• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Komunikasi Matematik dan kemampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kemampuan Komunikasi Matematik dan kemampuan "

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

“ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI SATU ATAP 1 BONE

KABUPATEN MUNA”

OLEH RONI AMALUDIN

G2I1 14 002

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Berpikir (Thinking) ...3

B. Proses Berpikir ...4

(3)

Lampiran 4. Data Hasil Perolehan Siswa ...31

Lampiran 5. Hasil Analisis Statistik ...32

Lampiran 6. Contoh Lembar Jawaban Siswa ...34

Lampiran 7. Tabel Product Moment (r) ...37

Lampiran 8. Surat Keterangan Melakukan Uji Coba Instrument ...38

(4)

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu

mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki

peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi

secara cermat dan tepat. Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk

menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, mata

pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk

membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa

matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk

memperjelas suatu keadaan atau masalah.

Mata pelajaran matematika berfungsi mengembangkan kemampuan

komunikasi dengan menggambarkan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta

ketajaman penalaran yang dapat memberi kejelasan dan menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa untuk

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, grafik, atau gambar

merupakan salah satu kemampuan dasar komunikasi matematik. Matematika

dalam ruang lingkup komunikasi secara umum mencakup keterampilan atau

kemampuan menulis, membaca, diskusi, dan wacana.

(5)

Kemampuan komunikasi matematik dalam makalah ini mencakup:

(1)merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide atau

model matematika; (2)membuat model situasi atau masalah matematika ke dalam

bentuk gambar, tabel, dan grafik; (3)menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam

bahasa dan simbol matematika; dan (4)menjelaskan atau membuat pertanyaan

atau cerita tentang model matematika atau grafis atau tabel yang diberikan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah “bagaimana kemampuan

komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone

Kabupaten Muna pada pokok bahasan Teorema Phytagoras?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah “untuk menganalisis kemampuan

komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone

Kabupaten Muna pada pokok bahasan Teorema Phytagoras.”

D. Manfaat Penulisan

Manfaat karya tulis ilmiah ini adalah “dapat dijadikan analisis tes awal

kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1

(6)

A. Berpikir (Thinking)

Definisi berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu di

dalam diri seseorang. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir

saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat

melamun sambil menunggu kuliah proses berpikir matematik dimulai. Kita

berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir

saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca

koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang

terganggu.

Menurut Khodijah (2006) berpikir adalah sebuah representasi simbol dari

beberapa peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever dalam Khodijah (2006)

berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai

dengan adanya masalah. Jadi berpikir adalah suatu kegiatan mental yang

melibatkan kerja otak. Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk

memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang

sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan

memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,

menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,

menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan

(7)

sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,

menimbang, dan memutuskan.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang

berpikir, yaitu (1)berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam

pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2)berpikir merupakan sebuah

proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif,

dan (3)berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah

atau diarahkan pada solusi.

B. Proses Berpikir

Susanto (2008) mengemukakan bahwa proses berpikir merupakan suatu

rangkaian proses mulai saat informasi masuk, pemrosesan sehingga terbentuk

skema berpikir merupakan suatu proses yang dinamis yang dapat dilukiskan

menurut proses atau jalannya. Proses atau jalannya berpikir itu disebut proses

berpikir. Proses berpikir merupakan proses penerimaan informasi sampai pada

pememanggilan kembali informasi itu dari ingatan (Marpaung dalam Susanto,

2008).

Menurut Suryabrata (2004), proses atau jalannya berpikir itu pada pokonya

ada tiga langkah, yaitu:

1. Pembentukan pengertian, pengertian dibentuk melalui tiga tingkatan, sebagai

berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

b. Membandingkan ciri tersebut untuk menemukan ciri-ciri mana yang sama,

(8)

c. Mengabstrasikan.

2. Pembentukan pendapat, membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan

antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu:

a. Pendapat afirmatif atau positif adalah pendapat yang menyatakan keadaan

sesuatu.

b. Pendapat negatif adalah pendapat yang menidakkan, yang secara tegas

menerangkan tentang adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian adalah pendapat yang

menerangkan keberangkalian, kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.

3. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan ialah hasil perbuatan akal

untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah

ada. Ada tiga macam keputusan adalah sebagai berikut:

a. Keputusan induktif adalah keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat

khusus menuju kesatu pendapat yang umum.

b. Keputusan deduktif adalah keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum

ke hal yang khusus, jadi berlawanan dengan keputusan induktif.

c. Keputusan analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan

membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus

yang telah ada.

Dari beberapa pengertian proses berpikir di atas, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa proses berpikir merupakan proses yang diawali dengan

(9)

kemudian diolah dan disimpan di otak kemudian dipanggil atau dibangkitkan

kembali informasi itu dari dalam ingatan.

C. Berpikir Matematik

Sumarmo, dalam Wahyuningrum (2009) mengemukakan bahwa berpikir

matematik adalah proses berpikir dalam kegiatan melaksanakan tugas-tugas

matematika. Berdasarkan kedalaman atau kompleksitas kegiatan matematika yang

terlibat, berpikir matematik dapat digolongkan dalam kategori berpikir rendah

(low order mathematical thinking) dan tingkat tinggi (high order mathematical

thinking).

Katagiri, dalam Marsigit (2009) menguraikan bahwa berpikir matematik

meliputi 3 aspek: pertama, sikap matematika, kedua, metode memikirkan

matematika dan ketiga, konten matematika. Maka berpikir matematik juga

merentang pada berpikir matematia pada dimensinya, artinya ada berpikir

matematik di tingkat sekolah/material, atau perguruan tinggi/formal. Secara

umum, sikap matematika ditunjukan dengan indikator adanya rasa senang dan

ikhlas untuk mempelajari matematika, sikap yang mendukung untuk mempelajari

matematika, pengetahuan yang cukup untuk mempelajari matematika, rasa ingin

tahu, kemamuan untuk bertanya, kemamuan untuk memperoleh keterampilan dan

pengalaman matematika.

Lebih lanjut Wahyuningrum (2009) mengemukakan bahwa kebiasaan

berpikir dan sikap matematik harus nampak dalam proses pembelajaran

matematika dan terjadi secara berkelanjutan sehingga dalam perkembangan

(10)

matematik akan terasah dan dimiliki siswa secara akumulatif. Dalam diri siswa

tertanam kuat keinginan, kesadaran dan dedikasi untuk belajar matematika dan

melakukan berbagai kegiatan matematika. Kekuatan kognitif dan afektif yang

muncul dalam berpikir matematik dan melakukan disposisi matematik harus terus

menjadi fokus dalam belajar matematika.

D. Proses Berpikir Matematik

National Council of Teacher Mathematics (NCTM) dalam Yuniawatika

(2011) menetapkan bahwa terdapat 5 keterampilan proses yang perlu dimiliki

siswa melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses,

yaitu: (1)problem solving; (2)reasoning and proof; (3)communication;

(4)connection; dan (5)representation. Keterampilan-keterampilan tersebut

termasuk pada berpikir matematika tingkat tinggi (high order mathematical

thinking) yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika.

Sumarmo, dalam Wahyuningrum (2009) menjabarkan indikator-indikator

kompetensi yang muncul dalam proses berpikir matematik sebagai berikut.

1. Pemahaman matematik

Indikator pemahaman matematika secara umum meliputi: mengenal,

memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika.

Dalam pemahaman matematika, Sesuai dengan rumusan yang ditetapkan oleh

Polya adanya empat tahapan dalam kemampuan pemahaman, yaitu:

(a)pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan

rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana; (b)pemahaman induktif

(11)

serupa; (c)pemahaman rasional: membuktikan kebenaran suatu rumus dan

teorema; (d)pemahaman intuitif: memperkirakan kebenaran dengan pasti

(tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut.

2. Pemecahan masalah matematik

Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu: (a)sebagai suatu

pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk menemukan kembali

(reinvention) dan memahami materi/konsep/prinsip matematika; pembelajaran

diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian

melalui induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika, dan (b)sebagai

kegiatan yang meliputi: mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan

masalah, membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah

sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk

menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika, menjelaskan

atau mengiterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa

kebenaran hasil atau jawaban.

3. Penalaran matematik

Beberapa kegiatan yang tergolong dalam penalaran matematik antaranya

adalah: (a)menarik kesimpulan logis; (b)memberi penjelasan terhadap model,

fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada; (c)memperkirakan jawaban dan

proses solusi, (d)menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, atau

membuat analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur; (d)menggunakan

lawan contoh, (e)mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argument,

(12)

langsung, pembuktian tak langsung dan pembuktian dengan induksi

matematika.

4. Koneksi Matematik

Kegiatan pada koneksi matematik diantaranya adalah: (a)mencari hubungan

berbagai representasi konsep dan prosedur; (b)memahami hubungan antar

topik matematika; (c)menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam

kehidupan sehari-hari; (d)memahami representasi ekuivalen suatu konsep;

(e)mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi

yang ekuivalen; (f)menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara

topik matematika dengan topik di luar matematika.

5. Komunikasi matematik

Kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya adalah:

(a)menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, idea, atau model matematik; (b)menjelaskan idea, situasi, dan

relasi matematika secara lisan atau tulisan; (c)mendengarkan, berdiskusi, dan

menulis tentang matematika; (d)membaca dengan pemahaman suatu

representasi matematika tertulis; (e)membuat konjektur, menyusun argumen,

merumuskan definisi, dan generalisasi; (f)mengungkapkan kembali suatu

uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.

Kebiasaan berpikir dan sikap matematik tersebut diatas harus nampak dalam

proses pembelajaran matematika dan terjadi secara berkelanjutan sehingga dalam

perkembangan berpikirnya kemampuan berpikir matematika siswa dalam

(13)

Dalam diri siswa tertanam kuat keinginan, kesadaran dan dedikasi untuk belajar

matematika dan melakukan berbagai kegiatan matematika. Kekuatan kognitif dan

afektif yang muncul dalam berpikir matematik dan melakukan disposisi

matematik harus terus menjadi fokus dalam belajar matematika.

E. Kemampuan Komunikasi Matematik

Komunikasi matematika merupakan bentuk vitalitas dari potensi

korelational yang mempunyai sifat-sifat penunjukkan atau ditermine yaitu

terkarakterisasinya sifat-sifat yang terjunjuk berdasar sifat-sifat si penunjuk.

Dimensi-dimensi komunikasi ditentukan oleh sifat apakah sifat dari subyek atau

obyeknya mempunyai sifat dengan arah ke dalam, arah paralel atau arah ke luar;

dimensi-dimensi komunikasi juga ditentukan oleh banyaknya satuan potensi

matematika yang terlibat dan ragam vitalitas yang diakibatkannya. Secara harfiah,

maka kristalisasi dari dimensi-dimensi komunikasi matematika memberikan

makna adanya komunikasi material matematika, komunikasi formal matematika,

dan komunikasi normatif matematika.

Ketika proses komunikasi berlangsung dalam pembelajaran matematika,

terdapat persoalan dalam penggunaan simbol yang tepat, serta penyusunan

argumen terhadap suatu pernyataan secara logis. Kedua persoalan ini merupakan

kemampuan yang harus dikuasai agar belajar matematika menjadi lebih

bermakna. Kemampuan tersebut dikenal dengan kemampuan komunikasi

matematika (Folland dalam Muzayyanah, 2009).

Komunikasi matematika menurut National Council of Teachers of

(14)

pikiran matematika melalui komunikasi secara lisan maupun tertulis,

mengkomunikasikan gagasan tentang matematika secara logis dan jelas kepada

orang lain, menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang

digunakan orang lain, dan menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan

ide-ide matematika secara tepat.

Kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematik menurut Sumarmo,

dalam Wahyuningrum (2009) diantaranya adalah:

1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, idea, atau model matematik;

2. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan;

3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis;

5. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan

generalisasi;

6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa

sendiri.

Penjelasan yang telah dipaparkan tersebut memperlihatkan adanya lima

aspek komunikasi matematik, yaitu representasi (representation), mendengar

(listening), membaca (reading), diskusi (discussion), dan menulis (write).

Komunikasi matematik pada rubrik strategy/procedures terfokus pada aspek:

(1)merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide atau

model matematika; (2)membuat model situasi atau masalah matematika ke dalam

(15)

bahasa dan simbol matematika; dan (4)menjelaskan atau membuat pertanyaan

atau cerita tentang model matematika atau grafis atau tabel yang diberikan.

Rubrik penskoran kemampuan komunikasi matematik sebagai berikut:

Level Deskripsi Skor

 Respon yang diberikan cukup komplit; penjelasan atau deskripsi yang diberikan juga cukup beralasan, termasuk dalam menggunakan diagram juga cukup komplit beberapa ketepatan, tetapi penjelasan atau deskripsi yang diberikan nampak ada yang ambigius, kabur dan sulit diinterpretasikan termasuk dalam menggunakan diagram juga tidak jelas

 Memberikan argumen yang tidak komplit, atau didasarkan pada alasan yang tidak logis

2

Novice

 Respon yang diberikan ada yang agak tepat tetapi gagal untuk melengkapi atau terdapat beberapa bagian masalah yang gagal diungkapkan, Termasuk pula diagram yang diberikan tidak tepat dan sulit diinterpretasikan

(16)

A. Waktu dan Tempat

Tes ini diujikan pada tanggal 20 Januari 2015 semester genap tahun

pelajaran 2014/2015. Tes ini dilaksanakan di kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap

1 Bone yang terletak di Jln. La Hasini No. 8 Desa Poaroha Kecamatan Marobo

Kabupaten Muna.

B. Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematik

berbentuk esay sebanyak 4 nomor digunakan untuk memperoleh data kuantitatif

berupa skor kemampuan komunikasi matematik siswa yang disusun berdasarkan

indikator kemampuan komunikasi matematik. Penilaian untuk setiap butir soal tes

kemampuan komunikasi matematik digunakan pedoman pemberian skor yang

disajikan pada tabel berikut:

Rubrik penskoran kemampuan komunikasi matematik sebagai berikut:

Level Deskripsi Skor

 Respon yang diberikan cukup komplit; penjelasan atau deskripsi yang diberikan juga cukup beralasan, termasuk dalam menggunakan diagram juga cukup komplit

 Memberikan argumen yang mendukung tapi memuat beberapa kekurangan kecil

3

(17)

Apprentice

 Respon yang diberikan menampakkan adanya beberapa ketepatan, tetapi penjelasan atau deskripsi yang diberikan nampak ada yang ambigius, kabur dan sulit diinterpretasikan termasuk dalam menggunakan diagram juga tidak jelas

 Memberikan argumen yang tidak komplit, atau didasarkan pada alasan yang tidak logis

2

Novice

 Respon yang diberikan ada yang agak tepat tetapi gagal untuk melengkapi atau terdapat beberapa bagian masalah yang gagal diungkapkan, Termasuk pula diagram yang diberikan tidak tepat dan sulit diinterpretasikan

 Penjelasan yang diberikan terputus atau sulit untuk dilanjutkan

Validitas merupakan kesahihan suatu instrumen pengukur dalam mengukur

apa yang hendak diukur. Validitas instrumen yang akan diukur adalah validitas

(18)

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach

sebagai berikut:

rii = koefisien reliabilitas tes

Si2 = varians skor butir yang valid

St2 = varians skor total

k = Banyaknya butir yang valid

Analisis deskriptif hanya melihat gambaran hasil tes dalam bentuk grafik,

rata-rata, median, modus, standar deviasi, varians, nilai maksimum, dan nilai

(19)
(20)

BAB IV

HASIL TES DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tes

1. Analisis Validitas

Validitas instrumen yang diukur adalah validitas empiris berdasarkan data

hasil tes kemampuan komunikasi di kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone

Kabupaten Muna dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment.

Berdasarkan analisis menggunakan SPSS 21 diperoleh bahwa semua item tes

kemampuan komunikasi matematik yang telah diujikan valid pada taraf α 0.05

dengan nilai koefisien korelasi rxy ≥ rtabel =0.413 atau nilai p < 0,05.

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Data yang

dimaksud di sini adalah kemampuan komunikasi matematik dengan menggunakan

rumus Alpha Cronbach. Dari tabel diatas diperoleh nilai r11 = 0,754 yang berarti

reliabilitas instrumen berada pada kategori tinggi (Arikunto, 2002:75) sehingga

dapat dikatakan bahwa tes kemampuan komunikasi matematik reliabel atau dapat

dipercaya untuk melihat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B

SMP Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna.

3. Statistik Deskriptif

Hasil analisis deskriptif data kemampuan komunikasi matematik kelas

VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 VIII-Bone Kabupaten Muna yakni, rata-rata kemampuan

(21)

siswa beragam dengan standar deviasi sebesar 19.83 dan varians sebesar 393.25,

nilai kemampuan komunikasi siswa tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 87.5

dan nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 25, kemampuan komunikasi siswa

paling banyak sebesar 31.25, dan median sebesar 56.25.

Kemampuan komunikasi siswa pada setiap aspek komunikasi dapat dilihat

pada grafik sebagai berikut.

Aspek 1 : Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

atau model matematika;

Aspek 2 : Membuat model situasi atau masalah matematika ke dalam bentuk

gambar, tabel, dan grafik;

Aspek 3 : Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol

matematika; dan

Aspek 4 : Menjelaskan atau membuat pertanyaan atau cerita tentang model

(22)

B. Pembahasan

Dilihat dari hasil analisis validitas dan reliabilitas, hasil rxy yang diperoleh

dari perhitungan dibandingkan dengan tabel kritis r product moment dengan

signifikansi 5% dan N sesuai dengan jumlah responden uji coba tes yaitu 23 orang

siswa. Jika rxy ≥ rtabel, maka dapat dinyatakan butir soal tersebut valid. Perhitungan

dengan rumus korelasi product moment menggunakan SPSS 21, maka diperoleh

semua soal kemampuan komunikasi matematik yang diteskan valid. Artinya,

masing-masing item soal dapat mengukur apa yang hendak diukur yakni

kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1

Bone Kabupaten Muna. Sedangkan hasil analisis reliabilitas diuji dengan rumus

Alpha Cronbach menggunakan SPSS 21. Hasil analisis diperoleh reliabilitas

instrumen berada pada kategori tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa soal

kemampuan komunikasi matematik reliabel atau dapat dipercaya untuk melihat

kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1

Bone Kabupaten Muna pada pokok bahasan Teorema Pythagoras.

Hasil analisis deskriptif tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas

VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna pada pokok bahasan

Teorema Pythagoras yakni, rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa

sebesar 53.8, jawaban kemampuan komunikasi siswa beragam dengan standar

deviasi sebesar 19.83 dan varians sebesar 393.25, nilai kemampuan komunikasi

siswa tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 87.5 dan nilai terendah yang

diperoleh siswa sebesar 25, kemampuan komunikasi siswa paling banyak sebesar

(23)

Beragam jawaban orisinal yang diberikan oleh siswa, sangat membantu

guru untuk memetakan pengetahuan siswa sesuai kemampuan komunikasi

matematik pada setiap aspeknya. Pada aspek komunikasi merefleksikan

benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide atau model matematika, jumlah

skor secara klasikal sebesar 59 atau 64.13% dari 92 jumlah total jika semua siswa

menjawab dengan benar. Pada aspek komunikasi membuat model situasi atau

masalah matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, dan grafik, jumlah skor

secara klasikal sebesar 55 atau 59.78% dari 92 jumlah total jika semua siswa

menjawab dengan benar. Pada aspek komunikasi menyatakan peristiwa

sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol matematika, jumlah skor secara klasikal sebesar

50 atau 54.35% dari 92 jumlah total jika semua siswa menjawab dengan benar.

Dan pada aspek komunikasi menjelaskan atau membuat pertanyaan atau cerita

tentang model matematika atau grafis atau tabel yang diberikan, jumlah skor

secara klasikal sebesar 34 atau 36.96% dari 92 jumlah total jika semua siswa

menjawab dengan benar

Aspek kemampuan komunikasi tertinggi sampai terendah secara berurut

yang diperoleh siswa yakni aspek 1, aspek 2, aspek 3, aspek 4. Aspek menjelaskan

atau membuat pertanyaan atau cerita tentang model matematika atau grafis atau

tabel yang diberikan menjadi aspek kemampuan komunikasi yang terendah. Siswa

kurang mampu mengolah pengetahuan (kognitif) dalam menciptakan konflik

kognitif untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Dalam situasi konflik

kognitif, siswa akan memanfaatkan kemampuan kognitifnya dalam upaya-upaya

(24)

pikirannya. Melalui aktivitas mental seperti ini, kemampuan kognitif siswa

mendapat kesempatan untuk diberdayakan dan dimantapkan (Suherman dalam

Sanusi, 2006:74).

Dilihat dari deskriptif keseluruhan aspek, kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna

dinilai masih rendah. Salah satu alasannya adalah tes kemampuan komunikasi

matematik yang diberikan kurang kontekstual dengan letak geografis di SMP

Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna yakni daerah pesisir. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Kadir (2009) bahwa kemampuan komunikasi

matematik siswa SMP di pesisir Kabupaten Buton masih rendah baik ditinjau dari

peringkat sekolah maupun model pembelajarannya. Guru jarang memberikan

masalah-masalah yang terkait kemampuan komunikasi matematik dan siswa

belum mampu untuk secara mandiri mencari solusi dari masalah yang ada tanpa

(25)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri

Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna dinilai masih rendah ditinjau

dari aspek-aspek kemampuan komunikasi matematik. Hasil uji

coba instrument bahwa semua item butir dinyatakan valid atau

dapat mengukur apa yang hendak diukur dan tes juga dikatakan

reliabel atau dapat dipercaya untuk mengukur kemampuan

komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP atau sederajat.

B. Saran

Instrumen ini perlu disesuaikan lagi sesuai dengan letak geografis

masing-masing daerah atau disesuaikan dengan kondisi keseharian yang dialami siswa.

Untuk saran atau kritikan penulis terima demi kesempurnaan karya tulis ini dan

atas kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja dalam penulisan karya tulis

ini penulis menyampaikan permohonan maaf.

(26)

DAFTAR PUSTAKA Research. ISSN: 2252-6455. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pasca sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Kadir. 2009. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP di Daerah Pesisir Kabupaten Buton setelah Mendapat Pembelajaran Kontekstual Pesisir. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah: “Pembudayaan Matematika di Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan Bangsa“. ISBN: 978-979-16353-4-9. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.

Marsigit. 2009. Pembudayaan Matematika di Sekolah untuk Mencapai Keunggulan Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah: “Pembudayaan Matematika di Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan Bangsa“. ISBN: 978-979-16353-4-9. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Muzayyanah, Arifah. 2009. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di SMA Negeri 1 Godean. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah: “Pembudayaan Matematika di Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan Bangsa“. ISBN: 978-979-16353-4-9. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Sanusi. 2006. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Kuadrat di Kelas I MA/SMA. Madiun: FPMIPA IKIP PGRI Madiun.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

(27)

Matematika dan Pendidikan Matematika: “Peningkatan Kualitas Penelitian dan Pembelajaran Matematika untuk Mencapai World Class University“. ISBN: 978-979-16353-1-8. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Wahyuningrum, Endang. 2009. Problem Solving dan Model Eliciting Activity dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah: “Pembudayaan Matematika di Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan Bangsa“. ISBN: 978-979-16353-4-9. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

(28)
(29)

KISI-KISI TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

No Aspek-Aspek KKM Nomor soal

1. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide atau model matematika

2

2. Membuat model situasi atau masalah matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, dan grafik

3

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol

1

4. Menjelaskan atau membuat pertanyaan atau cerita tentang model matematika atau grafis atau tabel yang diberikan

4

(30)

L2. TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras

Kelas / Waktu : VIII (delapan) / 2 x 45 menit

Petunjuk:

A. Kerjakanlah terlebih dahulu soal-soal yang Anda anggap mudah. B. Berikan jawaban yang lengkap pada setiap penyelesaian soal.

1. Sebuah kapal laut berlayar dari pelabuhan ke arah barat sejauh 12 km. Kemudian berbelok ke arah selatan sejauh 5 km. Gambarlah rute perjalanannya dan hitunglah jarak kapal laut dari pelabuhan setelah menempuh perjalanan tersebut!

2. Perhatikan gambar berikut!

a. Berapa tinggi tiang penyangga tenda kemah tersebut? b. Jika tinggi tiang 3t m, berapakah nilai t?

3. Perhatikan gambar di samping!

Berdasarkan gambar tersebut, bandingkan jalur mobil yang dilewati melalui jl. Matandu lalu belok lrg.

Panorama dengan berjalan langsung melalui lrg.

(31)

a b c

5 12 13

Ceritakan sebuah masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan

triple Pythagoras tersebut!

(32)

---L3. KUNCI JAWABAN TES

Misalkan jarak kapal dari pelabuhan adalah x km Diperoleh

2 Dik: panjang tali dari patok sampai ujung tiang penyangga 5 m Jarak patok dengan tiang penyangga 4 m

Gambarnya:

Dit: a. Tinggi tiang penyangga?

(33)

b. Jika tinggi tiang 3t m, berapa nilai t?

Penyel:

a. Misalkan tinggi tiang adalah y

AC

2

=

AB

2

+

BC

2

Jadi, tinggi tiang kemah adalah 3 meter b. 3t = 3

Dit: Jalur manakah yang lebih cepat??

Penyel:

 Jarak jika melewati jln. Matandu lalu belok lrg. Panorama:

AC

=

AB

+

BC

AC

=

40

+

30

AC

=

70

Jaraknya adalah 70 meter

 Jarak jika langsung melewati lrg. Mataiwoi:

(34)

AC

2

=

AB

2

+

BC

2

Jadi, jalur tercepat yang dapat dilalui mobil adalah jika langsung melewati lrg. Mataiwoi sepanjang 50 meter dibandingkan dengan melewati jln. Matandu lalu belok lrg. Panorama sepanjang 70 meter

4 Dik: table triple Pythagoras sebagai berikut

a b c

5 12 13

Dit: Ceritakan sebuah masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan tabel triple Pythagoras!

Penyel:

Salah satu cerita dari tabel triple Pythagoras tersebut adalah: Pak Ahmad memiliki tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 12 meter. Pak Ahmad membagi dua sama besar menurut diagonal tanah tersebut dengan memagarinya. Jarak antar tiang pagar adalah 1 meter. Berapakah banyak tiang pagar yang dipasang Pak Ahmad? Panjang diagonal tanah milik Pak Ahmad adalah 13 meter. Jika dipasang tiang dari titik 0 meter maka banyak tiang yang dipasang Pak Ahmad adalah 13 + 1 = 14 tiang pagar.

4

(35)

L4. DATA HASIL PEROLEHAN SISWA

Data hasil tes kemampuan komunikasi matematik kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna

(36)

L5. HASIL ANALISIS STATISTIK 1. Validitas

Hasil analisis validitas tes menggunakan SPSS21, sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh bahwa semua item soal valid pada taraf α 0.05 dengan nilai koefisien korelasi rxy ≥ rtabel = 0.413 atau nilai p <

0.05.

2. Reliabilitas

Hasil analisis reliabilitas tes menggunakan SPSS21, sebagai berikut:

Dari tabel diatas diperoleh nilai r11 = 0,754 yang berarti reliabilitas instrumen

(37)

3. Analisis Deskriptif

Hasil statistik deskriptif nilai konversi skala 100 tes kemampuan komunkasi matematik menggunakan SPSS21, sebagai berikut:

Tampak pada hasil analisis bahwa statistik deskriptif kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII-B SMP Negeri Satu Atap 1 Bone Kabupaten Muna memiliki rata-rata = 53.80, standar deviasi = 19.83, varians = 393.25, nilai maksimum = 87.5, nilai minimum = 25, modus = 31.25, dan median = 56.25.

(38)

1 2 3 4 30.00

40.00 50.00 60.00

70.00 64.13

59.78

54.35

36.96

Kemampuan Komunikasi Matematik Per-aspek

aSPEK

p

er

se

nt

as

e

(%

(39)

L6. CONTOH LEMBAR JAWABAN SISWA Notice (skor 1)

(40)
(41)
(42)

Gambar

tabel yang diberikan menjadi aspek kemampuan komunikasi yang terendah. Siswa
Gambar rute perjalanan kapal:
Grafik kemampuan komunikasi matematik siswa kelas  VIII-B SMP Negeri

Referensi

Dokumen terkait

pemasangan bata yang dilakukan di lantai 8 memiliki 11 risiko kecelakaan kerja yaitu main frame scaffolding yang berkarat, berat dan bengkok; memanjat dan turun

2.12 Bila saat scrutineering ternyata kendaraan tidak sesuai dengan teknis keselamatan, maka atas usul dari Petugas Pemeriksa dan disetujui oleh Pemimpin Perlombaan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat dengan kejadian filariasis di Desa Muaro Putuih Wilayah Kerja

Pemerintah DI Yogyakarta pada tahun 2012-2013 berupaya untuk memberikan pelayanan umum yang lebih baik sesuai dengan misi IV pembangunan tahun 2009-2013 yaitu memantapkan

Yang untuk memahami penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.Hasil penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

• Siswa menyimak materi pembelajaran yang ditampilkan melalui aplikasi google meet kemudian menuliskan apa saja yang ingin mereka ketahui tentang kedua jenis

5.000.000,00 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan - Pengadaan Instalasi Pusat Pengatur Listrik. 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Kondisi dimana kapal memiliki lengan penegak negatif (G di atas M) ⎯ Lengan penegak akan membantu memiringkan kapal (Capsizing lever). Kondisi stablilitas seperti ini sangat