• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJADIAN LUKA TERTUSUK JARUM DAN BENDA TAJAM PADA PARAMEDIS UNIT TRANSFUSI DARAH(Studi di Palang Merah Indonesia Kota Semarang) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEJADIAN LUKA TERTUSUK JARUM DAN BENDA TAJAM PADA PARAMEDIS UNIT TRANSFUSI DARAH(Studi di Palang Merah Indonesia Kota Semarang) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka

1. Definisi luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal yang mengenai organ tertentu32. Luka dapat diartikan tidak rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang di sebabkan cara fisik atau mekanik,

diantaranya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dan lain-lain33, 34. Luka dapat berdarah maupun tidak. Luka dapat menimbulkan kejadian infeksi ataupun merupakan alat mentrasfer suatu penyakit dari yang sehat menjadi terinfeksi35.

2. Klasifikasi Luka34.

Luka dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain: a. Clean Wounds (Luka bersih)

Yaitu luka bedah pada operasi elektif, prosedur tertutup, dan tidak ada peradangan akut. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%. Contohnya adalah hernia, tumor payudara, tumor kulit, tulang.

b. Clean-contamined Wounds(Luka bersih terkontaminasi)

Luka pada kasus darurat atau urgen yang tidak bersih. Dapat terjadi pada operasi elektif. Kemungkinan terjadinya infeksi luka adalah 3%-11%. Contohnya adalah prostatektomi, apendektomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.

c. Contamined Wounds(Luka terkontaminasi),

(2)

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), ada purulen atau abses.

Contoh abses pada rongga tubuh. 3. Mekanisme Terjadinya Luka

a. Luka insisi (Incised Wounds) ;

Teriris oleh instrumen yang tajam. Luka bersih (aseptik) secara umum tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang terluka diikat (Ligasi).

b. Luka memar (Contusion Wound)

Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikan oleh

cidera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. c. Luka lecet (Abraded Wound)

Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya tidak dengan benda tajam.

d. Luka tusuk (Punctured Wound)

Terjadi akibat adanya benda seperti peluru, pisau, jarum yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. Luka gores (Lacerated Wound)

Terjadi akibat benda tajam seperti kawat dan kaca. f. Luka tembus(Penetrating Wound)

Yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada awal luka berdiameter kecil tetapi pada bagian ujung lukanya akan melebar. g. Luka bakar

(3)

B. Luka Akibat Terusuk Jarum Dan Benda Tajam

Jenis kecelakaan kerja meliputi penyakit kulit sampai patah tulang, termasuk di dalamnya adalah luka akibat cidera benda tajam atau jarum suntik. Jika dilihat dari jenisnya terluka akibat jarum suntik atau benda tajam saat bekerja termasuk kecelakaan industri dimana akan mendapatkan sejumlah kompensasi dari perusahaan atau tempat kerja36.

Tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan luka tembus pada kulit karena benda tajam pada saat tenaga kesehatan melakukan aktifitas klinis di lembaga kesehatan. Beberapa contoh benda tajam di tempat kerja yaitu jarum suntik, pisau, skalpel, gunting, pecahan kaca seperti objek glass,

tabung reaksi, gunting, spuit, dan benda tajam lainya yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh orang lain. akibat tusukan atau cidera benda tajam dapat menimbulkan tetanus. Luka tusuk jarum ini berasal dari jarum suntik, jarum donor darah, jarum infus steril, jarum heacthing dll. Adapun luka akibat benda tajam berasal dari pecahan ampul, gunting, pisau bedah, tabung kaca, slide test dll37-39.

C. Infeksi Pathogen Darah Akibat Tertusuk Jarum Dan Benda Tajam Insidensi luka tusuk jarum dan benda tajam terjadi karena suplai alat pelindung diri yang tidak memadai, kurang tersedianya peralatan jarum dan benda tajam yang aman, kurangnya informasi tentang risiko paparan, kurangnya ketaatan penerapan standar pencegahan, peraturan pembuangan sampah medis yang tidak tepat terutama sistem pembuangan jarum, dan yang paling penting adalah perilaku tenaga kesehatan terhadap benda tajam atau jarum40.

Tertusuk jarum atau cidrera benda tajam merupakan alur terjadinya kontaminan berbagai penyakit misalnya HIV ataupun hepatitis B dan C diantara paramedis, dari 39 kasus infeksi HIV, ada 32 yang ditularkan melalui luka akibat tertusuk jarum suntik, 1 kasus akibat teriris pisau,1 kasus pecahan tabung kaca yang berisi darah infeksi,1 kasus karena limbah infeksius, dan 4

(4)

Petugas kesehatan merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap kejadian luka tusuk jarum dan benda tajam. Data salah satu rumah sakit di Pakistan luka tusuk jarum mencapai 71,9%, di Arab perawat menyumbang peristiwa luka tusuk jarum dan benda tajam sebesar 46,9%, sedangkan di Korea Selatan mencapai 70,4% dan penelitian di Indonesia pada salah satu rumah sakit ditemukan luka akibat benda tajam sebanyak 74%11, 17, 42, 43.

Blood-Borne adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui darah mengandung pengertian bahwa adanya mikroorganisme yang bersifat pathogen yang ada di darah manusia dan dapat menyebabkan penyakit pada individu tersebut44

Penularan infeksi ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya dengan cara pajanan perkutan, melalui peralatan injeksi, kulit yang kompromis karena terkontaminasi benda tajam seperti jarum suntik, pecahan kaca, tranfusi produk darah yang terinfeksi, luka yang terbuka dan lesi kulit, serta gigitan manusia. Dapat juga melalui Pajanan Mucocutaneous dengan

sexual intercourse, persalinan dan penyusuan oleh ibu yang terinfeksi dan kontaminasi membran mukosa (mata, hidung, mulut)45.

Di pelayanan kesehatan penyakit infeksi ini termasuk yang paling berisiko terpajan kepada petugas kesehatan melalui penanganan limbah klinis dan kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Diperkirakan delapan juta petugas kesehatan terpajan penyakit infeksi lewat darah dan potensial berakibat fatal46. Yang paling signifikan adalah HIV, Hepatitis B dan C, virus ini diketahui menimbulkan risiko terbesar bagi pekerja kesehatan.

(5)

Berikut cara- cara penularan HIV48:

a. Hubungan Seksual Dengan Pengidap HIV/AIDS b. Ibu pada Bayinya

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS d. Pemakaian Alat-Alat Kesehatan Yang Tidak Steril e. Alat-Alat Untuk Menoreh Kulit

2. Hepatitis B; merupakan virus DNA yang sangat kecil, dengan diameter 42 mm termasuk family virus Hepadnaviridae. Virus hepatitis terdiri dari bagian dalam (inti) dan bagian luar (envelope), disusun oleh protein yang

disebut “surface antigen” atau HbsAg . Pada permukaan luar yang

menyelubungi bagian dalam protein menunjukan partikel core atau

“HbcAg” terdiri dari virus DNA dan enzyme yang digunakan untuk

replikasi virus atau disebut DNA polymerase45.

Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan permukaan yang telah diketahui secara rinci yang dapat diidentifikasi di laboratorium dari sampel darah. Antigen yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hepatosit yang terinfeksi adalah antigen permukaan di selubung virus yang disebut HBsAg. Identifikasi antigen ini, bersifat diagnostik untuk infeksi tertusuk jarum dan benda tajam aktif49.

Virus hepatitis B merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronis, sirosis dan karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia50. Penyakit ini bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung virus. hepatitis dapat ditularkan melalui kontak seksual, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, dari ibu terinfeksi ke anak, dan dapat juga melalui pisau cukur, sikat gigi, tindik, cabut gigi, tatto dan akupuntur yang terinfeksi virus hepatitis51. Yang berisiko khusus mengidap HBV adalah pemakai obat-obat terlarang intravena, para pekerja kesehatan, dan heteroseks atau homoseks yang aktif secara seksual49. 3. Hepatitis C; ditemukan pada tahun 1989, ukuran virus RNA sangat kecil

dengan selaput luar (amplop) yang mengandung single stranded RNA,

(6)

biasanya tidak stabil, mudah mutase, sehingga apabila virus hepatitis C mengadakan reproduksi susunan genetiknya akan berubah, menjadi bentuk baru dan sulit dikenali, diobati atau dieradikasi50.

Virus RNA saat ini merupakan penyebab terbanyak infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, terutama melalui transfusi darah. Virus ini juga dapat menimbulkan keadaan kronik. Individu yang terinfeksi HCV berisiko mengalami serosis atau kanker hati49.

D. Faktor Risiko Tertusuk Jarum dan Benda Tajam 1. Karakteristik Individu

Karakteristik individu secara umum yang melekat adalah umur dan jenis kelamin. Umur dan jenis kelamin akan mempengaruhi kecelakaan kerja jika dibarengi dengan kondisi lain misalnya pengetahuan. Riset yang dilakukan di Lander University Greenwood, menyatakan mahasiswa semester pertama lebih banyak yang terkena luka tusuk jarum dibandingkan dengan mahasiswa seniornya. Hal ini bukan menunjukan bertambahnya usia semakin menurunkan kecelakaan kerja, tetapi dengan meningkatnya pengetahuan tentang bahaya penyakit nosokomial dari jarum, maka semakin hati-hati dalam penggunaannya50

2. Masa Kerja

Masa kerja merupakan lama waktu seseorang untuk melakukan aktifitas dalam instansi tertentu dalam mencapai target. Penelitian yang dilakukan di kota Surakarta menyatakan ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan Needlestick Injury (NSI) atau risiko tertusuk jarum52.

3. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja berhubungan erat dengan masa kerja, semakin terampil seorang petugas biasanya sudah lama bekerja pada bidang tugasnya. Lama kerja seseorang dapat menambah pengalaman dan

(7)

sehingga dapat meningkatkan prestasi dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan dimana ia bekerja. Semakin lama masa kerja seorang pekerja dipandang lebih mampu melaksanakan dan memahami pekerjaannya53. 4. Pendidikan

Hasil penelitian dengan sistem A mini-systematic review

menyatakan pekerja dengan profesi sebagai perawat sebagian besar (44,3%-64,1%) mengalami luka akibat benda tajam, setelah itu disusul oleh profesi dokter (45%) dan para pemagang (26%). Sebagian besar riview penelitian adalah di RS sehingga dapat dijelaskan mengapa profesi perawat adalah sebagian besar yang terkena luka akibat benda tajam. Hal

ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa perawat mengelola sebagian besar jarum suntik, infus dan benda tajam lainnya. Tidak menutup kenyataan bahwasannya profesi perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak dibandingkan dengan petugas yang lain jika di Rumah Sakit54

5. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah ruangan yang telah disediakan oleh instansi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan jenis pekerjaanya. Tempat kerja yang berisiko adalah tempat kerja yang tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan misalnya sempit, penerangan kurang, lantai licin peralatan kerja tidak ergonomis, sarana dan prasarana kurang mendukung dll. Pekerja di tempat kerja yang kurang baik mempunyai Faktor risiko 38,5 kali cidera akibat benda tajam dari pada pekerja di tempat kerja yang baik28.

6. PelatihanKetrampilan Teknis Pada Paramedis

(8)

hygene lingkungan kerja, kewaspadaan universal ataupun pentingnya alat pelindung diri55.

Kewaspadaan universal (universal precaution) merupakan konsep di mana semua darah dan cairan tubuh diperlakukan sebagai bahan infeksius dan dalam bekerja pemakaian jarum suntik dan benda tajam lainnya di sarana kesehatan harus mematuhi prosedur baku sebagai panduan untuk mencegah pajanan luka perkutaneus dan membran mukosa terhadap patogen darah56.

Pelatihan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan cidera akibat benda tajam. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa

keperawatan menunjukan setelah pelatihan yang dilakukan selama 16 minggu menurunkan kejadian tertusuk jarum yang semula 57% menjadi 33% dari keseluruh sampel57.

7. Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)

Prosedur SOP adalah suatu protap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga sesuatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Prinsip dari penggunaan SOP harus ada disetiap kegiatan, bisa berubah sesuai dengan perkembangan, memuat indikasi dan syarat yang harus dipenuhi dan terdokumentasi58.

a. Standar operasional prosedur laboratorium memuat pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dilaboratorium demi terciptanya kondisi yang sehat dan aman bagi petugas dan lingkungan kerjanya, meliputi:

b. Menggunakan jas laboratorium pada saat bekerja dilaboratorium dan meninggalkanya setelah selesai bekerja.

c. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.

d. Menggunakan APD berupa baju pelindung, sarung tangan, masker,

(9)

e. Menganggap semua spesimen infeksius dan semua bahan kimia berbahaya.

f. Tidakmakan dan minum diruang laboratorium. g. Tidak menyentuh mulut saat bekerja.

h. Membersihkan peralatan bekas pakai dengan larutan klorin 0,5 %. i. Melakukan desinfektan permukaan meja kerja dengan larutan klorin

0,5%.

j. Menggunakan tempat yang kuat dan aman (anti tembus dan bocor) untuk benda tajam.

k. Memasukan sampah medis pada plastik yang tertutup rapat.

l. Mencuci tangan dengan cairan antiseptik setelah selesai bekerja di laboratorium59.

8. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang sesuai, mengarahkan pekerja dalam bertindak yang baik pula60. Penelitian yang dilakukan di RS. Dr. Karyadi Semarang menunjukan pengetahuan yang baik mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penerapan kewaspadaan universal, pengetahuan yang rendah mempunyai risiko 7 kali tidak patuh terhadap kewaspadaan universal29.

9. Sikap

(10)

10. Unsafe Action

Kecelakaan kerja yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan

unsafe action.Beberapa penyebab dasar tindakan unsafe action antara lain kurangnya pengetahuan, tidak memakai alat pelindung diri dengan benar, stress kerja dan hubungan sosial63.

E. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 1. Definisi APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri ini dijadikan pilihan terakhir untuk meminimalisir luka akibat kerja karena dianggap tidak nyaman64.

2. Tujuan penggunaan APD

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi petugas pelayanan darah dari risiko tertusuk benda tajam serta pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh/luka dan spesimen darah pasien13.

3. Syarat Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif padapekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.

b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan bukan merupakan beban tambahan bagi pemakainya. c. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya. d. APD Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena

jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian. e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

(11)

g. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan.

h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan65. 4. Jenis-jenis APD

a. Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan merupakan salah satu prinsip utama penerapan kewaspadaan universal, untuk melindungi petugas dari risiko

pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien atau benda tajam yang terkontaminasi56.

b. Jas Laboratorium/baju pelindung

Jas Laboratorium/baju pelindung digunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi44. Jenis bahan dapat berupa kain yang sekiranya dapat melindungi tubuh dari percikan kontaminasi darah.

c. Pelindung Wajah/ Masker

Pelindung wajah terdiri dari dua macam pelindung yaitu masker dan kacamata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada yang terpisah dan ada pula yang menjadi satu. Pelindung wajah tersebut dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata selama melakukan tindakan pengelolaan darah yang memungkinkan terjadi percikan darah atau terkena pecahan benda tajam13.

d. Sepatu Pelindung (sturdy foot wear)

(12)

Sepatu sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan tahan tusukan13.

e. Penutup kepala

Digunakan untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat atau daerah steril, dan juga untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan yang lainya66.

Riset yang dilakukan pada kelompok bidan desa di Kabupaten Mojokerto menunjukkan sekitar 39 orang (52,7%) bidan mengalami luka tusuk jarum, ada hubungan yang signifikan antara luka tusuk jarum dengan

ketersediaan APD dan pemakaian APD67. Dalam satu tahun terakhir responden dilaporkan mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik sebanyak 14 kali dengan penyebab terbanyak tidak menggunakan APD termasuk pemakaian sarung tangan dan recapping jarum dengan dua tangan58.

F. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Definisi K3

Secara umum Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi68.

2. Tujan Penerapan K3

a. Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada disekitar tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat.

b. Menjaga agar sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan efisien.

(13)

d. Mengelolarisiko keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah, sehingga tidak menimbulkan kerugian.69.

3. Dasar Hukum Penerapan K369

a. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja. b. Undang-uandang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. c. Undang-undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung. 4. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Petugas Laboratorium70.

a. Keselamatan Laboratorium

1) Keamanan laboratorium adalah bagian dari upaya keselamatan

laboratorium yang bertujuan melindungi pekerja laboratorium dan orang disekitarnya dari risiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.

2) Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikroorganisme yanghidup seperti bakteri, virus, ricketsia, parasit, jamur atau suatu rekombinan, hibrid atau mutan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.

3) Spesimen adalah setiap bahan yang berasal dari manusia dan hewan seperti eksreta, sekreta, darah dan komponennya, jaringan dan cairan jaringan dan bahan yang berasal bukan dari manusia yang dikirim untuk tujuan pemeriksaan.

4) Limbah labortorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan laboratorium yang dapat berupa limbah cair, padat dan gas.

b. Ketentuan umum dilabotorium

Menganggap dan memberlakukan setiap spesimen sebagai bahan infeksius.

c. Prinsip umum K3 di Laboratorium70

1) Selalu mengenakan sarung tangan saat menangani spesimen.

(14)

3) Jas laboratorium dikenakan sebagai pelindung dari percikan bahan biologis dan dilepas sebelum meninggalkan laboratorium. Pakaian yang terkontaminasi harus didekontaminasi dengan autoklaf atau disinfeksi kimiawi, sebelum dikirim ke binatu.

4) Masker, pelindung mata atau pelindung muka harus dipakai bila terdapat risiko percikan atau tumpahan bahan infeksius untuk melindungi membran mukosa mulut, hidung dan mata dari percikan darah, cairan tubuh, maupun benda lain.

5) Hindari terbentuknya aerosol, percikan atau tumpahan.

6) Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan, setelah melepas

sarungtangan,setelah bekerja, sebelum meninggalkan laboratorium atau bila perlu.

7) Jarum suntik dan benda tajam lainnya diletakkan dalam wadah tahantusuk (puncture-proof). Jangan menutup, membengkokkan atau mematahkan jarum dengan tangan.

8) Spesimen dikirim ke laboratorium dalam wadah yang kuat (enameltrays, racks). Spesimen rujukan harus diberi label yang jelas, dibungkus dua lapis atau ditempatkan dalam wadah kedua yang tahan bocor dantahan tusukan.

9) Permukaan meja harus didekontaminasi setelah terjadi tumpahan specimen atau setelah selesai bekerja.

10) Tidak menggunakan sandal tetapi memakai sepatu tertutup.

11) Dilarang bekerja di laboratorium bila ada luka. Apabila terdapat luka diobati terlebih dahulu sampai sembuh, atau jika luka ringan dapat ditutup dengan plester penutup luka.

d. Prosedur Pengelolaan Pengambilan Darah70

Semua spesimen darah harus dianggap infeksius, dan dijaga agar tidak ada tetesan darah diruang rawat, tempat pengambilan spesimen dan laboratorium.

1) Sarung tangan dan jas laboratorium harus digunakan saat

(15)

2) Pergunakan jarum dan lanset secara hati-hati, terutama pada penderita yang gelisah untuk menghindari kecelakaan kerja.

3) Diperlukan kewaspadaan yang tinggi saat memindahkan darah darisemprit ke botol karena sering terjadi kecelakaan kerja.

4) Darah maupun cairan tubuh jangan dikeluarkan secara paksa agar tidak terpercik kedaerah sekitarnya.

5) Jangan menutup kembali jarum dengan tangan, gunakan peralatan untuk menutup dan membuka jarum atau gunakan tehnik satu tangan untuk menutup jarum.

6) Jarum dan semprit bekas harus dibuang dalam wadah tahan tusuk.

e. Cara Untuk Mencegah Tertusuk Bahan Infeksius70

Jarum suntik, pecahan kaca dapat menyebabkan luka tusuk, untuk menghindarinya dapat dilakukan dengan bekerja hati-hati, mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin dan tidak membuang bekas jarum suntik sembarangan.

f. Penutupan Jarum/Semprit70

Penutupan jarum dengan tangan sebaiknya dihindari, bila terpaksa menggunakan tehnik satu tangan:

1) Letakkan tutup jarum pada permukaan datar dan keras.

2) Dengan satu tangan pegang semprit dan masukkan jarum ketutupnya.

3) Setelah tutup melingkupi jarum, dengan tangan lainnya keraskan ulir tutup pada jarum semprit.

G. Upaya Pencegahan Luka Tertusuk Jarum Dan Benda Tajam 1. Menerapkan herarki control44

Herarki control dalam upaya menegah terjadi luka tertusuk jarum benda tajam dan pajanan kontaminasi darah atau komponenya:

a. Elimination of hazard

Menghilangkan bahaya dari area tempat petugas bekerja, hal ini dapat

(16)

a) Menghilangkan pengguanaan benda tajam dan jarum suntik bila memungkinkan (misalnya dengan menggunakan jet injectors for needles and syringes, atau needleless intravenous system).

b) Mengurangi penyuntikan yang tidak perlu.

c) Menghilangkan benda tajam yang tidak diperlukan b. Engineering controls

Peralatan yang digunakan untuk mengisolasi atau menghilangkan bahaya dari tempat kerja

a) Menyediakan kontainer tempat pembuangan benda tajam b) Menggunakan alat pelindung.

c. Administrative controls

Termasuk diantaranya kebijakan, seperti Santard Operasional Prosedur (SOP), misalnya:

a) Alokasi sumber daya sebagai perwujudan komitmen untuk keselamatan dan kesehatan petugas.

b) Adanya komite pencegahan luka tertusuk jaru. c) Menghilangkan semua peralatan yang tidak aman.

d) Secara konsisten mengadakan training penggunaan APD yang aman dan benar.

d. Work Practice controls

Pengontrolan untuk mengubah perilaku pekerja untuk mengurangi pajanan hazards,Misalnya:

a) Tidak melakukan recapping jarum.

b) Menempatkan kontainer benda tajam di tempat yang mudah dijangkau.

c) Menyegel dan membuang sampah infeksius dengan benar. e. Personal Protective Equipment

(17)

2. Pendidikan

Meliputi pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja kepada pekerja secara continyu, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan. 3. Pengendalian melalui perundangan (legislative control) antara lain:

a. Undang-undang no 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenahi tenaga kerja

b. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. c. Undang-undang no 32 tahun 1992 tentang kesehatan.

d. Undang-undang no 66 tahun 2014 tentang keehatan lingkungan. e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

4. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control)

(18)

H. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Gambar 2.1 KerangkaTeori8, 28-31, 37, 38, 55, 67

Luka tertusuk jarum dan benda tajam Standar pelayanan

Ketersediaan APD

Kelelahan

Kesadaran safety

Kecerobohan

Pengalaman kerja Pendidikan

Sikap hati-hati

Pelatihan

Ketelitian

Tingkat ketrampilan Kepatuhan terhadap

SOP Shiff kerja

Penggunaan APD

Dalam dan luar gedung kenyamanan

Unit kerja Masa kerja

Stress umur

(19)

2. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Umur

Jenis kelamin

Masa kerja

Unit kerja

Pelatihan ketrampilan

Pendidikan

Shif kerja

Kepatuhan terhadap SOP

Penggunaan APD

Kejadian tertusuk jarum

(20)

I. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian tertusuk jarum dan benda

tajam.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

4. Ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

5. Ada hubungan antara pelatihan ketrampilan dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

6. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

7. Ada hubungan antara shif kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

8. Ada hubungan antara kepatuhan terhadap SOP dengan kejadian tertusuk jarum dan benda.

9. Ada hubungan atara penggunaan APD dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.

10. Ada hubungan yang kuat dan positip antara karakteristik individu ( (umur, jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, pelatihan ketrampilan, pendidikan, shif kerja) dengan kejadian tertusuk jarumdan benda tajam

11. Ada hubungan yang kuat dan positip antara kepatuhan terhadapSOP dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam

Gambar

Gambar 2.1 KerangkaTeori8, 28-31, 37, 38, 55, 67
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait