• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA MTS NEGERI 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA MTS NEGERI 1 MAKASSAR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencampai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Progaram Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Muhammad Harum Husni NIM: 10519243115

PROGARAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M

(2)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi saudara Muhamad Harum Husni, NIM. 10519243115 yang berjudul

“Penanaman Nilai – Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makassar” telah diujikan pada hari Sabtu, 14

Jumadil Akhir 1441 H / 8 Februari 2020 M, dihadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 20 Jumadil Akhir 1441 H 14 Februari 2020 M

Dewan penguji :

Ketua : Dr. Rusli Malli, M.Ag (...) Sekertaris : Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd (...) Anggota : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...) : Drs. Mutakallim Sijal , M.Pd (...)

Pembimbing I : Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I (...) Pembimbing II : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...)

Disahkan Oleh:

(3)

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223

iv \

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan sidang Munaqasyah pada:

Hari / Tanggal : Kamis, 19 Jumadil Akhir 1441 H / 13 Februari 2020 M.

Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar (Gedung Iqra Lantai 4) Fakultas Agama Islam.

MEMUTUSKAN

Bahwa saudara

Nama : Muhamad Harum Husni

NIM : 105 19 2431 15

Judul : Penanaman Nilai – Nilai Pendidikan Karakter Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makassar

Dinyatakan : LULUS

Ketua Sekertaris

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dra. Mustahidang Usman, M.Si

NIDN : 0931126249 NIDN : 0917106101

Dewan Penguji

Ketua : Dr. Rusli Malli, M.Ag (...) Sekertaris : Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd (...) Anggota : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...)

: Drs. Mutakallim Sijal , M.Pd (...)

Disahkan Oleh:

(4)

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis atau peneliti yang bertanda

tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar adalah

hasil karya penulisan atau penelitian sendiri, jika dikemudian hari terbukti

bahwa ia merupakan gelar yang diperoleh karenanya batal secara hukum.

Makassar, 15 Rajab 1441 H 10 Maret 2020 M

Peneliti

Muhamad Harum Husni NIM : 105 19 2431 15

(5)

vi

Samad T.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar, untuk mengetahui Implementasi penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar, dan untuk mengetahui tantangan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif. Yang untuk memahami penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.Hasil penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut: Penanaman nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar yang menjadi focus utamanya adalah terkait dengan kedisiplinan. Implementasi penanaman karakter juga dapat dengan nasehat-nasehat yang baik akan menumbuhkan karakter peserta didik, dan nasehat itu pula yang akan mengingatkan peserta didik ketika tidak sengaja atau tidak sadar saat ingin melakukan hal kurang baik, sehingga dengan diberikannya nasehat nasehat akan menghindarkannya dari perbuatan tercela. tantangan yang mendasar dalam penananaman nilai karakter dalam pembelajaran agama Islam yaitu perbedaan karakter pembawaan murid didalam kelas sehingga guru diusahakan menyesuaikan pendekatan terhadap murid yang berbeda-beda karakternya dalam kelas

Kata Kunci: Penanaman Nilai-nilai, Karakter, dan Pendidikan Agama Islam

(6)

kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluk-Nya sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Demikian pula salam dan shalawat tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau dan kepada kaum muslimin yang senantiasa memperjuangkan risalah-Nya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesikan tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepada Kedua Orang tua tercinta dan tersayang, Papi H. Rahman Hoa dan Mami Hj. Husaimah yang selalu mendoakan, mendukung, menasehati, mengarahkan, mengorbankan waktu, tenaga dan biaya, sehingga penulis dapat melaksanakan semua kegiatan mulai dari awal hingga akhir, mulai dari perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., dan Drs. H. Abd. Samad T., M.Pd.I., selaku dosen pembimbing, yang telah mencurahkan waktu dan tenaganya dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

(7)

menyemangati dan pemberi hiburan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. serta kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

dalam goresan ucapan terima kasih ini. penulis ucapkan terima kasih semoga semangat keilmuan dan persahabatan kita senantiasa berjalan terus. Amin ya Robbal ‘Alamin.

penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. dan penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Amin ya

Robbal ‘Alamin.

Makassar, Februari 2020 Penulis

(8)

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belang Masalah ... 1

B. Rumus Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai Karakter ... 7

1. Pengertian Penanaman Nilai Karakter ... 7

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 9

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... 12

4. Prinsip-prinsip Pengembangan Karakter ... 17

5. Mengembangkan Penanaman Nilai Karakter ... 18

(9)

3. Metode Pendidikan Agama Islam ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Deskipsi fokus Penelitian ... 30

E. Sumber Data ... 31

F. Intumen penelitian ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 33

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mts Negeri 1 makassar... 35

B. Hasil dan Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang

dimiliki bangsa tersebut sebagai ciri khas yang membedakannya

dengan bangsa lain. Bangsa yang memiliki karakter positif lebih kuat

akan mampu menjadikan dirinya bermartabat, begitupun sebaliknya

jika suatu bangsa memiliki karakter negatif lebih kuat, maka akan

menjadikan dirinya menjadi hina dimata bangsa lain.

Indonesia sejatinya adalah bangsa dan negara besar, negara

kepulauan terbesar dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia,

dan bangsa yang multi- etnik dan bahasa, tetapi tetap bersatu.

Indonesia juga memiliki warisan sejarah yang menakjubkan,

kreativitas anak negeri yang mengagumkan seperti terlihat pada

produksi batik, aneka makanan, dan kerajinan yang eksotik,

kekayaan serta keindahan yang luar biasa. Predikat sebagai bangsa

dan negara yang positif tersebut, seakan sirna karena mendapat

predikat baru yang negatif, seperti terkorup, bangsa yang soft nation,

malas, sarang teroris, bangsa yang hilang keramah-tamahannya,

banyak kerusuhan, dan bencana.1

1

Novan Ardy Wiyani, 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD:

Konsep, Praktik, & Strategi, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, hal, 16-17.

(12)

Persoalan yang tidak kalah seriusnya terjadi pada

praktik-praktik pendidikan. Hampir setiap hari terdapat berita-berita tentang

kasus amoral yang dilakukan anak-anak dan remaja. Berita tersebut

disiarkan melalui berbagai media masa memberitakan tentang

kualitas pendidikan Indonesia yang sedang dalam krisis moral.

Sedangkan pendidikan sendiri merupakan bagian integral dari

pembangunan kehidupan bangsa dan negara, sebagaimana

tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 pasal 1, yang berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”2

Adanya pengendalian diri dalam proses pendidikan

sebagaimana dijelaskan dalam konsep pendidikan Nasional

merupakan harapan agar setiap individu memiliki kemampuan dalam

mengelola dirinya, baik dalam lingkungan belajar, lingkungan

keluarga, ataupun dalam lingkungan sosialnya. Dengan

pengendalian diri yang baik, siswa akan mampu beradaptasi dalam

2

(13)

kondisi lingkungannya, dan dapat terhindar dari masalah

penyesuaian diri, dan permasalahan bersosialisasi individu lain serta

siswa mampu mematuhi peraturan yang terdapat di sekolah.

Pengendalian diri ini dapat terwujud melalui penerapan kedisiplinan.3

Sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki

pengaruh dalam membentuk karakter anak. Peran sekolah disini

juga menjadi tolok ukur terwujudnya karakter mulia pada diri siswa

melalui suasana pembelajaran yang kondusif, nyaman, dinamis, dan

ditegakkannya nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian,

lembaga pendidikan atau sekolah sebagai tempat penempaan

karakter yang salah satunya kedisiplinan, harus mempunyai strategi

tersendiri dalam membangun kesadaran disiplin dalam diri peserta

didik agar menjadi manusia yang utuh sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat.

Fakta menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk

beragama. Namun, dalam keberagamaan untuk dapat tumbuh dan

berkembang secara benar memerlukan suatu bimbingan. Oleh

sebab itu, sejalan dengan tahap perkembangan yang anak-anak

alami, mereka membutuhkan tuntunan dan bimbingan.4 Jadi,

tahapan awal untuk menumbukan sikap, perilaku, keyakinan serta

pribadi beragama dalam masa perkembangan anak yaitu dengan

3

Anwar Hafid, dkk,2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hal. 178.

4

Bambang Syamsul Arifin, 2008. Psikologi Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, hlm. 52-53.

(14)

usaha menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak

usia dini. Pola pengasuhan, pembimbingan, pendidikan serta

hubungan orang tua dengan anak sangat mempengaruhi masa

dewasa sang anak.

Karena masalah perkembangan siswa sangat berarti bagi

kemajuan sekolah. Di sekolah yang tertib tentu akan menciptakan

kondisi proses pembelajaran yang efektif, sehingga siswa dapat

menginternalisasi sikap dan pengetahuan mereka dengan baik.

Namun sebaliknya, sekolah yang kurang tertib akan memunculkan

berbagai macam pelanggaran kedisiplinan, baik oleh siswa, guru,

dan karyawan.

Adanya penanaman dan penginternalisasian kedisiplinan,

memerlukan keteladanan dan kerja keras dari seluruh pihak mulai

dari guru, karyawan, hingga siswa. Berdasarkan latar belakang

masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

pengembangan karakter kedisiplinan pada peserta didik, dengan

mengangkat judul penelitian “Penanaman Nilai-Nilai Penanaman Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar”, serta dengan menggunakan model penelitian studi kasus (case study) ini, diharapkan peneliti dapat menggali

informasi tersebut jauh lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah

(15)

Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar?

2. Bagaimana implementasi Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1

Makasssar?

3. Bagaimana tantangan Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1

Makasssar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan konsep Penanaman Nilai-Nilai Karakter

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1

Makasssar.

2. Untuk mendeskripsikan implementasi Penanaman Nilai-Nilai

Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs

Negeri 1 Makasssar.

3. Untuk mengetahui tantangan Penanaman Nilai-Nilai Karakter

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1

Makasssar.

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritik

a. Diharapkan tulisan ini dapat menambah khazanah keilmuan

dalam dunia pendidikan, terutama tentang wacana

penanaman nilai karakter dalam Pendidikan Agama Islam.

(16)

lebih luas lagi tentang penanaman nilai karakter dalam

Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan

untuk evaluasi terhadap implementasi Penanaman Nilai-Nilai

Karakter dalam Pebelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa

MTs Negeri 1 Makasssar khususnya dalam mengembangkan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman nilai-nilai karakter

1. Pengertian Penanaman nilai-nilai karakter

Penanaman adalah proses (perbuatan atau cara) menanamkan.5

Artinya bagaimana usaha seorang guru menanamkan nilai-nilai dalam hal

ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didiknya yang

dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berbeda-beda. Nilai berasal dari bahasa latin vale‟re yang artinya berguna, mampu akan berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu

yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan

seseorang atau sekelompok orang.6

Nilai sebagai sesuatu yang abstrak mempunyai sejumlah indikator

yang dapat kita cermati, yaitu:

a. Nilai memberi tujuan atau arah (goals or purposes) kemana kehidupan

harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.

b. Nilai memberikan aspirasi (aspirations) atau inspirasi kepada

seseorang untuk hal yang berguna, yang baik,yang positif bagi

kehidupan.

5

WJS. Purwadarminta, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 89

6

Sutarjo Adisusilo,2012. Pembelajaran Nilai – Karakter: Konstruktivisme dan

VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: PT Raja Grafindo

(18)

c. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau

bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi

acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus

bertingkah laku.

d. Nilai itu menarik (interests), memikat hati seseorang untuk dipikirkan,

untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk

dihayati.

e. Nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika

sedang mengalami berbagai perasaan atau suasana hati, seperti

senang, sedih, tertekan, bergembira, bersemangat dan lain-lain.

f. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and

convictions) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait

dengan nilai-nilai tertentu.

g. Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities), perbuatan atau

tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak

berhenti pada pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat

untuk melakukan sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.

h. Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran

seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan,

mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup

(worries, problems, obstacles).

2. Pengertian pendidikan karakter

(19)

semakin mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih

dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari

perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi,

perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran,

pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan

sekolah menengah dan atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini

dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami.7

Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai

benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter

berbeda dengan kepribadian. Kepribadian dibebaskan dari nilai,

sementara karakter lekat dengan nilai. Meskipun demikian, baik

kepribadian maupun karakter berwujud tingkah laku manusia yang

ditunjukkan ke lingkungan sosial. Karakter, secara lebih jelas mengacu

kepada serangkaian sikap (atitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills).

Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang

terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral,

perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan

prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal

dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif

dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan

7

Dharma Kesuma,dkk,2011. Pendidikan Karakte:Kajian Teori dan Praktik di

(20)

komunitas dan masyarakatnya.8

Pendidikan karakter dalam latar sekolah merupakan pembelajaran

yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak

secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh

sekolah.

Definisi ini mengandung makna:

1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan

pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.

2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara

utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki

potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.

3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang

dirujuk sekolah (lembaga).9

Siswa MTs adalah mereka yang sedang menjalani tahap

perkembangan masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja awal.

Masa remaja awal ini karakter seorang siswa dalam proses pembentukan.

Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang

sangat penting bagi persiapan dan penyesuian diri terhadap kehidupan di

masa dewasa anak diharapkan memperoleh pendidikan karakter melalui

pembelajaran di sekolah.

8

Ngainun Naim, 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam

Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa, Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA,

hal 55

(21)

Pendidikan dituntut untuk dapat merubah peserta didik ke arah yang

lebih baik. Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 Nilai

Karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya

membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau

madrasah.

Jadi, pendidikan karakter adalah proses menghadirkan nilai-nilai dari

berbagai dunia nilai (simbolik, empiric, etik, estetik, sinnoetik, dan sinoptik)

pada diri siswa sehingga dengan nilai-nilai tersebut akan mengarahkan,

mengendalikan, dan mengembangkan kepribadian secara utuh yang

terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter baik.10

Penanaman nilai karakter dalam pengaturan sekolah didefinisikan

sebagai proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan

pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu

nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna:

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi

dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata

pelajaran.

2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak

secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia

yang memiliki potensi untuk dan dikembangkan.

3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai

yang dirujuk sekolah/lembaga.

10

Muh. Arafik, 2013. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar Berbasis

(22)

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

a. Tujuan pendidikan karakter

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu sesuatu yang akan dicapai

melalui sesuatu kegiatan atau usaha. Pada dunia pendidikan, faktor tujuan

merupakan sesuatu yang amat penting dan mendasar. Hal ini disebabkan

tujuan pada konsep pendidikan merupakan gambaran sesuatu yang

hendak dicapai melalui proses pendidikan.11

Menurut al- Syaibani dalam Syamsul Kurniawan, yang dimaksud

dengan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan

diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan

pada kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan alam

sekitar tempat individu hidup.12

Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa sebenarnya tujuan

pendidikan adalah hasil akhir yang diinginkan atau yang diharapkan

melalui proses pendidikan. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa suatu

kegiatan pendidikan ialah usaha membentuk manusia secara keseluruhan

aspek kemanusiaannya secara utuh, lengkap dan terpadu. Secara ringkas

dikatakan bahwa pendidikan tidak lain sebagai pembentukan

kepribadian.13

Adapun tujuan pendidikan Islam, menurut Al-Attas lebih pada

11

Munirah, 2011. Lingkungan pada Prespektif Pendidikan Islam: Peran Keluarga,

Sekolah dan Masyarakat pada Perkembangan Anak. Cet. I;Makassar: Alauddin Press,

hal. 21. 12

Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2012. Studi Ilmu Pendidikan

Islam Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 114

13

Zakiah Daradjat, 2000. dkk, Metodologi Pengajaran Islam Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, hal.72.

(23)

mengembalikan manusia kepada fitrah kemanusiaannya, bukan

pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga negara,

yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai dengan perannya

dalam kehidupan bernegara. Menurutnya, konsep pendidikan Islam pada

dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik, manusia yang

sempurna atau manusia universal yang sesuai dengan fungsi utama

diciptakannya. Manusia itu membawa dua misi sekaligus, yaitu sebagai hamba Allah (‟abdullah) dan sebagai khalifah di bumi (khalifah fil „ardh).14

Pendidikan dalam Islam merupakan refleksi dari tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al An‟am ayat 162 :

يِتاَمَم َو َياَي ۡحَم َو يِكُسُن َو يِت َلََص َّنِإ ۡلُق َنيِمَل ََٰع ۡلٱ ِّب َر ِ َّ ِلِلّ

Terjemahnya:

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.15

Sementara itu, Abdul Majid dalam Socrates yang mengemukakan

bahwa tujuan paling mendasar pada pendidikan adalah membuat seorang

menjadi good and smart. Selain itu, tokoh pendidikan Barat seperti

Klipatrik, Lickona, Brooks, dan Goble menyuarakan rumusan tujuan utama

pendidikan pada wilayah yang serupa, yakni pembentukan kepribadian

manusia yang baik. Begitu juga Marthin Luther King menyetujui pemikiran

tersebut dengan mengatakan kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang

14

Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 47

15

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J. Art,

(24)

benar pada pendidikan.16 Dengan demikian, tujuan pendidikan tidak lain

adalah untuk membentuk manusia yang berkepribadian atau berkarakter.

Pada sudut pemerintahan pendidikan karakter disemua lembaga

pendidikan formal, menurut mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo

Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar yang menjadi tujuan

pada perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Membentuk manusia yang bermoral.

b. Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional.

c. Membentuk manusia Indonesia yang Inovatif dan suka bekerja keras.

d. Membentuk manusia yang optimis dan percaya diri.

e. Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot atau suatu prinsip

terbinanya sikap cinta tanah air.17

Sementara panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang

bersumber pada Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan

Pengembangan Kurikulum dan Pembukuan, pendidikan karakter bertujuan

mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu

Pancasila, meliputi:

a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yanng

memiliki hati, pikiran dan perilaku baik.

b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

c. Mengembangkan potensi-potensi warga negara agar memiliki sikap

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, 2012. Pendidikan Karakter Prespektif Islam Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.30.

17

Nurla Isna Aunillah, 2011 Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di

(25)

percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya, serta mencintai

umat manusia.18

Pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

bertujuan untuk membentuk manusia menjadi semakin cerdas pada

konteks pengembangan diri sebagai makhluk pembelajar. Pendidikan

karakter juga bertujuan membentuk figur manusia Indonesia yang

seutuhnya, yaitu manusia yang berkarakter, inovatif, suka bekerja keras,

percaya diri, membentuk jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab,

mempunyai ketegaran mental sehingga tidak terjerumus kepada perilaku

yang menyimpang atau bertentangan dengan agama Islam.

b. Fungsi pendidikan karakter

Selain tujuan, pendidikan karakter juga memiliki fungsi yang sesuai

dengan fungsi pendidikan Nasional, Kementrian Pendidikan Nasional

pada Desain Induk Pendidikan Karakter memaparkan atau menjelaskan

bahwa pendidikan karakter diimaksudkan untuk mengembangkan

kapasitas atau kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang maju, unggul, dan bermartabat pada rangka mencerdaskan

kehidupan anak bangsa.19

Secara spesifik pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama

sebagaimana maktub pada grand design pendidikan karakter yaitu:

a. Pembentukan dan pengembangan potensi Pendidikan karakter

18

Kementrian Pendidikan Nasioanal Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: 2011, hal. 7

19

Kementrian Pendidikan Nasional pada Desain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta: 2010, hal. 5.

(26)

berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia

atau warga negara Indonesia agar memiliki pikiran, hati dan

perilaku baik sesuai dengan falsafah Pancasila.

b. Perbaikan dan penguatan Pendidikan karakter berfungsi

memperbaiki karakter manusia yang bersifat negatif,

memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,

pemerintah untuk ikut berpartisipasi, bertanggung jawab untuk

mengembangkan potensi manusia menuju bangsa yang

berkarakter.

c. Penyaring Pendidikan karakter berfungsi memilah nilai-nilai

budaya sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain

yang positif untuk menjadi karakter manusia agar menjadi

bangsa yang lebih maju dan bermartabat.20

Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai tujuan dan

fungsi untuk memanusiakan manusia atau berupaya membentuk manusia

yang berkarakter, berkepribadian, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, dan

bertanggung jawab.

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Karakter

Prinsip-prinsip pengembangan karakter menurut Zubaedi, teridiri dari

sebelas prinsip berikut :

20

Marwan Saridjo, 2011. Pendidikan Islam pada Masa ke Masa: Tinjauan

Kebijakan Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia Cet. II; Jakarta: Yayasan Ngali

(27)

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis

karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya

mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, prosktif, dan afektif

untuk membangun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang yang menghargai semua siswa, membangun

karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnnya motivasi diri pada para siswa

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas

moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan

karakter dan setia pada nilai dasar yang sama

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan

luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai

(28)

k. Mengevaluasi sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam

kehidupan siswa.21

Berdasarkan uraian prinsip perkembangan karakter adalah sangat

penting terutama dilingkungan sekolah agar menciptakan karakter secara

konprehensif supaya mencangkup pemikiran, persaan dan prilaku yang

baik kepada siswa membangun karakter meraka dan membantu meraka

untuk sukses.

5. Langkah Mengembangkan Penanaman nilai karakter

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas untuk

pendidikan karakter dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan

pendidikan, secara psikologis dan sosio-kultural pembentukan karakter

dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural

(dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang

hayat.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan

sosio-kultural tersebut dapat dikelommpokkan dalam: (1) olah hati

(spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual

development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development), keempat hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,

21

Zubaedi, 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam

(29)

bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan.22

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting,

menuju kebiasaan (habit). Hal ini menunjukkan bahwa, karakter tidak

sebatas pada pengetahuan. Karakter lebih dalam lagi, meninjau wilayah

emosi dan kebiasaan diri.23 Dalam pelaksanaan atau proses penanaman

nilai karakter dapat menggunakan strategi pengembangan secara

keseluruhan. Artinya keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi

pengembangan nilai/karakter melibatkan seluruh pemangku kepentingan

pendidikan nasional.

Menurut Zubaedi, bahwa strategi pengembangan karakter tersebut

dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni:

a. Perencanaan, pada tahap ini dikembangkan perangkat karakter

yang akan digali, dikristalisasikan dan dirumuskan dari berbagai

sumber.

b. Pelaksanaan, pada tahap ini adalah proses pembelajaran yang

bertujuan pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta

didik.

c. Evaluasi hasil, dalam tahapan ini akan dilakukan pengukuran

(assessment) untuk perbaikan berkelanjutan. Sebagaimana teori

Bridgman dan Davis yang mengemukakan bahwa evaluasi

program secara umum mengacu pada empat dimensi yaitu

22

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter…, hal. 24-25 23

(30)

indikator masukan (input),proses ( process), keluaran (outputs),

dan indikator dampak (outcomes)24

Dalam penanaman nilai karakter menuju terbentuknya akhlak mulia

dalam diri siswa, juga terdapat tiga tahapan yang harus dilaluinya yaitu

sebagai berikut.

1. Moral Knowing/Learning Do Know,

Dalam tahapan ini tujuan tujuan diorientasikan pada penguasaan

pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu:

a) Membedakan nilai akhlak mulia dan akhlak tercela, serta

nilai-nilai universal.

b) Memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan

dogtriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela

dalam kehidupan.

c) Mengenal sosok Nabi Muhammad sebagai figur teladan akhlak

mulia melalui hadits-hadits dan sunnah-sunnahnya.

2. Moral Loving/Moral Feeling,

Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa

butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi

sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, akal, rasio

dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga muncul kesadaran,

keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata pada dirinya

24

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam

(31)

sendiri,”iya, saya harus seperti itu…” atau “saya perlu memprakekkan seperti ini…”.

3. Moral Doing/Learning to Do,

Puncak keberhasilan pelajaran akhlak yaitu siswa mempraktikan

nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari- hari. Siswa menjadi

semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih,

sayang, adil, serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak

belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita

memiliki setumpuk pertayaan yang harus dicari jawabannya.25

Strategi yang memungkinkan pendidikan karakter bisa berjalan sesuai

sasaran setidak-tidaknya meliputi tiga hal:

1. Menggunakan prinsip keteladanan dari semua pihak, baik orang

tua, guru, masyarakat maupun pemimpinnya.

2. Menggunakan prinsip kontinuitas/rutinitas (pembiasaan dalam

segala aspek kehidupan).

3. Menggunakan kesadaran untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai

karakter yang diajarkan.26

25

Heri Iswanto, dkk., 2011. Pendidikan Karakter: Pengalaman Implementasi

Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: DPP Bakat Minat dan Keterampilan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, hal. 10-11. 26

(32)

6. Jenis-Jenis Penanaman nilai karakter

Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan

dalam proses pendidikan. Berikut keempat jenis karakter tersebut :

a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan wahyu

Tuhan (konservasi moral).

b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa

budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-

tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).

c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan.

d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil

proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan.27

Berdasarkan jenis pendidikan karakter diatas, penelitian ini masuk

dalam pendidikan karakter yang berbasis nilai religius karena berkaitan

dengan pengajaran nilai-nilai agama Islam yang berisi aqidah dan syariah.

Agama sebagai pedoman dan sistem hidup sangat berperan bagi

pembentukkan karakter manusia. Dalam perspektif Islam, karakter atau

akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syari‟ah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh pondasi aqidah yang kokoh. Sedang posisi Pendidikan Agama Islam disini sebagai mata salah

satu mata pelajaran, memiliki peranan penting dalam pendidikan karakter

di sekolah yaitu sebagai sarana dalam penyadaran nilai-nilai agama Islam

27

Jamal Ma‟mur Asmani, 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter

(33)

kepada peserta didik melalui pengembangan moral dan keberagamaan

siswa.28

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam

sebagai satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam

pendidikan karakter di sekolah yaitu sebagai sarana dalam penyadaran

nilai-nilai Agama Islam kepada peserta didik melalui pengembangan moral

dan keberagamaan siswa yang ada di sekolah.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

yaitu pedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan

education yang berarti pengembangan atau bimbingan, dan juga sering

diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.29

Sedangkan pengertian Islam, dari segi bahasa berasal dari kata

aslama, yuslimu, islaman, yang berarti submission (keteduhan), resignation (pengunduran), dan reconciliaton (perdamaian), to the will of God (tunduk pada kehendak Allah). Pengertian Islam sebagai agama,

28 Supa‟at, 2014. “Model Kebijakan Pendidikan Karakter di Madrasah”, dalam

Jurnal Pendidikan Islam, Vol. III, no. 1, hal. 203-225.

29

Novan Ardy Wiyani, 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan

(34)

yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan untuk umat

manusia melalui Rasul-Nya, Muhammad Saw. Tujuan ajaran Islam,

yaitu mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga

terwujud keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa.30

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah

pendidikan yang seluruh komponen aspeknya didasarkan pada ajaran

Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik,

hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana

prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan

lainnya di dasarkan pada ajaran Islam.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama secara umum, sebagaimana dalam PP 55

Tahun 2007 (pasal 2 ayat 2) tentang pendidikan agama dan keagamaan,

pendidikan agama untuk berkembangnya kemampuan peserta didik

dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang

menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni.

Lebih spesifik dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

30

(35)

serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT. Mewujudkan manusia yang taat beragama dan

berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah,

cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, toleransi (tasamuh), menjaga

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

agama dalam komunitas sekolah.

3. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode Pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam

mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan

Islam.31

Abdurrahman An Nahlawi mengemukakan bahwa ada beberapa

metode yang digunakan dalam pendidikan Islam meliputi metode hiwar

qurani dan nabawi, kisah qurani dan nabawi, perumpamaan, teladan,

latihan dan pengalaman, „ibrah dan mau‟izhah, serta targhib dan tarhib.32 Melalui pendekatan pendidikan islam, yang berpijak pada firman Allah Swt

dalam QS. Al Baqarah: 151. sebagai berikut:

ۡلٱ َو َب ََٰتِك ۡلٱ ُمُكُمِّلَعُي َو ۡمُكيِّك َزُي َو اَنِت ََٰياَء ۡمُك ۡيَلَع ْاوُل ۡتَي ۡمُكنِّم الٗوُس َر ۡمُكيِف اَن ۡلَس ۡرَأ ٓاَمَك ۡمَل اَّم مُكُمِّلَعُي َو َةَم ۡكِح

َنوُمَل ۡعَت ْاوُنوُكَت Terjemahnya:

Artinya: “Sebagaimana (Kami menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu, yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu,

31

Bukhari Umar, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, hal. 182-185. 32

Abduarrahaman An Nahlawi. 2004. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan

(36)

sehingga mengajarkan hikmah, serta menganjurkan kepadamu Al-kitab dan Al-Hikmah, serta mengajanjurkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”33

Bedasarkan ayat tersebut, bahwa Pendidikan Agama Islam dapat

diintegrasikan melalui berbagai pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Tilawah (Pengajaran)

Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan

tadzakur (berdzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan

kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan

akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalnya

penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.

b. Pendekatan Tazkiyah (Penyucian)

Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar

ma‟ruf nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Aplikasi

bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan,

kelompok-kelompok usrah, riyadhah keagamaan, ceramah, tablig,

pemeliharaan syuar Islam, kepemimpinan terbuka, teladan

pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial (sosial control).

c. Pendekatan Ta‟lim Al-Kitab

Mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran) dengan menjelaskan

hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca,

memahami, dan merenungkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai

keterangannya.

33

Departemen Agama RI, 2014. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J.Art,

(37)

d. Pendekatan Ta‟lim Al-Hikmah

Indikator pendekatan ini adalah mengadakan perenungan

(reflectif thinking), reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan

Ta‟lim Al-Kitab.

e. Yu‟allim-ku m ma lam Takunu Ta‟lamun

Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang

memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga

pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran

yang benar- benar luar biasa. Indikator penemuan ini yaitu adanya

penemuan canggih.

f. Pendekatan Ishlah (Perbaikan)

Pendekatan ini bertujuan memelihara ukhuwah Islamiyah

dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu‟afa, kampanye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek soaial, serta

mengembangkan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS).34

Berdasakan pendekanan tersebut diatas penulis mengambil suatu

kesimpulan bahwa pendekatan terbagi dari pendekatan tilawah, pendekatan tazkiyah, pendekatan ta‟lim kitab, pendekan ta‟lim al-hikmah, yu‟alim-kum ma lam takunu ta‟lamun, dan pendekatan ishlah. Akan mendapatkan hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya.

34

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.35 Penelitian ini memahami tentang Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makasssar.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di MTs Negeri 1 Makassar, alasan

yang melatar belakangi penulis memilih lokasi ini karena setelah

melakukan observasi awal penulis menemukan adanya masalah-masalah

pembelajaran agama Islam di sekolah tersebut baik dari guru itu sendiri

maupun dari siswa. Peneliti akan lebih mudah memahami kondisi sosial

dan adat kebiasaan pada sekolah tersebut. Sedangkan yang menjadi

objek penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam dan siswa siswi

di MTs Negeri 1 Makassar.

C. Fokus Penelitian

35

Lexy J. Moleong, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal., 6.

(39)

1. Nilai-nilai narakter

2. Pendidikan agama islam di Mts Negeri 1 Makassar.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai karakter Mts Negeri 1 Makassar meliputi proses

pembelajaran yang mengarah pada pemuatan dan pengembangan

perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu

yang dirujuk oleh sekolah.

2. Pendidikan agama Islam di MTs Negeri 1 Makassar, yaitu sesuatu

hal yang ikut menyebabkan terjadinya suatu kondisi dimana anak

(peserta didik) tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya

hambatan ataupun gangguan dalam belajar seperti faktor dari

pendidik, peserta didik, sarana dan prasana maupun lingkungan.

E. Sumber Data

1. Data Primer

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors),

dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi.36 Sampel

dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai

36

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif,

(40)

nara sumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam

penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut

sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian adalah

untuk menghasilkan teori.37

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti

langsung dari informan atau objek yang berkaitan dengan masalah

yang akan menjadi objek penelitian yakni meliputi: tempat (lingkungan

MTs Negeri 1 Makassar), pelaku (Kepala sekolah,staf tata usaha,

pendidik/guru dan peserta didik), dan aktivitas pembelajaran, kegiatan

pembinaan lainnya (kegiatan ekstrakurikuler).

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh peneliti

tidak langsung dari informan atau objek yang diteliti namun melalui

media perantara seperti referensi atau buku-buku yang relevan dengan

masalah yang menjadi fokus penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian kualitatif merupakan “human instrument” atau manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen

utama penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak

pengumpul data (instrumen).38

1. Pedoman Observasi

37

Ibid hal. 289

(41)

Pedoman observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian)

dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ialah teknik pengumpulan data dengan

melakukan dialog langsung dengan sumber, dan dilakukan secara tak

terstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan

untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.39

Peneliti akan mewawancarai Kepala sekolah dan Guru pendidikan agama

Islam serta peserta didik yang dianggap berguna dalam penelitian ini.

3. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari

referensi yang membahas tentang objek penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam

suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh dalam menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang

diinginkan.

2. Wawancara

39

(42)

Wawancara dapat diartikan sebagai suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung

melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian

kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara

holistik dan jelas dari informan.40

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan peninggalan tertulis, baik dalam bentuk

tulisan maupun gambar/foto dalam berbagai kegiatan atau kejadian yang

terdiri dari segi waktu relative.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan

langkah penelitian Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (Data

Reduction), penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Tiga

proses ini dipandang sangat esensial dalam analisis data kualitatif.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertajam atau

memperdalam dan menyortir data dengan mengambil hal-hal yang

diperlukan dan membuang yang tidak diperlukan.Data yang diperlukan

maksudnya, data yang dapat secara langsung digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Sedangkan data yang tidak

diperlukan adalah data yang tidak relevan dengan pokok kajian, data yang

sama, atau data yang digolongkan sama.

40

(43)

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dimaksud adalah penyajian data yang sudah

disaring dan diorganisasikan secara keseluruhan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategorisasi dan sejenisnya.41 Dalam

penyajian data dilakukan interpretasi terhadap hasil data yang ditemukan

sehingga kesimpulan yang dirumuskan menjadi objektif.

3. Verifikasi

Verifikasi atau penarikan kesimpulan data adalah upaya untuk

mendapatkan kepastian apakah tersebut dipercaya keaslianya atau tidak.

Dalam verifikasi data ini akan diproriataskan kepada keabsahan sumber

data dan tingkat objektivitasnya serta adanya keterkaitan antara data dari

sumber yang satu dengan sumber yang lainnya dan selanjutnya ditarik

suatu kesimpulan.

41

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Cet. VII; Bandung: Alfabeta, hal. 95.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan tentang hasil

penelitian, namun sebelum terlalu jauh menguraikannya, maka peneliti

terlebih dahulu mengemukakan kondisi objektif lokasi penelitian sebagai

berikut:

1. Sejarah Berdirinya

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar, terletak di jalan

AP. Pettarani. Letaknya yang sangat strategis dan berada di pusat kota

Makassar membuat madrasah ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum

dari berbagai penjuru kota Makassar.

Pada tahun 1982 Departemen Agama Republik Indonesia

melakukan perubahan status Madrasah dari PGAN menjadi Madrasah

Tsanawiyah Negeri Ujung Pandang, yang selanjutnya pada tahun 1994 di

tingkatkan statusnya sebagai salah satu madrasah percontohan di

Provinsi Sulawesi Selatan. Seiring dengan terjadinya perubahan nama

kota Ujung Pandang menjadi kota Makassar, maka pada tahun 1997

nama Madrasah juga mengalami perubahan menjadi Madrasah

Tsanawiyah Negeri Model Makassar. Pada tahun 2015 sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 368 Tahun 2015 tentang

(45)

Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Sulawesi Selatan, maka saat ini

Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Makassar berubah nama menjadi

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar.42

2. Visi dan Misi

a. Visi

ISTIKAMAH

Islami, Terampil, Inovatif, Berkarakter, Amanah dan Berwawasan

Lingkungan Hidup

b. misi

1. Menyelenggarakan Sistem Pendidikan yang Berkarakter

dan Berorientasi Pada Peningkatan Mutu

2. Mewujudkan Lingkungan Belajar yang Sehat, Hijau,

Nyaman dan Asri

3. Menyiapkan Peserta Didik yang Berkualitas, Berdaya

Saing Tinggi dan Berakhlakul Karimah

3. Keadaan Guru

Guru dan siswa merupakan faktor yang paling penting

dalam sebuah lembaga pendidikan formal termasuk

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar. Guru dan

siswa merupakan faktor yang mempengaruhi berdirinya

42

Kantor Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar Tahun Ajaran 2018-2019.

(46)

sekolah, tanpa kedua hal tersebut maka sekolah tidak dapat

berdiri sebagaimana mestinya. Disisi lain, guru memegang

peranan paling penting dalam perkembangan suatu sekolah,

baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Guru yang

jumlahnya banyak dan mempunyai kualitas bermutu akan

mampu meningkatkan kualitas outputnya, begitu pula

sebaliknya.

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar

sekarang ini dipimpin oleh Hj. Darmawati, S.Ag.,M.Pd yang

Mempunyai tenaga pendidik/ guru sebanyak 37 orang dimana

terdiri dari 14 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Untuk

mengetahui data guru dapat dilihat pada table berikut

Tabel 1.1

Data Guru Mts Negeri 1 Makassar Tahun Ajaran 2019/2020

NO NAMA PENGELOLA JABATAN

1 Hj. Darmawati, S.Ag.,M.Pd NIP. 19720202 199803 2 001/ IV.a Kepala Madrasah 2 Rosliah, S.Pd.I NIP. 19671231 198603 2 002/ III.c

Plt. Kepala Tata Usaha

3

Drs. H. Hafiluddin, M.Pd

NIP. 19690723 199603 1 002/

(47)

IV.a

4

Hj. Rahmawati Nur, S.Ag

NIP. 19710709 199703 2 003/ IV.a Wakamad Kurikulum 5 Musdalifah, S.Pd NIP. 19680827 199303 2 012/ IV.a Wakamad Kesiswaan 6

Dra. Zumrita Ningrum

NIP. 19681030 199703 2 001/ IV.a Wakamad Humas 7 Darmawati, S.Kom NIP. 19831802 201411 2 002/ II.a Bendahara Pengeluaran 8 Hj. Rosmawati Idrus, SE NIP. 19701025 201412 2 001/III.a

Pengelola Dana BOS

9

Muthahhir Muchtar, S.Ag.,M.Pd

NIP. 19621228 198703 1 004/

IV.a

Kepala Laboratorium IPA

10

Dra. Hj. Fitriyah Muhyiddin, M.Pd

NIP. 19701130 199603 2 001/

(48)

IV.a

11

Dra. Hj. Nur Fatwa Basir

NIP. 19621210 198603 2 002/

IV.a

Pembina Holtikultura dan

Penataan Madrasah

12

Hj. Nurhana, S.Pd.,M.Pd

NIP. 19780705 200604 2 018/

III.d

Koordinator Bimbingan dan

Konseling (BK)

13

Rosli, S.Ag

NIP. 19710709 199903 1 002/

IV.a

Kepala Tenaga Pendidik dan

Kependidikan

14

Dra. St. Marlinah M

NIP. 19700104 199703 2 001/

IV.a

Pembina Kantin Kejujuran

15

Nurwati, S.Ag., M.Pd

NIP. 19731129 199903 2

001/IV.a

Pembimbing Mata Pelajaran

Matematika

16

Dra. Kartini

NIP. 19690201 199703 2 002

Pembimbing Mata Pelajaran

IPA

17

Ismail, S.Ag

NIP. 19730403 200710 1 001/

III.c

Koordinator Pembina OSIM

(Bagian Marching Band dan

Paskibraka)

18

Muhammad Rusdi, SH

NIP. 19800709 201412 1 002

Pembina OSIM

(49)

19 A.Zulkarnain Arief, S.Kom.,M.Pd NIP. 19730522 201412 1 001/ III.a Pembina OSIM

(Bagian Kedisiplinan Siswa)

20 Asyikin, S.Ag NIP. 19751129 200710 1 001/ III.b Pembina IRMAS 21

Muhammad Thahir, S.Ag

NIP. 19691002 199503 1 002/

IV.a

Pembina Qira‟ah, Tilawah dan Tahfidz

22

Nurhayati, SS., S.Pd. I

NIP. 19740627 201412 2

001/III.a

Pembina Ekskul Bahasa Inggris

23

H. Tamrin, S.Ag.,MA

NIP. 19700127 199403 1 002/

IV.a

Pembina Ibadah Putra

24

Dra. Hj. Dahnia Said

NIP. 19621017 199003 2 001/

IV.a

Pembina Ibadah Putri

25

Drs. Muhammad Arham, M.Pd.I

NIP. 19680821 199903 1 002/

IV.a

(50)

26

A.Hamdana, S.Pd

NIP. 19730318 200312 2 002/

IV.a

Koordinator Pembina PMR dan

UKS

27 Muhammad Nurul Aqsa Pembina PMR dan UKS

28

Muhammad Imran, S.Pd., M.Si

NIP. 19640403 200312 1 003/

IV.a

Koordinator Pembina Pramuka

Putra

29

Amiruddin, S.Pd

NIP. 19810424 200501 1 015/

III.d

Pembina Pramuka Putra

30

Dra. St. Fatmawati Said, M.Pd

NIP. 19700330 199802 2 001

Koordinator Pembina Pramuka

Putri

31 Ayu Anita Rahmah, S.Pd Pembina Pramuka Putri

32 Rahmaniah, S.Pd Pembina Ekskul Tari

33 Asriadi, S.Pd Pengelola Web Madrasah

34

H. Muhammad Nasir Siri, S.IP

NIP. 19740228 200604 1 001/

III.a

Kepala Perpustakaan

35

Hijrah Mustafa, S.Pd.I

NIP. 19821220 200312 2 001/

III.b

Pengelola SIMPEG dan

Pembuat Daftar Gaji

36

Iramadayanti, SE

NIP. 19850601 201412 2 004/

(51)

II.a

37

Hamzarullah, S.Pd

NIP. -

Pengelola SAIBA

Sumber data: Madrasah Tsanawiah Negeri 1 Kota Makassar, 2020.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar

mengajar, dengan kata lain bahwa keberhasilan pengajaran

bukanlah semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan

siswa menerima pelajaran, namun ada faktor lain yang tidak

bisa diabaiakan, yakni fasilitas atau sarana dan prasarana

yang ada pada sekolah tersebut.

Fasilitas yang dimilki Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Kota Makassar sudah memadai untuk berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif. Hal ini

dapat dilihat dari belum adanya fasilitas penunjang, seperti

perpustakaan, mushollah dan fasilitas lainnya yang semua itu

dapat mendukung kualitas pembelajaran.

Berikut ini gambaran tentang sarana dan prasarana

(52)

Tabel 1.2

Sarana dan Prasarana Sekolah Mts Negeri 1 Makassar Tahun

Ajaran 2019/2020

No NAMA RUANGAN JUMLAH KONDISI

1 Ruang Perkantoran 1 Baik

2 Ruang Guru 1 Baik

3 Ruang Kelas Siswa 35 Baik

4

Ruang Kurikulum dan

Pengajaran

1 Baik

5 Ruang Perpustakaan 1 Baik

6 Lab. Kesenian dan Keterampilan 1 Baik

7 Laboratorium IPA 1 Baik

8 Laboratorium Multimedia 1 Baik

9 Taman Holtikultura 1 Baik

10 Masjid 2 Lantai 1 Baik

11

Ruang OSIM, PRAMUKA dan

PMR

(53)

Sumber data: Madrasah Tsanawiah Negeri 1 Kota Makassar, 2020

5. Sarana Kebutuhan Mts Negeri 1 Kota Makassar

a. Aspek Peningkatan Manajemen Urusan Tata Usaha Madrasah

1. Lengkapnya struktur organisasi madrasah

2. Kelengkapan administrasi madrasah

3. Terciptanya program kerja madrasah yang representatif

dengan hasil musyawarah dan rapat majelis/komite.

4. Penegakan disiplin kerja

b. Aspek Pengembangan Kurikulum

12 Ruang Bimbingan Konseling 1 Baik

13 Koperasi Madrasah 1 Baik

14 Lapangan Olah Raga Out Door 1 Baik

15 Ruang AULA 1 Baik

16 Taman Belajar Siswa 1 Baik

17 Kantin Kejujuran 1 Baik

18 Kantin Umum 8 Baik

19 Tempat Parkir Kendaraan 1 Baik

(54)

1. Pembenahan perangkat pembelajaran melalui Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan secara

berkala lewat kurikulum dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM).

2. Menempatkan guru bidang studi sesuai dengan bidangnya.

3. Mengadakan kegiatan pelatihan mata pelajaran

4. Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai

5. Mengadakan evaluasi dan supervisi

6. Melaksanakan proses belajar secara aktif

7. Mengadakan evaluasi hasil belajar

c. Aspek Pembinaan Kesiswaan

1. Memberdayakan Organisasi Intra Madrasah (OSIM)

2. Memberdayakan Palang Merah Remaja (PMR)

3. Memberdayakan Praja Muda Karana (PRAMUKA)

4. Memberdayakan Ikatan Remaja Masjid Asa‟adah (IRMAS) 5. Memberdayakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler

siswa

d. Aspek Pengembangan Fasilitas Sarana Prasarana

1. Pembenahan fisik sekolah/rehabilitasi madrasah

2. Melengkapi sarana mobiler

3. Menjaga taman/lingkungan madrasah

4. Mengadakan evaluasi dan supervisi

e. Aspek Kehumasan

(55)

2. Menyusun laporan madrasah secara berkala

3. Evaluasi setiap program

4. Relasi dan kemitraan dengan alumni, masyarakat dan instansi

lainnya.

5. Relasi internal madrasah, sosial budaya dan lingkungan.

6. Publikasi, informasi dan dokumentasi.

7. Pengorganisasian/pembentukan Ikatan Alumni MTsN 1Kota

Makassar.

8. Menjembatani antara madrasah dan stakeholder.

9. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah/swasta untuk

kualitas SDM madrasah

10. Ikut menyukseskan program pemerintah (terutama Kementerian

Agama dan Kementerian Pendidikan), Program Indonesia Pintar

(PIP), Beasiswa Prestasi, Go Green dan MTR.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar

Penanaman nilai karakter dalam sekolah didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan

pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Penanaman nilai – nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama islam

Gambar

Gambar : Wawancara dengan Siswa Kelas VIII  Mts Negeri 1 Makassar
Gambar :  Wawancara dengan ibu Rosmiyati, Guru Pendidikan Agama  Islam
Gambar : Halaman Kantor Sekolah Mts Negeri 1 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dapat dipungkiri, bahwa pencapaian sasaran dan target peningkatan produksi hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura selama lima tahun terakhir (tahun 2010

Fakta ini melahirkan pemikiran bahwa terdapat kemungkinan untuk meniru kondisi yang sama bagi daerah-daerah yang tidak memiliki akses terhadap tanah vulkanik

Dengan tidak terakomodirnya paradigma green growth economic melalui pemenuhan prinsip triple bottom line dalam praktik perkebunan maka selain sudah menyimpang dari

• Kemudian, guru meminta setiap kelompok untuk memerankan percakapan yang telah disusun dan berisi ungkapan kalimat pujian tentang pemandangan alam di luar kelas.. •

Teknik pengukuran waktu yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode langsung, yaitu proses pengukuran yang dilakukan dengan mengamati waktu-waktu

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mengungkapkan latar belakang pentingnya komunikasi sibernetika dalam penerbangan, khususnya dalam rangka mewujudkan

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat hidup dan kesempatan mengenggam ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlakuan Akuntansi

Glavna funkcija stroja Iskop, skladištenje krumpira na stroj i transport do lokacije za sortiranje. O č ekivana godišnja proizvodnja