. At this research has been simulation encoding technique of CELP with bit rate 9.5 kbps. It is started with voice sampling through recording process, Encoder and Decoder simulation up to retrieval of voice result of output CELP. Signal got will calculated MSE (Mean Square Error) and SNR (Signal to Noise Ratio) to know average of the error.

The output signal of CELP has small amplitude compared to the original voice, but form of signal voice, unvoiced and silence would still seen almost equal to the original signal. So it can minimized speech signal energy sent. Output signal from encoding technique of CELP has value MSE closing zero so that almost there is no error.

(5)

Judul Skripsi :ANALISA DAN SIMULASI TEKNIK

PENGKODEAN SUARA CELP (CODEBOOK EXCITED LINEAR PREDICTION) DENGAN PEMROGRAMAN MATLAB

Nama Mahasiswa :EDY KURNIAWAN

No. Pokok Mahasiswa : 0515031046

Jurusan : Teknik Elektro

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Sofiati Augustine, S.T., M.T Herlinawati, S.T., M.T. NIP.19720807 199903 2 001 NIP.19710314 199903 2 001

2. Ketua Jurusan,

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Herlinawati, S.T., M.T. ………....

Sekretaris :Sofiati Augustine, S.T., M.T. ………

Penguji Utama :F.X Arinto Setyawan, S.T., M.T. ...

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr. Lusmeilia Afriani, DEA. NIP. 19650510 199303 2 008

(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bungur, Tanjung Tirto, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung, pada tanggal 19 April 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Edy Suwarno dan Ibu Nurjannah.

Penulis memasuki dunia pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Tanjung Tirto, Purbolinggo, Lampung Timur, lulus tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 2 Purbolinggo, Tambah Subur, Lampung Timur, lulus tahun 2002, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA 1 Purbolinggo, Tanjung Intan, Lampung Timur, lulus tahun 2005.

Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung Melalui Jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan yang ada di Jurusan Teknik Elektro yaitu Himatro (Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro) menjabat sebagai anggota Divisi Mikat (Minat dan Bakat) pada tahun 2006/2007.

(8)

Ku Persembahkan Untuk :

IBUKUtercinta yang penuh dengan kasih sayang AYAHKUyang selalu jadi sumber inspirasi dalam hidup

KAKAKyang selalu mendukung dan pemberi nasehat yang baik ADIKyang selalu memberi motivasi dan semangat

Rekan-rekan Teknik Elektroatas kerjasamanya yang baik

(9)

Motto :

Memilih reaksi yang memuliakan kehidupan

Memilih reaksi yang memuliakan orang lain

Mengisi pikiran dengan kebaikan untuk orang lain

Mengisi hati dengan sikap mengenai kebaikan untuk orang lain

Semua sikap dilakukan untuk memuliakan kehidupan bagi orang lain

(10)

SANWACANA

Dengan mengucapkan segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan

judul: “Analisa dan Simulasi Teknik Pengkodean Suara CELP (Codebook Excited

Linear Prediction) dengan Pemrograman Matlab” yang merupakan salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Lampung.

Dalam proses penyelesaian laporan ini penulis melibatkan banyak pihak yang

telah membantu, untuk itu dengan segala hormat penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dr. Lusmeilia Afriani, DEA., sebagai Dekan Fakultas Teknik.

2. Bapak Ir. Abdul Haris, M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro.

3. Ibu Herlinawati, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing utama dalam

menyelesaikan laporan tugas akhir.

4. Ibu Sofiati Augustine, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing pendamping

dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.

5. Bapak F.X Arinto Setyawan, S.T., M.T., sebagai dosen penguji.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa dan

(11)

7. Paman-paman dan Tante-tanteku tersayang yang telah memberikan doa

dan dukungannya selama ini.

8. Kakak-kakakku Tolak Hamzah, Siti Soleha, Ikhwan Zainudin, dan Amro

Sri Astuti yang telah memberikan doa dan dukungannya.

9. Adik-adikku Ika Putri Ayu, Eva Yulianti yang membuatku semangat

dalam mengerjakan tugas akhir ini.

10. Rekan-rekan konsentrasi telekomunikasi dan seluruh rekan-rekan Jurusan

Teknik Elektro Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan,

kritik dan sarannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

turut membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari apa yang

diinginkan. Walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan yang terbaik, namun karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki

maka hanya inilah yang dapat penulis berikan. Oleh karena itu, kritik dan saran

sangat penulis harapkan demi kebaikan dan kemajuan di masa yang akan datang.

Harapan penulis semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak

yang telah membantu penulis dan semoga laporan tugas akhir ini dapat

bermanfaat serta menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Juni 2010

(12)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3 A. Pengkodean Sinyal Suara... 7

1. Gambaran Umum ... 7

2. Sinyal Suara Manusia (Sinyal Wicara) ... 8

(13)

2.2. Bentuk Sinyal Wicara dalam Domain Waktu... 11

2.3. Proses Sampling... 12

2.4. Energi Suatu Sinyal ... 14

2.5. Energi Pada Sinyal Wicara ... 16

2.6. Representasi Sinyal Wicara dalam Domain Waktu dan Domain Frekuensi... 19

2.7. Discrete Fourier Transform(DFT) ... 21

3. Filter Pada Sinyal Suara ... 23

3.1. Filter IIR ... 23

3.2. Filter FIR... 24

3.3. Filter Pre-Emphasis ... 26

4. Analisa Sinyal Suara ... 30

4.1. Auto Korelasi Sinyal Wicara ... 30

4.2. AnalisaSpectralSinyal Wicara ... 31

4.3. CepstrumSinyal Wicara ... 34

5. Representasi Sinyal dalam Domain Waktu dan frekuensi ... 36

5.1. Penyajian Daerah Waktu ... 36

5.2. Penyajian Daerah Frekuensi ... 37

B. Codebook Excited Linear Prediction(CELP) ... 38

1. Pengertian CELP... 38

2.CODEBOOK... 42

2.1 Codebookstokastik ... 42

2.2 CodebookAdaptif ... 43

3. Persepsi Kriteria Suara ... 45

(14)

E. Tahapan Penelitian ... 52

F. Bagan Alir Penelitian ... 53

G. Algoritma Teknik Pengkodean CELP ... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Teknik Pengkodean CELP... 56

B. Simulasi Teknik pengkodean CELP ... 57

1.CODEBOOK... 59

2.ENCODER ... 63

2.1. DC bias removal ... 63

2.2. Analisa Frame ... 66

2.2.1. Linear Prediction Coefficient... 66

2.2.2. Line Spectral Frequency(LSF) ... 67

2.3. AnalisaSubframe... 69

3.DECODER... 73

3.1. Decoding sub-vektor LSF... 73

3.2. PenyisipanDelaydanGainpada LSF ... 73

3.3. Sintesa Subframe ... 74

3.3.1. PemisahanSubframe... 74

3.3.2. Rekontruksi sinyal wicara... 74

4. Hasil Simulasi ... 75

5. Perhitungan MSE dan SNR ... 87

6. PerhitunganBit Rate... 89

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Organ wicara manusia ... 8

2 Sederetan impuls dan pitch pada sinyal wicara ... 9

3 Proses produksi suara... 10

4 Contoh sinyal wicara ucapan “Selamat Datang”... 11

5 Blok diagram konversi sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit ... 12

6 Rangkaian Sampling ... 13

7 Blok diagram rangkaian ADC ... 13

8 Contoh sinyal sinus dengan frekuensi 200 Hz... 15

9 Sinyal sinus dalam bentuk energi ... 16

10 Sinyal wicara... 18

11 Segmen sinyal wicara ‘a’ dan window hamming 20ms per frame window... 19

12 Bentukspectrogramdanwaveform“a-i-u-e-o”... 20

13 Blok diagram system Bank Filter Spectrum Analyzer untuk menghitung DFT... 21

14 Spektral Frekuensi kalimat “a-i-u-e-o” ... 22

15 Diagram blok Filter IIR ... 24

(16)

17 Posisi FilterPre-Emphasispada sistem pengolah wicara ... 26

18 Diagram blokpre-emphasisfilter ... 27

19 Respon frekuensi filter pre-emphasis ... 28

20 Sinyal input dan output daripre-emphasisfilter dalam domain waktu ... 29

21 Sinyal input dan output daripre-emphasisfilter dalam domain frekuensi. 30 22 Sinyal wicara dalam bentuk gelombang, dan fungsi auto korelasi ... 31

23 Diagram blok extraksi ciri sinyal wicara ... 31

24 Sinyal wicara dalam domain waktu dan sebagai fungsi sample ke-n ... 33

25 Satu frame sinyal wicara dalam domain waktu ... 33

26 Power spectral density sinyal wicara ... 34

27 Gambaran frekuensi sinyal wicara ”a.wav”... 35

28 Perbandingan nilai psd dan cepstrum sinyal wicara ”a.wav”... 36

29 Perbandingan dari suara voice dan unvoice... 37

30 Block diagram CELP ... 41

31 Prinsip kerja CELP ... 42

32 Bagan alir penelitian ... 54

33 Algoritma Teknik Pengkodean CELP ... 55

34 Format dan propertisinyal suara ‘Telekomunikasi’... 58

35 Sinyal Eksitasi LSF 1 sampai 3 dengan kapasitas sinyal 10 bit ... 60

36 Sinyal Eksitasi LSF 4 sampai 6 dengan kapasitas sinyal 10 bit ... 61

37 Sinyal Eksitasi LSF 7 sampai 10 dengan kapasitas sinyal 10 bit ... 62

38 Sinyal masukan dengan bunyi ‘Bandar Lampung’... 75

39 Sinyal keluaran CELP dengan bunyi ‘Bandar Lampung’... 76

(17)

41 Sinyal masukan dengan bunyi ‘Fakultas Teknik’... 78

42 Sinyal keluaran CELP dengan bunyi ‘Fakultas Teknik’... 79

43 Sinyal error pada bunyi ‘Fakultas Teknik’... 79

44 Sinyal masukan dengan bunyi ‘Teknik Elektro’... 81

45 Sinyal keluaran CELPdengan bunyi ‘Teknik Elektro’... 81

46 Sinyal error pada bunyi ‘Teknik Elektro’... 82

47 Sinyal masukan dengan bunyi ‘Telekomunikasi’... 83

48 Sinyal keluaran CELP dengan bunyi ‘Telekomunikasi’... 83

49 Sinyal error pada bunyi ‘Telekomunikasi’... 84

50 Sinyal masukan dengan bunyi ‘Universitas Lampung’... 85

51 Sinyal keluaran CELP dengan bunyi ‘Universitas Lampung’... 86

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jadwal Penelitian ... 51

2 Hasil Perhitungan MSE dan SNR ... 88

(19)

DAFTAR SINGKATAN

ACB : Adaptif Codebook yaitu suatu ruang

penyimpanan suara prediksi yang akan di eksitasi dengan sinyal suara yang diolah pada teknik pengkodean suara.

ADC : Analog to Digital Conversion yaitu pengubahan suatu sinyal analog kedalam bentuk digital.

CELP : Codebook Excited Linear Prediction yaitu suatu teknik pengkodean suara yang menggunakan sinyal suara codebook untuk dieksitasi membangkitkan sinyal asli dengan bit rateyang lebih rendah.

DFT : Discrete Fourier Transform adalah cara mentransformasi sinyal dari domain waktu ke dalam domain frekuensi.

FFT : Fast Fourier Transform adalah cara

mentransformasi sinyal dari domain waktu ke dalam domain frekuensi dengan pengoptimalan proses komputasi.

GLA : General Llyod Algorithma yaitu algoritma pembuatan sinyal eksitasi.

IIR : Infinite Inpulse Responseyaitu filter sinyal suara yang bekerja dengan masukkan berdasarkan keluaran sistem sebelumnya.

LPC : Linear Predction Coding yaitu teknik pengkodean suara dengan acuan suara vocal dan konsonan.

LPF : Low Pass Filter adalah filter yang memfilter suara dengan energi sinyal suara yang relatif rendah.

(20)

LSF : Line Spectral Frequencyadalah Garis spectrum Frekuensi.

MSE : Mean Square Error adalah rata-rata kesalahan pada sinyal suara berdasarkan perbandingan suara asli dan suara hasil pemrosesan sinyal. Semakin mendekati nol suatu nilai MSE maka semakin baik.

PAM : Pulse Amplitude Modulation adalah suatu bentuk dari modulasi sinyal dimana informasi pesan disandikan di dalam amplitudo dari satu rangkaian pulsa sinyal.

PCM : Pulse code modulation adalah penyajian sinyal digital dari sinyal analog yang didapat dari hasil pencuplikan yang dikuantisasi untuk dikodekan kemudian dikirimkan dengan dibawa sinyal carrier mengikuti bentuk sinyal pembawa.

PSD : Power Spectral Density adalah kekuatan spektrum sinyal suara.

STC : sinusoidal transform coding yaitu teknik pengkodean suara dengan transformasi atau perubahan sinyal sinusoidal.

(21)

DAFTAR ISTILAH

Bandwidth : Digital bandwidth adalah jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuanbits per second tanpa distorsi. Sedangkan analog bandwidth adalah perbedaan antara frekuensi terendah dengan frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa banyak informasi yang bisa ditransmisikan dalam satu saat.

Bit rate : Pada telekomunikasi dan komputasi, bit rate adalah banyaknya bit-bit yang disampaikan atau diproses per unit dari waktu.

Cepstrum : Hasil tentang pengambilan Transformasi Fourier (FT) dari spektrum decibel yang seolah-olah adalah suatu sinyal.

Cut off : Suatu batas tanggapan frekuensi sistem di mana merupakan penyaluran langsung energi melalui sistem yang sebelumnya dikurangi (disusutkan atau dibiaskan) dibanding dialirkan.

Decoder : Suatu alat yang berfungsi mengembalikan proses encoding sehingga informasi aslinya bisa diterima. Kebalikan dari decoder adalah encoder.

(22)

Pitch : Sifat dari nada musik atau suara manusia yang dibentuk karena hubungan frekuensi dan intensitas.

Formant : Formant berarti satu resonansi,yang akustik dan, di dalam ilmu pengetahuan tentang suara dan ilmu fonetik, formant merupakan suatu resonansi dari saluran suara manusia.

Fourier : Transformasi Fourier, dinamakan atas Joseph Fourier, adalah sebuah transformasi integral yang menyatakan-kembali sebuah fungsi dalam fungsi basis sinusioidal, yaitu sebuah fungsi sinusoidal penjumlahan atau integral dikalikan oleh beberapa koefisien ("amplitudo").

Frame : Suatu sistem yang struktural yang mendukung komponen-komponen lain dari suatu konstruksi secara fisik atau panjang total dari slot waktu pentransmisian data.

Hamming : Hamming kode adalah suatu kode pengoreksi kesalahan kode secara linier. Dinamai menurut penciptanya, Richard Hamming. Hamming kode dapat mendeteksi sampai dengan dua errorbit secara bersama, dan mengoreksi error bit tunggal. Dengan demikian, komunikasi yang dapat diandalkan adalah ketika jarak Hamming antara pola bit yang diterima dan yang dipancarkan adalah kurang dari atau sama denganhammingkode tersebut.

Narrow-band : Suatu situasi di dalam komunikasi radio di mana bandwidth dari pesan itu tidak dengan baik melebihi koheren dari bandwidth saluran itu.

Nyquist rate : Dua kali dari bandwidth suatu sinyal yang lebarnya terbatas atau kanal dengan lebar terbatas.

(23)

dari gejala seperti distorsi, atenuasi atau kejenuhan media perekaman.

Sampling Rate : Banyaknya sampel per detik atau per unit yang diambil dari suatu sinyal yang kontinyu untuk membuat suatu sinyal yang terpisah.

Sliding window : Ukuran “window” atau jumlah frame yang dapat dikirim atau diterima oleh sender dan receiver

Spectral : Suatu garis gelap atau terang di dalam suatu frekuensi seragam dalam bentuk yang berkebalikan bersifat spektrum kontinyu, sebagai hasil satu kelebihan atau kekurangan dari foton-foton di suatu cakupan frekuensi yang sempit, dibandingkan dengan frekuensi yang dekat.

Spectrogram : Suatu gambaran yang menunjukkan bagaimana rapat spektral suatu sinyal bervariasi terhadap waktu.

(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah kanal yang tersedia untuk komunikasi menjadi semakin terbatas

seiring dengan makin pesatnya penggunaan kanal komunikasi. Kapasitas

kanal yang terbatas mendorong untuk terus melakukan efisiensi di semua

bagian pada sistem komunikasi. Komunikasi suara pada lebar pita 4 kHz pada

format PCM 8-bit menyebabkan kanal harus menyediakan lebar pita 64 kbps

untuk dapat mengirimkan informasi yang dapat ditangkap sesuai dengan

aslinya.

Pada perkembangannya, telah dilakukan upaya untuk melakukan kompresi

sinyal suara agar diperoleh laju yang lebih rendah, untuk menghemat

penggunaan kanal transmisi. Sinyal suara telah diolah sedemikian rupa

sehingga dapat menghilangkan redundansi dan diperoleh informasi yang

cukup ringkas untuk ditransmisikan.

Sinyal suara manusia memiliki komponen yang hampir periodik, terutama

pada bagian sinyal yang bergetar. Jenis sinyal suara selain yang bergetar ada

juga yang memiliki sifat periodik, misalnya sinyal desis. Sinyal suara manusia

terdiri atas bagian bergetar yang umumnya dilambangkan dalam bentuk huruf

(25)

Sinyal bergetar memiliki periode getar tertentu yang disebut sebagai pitch.

Sinyal yang periodik, secara teoritis dapat didekomposisi dalam bentuk

sinusoida dengan menggunakan bantuan deretFourier.

Jika ditinjau dari kawasan frekuensi, maka sinyal bergetar memiliki spektra

tertentu. Bagian-bagian spektra yang menonjol, yaitu frekuensi-frekuensi yang

memiliki nilai amplituda terbesar dibanding sekitarnya disebut sebagai

formant. Pada umumnya, suara manusia memiliki empatformantuntuk daerah

frekuensi dari 0 sampai dengan 4 kHz.

Selain itu terdapat formant yang lebih tinggi untuk frekuensi di atas 4 kHz.

Sinyal tidak bergetar memiliki spektra frekuensi dari nol sampai dengan tak

terhingga, seperti spektra sinyal derau. Sinyal ini lebih sulit dianalisis

mengingat karakteristiknya yang mirip derau. Berdasarkan karakteristik sinyal

suara yang demikian, maka dapat dilakukan pemodelan dengan mengacu pada

bentuk sinusoida seperti dilakukan oleh beberapa peneliti.

Dalam pengkodean sinyal suara telah dikenal dengan adanya pengkodean

transformasi sinusoidal (STC). Dilain pihak ada model lain yang dikenal

sebagai STN (Sines + Transients + Noise). Masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dengan menggunakan teknik

pengkodean CELP dapat dilakukan proses kuantisasi untuk mengkodekan

sinyal suara pada laju bit rate yang rendah. Kuantisasi adalah proses untuk

mengelompokkan elemen-elemen yang bernilai kontinyu. Pada proses

pengubahan sinyal analog menjadi digital, mula-mula sinyal analog diambil

(26)

Hasil pencuplikan adalah berupa PAM (Pulse Amplitude Modulation).

Selanjutnya nilai PAM dikelompokkan atau dikuantisasi ke dalam nilai-nilai

sinyal digital yang dikenal sebagai PCM (Pulse Code Modulation). Proses

kuantisasi juga dilakukan pada pengolahan sinyal suara, utamanya pada

pengkodean sinyal suara.

Pada pengkodean berbasis CELP (Codebook Excited Linear Prediction),

sinyal acak dikelompokkan atau dikuantisasi dalam bentuk buku kode. Buku

kode disusun berdasarkan sifat-sifat sinyal yang akan dikelompokkan. Jika

sinyal yang akan dikelompokkan bersifat Gaussian seperti halnya pada sinyal

kesalahan prediksi dari sinyal suara, maka buku kode harus disusun dengan

memperhatikan sifat sinyal acak Gaussian. Pada tulisan ini dipaparkan proses

pengkodean suara CELP yang disimulasikan dengan menggunakan Matlab.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

• Memahami teknik pengkodean sinyal suara dengan teknik pengkodean

CELP (Codebook Exited linier Prediction).

• Membuat simulasi pengkodean CELP dengan menggunakan perangkat

lunak.

• Mengetahui perbandingan kualitas suara asli dengan suara hasil

(27)

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan suatu referensi mengenai penggunaan teknik pengkodean

sinyal suara yang efektif dan efisien padabit raterendah.

2. Mengetahui efektifitas dari kinerja pengiriman sinyal suara yang

menghasilkan suara dengan tingkat yang dapat diperbandingkan pada bit

rendah untuk suara dari tingkat medium sehingga diperoleh suara

keluaran yang hampir sama dengan suara asli.

D. Permasalahan

Pentransmisian sinyal suara digital tidak terlepas dari metode pengkodean

sinyal yang mendukung kinerja dari pengiriman sinyal tersebut, metode

pengkodean sinyal suara pada umumnya bekerja pada bit rate pada tingkat

medium yang tidak terlalu rendah. Sedangkan pada pengkodean suara pada bit

rate yang rendah lebih sulit dilakukan karena sinyal asli yang kecil dengan

persentase noise yang begitu besar. Bandwidth yang digunakan pada jalur

telekomunikasi memiliki kapasitas yang terbatas yang dibagi pada beberapa

kanal untuk dilewatkan data dan suara. Pada komunikasi suara diperlukan

kompresi suara untuk memperkecil laju bit dan menghindari pemborosan

kanal transmisi. Oleh karena itu diperlukan teknik pengkodean sinyal suara

yang dapat bekerja secara efektif pada laju bit rendah yaitu teknik pengkodean

(28)

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemrosesan sinyal dilakukan dengan pengkodean CELP.

2. Efektifitas CELP pada pengkodean sinyal suara pada bit rate rendah

sekitar 9,5 kbps dengan frekuensi, 8 kHz dan durasi 4 detik.

3. Suara yang dikodekan memiliki format wav.

4. Pembuatan simulasi dan pengujian kualitas audio asli dan hasil

pengkodean CELP dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

Matlab.

5. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai MSE (Mean Square Error)

dan SNR (Signal to Noise Rasio) dan membandingkan bentuk sinyal asli

dan keluaran dari simulasi pengkodean CELP.

F. Hipotesa

Pengkodean sinyal suara CELP memiliki kinerja yang cukup baik untuk laju

bit yang rendah. Hal ini didasari pada keefektifitasan CELP untuk

membangun kode dari sinyal suara frekuensi rendah dengan laju bit rendah.

Dimana pada sinyal suara dengan frekuensi yang rendah akan lebih sulit

diterjemahkan dalam kode karena memiliki persentase noise yang relatif

(29)

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka penulisan skripsi ini, disusun suatu sistematika penulisan

dengan membaginya menjadi beberapa bab. Susunan sistematika tersebut

adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penelitian, permasalahan, batasan masalah, hipotesa dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas teknik pengkodean sinyal suara, karakteristik dan prinsip

kerja pengkodean CELP.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai bagaimana metode pengerjaan tugas akhir ini

dilakukan dan langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis dan simulasi mengenai pemrosesan sinyal suara

menggunakan teknik pengkodean CELP pada sinyal suara dengan laju bit

rendah.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil

(30)

II. DASAR TEORI

A. Pengkodean Sinyal Suara 1. Gambaran Umum

Pengkodean sinyal suara adalah suatu bidang penelitian yang banyak diteliti

didalam pengolahan sinyal suara sejak adanya telepon - telepon yang

koneksinya menggunakan kawat. Banyak teknik - teknik pengkodean suara

telah secara menyeluruh diteliti dan dikembangkan, namun ditolak lebih lanjut

oleh kemajuan di dalam didunia internet, dan teknologi komunikasi nirkabel.

Pengkodean menjadi suatu dasar dari unsur komunikasi-komunikasi digital

yang secara terus-menerus menarik perhatian peneliti karena

permintaan-permintaan akan jasa telekomunikasi yang meningkat.

Pengkodean suara sudah menjadi suatu keperluan yang pokok karena adanya

pembatasanbandwidth pada kebanyakan sistem transmisi sinyal. Pengkodean

suara merupakan suatu penyajian digital sinyal suara dengan kode yaitu

menggunakan suatu nomor yang minimum dari bit-bit untuk mencapai

kualitas suara yang baik dan tetap memelihara kompleksitas. Pengkodean

suara mempunyai dua aplikasi utama yakni transmisi digital dan penyimpanan

(31)

mutu sinyal suara, atau untuk memperbaiki mutu suara pada suatu laju bit

tertentu.

3. Sinyal Suara Manusia (Sinyal Wicara)

3.1. Pembangkitan Sinyal Wicara pada Manusia

Speech (wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara lungs

(paru-paru), glottis (dengan vocal cords) dan articulation tract (mouth/mulut

dannose cavity/rongga hidung).

Gambar 1 menunjukkan penampang melintang dari organ wicara

manusia. Untuk menghasilkan sebuah voiced sounds (suara ucapan),

paru-paru lungs menekan udara melalui epiglottis, vocal cords bergetar,

menginterupsi udara melalui aliran udara dan menghassilkan sebuah

gelombang tekananquasi-periodic.

(32)

Impuls tekanan pada umumnya disebut sebagai pitch impulses dan

frekuensi sinyal tekanan adalah pitch frequency atau fundamental

frequency. Di dalam Gambar 2a sederetan impuls (fungsi tekanan suara)

dihasikan olehvocal cordsuntuk sebuah suara.

Ini merupakan bagian dari sinyal voice (suara) yang mendefinisikan

speech melody (melodi wicara). Ketika kita berbicara dengan sebuah

frekuensi pitch konstan, suara sinyal wicara monotonous tetapi dalam

kasus normal sebuah perubahan permanen pada frekuensi terjadi. Variasi

frekuensipitchdapat dilihat seperti pada Gambar 2b.

a. Sederetan impulse yang sama

b. Variasi pada frekuensi pitch

(33)

Impuls pitch merangsang udara di dalam mulut, dan untuk suara tertentu

(nasals) juga merangsang nasal cavity (rongga hidung). Ketika rongga

beresonansi, akan menimbulkan radiasi sebuah gelombang suara yang

mana merupakan sinyal wicara. Kedua rongga beraksi sebagai resonators

dengan karacteristik frekuensi resonansi masing-masing, yang disebut

formant frequencies. Pada saat rongga mulut dapat mengalami perubahan

besar, kita mampu untuk menghasilkan beragam pola ucapan suara yang

berbeda.

Di dalam kasus unvoiced sounds (suara tak terucap), exitasi pada vocal

tract lebih menyerupai noise (derau). Gambar 3 menampilkan proses

produksi suara-suara /a/, dan /f/. Untuk sementara perbedaan bentuk dan

posisi pada organarticulationdiabaikan saja.

a) pembangkitan ucapan /a/

b) pembangkitan ucapan /f/

(34)

2.2. Bentuk Sinyal Wicara dalam Domain Waktu

Sinyal wicara merupakan sinyal yang bervariasi lambat sebagai fungsi

waktu, dalam hal ini ketika diamati pada durasi yang sangat pendek (5

sampai 100 mili detik) karakteristiknya masih stasioner. Tetapi bilamana

diamati dalam durasi yang lebih panjang (>1/5 detik) karakteristik

sinyalnya berubah untuk merefleksikan suara ucapan yang keluar dari

pembicara [7].

Gambar 4. Contoh sinyal wicara ucapan “Selamat Datang”

Salah satu cara dalam menyajikan sebuah sinyal wicara adalah dengan

menampilkannya dalam tiga kondisi dasar, yaitusilence(S) atau keadaan

tenang dimana sinyal wicara tidak diproduksi, unvoice (U) dimanavocal

cord tidak berfibrasi, dan yang ketiga adalah voiced (V) dimana vocal

(35)

kerongkongan melalui mekanisme akustik sampai keluar mulut dan

menghasilkan sinyal wicara.

2.3. Proses Sampling

Berikut ini sinyal sinus:

x(t) = A cos(ωt +φ)... (1)

Sinyal tersebut merupakan contoh sinyal waktu kontinyu. Seringkali

digunakan terminologi sinyal analog untuk menyebutnya.

Untuk proses komputasi, sinyal waktu kontinyu harus dirubah menjadi

bentuk waktu diskrit dan dilanjutkan dengan proses digitalisasi. Untuk

memperoleh bentuk sinyal waktu diskrit, sinyal waktu kontinyu harus

di-sampel.

Gambar 5.Blok diagram konversi sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit

Sekuen x[n] didapatkan setelah proses perubahan dari continues to

discrete(C-to-D). Kondisi realnya secarahardwareadalah menggunakan

(36)

Gambar 6.Rangkaian Sampling

Rangkaian sampling diatas merupakan sebuah ujung tombak dari sebuah

analog to digital conversion(ADC).

Gambar 7. Blok diagram rangkaian ADC

Persyaratan frekuensi sampling menurut teorema Shannon harus sama

dengan atau melebihi 2 kali frekuensi sinyal yang di sample.

fs > 2xfi ... (2)

Jika sinyal informasi yang menjadi sample memiliki komponen frekuensi

beragam, misalnya untuk sinyal wicara memungkinkan untuk memiliki

frekuensi dari 20 sampai 4000 Hz, maka sinyal informasi tersebut bisa

dituliskan sebagai:

. ... (3)

(37)

fs > 2xfimax ... (4)

Frekuensi sampling seringkali dikatakan dengan terminology sampling

rate, yaitu jumlah sample yang diambil setiap detik, fs=1/Ts yang juga

dikenal sebagaiNyquist rate.

2.4. Energi Suatu Sinyal

Berikut ini sinyal sinus:

x(t) = A cos(2πt +φ) ... (5)

Bentuk persamaan (5) diatas merepresentasikan nilai magnitudo sinyal

sebagai fungsi waktu. Di dalam kondisi real seringkali dinyatakan dalam

besaran volt. Nilai x(t) dalam parameter yang umum untuk pengukuran

dinyatakan dalam V(t) yang menunjukkan nilai simpangan sinyal atau

magnitudonya pada suatu waktu t.

(38)

Sedangkan untuk besaran lain dari sinyal dalam hal ini daya dinyatakan

sebagai:

... (6)

Dalam hal ini nilai nilai R biasanya dinyatakan sebesar 1 Ω . Dan

parameter ini seringkali tidak dituliskan, sehingga persamaan 6 menjadi

lebih sederhana.

... (7)

Sedangkan besarnya energi dari suatu sinyal diketahui sebagai total daya

pada suatu durasi waktu tertentu. Dengan mengacu pada persamaan (6)

yang sudah dimodifikasi, maka dapat dinyatakan sebagai:

... (8)

dan energi rata-rata untuk suatu durasi tertentu T, dinyatakan sebagai

... (9)

Untuk sinyal sinus diatas dalam bentuk energi dapat diberikan seperti

(39)

Gambar 9.Sinyal sinus dalam bentuk energi

2.5. Energi Pada Sinyal Wicara

Untuk pengukuran nilai energi pada sinyal wicara harus melibatkan

fungsi window. Hal ini karena dalam pengukuran energi sinyal wicara

harus disusun dalam frame-frame tertentu. Ini merupakan standar dalam

teknologi speech processing, sebab secara umum dalam pengolahan

sinyal wicara akan berkaitan dengan sinyal dengan durasi yang terlalu

panjang bila dihitung dalam total waktu pengukuran. Fenomena ini juga

dikenal sebagaishort term speech signal energy.

Untuk menghitung energi sinyal wicara digunakan formulasi dasar seperti

(40)

... (10)

dimana:

E = Energi Sinyal

V(t) = Nilai Simpangan Sinyal (Magnitudo)

w(t) = Merupakan fungsi window seperti hamming, hanning,

bartlett, danboxcarr.

Panjang window dalam hal ini adalah m, untuk durasi dari t=0 sampai

t=T akan didapatkan window sebanyak n=T/m apabila tidak ada

overlappingantara window satu dengan yang lain.

Jika terjadi overlapping antara window satu dengan yang lain, misalnya

sebesar m/2, maka jumlah window dalam satu durasi T adalah sebanyak :

n = 1 + T/(m/2).

Untuk suatu pengamatan energi pada frame ke-k bentuk persamaan (10)

menjadi:

... (11)

dimana k akan menentukan posisi titik-titik window pada sinyal tersebut,

(41)

Gambar 10.Sinyal wicara

Dengan menggunakan model short time measurement dapat digunakan

untuk memilah bagian dari sinyal wicara yang merupakan voiced atau

unvoiced. Sebab pada umumnya unvoiced speech memiliki durasi yang

lebih pendek. Untuk pengukuran sinyal wicara menggunakan window

biasanya dipilih panjang window dengan durasi 10 s/d 20 mili detik.

Apabila menggunakan frekuensisamplingsebesar 16 KHz, maka nilainya

akan ekuivalen dengan sampel sebanyak 160 sampai 320 sampel setiap

(42)

Gambar 11.Segmen sinyal wicara ‘a’ dan window hamming 20 mili detik per frame window

2.6. Representasi Sinyal Wicara dalam Domain Waktu dan Domain Frekuensi

Salah satu cara untuk mencirikan sinyal wicara dan mereprensetasikan

suaranya adalah melalui representasi spectral. Cara yang paling popular

dalam hal ini adalah sound spectrogram yang mana merupakan suatu

bentukgray scale imageyang merepresentasikan nilai freukensi sinyal pada

(43)

Gambar 12. Bentukspectrogramdanwaveform“a-i-u-e-o”

Intensitas spectral pada suatu titik waktu ditunjukkan dengan tingkat

keabuan yang merupakan suatu bentuk analisis frekuensi particular dari

sinyal wicara yang sedang diamati. Perhatikan Gambar 12 pada nilai t =

1,5 detik. Tampak bahwa banyak nilai frekuensi muncul pada bagian

spectrogram-nya, ini sesuai dengan tampilan grafik domain waktu yang

menunjukkan simpangan gelombang pada waktu tersebut cukup tinggi

dan beragam. Sedangkan pada nilai t = 2,3 detik tampak spectrogram

menunjukkan sedikit sekali warna hitam, yang menunjukkan komponen

frekuensi yang muncul sangat sedikit, ini sesuai dengan bentuk

(44)

2.7.Discrete Fourier Transform(DFT)

Salah satu cara mentransformasi sinyal dari domain waktu ke dalam domain

frekuensi adalah dengan meggunakandiscrete fourier transform(DFT).

... (12)

Persamaan (12) diatas menyatakan bahwa sinyal akan periodik pada

setiap nilai N. Implementasi DFT dapat diwujudkan dengan sebuah Bank

Filter seperti Gambar 13 berikut ini.

(45)

Untuk mengoptimalkan proses komputasi, DFT bias dimodifikasi dengan

satu algorithma yang disebut sebagai fast fourier transform (FFT).

Dengan FFT proses komputasi bias direduksi dari N2 menjadi N log2 N.

Misalnya dengan menggunakan DFT akan melakukan transformasi

sebanyak N=1024 titik, maka diperlukan perkalian sebanyak N2 =

1.048.567. Sedangkan dengan menggunakan FFT perkalian yang

diperlukan sebanyak N log2N = 5120 perkalian.

Sebuah contoh hasil penggunakan algorithma FFT untuk system yang

lebih komplek adalah untuk mengolah sinyal wicara. Pada gambar 14

ditunjukkan sebuah hasil proses FFT untuk kalimat“a-i-u-e-o”.

(46)

4. Filter Pada Sinyal Suara

3.1. Filter IIR

Infinite inpulse response (IIR) dalam hal ini bukan berarti filter yang

bekerja dari nilai negatif tak hingga sampai positif tak hingga. Pengertian

sederhana untuk infinite impulse respon filter disini adalah bahwa output

filter merupakan fungsi dari kondisi input sekarang, input sebelumnya

dan output di waktu sebelumnya. Konsep ini kemudian lebih kita kenal

sebagairecursive filter, yang mana melibatkan proses feedback dan feed

forward. Dalam bentuk persamaan beda yang menghubungkan input

dengan output dinyatakan seperti persamaaan (13) berikut ini.

... (13)

dimana:

- {bk} koefisienfeed forward

- {al} koefisienfeed back

- banyaknya (total koefisien) = M+N+1

- N ditetapkan sebagai orde filter IIR

Untuk merealisasikan ke dalam sebuah program simulasi atau perangkat

keras maka bentuk persamaan diatas dapat disederhanakan ke dalam

(47)

Untuk implementasi sebuah low pass filter bersifat narrow-band

menggunakan sebuah filter IIR merupakan pilihan yang sangat sulit tetapi

masih mungkin dilakukan. Satu alasannya adalah penentuan orde yang

tepat sehingga menghasilkan bentuk yang tajam pada respon frekuensi

relative sulit. Pada domain unit circle bidang-z sering ditandai dengan

letakpole-poleyang ada diluar lingkaran, hal ini secara fisis memberikan

arti bahwa filter yang dihasilkan tidak stabil.

Gambar 15.Diagram blok Filter IIR

3.2. Filter FIR

Sebuah finite impulse respon filter (filter FIR) memiliki hubungan input

dan output dalam domain waktu diskrit sebagai berikut:

(48)

dimana:

-{bk}= koefisienfeed forward

- banyaknya (total koefisien) L = M + 1

- M ditetapkan sebagai orde filter FIR

Dalam realisasi diagram blok akan dapat digambarkan seperti pada

Gambar 16 berikut ini,

Gambar 16.Diagram blok FIR Filter

Untuk tujuan simulasi perangkat lunak dapat memanfaatkan fungsi

standar berikut ini: B = FIR1(N,Wn)

Ini merupakan sebuah langkah untuk merancang filter digital FIR dengan

orde sebesar N, dan frekuensi cut off Wn. Secara default oleh Matlab

ditetapkan bahwa perintah tersebut akan menghasilkan sebuah low pass

(49)

sepanjang (N+1) dan akan disimpan pada vektor B. Karena dalam domain

digital, maka nilai frekuensi cut off harus berada dalam rentang

0<Wn<1.0. Nilai 1.0 akan memiliki ekuivalensi dengan nilai 0,5 dari

sampling rate (fs/2).Yang perlu anda ketahui juga adalah bahwa B

merupakan nilai real dan memiliki fase yang linear. Sedangkan gain

ternormalisasi filter pada Wn sebesar -6 dB.

3.3. Filter Pre-Emphasis

Dalam proses pengolahan sinyal wicara pre emphasis filter diperlukan

setelah proses sampling. Tujuan dari pemfilteran ini adalah untuk

mendapatkan bentuk spectral frekuensi sinyal wicara yang lebih halus.

Dimana bentuk spectral yang relatif bernilai tinggi untuk daerah rendah

dan cenderung turun secara tajam untuk daerah fekuensi diatas 2000 Hz.

Gambar 17.Posisi FilterPre-Emphasispada sistem pengolah wicara

Filter pre-emphasis didasari oleh hubungan input/output dalam domain

waktu yang dinyatakan dalam persamaan seperti berikut:

(50)

dimanaamerupakan konstanta filterpre-emhasis, biasanya bernilai 0.9 < a < 1.0. Dalam bentuk dasar operator z sebagai unit filter, persamaan

diatas akan memberikan sebuah transfer function filter pre-emphasis

seperti berikut.

H(z) = 1

az

−1 ... (16)

Bentuk ini kemudian akan memberikan dasar pembentukan diagram blok

yang menggambarkan hubungan input dan output seperti pada Gambar

18.

Gambar 18.Diagram blokpre-emphasisfilter

Dengan memanfaatan perangkat lunak Matlab akan dengan mudah

mendapatkan bentuk respon frekuensi filterpre-empasis.

clear all;

w=0:.01:3.14;

a=0.93;

H=1-a*exp(-j*w);

plot(w/3.14,20*log10(abs(H)),'linewidth',2)

grid

(51)

xlabel('frekuensi ternormalisasi')

ylabel('magnitudo (dB)')

title('Pre-Emphasis filter')

Gambar 19. Respon frekuensi filter pre-emphasis

Dengan nilai a = 0,93 akan mampu melakukan penghalusan spectral

sinyal wicara yang secara umum mengalami penurunsan sebesar 6

dB/octav.

Pengaruh filter ini pada sebuah sinyal wicara dapat memanfaatkan

program dibawah ini.

clear all;

fs=10000;[x,fs]=wavread('a.wav');

xx=length(x)+1;x(xx)=0; alpha=0.96;

for i=2:xx

(52)

end

for i=1:xx

y(i) = x(i) - alpha*y0(i);

end

subplot(211)

t=1:xx;

plot(t/fs,y);legend('input');grid

xlabel('waktu (dt)'); ylabel('magnitudo');axis([0 0.7 -0.25

0.25]);

subplot(212)

plot(t/fs,y0); legend('output');grid

xlabel('waktu (dt)'); ylabel('magnitudo'); axis([0 0.7 -1

...1.5])

Hasilnya adalah berupa sebuah gambaran bentuk sinyal input dan output

dari file sinyal wicara’a.wav’ dalam domain waktu.

(53)

Sedangkan hasil yang didapatkan dalam bentuk domain frekuensi adalah

seperti berikut.

Gambar 21.Sinyal input dan output daripre-emphasisfilter dalam domain frekuensi

4. Analisa sinyal suara

4.1. Auto Korelasi Sinyal Wicara

Tujuan melakukan estimasi dalam domain waktu adalah untuk

mendapatkan nilai autokorelasi sinyal wicara. Nilai autokorelasi suatu

sinyal wicara akan menunjukkan bagaimana bentuk gelombang itu

membentuk suatu korelasi pada dirinya sendiri sebagai fungsi perubahan

waktu ke waktu. Bentuk-bentuk yang sama atau mirip pada setiap delay

waktu tertentu menunjukkan perulangan bentuk atau periodisitas pola

sinyal wicara. Dengan demikian akan dapat dilakukan estimasi nilai

(54)

Gambar 22. Sinyal wicara dalam bentuk gelombang, dan fungsi auto korelasi

4.2. AnalisaSpectralSinyal Wicara

Proses ekstraksi ciri sinyal wicara didasarkan pada sebuah diagram blok

yang cukup popular seperti berikut.

Gambar 23.Diagram blok extraksi ciri sinyal wicara.

Dengan mengikuti diagram blok diatas, akan didapatkan langkah-demi

(55)

analisys dari sinyal wicara, atau yang juga kita kenal sebagai power

spectral density (PSD) sebuah sinyal wicara pada durasi atau frame

tertentu. Dengan mengetahui bentuk PSD sinyal wicara kita akan mampu

melakukan ekstraksi ciri sinyal wicara tersebut.

Sebelum proses pada gambar diatas dilakukan sebelumnya melihat

gambaran sebuah sinyal wicara yang telah disimpan dalam bentuk file

a.wav”. Setelah didapatkan bentuknya dalam domain waktu seperti pada

gambar 24, selanjutnya melihatnya sebagai fungsi dari sampling. Dalam

hal ini bentuk sinyal wicara akan sesuai dengan urutan sampel yang ada.

Seperti kita lihat bahwa untuk nilai sampel ke-700 sampai dengan sampel

ke-8200, menunjukkan nilai magnitudo sinyal yang relatif stabil.

Selanjutkan dengan melakukan pembentukanframesebuah sinyal wicara

seperti pada gambar 25. Dengan melakukan windowing akan didapatkan

bentuk frame sinyal wicara terwindow seperti pada Gambar 25.

Sebelumnya harus sudah dipahami proses windowing yang dilakukan.

Dengan dapat diambil satu frame sinyal dari sampel ke-2000 sampai

dengan sampel ke 2480. Karena dalam satu frame terbentuk dari:

Sampel/frame = (sample/detik)*(detik/frame)

= 8000 * 0,02= 160 sampel/frame

Hal ini dilakukan dengan menetapkan bahwa satu frame sinyal wicara

(56)

Gambar 24.Sinyal wicara dalam domain waktu dan sebagai fungsi sample ke-n

Gambar 25.Satu frame sinyal wicara dalam domain waktu

Proses dilanjutkan dengan melakukan transformasi sinyal ke dalam

(57)

didapatkan nilai power spectral density (PSD) sinyal wicara seperti pada

gambar26.

Gambar 26.Power spectral densitysinyal wicara

4.3.CepstrumSinyal Wicara

Cepstrum (c(τ)) didefinisikan sebagai inverse transformasi Fourier pada

short-time nilai logarithmik spektrum amplitudo sebuah sinyal, |X(ω)|.

Jika log amplitudo spectrum tersusun dari banyak spasi harmonik yang

teratur, maka analisis Fourier pada spectrum ini akan menunjukkan sebuah

puncak yang berhubungan dengan jarak antar harmonisa tersebut, yang

juga dikenal sebagai frekuensi fundamental [2].

Dengan melakukan proses mengikuti diagram blok pada Gambar 23, maka

proses berkutnya adalah melakukan ifft nilai PSD yang sudah diperoleh. Proses ini menghasilkan sebuah nilai frekuensi dari sinyal wicara.

(58)

Gambar 27.Gambaran frekuensi sinyal wicara ”a.wav”

Langkah ini dilanjutkan dengan lifter window, yaitu proses pengambilan

sebagian saja dari nilaifrekuensisinyal wicara yang terdapat pada Gambar

27. Dalam hal ini dapat diambil kuefrensi sinyal 16 sampai 20 nilai

pertama yang muncul. Nilai ini sudah cukup representatif untuk

mendapatkan ciri dari sinyal wicara.

Yang terakhir adalah melakukan transformasi fourier pada hasil lifter

window yang selanjutnya akan menghasilkan sebuah cepstrumdari sinyal

(59)

Gambar 28.Perbandingan nilai psd dan cepstrum sinyal wicara ”a.wav”

Dari Gambar 28 diatas didapatkan gambaran bentuk cepstrum sinyal

wicara menunjukkan pola yang mirip dengan pola PSD. Disini tampak

bahwa bentuk cepstrum merupakan penghalusan dari bentuk PSD sebuah

sinyal wicara.

5.

Representasi Sinyal Dalam Domain Waktu Dan Domain Frekuensi

5.1 Penyajian Daerah Waktu

Analisa sinyal digital gelombang suara yaitu dengan memisahkan suara

voice dan unvoice. Untuk suara yang diucapkan, pembukaan dan

penutupan celah suara mengakibatkan satu rangkaian pulsa yang

berhubungan dengan celah suara. Proses eksitasi ini meliputi suatu

perilaku periodik, dimana masing-masing siklus opening dan closing

(60)

periode waktu. Suatu dawai pulsa berhubungan dengan celah suara yang

berurutan, yang dikenal sebagai pembangkitan pulsa, mengakibatkan suatu

bentuk gelombang eksitasi periodik. Satu contoh dari suara yang berisi

kata [ dia ] dapat dilihat pada gambar 29 [2].

Gambar29. perbandingan dari suara voice dan unvoice

5.2 Penyajian Daerah Frekuensi

Pada umumnya dapat dipahami bahwa saluran suara menghasilkan sinyal

suara berisi semua karakteristik-karakteristik filter [1]. Didalam persepsi

suara, telinga manusia secara normal bertindak sebagai suatu bank filter

dan menggolongkan isyarat-isyarat yang masuk kedalamnya sebagai

komponen-komponen frekuensi yang terpisah. Pada keadaan paralel

perilaku dari sistem persepsi suara manusia adalah sinyal suara terpisah

(61)

menjadi gelombang sinusoidal berdasarkan daerah frekuensi yang berbeda

secara serempak. Secara teknis, telinga manusia mampu mendengar sinyal

berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz, tergantung pada amplitudonya.

Bagaimanapun juga hal itu dikenal sebagai pendengaran paling sensitif

untuk frekuensi di sekitar 1 sampai 5 kHz [3]. Karenanya distorsi

amplitudo didalam bandwidth-bandwidth frekuensi tinggi lebih sedikit

yang dapat manusia dengar dibandingkan distorsi amplitudo yang sama

didalam daerah frekuensi rendah. Karena karakteristik ini, kinerja dari

teknik pengkodean CELP tidak hanya semata-mata berdasarkan pada nilai

kesalahan rata-rata (MSE). Ukuran MSE yang sesuai persepsi akan

dimasukkan untuk mengevaluasi kinerja dari pengkodean berdasar pada

kejelasan dan mutu sinyal yang direkonstruksi.

B.Codebook Excited Linear Prediction(CELP) 1. Pengertian CELP

Codebook Excited Linear Prediction (CELP) adalah salah satu teknik

pengkodean yang paling luas digunakan dengan kelas pengkode suara yang

didasarkan pada konsep dari LPC (Linear Prediction Coding). Peningkatannya

adalah bahwa pada suatu codebook, sinyal-sinyal eksitasi yang berbeda akan

dipelihara atau dipertahankan di encoder dan decoder. Encoder menemukan

indeks sinyal eksitasi paling cocok dan mengirimkannya kepada decoderyang

kemudian digunakan untuk reproduksi sinyal. Karenanya nama Codebook

(62)

Prinsip kerjanya adalah mendeskripsikan sinyal suara yang menjadi input

untuk diubah dalam bentuk bit-bit kode pada encoder, sinyal suara yang

masuk akan dieksitasi, yaitu membangkitkan sinyal pada codebook untuk

memperkecil derau dan noise suara yang akan dikirimkan pada decoder. Laju

bit yang digunakan pun lebih kecil agar dapat menghemat bandwidth pada

kanal transmisi.

Ada banyak varian dari CELP yang digunakan dalam berbagai

aplikasi-aplikasi. Low-DelayCELP (LD-CELP) danAlgebraic CELP (ACELP) secara

umum digunakan pada panggilan suara internet. Perbedaan utama di dalam

varian-varian ini adalah pembuatan sinyal eksitasi yang digunakan di dalam

dekoder beserta informasi yang lain untuk merekonstruksi sinyal suara.

Perbedaan-perbedaan lain meliputi di dalamnya adalah pengolahan sebelum

proses dan sesudah proses untuk menyaring pembentukan sinyal-sinyal asli

yang direkonstruksi dan untuk suatu kinerja yang lebih baik. Varian-varian ini

bekerja pada bit yang berbeda.

Hal yang pernah dilakukan pada pengembangan pengkodean CELP adalah

merancang dan menerapkan suatu pengkodean CELP dengan dasar

penerimaan sinyal suara manusia pada frekuensi 8 kHz dan keluaran bit yang

dikodekan pada 6,7 kbps. Laju bit keluaran dapat disesuaikan menurut

ketentuan saluran dan kualitas suara yang diinginkan. Kode itu dapat juga

diberlakukan bagi sinyal suara manusia yang lebih tinggi dibanding 8 kHz

sampai 16 kHz tetapi hal itu memerlukan suatu perubahan yang kecil dan

(63)

frekuensi mengubah dari 160 sample ke 320 sample dengan demikian

panjangnyaframeperlu untuk disesuaikan.

Suatu diagram blok dari pengkodean CELP analisa oleh sintesis ditunjukkan

di dalam gambar 30. Pengkodean ini disebut analisa oleh sintesa karena

mengkodekan sinyal suara padadecoderdengan menganalisa suara dienkoder

kemudian menemukan parameter-parameter yang memperkecil energi dari

sinyal yang tidak dikehendaki. Pertama-tama analisa LP (Linear Prediction)

digunakan untuk memprediksi sistem vokal yang berkenaan dengan tanggapan

suara pada setiap frame. Kemudian suara hasil penggabungan di enkoder

dengan menkhususkan filter untuk sistem suara vokal. Perbedaan antara suara

yang sintetik dan sinyal suara manusia yang asli menghasilkan suatu

perbedaan yang merupakan kesalahan sinyal, yang secara spektral

diasumsikan untuk memprioritaskan frekuensi sinyal yang penting dan

kemudian diperkecil oleh pengoptimalan sinyal eksitasi. Urutan-urutan

eksitasi optimal dihitung dengan empat blok di dalam durasi frame, hal itu

dimaksudkan agar eksitasi lebih sering dibaharui dibanding filter sistem suara.

Di dalam implementasi durasi frame 20 ms digunakan untuk analisa saluran

suara (160 sample satu tingkat sampling 8 kHz) dan 5 ms block durasi (40

(64)

Gambar 30. Block diagram CELP

Keterangan:

a = koefisien linear prediksi

G = penguatan

b = koefisien filter nada

P = delay nada

(65)

Gambar 31. Prinsip kerja CELP

Semua kalkulasi dilakukan atas kondisi awal yang menunjukkan kondisi

kosong untuk filter-filter pada permulaan masing-masing subframe.

kondisi awal diperhitungkan oleh perhitungan pertama yaitu tidak

adanya masukan untuk filter-filter dan kemudian mengurangi

perhitungannya dari sinyal suara ujaran yang dimaksudkan sebelum

pengulangan pencarian tertutup [4].

2. CODEBOOK

Codebook yang digunakan pada encoderdan decoderharus sama. berikut

ini adalahcodebookyang paling umum digunakan:

2.1 Codebookstokastik

Yang berisi bentuk gelombang gaussian yang acak, mempunyai suatu

(66)

memiliki ketentuan didalam coder dan didalam decoder yang dikenal

dengan sebuah priori. Tiap code-vektor mengandung 160 sampel.

Codebookstokastik mengandung 1082 nilai acak dengan pengaturan

{-1, 0, +1} dengan probabilitas {0.{-1, 0.8, 0.1}. nilai k memiliki interval

0≤ k ≤ 511 yang membutuhkan 9 bits.

2.2 CodebookAdaptif

Codebook adaptif berisi hasil perubahan dari satu subframe ke

subframe yang lain dan bergantung pada sinyal wicara yang

dikodekan. Isi dari codebook ini tidak terlalu diprioritaskan. Tujuan

dari codebook adaptip adalah untuk mengambil perhitungan dari

waktu periodik suatu sinyal suara.

Karena bunyi bersuara seperti huruf hidup, vokal merupakan suatu

periode waktu dengan suatu L (nada) dengan periode waktu tertentu,

hal itu menunjukkan bahwa eksitasi terbaik yang diberikan kepada

subframe harus tertutup bagi eksitasi terbaik L yang diperoleh

sebelumnya. Jika eksitasi-eksitasi yang lampau bertahan dalam

memori, sinyal suara akan dipancarkan kepada decoder dengan nilai

dari L dan nilai dari suatu penguatan diasumsikan pada eksitasi yang

sebelumnya.

Decoder harus menjaga sinyal eksitasi-eksitasi yang sebelumnya.

Memori yang berisi eksitasi-eksitasi itu disebut codebook adaptip.

Nilai L disebut kelajuan dalam standar HR GSM. Biasanya, L dihitung

(67)

sample, dan delay yang kecil atau kelajuan bit rendah yang digunakan.

Kelajuan itu diperbaharui untuk masing-masing subframe. Biasanya

yang dihitung dalam dua langkah:

1. Langkah yang pertama adalah metoda penilaian nada open loop

klasik.

Dengan pemrograman dinamik untuk mengoreksi kekuatan

diskontinuitas-diskontinuitas antarasubframe.

2. Langkah yang kedua adalah pencariancodebook adaptip.

Yaitu melaksanakan suatu pencarian yang bersifat close loop

dengan pendekatan analisa oleh sintesis untuk memperbaiki

hasil-hasil yang didapat dari pencarianopen loop.

Pemecahan optimal yang digunakan adalah dengan pencarian

berulang-ulang. Pencarian berulang-ulang dimaksudkan untuk menemukan solusi

terbaik pada suatu codebook yang pertama, mengurangi suara sintetik

yang diperoleh dengan suara asli untuk memperoleh suatu perbedaan

sinyal dan kemudian mencari solusi terbaik pada codebook yang kedua

untuk mendekati perbedaan vector, dan seterusnya secara

berulang-ulang. Pendekatan berulang-ulang ini dapat ditambahkan oleh codebook

(68)

3. Persepsi Kriteria Suara

Persepsi kriteria suara merupakan penyembunyian elemen sinyal yang

artinya suatu frekuensi amplitudo yang kuat dapat menyembunyikan

sebuah sinyal yang memiliki amplitudo kecil.

Dengan persepsi kriteria suara dari suatu spektrum suara dapat

menyembunyikan noise yang ditimbulkan oleh pengkodean. Persepsi

kriteria suara adalah suatu galat kuadrat rata-rata di dalam daerah spektral.

Perbedaan antara spektrum dari suara sintetik dan suara asli dilambangkan

oleh suatu fungsi W(f). Fungsi besar Spektral noise W(f) adalah kecil untuk

frekuensi asli yang memiliki spektrum yang kuat, dan akan besar bila

spektrum suaranya lemah.

Dalam praktek W(f) berasal dari filter sintese 1 A (f) yang menunjukkan

spektrum dalam satu frame. Suatu penyelesaian klasik adalah:

(17)

Fungsi pengukuran spektral ini diterapkan didalam daerah sementara oleh

penyaringan perbedaan sinyal antara suara sintetik dan asli dengan filter

W(z). Lalu rata-rata kesalahan dihitung dari perbedaan yang disaring.

(69)

... (18)

Dimana:

vi(n) adalah ith codebook bentuk gelombang yang disaring oleh produk

dari filter sintesa dan fungsi pengukuran (H(z)), dan

s(n) adalah penyaringan bentuk gelombang suara tanpa memori oleh

fungsi pengukuran W(f).

Memori sedikit berarti masukan kosong tanggapan filter dari H(z) sudah

dikurangi dari ukuran sinyal wicara.

Fungsi pengukuran lain dapat ditambahkan pada W(f) di dalam kasus

pengukuran sinyal suara. Karena bunyi suara bersifat berkala dengan

sebuah periode L yang merupakan periode dasar, spektrum tersebut

memperlihatkan ruang yang secara teratur dan selaras dari nada

frekuensi fe/L (fe adalah frekuensi sampling).

Suatu filter C(z) digunakan dengan W(z) untuk menyembunyikan suara

noise di bawah periode sinyal yang dipersepsikan. C(z) disebut filter

pengukur suara noise yang harmonik. Secara Sederhana C(z)

(70)

... (19)

di mana L bisa merupakan bernilai kecil.

C(f) memiliki periode fe/L sepadan dengan frekuensi nada. Yang

merupakan frekuensi minimum dari frekuensi suara.

4. Perhitungan MSE dan SNR

Simulasi menghasilkan bahwa pada suara hasil teknik pengkodean CELP

mempunyai karakteristik tidak jauh berbeda dari karakteristik suara asli.

Hal ini diketahui dengan adanya kemiripan bentuk amplitude (Magnitudo)

suara asli dengan suara rekonstruksi sesuai hasil simulasi. (pada halaman

sebelumnya) dan kualitas suara yang mirip berdasarkan pendengaran.

Kemudian untuk lebih mendukung hal tersebut diatas maka dilakukan

analisis berdasarkan penghitungan objektif pada perangkat lunak

MATLAB menggunakan metode MSE (Mean Squared Error) dan SNR

(Signal To Noise Ratio). Analisis dilakukan sepanjang sampel suara

dimana berdurasi 3 sampai 4 detik dengan frekuensi sampling sebesar

8000 Hz.

Secara umum analisis MSE merupakan pengukuran tingkat kesalahan dari

suatu sistem sesuai dengan rumus [10] seperti persamaan (20) pada

(71)

... (20)

Dimana;

s(n) : sinyal suara asli

s’(n) : sinyal suara rekonstruksi

n : banyaknya data

MSE tidak mempunyai besaran nilai. Suatu sistem dikatakan

mempunyai kinerja yang baik apabila nilai MSE mendekati nol (≤ 0)

atau dapat dikatakan tidak ada nya kesalahan pada sistem tersebut.

Kemudian pada analisis SNR diberi perlakuan yang sama seperti pada

analisis MSE sesuai rumus yang berlaku [10] seperti pada persamaan

(21):

... ... (21)

Dimana;

s’(n) : Sinyal suara rekonstruksi

(72)

dimana SNR mempunyai besaran decibel. Desibel adalah besaran

relative yang mengacu pada pendengaran manusia dan merupakan salah

satu cara yang tepat dalam mengetahui penguatan dari suatu sistem

dengan menampilkan perbandingan antara dua sinyal [9]. Dalam hal ini

ditetapkan agar nilai yang dihasilkan mempunyai persentase cukup

besar, dengan demikian sistem mempunyai kinerja cukup baik dalam

(73)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemodelan dan simulasi

terhadap pemrosesan sinyal suara dengan teknik pengkodean CELP

menggunakan program Matlab. Metode ini digunakan karena merupakan

suatu metode yang praktis dan cukup menghemat biaya karena semua

parameter-parameter yang dibutuhkan serta hasil yang diinginkan dapat

langsung dimodelkan dengan menggunakan suatu perangkat lunak komputer.

Pada proses pengkodean sinyal suara sangat diperlukan sinyal suara itu

sendiri, dalam penelitian dilakukan proses perekaman yang akan menjadi

sampel suara padacodebook yang merupakan bagian dari pengkodean CELP.

Sinyal suara yang dikodekan adalah sinyal suara yang bekerja pada frekuensi

antara 8 kHz. Sinyal suara yang didapat dipecah menjadi sinyal suara vokal

dan konsonan.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratotium Terpadu Teknik Telekomunikasi

Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung yang membahas analisa dan

simulasi pemrosesan sinyal suara dengan mengunakan teknik pengkodean

(74)

C. Jadwal Kegiatan

yang ter-install software Matlab sebagai program untuk mensimulasikan

penelitian yang dilaksanakan, dan sebuah microphone yang digunakan untuk

(75)

E. Tahapan Penelitian

Untuk memudahkan analisis dan pembahasan maka penelitian dibagi ke dalam

beberapa tahapan yaitu:

a) Studi pustaka dan literatur tentang teori yang menunjang penelitian

b) Menganalisa masalah yang berkaitan dengan teknik pengkodean CELP

c) Pembuatan rancangan algoritma pengkodean sinyal suara dengan

pengkodean CELP.

Rancangan algoritma ini dibuat untuk menentukan efektifitas penggunaan

metode penggunaan pengkodean CELP untuk pemrosesan sinyal suara

yang secara efektif dapat mengkodekan sinyal suara pada bit-bit rendah.

d) Pembuatan model simulasi Matlab untuk simulator.

Dalam tahap ini dilakukan penentuan parameter apa saja yang harus

diperhatikan dalam pemrosesan sinyal dengan pengkodean CELP dan

mengkorelasikannya dengan variabel-variabel yang terdapat dalam

program Matlab sehingga dapat dilakukan pensimulasian dari kinerja

CELP tersebut pada program Matlab.

e) Simulasi pemrosesan sinyal dengan pengkodean CELP.

Simulasi pemrosesan sinyal dengan pengkodean CELP dilakukan dengan

menjalankan simulator Matlab yang telah dibuat dan menampilkan

(76)

pemrosesan sinyal dengan pengkodean CELP sebagai metode untuk

pengkodean suara pada bit-bit rendah yang bekerja secara efektif.

F. Bagan Alir Penelitian

Untuk memudahkan penelitian ini maka disusunlah prosedur kerja sebagai

urutan langkah-langkah penelitian. Dalam penelitian ini, maka langkah awal

yang dilakukan penulis yaitu melakukan studi pustaka dan literatur buku

maupun jurnal dari berbagai sumber yang mendukung. Setelah didapatkan

literatur yang mendukung penelitian maka dilakukan pembuatan skenario

mengenai algoritma pengkodean sinyal suara dengan teknik pengkodean

CELP yang dilanjutkan dengan pembuatan model simulasi yang dibutuhkan

Gambar

Gambar 2. Sederetan impuls dan pitch pada sinyal wicara
Gambar 3. Proses produksi suara
Gambar 4. Contoh sinyal wicara ucapan “Selamat Datang”
Gambar 8. Contoh sinyal sinus dengan frekuensi 200 Hz
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gong pada awal bagian yang berbunyi secara bersamaan dengan gender seperti gambar dibawah merupakan simbolisasi dari hal yang transenden bagaimana hal tersebut

Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak, Maka dengan

Reviewing book does not mean to bring the printed The Baker Pocket Guide To New Religions By Nigel Scotland Created innovation has actually allowed you to read only the soft

.bagi orang-orang yan^ berlainan kewarganegaraan yang melakukan perkawinan campuran, dapat memper- oleh kewarganegaraan dari suami atau istrinya dan dapat pula

Oleh karena itu bumi perkemahan Sandi Yudha Universitas Sriwijaya dapat menjadi pilihan wisata kabupaten Ogan Ilir karena dengan penerapan pendekatan arsitektur

Diperolehnya nilai ketahanan gosok yang sangat baik disebabkan morin yang terkandung dalam larutan ekstrak kayu nangka telah berikatan dengan serat sutera

Sebelum anda mulai membuat sketch dan meng-unggah ke pengendali mikro, terlebih dahulu anda pastikan bahwa arduino telah dihubungkan dengan PC/ laptop menggunakan kabel

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan Hukum Internasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari Deklarasi Stockholm, yang terdapat dalam prinsip 4, 13,