• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Tenaga Listrik1 2.1.1 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Tenaga Listrik1 2.1.1 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Distribusi Tenaga Listrik1

2.1.1 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik

besar sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1)

pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2)

merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan

pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani

langsung melalui jaringandistribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan

tegangan dari 1 1 k V sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk

dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV

kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya

listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah

sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila

nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga

kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan

lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk

distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik

dilakukan oleh saluran distribusi primer.

Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil

tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem

tegangan rendah,yaitu 220/380Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi

1

(2)

sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi

merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan

setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang

sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:

berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan- perlengkapannya,

selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi

beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini

diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila

ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik

beban,terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

2.1.2 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta

pembatasan-pembatasan:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission),bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan

rendah

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa

porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat

dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu

(3)

Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:

a. SUTM

terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan

per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.

b. SKTM

terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan

lain-lain.

c. Gardu trafo,

terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel,

pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan

grounding, dan lain-lain.

d. SUTR dan SKTR

terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM. Yang

membedakan hanya dimensinya.

2.2. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

2.2.1. Menurut nilai tegangannya:

a. Saluran distribusi Primer

.Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo

substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan

menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani

(4)

b. Saluran Distribusi Sekunder

Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik

cabang menuju beban.

2.2.2 Menurut bentuk tegangannya:

a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.

b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan

bolak-balik.

2.2.3 Menurut jenis/tipe konduktornya:

a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support (tiang) dan

perlengkapannya, dibedakan atas:

- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.

- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.

b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel

tanah (ground cable).

c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan

kabel laut (submarine cable)

2.2.4 Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:

a.Saluran Konfigurasi horisontal:

Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip

terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horizontal.

b.Saluran konfigurasi Delta:

(5)

2.3 Gardu Induk2

Gardu Induk adalah komponen sistem tenaga yang berfungsi sebagai pusat

penyaluran (transmisi) yang menghubungkan sistem transmisi tegangan tinggi

dengan saluran.

– Saluran dan gardu.

– Gardu distribusi.

Gardu Induk memiliki beberapa fungsi, antara lain :

1. Mentransformasikan daya listrik :

- Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500kV/150kV).

- Dari tegangan tinggi ketegangan yang lebih rendah (150kV/70kV).

- Dari tegangan tinggi ketegangan menengah (150kV/20kV,70kV/20kV).

2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari system

tenaga listrik.

3. Pengaturan pelayanan beban dari gardu induk–gardu induk lain melalui

tegangan tinggi dan ke gardu – gardu distribusi setelah melalui proses

penurunan tegangan melalui penyulang – penyulang (feeder – feeder)

tegangan menengah yang ada di gardu induk.

4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang

kita kenal dengan istilah SCADA.

Jenis Gardu Induk terbagi menjadi 3,yaitu :

1. Berdasarkan Lokasi.

a. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)

Gardu listrik yang mendapat daya dari Saluran Transmisi Tegangan

Ekstra Tinggi (SUTET) atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

untuk kemudian menyalurkannya ke GITET atau GITT lain melalui

SUTET atau SUTT Lain.

2

(6)

b. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) Gardu listrik yang mendapat

daya dari Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) atau

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Sub Transmisi

Tegangan Tinggi untuk kemudian menyalurkannya ke daerah beban

melalui saluran keluar (penyulang) distribusi.

2. Berdasarkan Tempat Peralatan

a. GI Pasangan Dalam.

Gardu listrik sebagian besar peraltannya (switchgear,isolator dan

sebagainya) di pasang di dalam gedung (ruang tertutup).

b. GI Pasangan Luar..

Gardu listrik dimana semua/sebagian besar perlatannya ditempatkan

diluar/udara terbuka.

3. Berdasarkan Media Isolasi

a. AIS.

Gardu listrik konvesional dengan menggunakan udara sebagai media

isolasi antar peralatan yang bertegangan (Air Insulated

Switchgear/AIS). Semua / sebagian besar perlatan ditempatkan di

udara terbuka.

b. GIS.

Gardu listrik yang menggunakan gas sebagai media isolasi antar

peralata yang bertegangan (GIS = Gas Insulated Switchgear).

Semua / sebagian besar peralatannya ditempatkan didalam media yang

diisolasi dengan menggunakan gas SF6.

2.4 Penyulang

Penyulang/feeder merupakan saluran yang menghubungkan gardu induk

dengan gardu distribusi. Penyulang sendiri dalam menyalurkan arus listrik harus

memiliki penghantar jaringan yang baik. Penghantar jaringan ini sendiri adalah

suatu kawat penghantar berupa tembaga, alumunium, alumininum cmpuran,

(7)

berlapis aluminium, baik itu hantara udara / hantaran bawah tanah, dimana

hantaran ini berfungsi untuk menghantarkan arus berupa tenaga listrik yang

disuplai dari pusat pembangkit tenaga listrik.

A. Single Line Penyulang – Penyulang Gardu Induk Boom Baru

GCB SF6 1600 A/31.5 KA 1600 A

1000-2000/5 A

600/5A TRAFO DAYA UNINDO 30 MVA 1

70/20 KV ONAN/ OFAF

YNyn0 – Imp. 11,37%

20

√3 0.1

√3 0.1

√3KV

20 KV 20 √3 0.1 √3 0.1 √3 20 KV

630 A 630 A

GCB SF6 2000 A/31.5 KA

VCB 2500 A/25 KA

NGR 40 Ohm 300 A 200-400/ 5 A DURIAN GCB SF6 1250 A/ 31,5 KA FUSE PT BUS GCB SF6 1250 A/ 31,5 KA 200-400/ 5 A GCB SF6 630 A/ 31,5 KA 200-400/ 5 A APEL GCB SF6 630 A/ 31,5 KA 200-400/ 5 A BELIMBING GCB SF6 630 A/ 31,5 KA 200-400/ 5 A ZAITUN GCB SF6 630 A/ 31,5 KA VCB 2000 A/ 25 KA PS GI STARLITE 100 KVA 20/0.4 KV 200-400/ 5 A MARKISA GCB SF6 630 A/ 31,5 KA 200-400/ 5 A MELON GCB SF6 630 A/ 31,5 KA 20 KV 200-400/ 5 A GCB SF6 630 A/ 31,5 KA GCB SF6 630 A/ 31,5 KA KOPEL 20 KV 20 KV GCB SF6 630 A/ 31,5 KA SPARE INTERBUS 20 KV GCB SF6 1600 A/31.5 KA 1600 A

600/5A TRAFO DAYA ABB 30 MVA 2 70/20 KV

ONAN

YNyn0 – Imp. 12.3 %

NGR 40 Ohm 300 A VCB SF6 630 A/ 31,5 KA VCB SF6 630 A/ 31,5 KA VCB SF6 630 A/ 31,5 KA VCB SF6 630 A/ 31,5 KA

KURMA DELIMA MANGGA KOPEL

20 KV KOPEL 20 KV 200-400/ 5 A 200-400/ 5 A 200-400/ 5 A 200-400/ 5 A 200-400/ 5 A 200-400/ 5 A 1000-2000/5 A PT BUS

(8)

B. Single Line Penyulang - Penyulang Gardu Induk Sungai Juaro PS GI STARLITE 100 KVA 20/0.4 kV 2 0 √ 3 0 .1 √ 3 0.1 √ 3 KV

BUS BAR II 70 KV

400-800/ 5 A VCB 800 A/ 24 KA VCB 800 A/ 24 KA 400-800/ 5 A KIKIM OCB 800 A /12,5 KA 800 A

1000-20000 /5 A VCB 2000 A /24 KA

SCHNEIDER ELECTRIC Pix 24

10 KA 150-300/

5-5A

TRAFO DAYA XIAN 20 MVA 2

70/20 KV – ONAF

YNyn0 – Imp. 10,25% NGR 40 Ohm

300 A 20 KV FUSE 20 KV VCB 630 A/ 20 KA 200-400/ 5 A BBVT + E

ENIM KOPEL 20 KV

(9)

2.5 Daya Listrik3

Daya listrik ini adalah hasil perkalian antara tegangan dan arus serta

diperhitungkan juga faktor kerja, daya listrik ini dibagi dalam jenis daya sebagai

berikut, antara lain :

1. Daya Semu.

Daya semu adalah adalah daya yang lewat pada suatu saluran

transmisiatau distribusi, tegangan lewat pada saluran dikali dengan arus yang

lewat pada saluran. Daya semu untuk satu phasa dan tiga phasa adalah sebagai

berikut :

Sıø = V . I ... (2.1)

S3ø = √3 . V . I ... (2.2)

Dimana : V = Tegangan (volt)

I = Arus yang mengalir (ampere)

Sıø = Daya semu satu phasa (VA, KVA, MVA)

S3ø = Daya semu tiga phasa (VA, KVA, MVA)

2. Daya Aktif (Daya Nyata).

Daya aktif adalah yang terpakai untuk keperluan menggerakkan peralatan

mesin atau mekanik, dimana daya tersebut dapat diubah menjadi panas, inilah

yang disebut daya nyata (daya aktif). Daya aktif ini merupakan pembentukan dari

besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan besaran arus dan faktor daya.

Daya aktif untuk satu phasa dan tiga phasa adalah sebagai berikut :

Pıø = V . I . Cos ϕ ... (2.3)

P3ø=√3 . V . I . Cos ϕ ... (2.4)

(10)

Dimana : V = Tegangan (volt/kilovolt)

I = Arus yang mengalir (ampere)

Pıø = Daya aktif satu phasa (VA, KW, MW)

P3ø = Daya aktif tiga phasa (VA, KW, MW)

3. Daya Reaktif (Daya Buta).

Daya ini merupakan selisih antara daya semu yang masuk dalam saluran

dengan daya aktif yang terpakai untuk daya mekanik panas. Daya reaktif untuk

satu phasa dan tiga phasa adaalah sebagi berikut :

Qıø = V . I . Sin ϕ ... (2.5)

Q3ø = √3 . V . I . Sin ϕ ... (2.6)

Dimana : V = Besar Tegangan (volt, kilovolt, megavolt)

I = Besar kuat arus (ampere)

Qıø = Daya reaktif satu phasa (VAR, KVAR, MVAR)

Q3ø = Daya reaktif tiga phasa (VAR, KVAR, MVAR)

Dari ketiga jenis daya di atas, yaitu daya semu (S), daya aktif (P), dan

daya reaktif (Q) maka dari ketiga jenis daya ini dapat digambarkan dalam bentuk

hubungan segitiga daya pada gambar di bawah ini :

(11)

2.6 Resistansi4

Resistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab yang terpenting dari

rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain,maka

yang dimaksudkan dengan istilah resistansi adalah resistansi efektif.Resistansi

efektif dari suatu penghantar adalah :

R= Rugi Daya Pada Penghantar 

I2

Di mana daya dinyatakan dalam watt dan I adalah arus rms pada

penghantar dalam ampere. Resistansi efektif sama dengan resistansi arus searah

(dc) dari saluran jika terdapat distribusi arus yang merata (uniform) di seluruh

penghantar

Resistansi dc diberikan oleh rumus di bawah ini :

Rø = ρ.𝓁 / A

Dimana : ρ = Resistivitas Penghantar

𝓁 = Panjang

A = Luas Penampang

Perubahan resistansi penghantar logam dengan berubahnya suhu boleh

dikatakan linear pada batas-batas pengoperasian yang normal.

2.7 Jenis-Jenis Losses

Losses ini sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bisa

berdasarkan sifat dari losses tersebut (losses teknik dan non teknik), maupun

berdasarkan tempat terjadinya (losses transmisi, losses transformator, dan losses

distribusi).

4

(12)

1. Losses Teknik.

Yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan karena

didesipasikanmenjadi energi panas, yaitu losses I² R . t (kWH).

2. Losses non teknik.

Yaitu energi listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan, tetapi tidak terekam

sebagai penjualan (tidak terekam oleh alat pembaca pemakaian tegangan

oleh konsumen, atau disebut KWH meter).

2.8 Rugi-Rugi Saluran5

Rugi – rugi saluran ini terjadi karena adanya pengaruh dari resistansi (R)

dan reaktansi (X). Rugi – rugi saluran ini dibedakan menajdi 2 yaitu :

2.8.1 Rugi-Rugi Tegangan

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen

yang letaknya berjauhan selalu terjadi kerugian. Kerugian tersebut meliputi

kerugian daya listrik dan tegangan. Hal ini disebabkan saluran distribusi

mempunyai hambatan, induktansi dan kapasitansi. Nilai kapasitansi saluran

distribusi biasanya kecil sehingga dapat diabaikan.

Untuk menentukan rugi-rugi tegangan distribusi primer dengan sistem

pendekatan seperti pada diagram phasor tersebut diatas, yaitu dengan

mengasumsikan bahwa sudut antara Vs dan Vr mendekati nilai 0 sehingga dengan

demikian Vs dan Vr tersebut berimpit, maka didapatkan :

Vd = I (R cos ø + X Sin ø) ... (2.7)

Untuk sistem tiga phasa dan panjang saluran maka persamaan menjadi :

Vd = S x 𝓁 / V X P / Cos ø ( R cos ø + X Sin ø) ... (2.8)

Karena :

I= P3phasa / √3 x V x Cos ø ... (2.9)

Karena :

5

(13)

S = P / Cos ø ... (2.10)

Maka :

Vd = S x 𝓁 / V (R.Cos ø + X.Sin ø) ... (2.11)

Dimana :

P = Daya nyata (Watt)

I = Arus (Ampere)

S = Daya Semu (Volt Ampere)

V = Tegangan Kerja (Volt)

Vd = Drop Tegangan ( Volt)

R = Resistansi Saluran (Ohm)

X = Reaktansi saluran (ohm)

ø = Sudut phasa

𝓁 = panjang saluran (meter)

Besarnya persentase rugi-rugi tegangan pada saluran distribusi primer

dengan mengambil referensi pada tegangan pengirim maka didapatkan

persamaan:

Vd = P x 𝓁 / V2 ( R Cos ø + X Sin ø) x 100 % ... (2.12)

Atau

Vd = S x 𝓁 / V2 ( R Cos ø + X Sin ø) x 100 % ... (2.13)

Karena :

%Vd = Vd / V x 100 % ... (2.14)

2.8.2 Rugi-Rugi Daya6

A. Pengantar Umum Mengenai Rugi – Rugi Daya

Daya listrik yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo distribusi ke

pemakai mengalami rugi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan karena saluran

distribusi mempunyai tahanan, induktansi, dan kapasitas. Karena saluran

6

(14)

distribusi primer ataupun sekunder berjarak pendek maka kapasitas dapat

diabaikan.

Kerugian daya pada jaringan distribusi dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain :

1. Kerugian akibat pelembekan.

Pelembekan logam perpengaruh terhadap sedikit pada semua suhu dan

merupakan fungsi suhu dan waktu. Bersamaan dengan penurunan batas tegangan

tarik pada keadaan komulatif. Pelembekan yang terlihat dan kerugian tegangan

tarik tidak berpengaruh jika penghantar dalam batas yang dianjurkan.

Pada keadaan tertentu harga – harga pada suatu tingkat umur yang ditaksir

dapat ditentukan. Untuk para ahli perlu mengetahui hubungan antara suhu kerja,

waktu suhu kerja dan penurunan kekuatan penghantaryang bersangkutan.

2. Kerugian akibat panas.

jika suatu penghantar dialairi arus listrik secara terus – menerus maka akan

menimbulkan panas, panas ini timbul akibat energi listrik yang mengalir pada

penghantar tersebut. Semakin lama arus tresebut mengalir maka semakin panas

penghantar tersebut dan semakin banyak energi listrik yang hilang karena energi

tersebut berubah menjadi panas. Hal inilah yang merugikan karena jika energi itu

hilang maka tegangan pada ujung penghantar tersebut akan berkurang. semakin

banyak energin yang menjadi panas maka semakin banyak tegangan yang

menghilang.

3. Kerugian akibat Jarak.

jarak sangat berpengaruh pada keandalan jaringan karena semakin jauh atau

semakin panjang penghantar listrik tersebut maka akan banyak tegangan listrik

yang menghilang karena penghantar itu saendiri memiliki hambatan atau tahanan,

jadi karena jarak penghantar sangat jau dari sumber atau pembangkit maka nilai

hambatan penghantar itu sendiri akan mengurangi tagangan yang mengalir pada

penghantar tersebut.

(15)

Arus listrik yang mengalir dalam penghantar selalu mengalami tahanan dari

penghantar itu sendiri, besarnya tahanan tergantung bahannya.

5. Tegangan.

Semakin besar tegangan pada suatu saluran maka semakin kecil arus pada

saluran tersebut. Sedangkan arus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya rugi-rugi daya pada suatu saluran.

Daya listrik yang dikirim dari sumber pembangkit listrik ke beban akan

mengalami rugi-rugi, disamping rugi tegangan maka akan didapat pula rugi daya

yaitu sebesar daya nyata yang hilang dengan persamaan :7

Ploss = 3. I2. R ... (2.15)

Dimana :

I= P / √3 x V x Cos ø ... (2.16)

Maka :

P = 3 (P / √3 x V x Cos ø)2 R x 𝓁 ... (2.17)

P = 3 (P2 / √3 x V2 x Cos2 ø)2 R x 𝓁 ... (2.18)

P = 3 (P2 / 3 x V2 x Cos2 ø) R x 𝓁 ... (2.19)

Karena itu persamaan tersebut menjadi :

Ploss = (P2 / V2 x Cos2 ø) R x 𝓁 ... (2.20)

Karena :

S = P / Cos ø ... (2.21)

Maka :

Ploss = S2 x R x 𝓁 / V2 ... (2.22)

Jika besar kerugian daya telah diperoleh maka besar % kerugian daya

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

% Ploss = Ploss / P x 100 % ... (2.23)

Dimana :

PLoss = Rugi-Rugi Daya (Watt)

P = Besar Daya yang disalurkan (W,KW,MW)

V = Tegangan Kerja (Volt)

7

(16)

I = Arus (Ampere)

S = Daya semu yang disalurkan (VA)

𝓁 = Panjang Saluran (meter)

2.9 Kapasitas Transformator8

Penentuan kapasitas dari sebuah transformator harus berdasarkan beban

yang dilayani. Dalam hal ini persentasi pembebanan transformator harus

mendekati 80% kapasitas transformator. Transformator umumnya mencapai

efisiensi maksimum (rugi – rugi trafo minimum). Adapun untuk menghitung

kapasitas transformator dengan menggunakan persamaan :

X = S / P x 100 % ... (2.24)

Dimana : X = Kapasitas Transformator

S = Daya semu yang disalurkan (VA)

P = Besar Daya yang disalurkan (W,KW,MW)

8

Sampeallo,S Agusthinus. 2012.Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012).

Gambar

Gambar 2.1 Single Line Penyulang Gardu Induk Boom Baru
Gambar 2.2 Single Line Penyulang Gardu Induk Sungai Juaro
Gambar 2.3 Segitiga Daya

Referensi

Dokumen terkait

 Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya

 untuk mengomunikasikan antara lain dapat menggunakan model presentasi gagasan di depan publik (public hearing). Dalam konteks lain, misalnya model yang diterapkan

Berlakunya kembali UUD RI Tahun 1945 menjelaskan bahwa kedudukan Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Presiden mempunyai kewenagan

Perhitungan nilai eror antara hasil prediksi dengan data pengujian adalah berkisar 0.16% pada temperatur (T) dan 0.20% pada tekanan (P) dengan sumur-1 merupakan lokasi yang

Dengan memberikan informasi pribadi mengenai Anda dan/atau Pengguna Yang Berhak Anda (yang mungkin atau mungkin tidak, tergantung pada hukum yang berlaku, termasuk

„ Hutan adalah suatu bidang lahan yang tertutupi oleh pohon- pohon yang dapat membentuk keadaan iklim tegakan (iklim mikro di dalam hutan), termasuk bagian bidang lahan bekas

Pengurus Daerah kepada Dewan Pengurus Pusat dan wajib dilengkapi dengan data pendukung bahwa yang berjasa bagi profesi keperawatan gigi dan atau PPGI. Dewan

Nama SKPD/SKPKD   : KKR Nomor    : Inspektorat/Bawasda : Dibuat oleh    : Tanggal/Paraf  : Direviu oleh   : CONTOH PEMETAAN POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN No