SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencampai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Progaram Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
Muhammad Harum Husni NIM: 10519243115
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi saudara Muhamad Harum Husni, NIM. 10519243115 yang berjudul
“Penanaman Nilai – Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makassar” telah diujikan pada hari Sabtu, 14
Jumadil Akhir 1441 H / 8 Februari 2020 M, dihadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 20 Jumadil Akhir 1441 H 14 Februari 2020 M
Dewan penguji :
Ketua : Dr. Rusli Malli, M.Ag (...) Sekertaris : Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd (...) Anggota : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...) : Drs. Mutakallim Sijal , M.Pd (...)
Pembimbing I : Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I (...) Pembimbing II : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...)
Disahkan Oleh:
Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
iv \
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan sidang Munaqasyah pada:
Hari / Tanggal : Kamis, 19 Jumadil Akhir 1441 H / 13 Februari 2020 M.
Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar (Gedung Iqra Lantai 4) Fakultas Agama Islam.
MEMUTUSKAN
Bahwa saudara
Nama : Muhamad Harum Husni
NIM : 105 19 2431 15
Judul : Penanaman Nilai – Nilai Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makassar
Dinyatakan : LULUS
Ketua Sekertaris
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dra. Mustahidang Usman, M.Si
NIDN : 0931126249 NIDN : 0917106101
Dewan Penguji
Ketua : Dr. Rusli Malli, M.Ag (...) Sekertaris : Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd (...) Anggota : Drs. H. Abd Samad Tahir, M.Pd.I (...)
: Drs. Mutakallim Sijal , M.Pd (...)
Disahkan Oleh:
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis atau peneliti yang bertanda
tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar adalah
hasil karya penulisan atau penelitian sendiri, jika dikemudian hari terbukti
bahwa ia merupakan gelar yang diperoleh karenanya batal secara hukum.
Makassar, 15 Rajab 1441 H 10 Maret 2020 M
Peneliti
Muhamad Harum Husni NIM : 105 19 2431 15
vi
Samad T.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar, untuk mengetahui Implementasi penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar, dan untuk mengetahui tantangan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif. Yang untuk memahami penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar.Hasil penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut: Penanaman nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di Mts Negeri 1 Makassar yang menjadi focus utamanya adalah terkait dengan kedisiplinan. Implementasi penanaman karakter juga dapat dengan nasehat-nasehat yang baik akan menumbuhkan karakter peserta didik, dan nasehat itu pula yang akan mengingatkan peserta didik ketika tidak sengaja atau tidak sadar saat ingin melakukan hal kurang baik, sehingga dengan diberikannya nasehat nasehat akan menghindarkannya dari perbuatan tercela. tantangan yang mendasar dalam penananaman nilai karakter dalam pembelajaran agama Islam yaitu perbedaan karakter pembawaan murid didalam kelas sehingga guru diusahakan menyesuaikan pendekatan terhadap murid yang berbeda-beda karakternya dalam kelas
Kata Kunci: Penanaman Nilai-nilai, Karakter, dan Pendidikan Agama Islam
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluk-Nya sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Demikian pula salam dan shalawat tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau dan kepada kaum muslimin yang senantiasa memperjuangkan risalah-Nya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesikan tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepada Kedua Orang tua tercinta dan tersayang, Papi H. Rahman Hoa dan Mami Hj. Husaimah yang selalu mendoakan, mendukung, menasehati, mengarahkan, mengorbankan waktu, tenaga dan biaya, sehingga penulis dapat melaksanakan semua kegiatan mulai dari awal hingga akhir, mulai dari perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., dan Drs. H. Abd. Samad T., M.Pd.I., selaku dosen pembimbing, yang telah mencurahkan waktu dan tenaganya dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
menyemangati dan pemberi hiburan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. serta kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
dalam goresan ucapan terima kasih ini. penulis ucapkan terima kasih semoga semangat keilmuan dan persahabatan kita senantiasa berjalan terus. Amin ya Robbal ‘Alamin.
penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. dan penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Amin ya
Robbal ‘Alamin.
Makassar, Februari 2020 Penulis
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belang Masalah ... 1
B. Rumus Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai Karakter ... 7
1. Pengertian Penanaman Nilai Karakter ... 7
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 9
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... 12
4. Prinsip-prinsip Pengembangan Karakter ... 17
5. Mengembangkan Penanaman Nilai Karakter ... 18
3. Metode Pendidikan Agama Islam ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29
C. Fokus Penelitian ... 30
D. Deskipsi fokus Penelitian ... 30
E. Sumber Data ... 31
F. Intumen penelitian ... 32
G. Teknik Pengumpulan Data ... 33
H. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mts Negeri 1 makassar... 35
B. Hasil dan Pembahasan ... 46
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang
dimiliki bangsa tersebut sebagai ciri khas yang membedakannya
dengan bangsa lain. Bangsa yang memiliki karakter positif lebih kuat
akan mampu menjadikan dirinya bermartabat, begitupun sebaliknya
jika suatu bangsa memiliki karakter negatif lebih kuat, maka akan
menjadikan dirinya menjadi hina dimata bangsa lain.
Indonesia sejatinya adalah bangsa dan negara besar, negara
kepulauan terbesar dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia,
dan bangsa yang multi- etnik dan bahasa, tetapi tetap bersatu.
Indonesia juga memiliki warisan sejarah yang menakjubkan,
kreativitas anak negeri yang mengagumkan seperti terlihat pada
produksi batik, aneka makanan, dan kerajinan yang eksotik,
kekayaan serta keindahan yang luar biasa. Predikat sebagai bangsa
dan negara yang positif tersebut, seakan sirna karena mendapat
predikat baru yang negatif, seperti terkorup, bangsa yang soft nation,
malas, sarang teroris, bangsa yang hilang keramah-tamahannya,
banyak kerusuhan, dan bencana.1
1
Novan Ardy Wiyani, 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD:
Konsep, Praktik, & Strategi, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, hal, 16-17.
Persoalan yang tidak kalah seriusnya terjadi pada
praktik-praktik pendidikan. Hampir setiap hari terdapat berita-berita tentang
kasus amoral yang dilakukan anak-anak dan remaja. Berita tersebut
disiarkan melalui berbagai media masa memberitakan tentang
kualitas pendidikan Indonesia yang sedang dalam krisis moral.
Sedangkan pendidikan sendiri merupakan bagian integral dari
pembangunan kehidupan bangsa dan negara, sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 pasal 1, yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”2
Adanya pengendalian diri dalam proses pendidikan
sebagaimana dijelaskan dalam konsep pendidikan Nasional
merupakan harapan agar setiap individu memiliki kemampuan dalam
mengelola dirinya, baik dalam lingkungan belajar, lingkungan
keluarga, ataupun dalam lingkungan sosialnya. Dengan
pengendalian diri yang baik, siswa akan mampu beradaptasi dalam
2
kondisi lingkungannya, dan dapat terhindar dari masalah
penyesuaian diri, dan permasalahan bersosialisasi individu lain serta
siswa mampu mematuhi peraturan yang terdapat di sekolah.
Pengendalian diri ini dapat terwujud melalui penerapan kedisiplinan.3
Sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki
pengaruh dalam membentuk karakter anak. Peran sekolah disini
juga menjadi tolok ukur terwujudnya karakter mulia pada diri siswa
melalui suasana pembelajaran yang kondusif, nyaman, dinamis, dan
ditegakkannya nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian,
lembaga pendidikan atau sekolah sebagai tempat penempaan
karakter yang salah satunya kedisiplinan, harus mempunyai strategi
tersendiri dalam membangun kesadaran disiplin dalam diri peserta
didik agar menjadi manusia yang utuh sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
Fakta menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
beragama. Namun, dalam keberagamaan untuk dapat tumbuh dan
berkembang secara benar memerlukan suatu bimbingan. Oleh
sebab itu, sejalan dengan tahap perkembangan yang anak-anak
alami, mereka membutuhkan tuntunan dan bimbingan.4 Jadi,
tahapan awal untuk menumbukan sikap, perilaku, keyakinan serta
pribadi beragama dalam masa perkembangan anak yaitu dengan
3
Anwar Hafid, dkk,2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hal. 178.
4
Bambang Syamsul Arifin, 2008. Psikologi Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, hlm. 52-53.
usaha menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak
usia dini. Pola pengasuhan, pembimbingan, pendidikan serta
hubungan orang tua dengan anak sangat mempengaruhi masa
dewasa sang anak.
Karena masalah perkembangan siswa sangat berarti bagi
kemajuan sekolah. Di sekolah yang tertib tentu akan menciptakan
kondisi proses pembelajaran yang efektif, sehingga siswa dapat
menginternalisasi sikap dan pengetahuan mereka dengan baik.
Namun sebaliknya, sekolah yang kurang tertib akan memunculkan
berbagai macam pelanggaran kedisiplinan, baik oleh siswa, guru,
dan karyawan.
Adanya penanaman dan penginternalisasian kedisiplinan,
memerlukan keteladanan dan kerja keras dari seluruh pihak mulai
dari guru, karyawan, hingga siswa. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
pengembangan karakter kedisiplinan pada peserta didik, dengan
mengangkat judul penelitian “Penanaman Nilai-Nilai Penanaman Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar”, serta dengan menggunakan model penelitian studi kasus (case study) ini, diharapkan peneliti dapat menggali
informasi tersebut jauh lebih mendalam.
B. Rumusan Masalah
Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar?
2. Bagaimana implementasi Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1
Makasssar?
3. Bagaimana tantangan Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1
Makasssar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan konsep Penanaman Nilai-Nilai Karakter
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1
Makasssar.
2. Untuk mendeskripsikan implementasi Penanaman Nilai-Nilai
Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs
Negeri 1 Makasssar.
3. Untuk mengetahui tantangan Penanaman Nilai-Nilai Karakter
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa MTs Negeri 1
Makasssar.
d. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritik
a. Diharapkan tulisan ini dapat menambah khazanah keilmuan
dalam dunia pendidikan, terutama tentang wacana
penanaman nilai karakter dalam Pendidikan Agama Islam.
lebih luas lagi tentang penanaman nilai karakter dalam
Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan
untuk evaluasi terhadap implementasi Penanaman Nilai-Nilai
Karakter dalam Pebelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa
MTs Negeri 1 Makasssar khususnya dalam mengembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman nilai-nilai karakter
1. Pengertian Penanaman nilai-nilai karakter
Penanaman adalah proses (perbuatan atau cara) menanamkan.5
Artinya bagaimana usaha seorang guru menanamkan nilai-nilai dalam hal
ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didiknya yang
dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berbeda-beda. Nilai berasal dari bahasa latin vale‟re yang artinya berguna, mampu akan berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu
yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang.6
Nilai sebagai sesuatu yang abstrak mempunyai sejumlah indikator
yang dapat kita cermati, yaitu:
a. Nilai memberi tujuan atau arah (goals or purposes) kemana kehidupan
harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
b. Nilai memberikan aspirasi (aspirations) atau inspirasi kepada
seseorang untuk hal yang berguna, yang baik,yang positif bagi
kehidupan.
5
WJS. Purwadarminta, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 89
6
Sutarjo Adisusilo,2012. Pembelajaran Nilai – Karakter: Konstruktivisme dan
VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: PT Raja Grafindo
c. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau
bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi
acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus
bertingkah laku.
d. Nilai itu menarik (interests), memikat hati seseorang untuk dipikirkan,
untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk
dihayati.
e. Nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika
sedang mengalami berbagai perasaan atau suasana hati, seperti
senang, sedih, tertekan, bergembira, bersemangat dan lain-lain.
f. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and
convictions) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait
dengan nilai-nilai tertentu.
g. Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities), perbuatan atau
tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak
berhenti pada pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
h. Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran
seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan,
mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup
(worries, problems, obstacles).
2. Pengertian pendidikan karakter
semakin mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih
dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari
perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi,
perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran,
pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan
sekolah menengah dan atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini
dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami.7
Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai
benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian. Kepribadian dibebaskan dari nilai,
sementara karakter lekat dengan nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian maupun karakter berwujud tingkah laku manusia yang
ditunjukkan ke lingkungan sosial. Karakter, secara lebih jelas mengacu
kepada serangkaian sikap (atitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills).
Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang
terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral,
perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal
dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif
dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan
7
Dharma Kesuma,dkk,2011. Pendidikan Karakte:Kajian Teori dan Praktik di
komunitas dan masyarakatnya.8
Pendidikan karakter dalam latar sekolah merupakan pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh
sekolah.
Definisi ini mengandung makna:
1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan
pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki
potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).9
Siswa MTs adalah mereka yang sedang menjalani tahap
perkembangan masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja awal.
Masa remaja awal ini karakter seorang siswa dalam proses pembentukan.
Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang
sangat penting bagi persiapan dan penyesuian diri terhadap kehidupan di
masa dewasa anak diharapkan memperoleh pendidikan karakter melalui
pembelajaran di sekolah.
8
Ngainun Naim, 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa, Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA,
hal 55
Pendidikan dituntut untuk dapat merubah peserta didik ke arah yang
lebih baik. Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 Nilai
Karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya
membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau
madrasah.
Jadi, pendidikan karakter adalah proses menghadirkan nilai-nilai dari
berbagai dunia nilai (simbolik, empiric, etik, estetik, sinnoetik, dan sinoptik)
pada diri siswa sehingga dengan nilai-nilai tersebut akan mengarahkan,
mengendalikan, dan mengembangkan kepribadian secara utuh yang
terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter baik.10
Penanaman nilai karakter dalam pengaturan sekolah didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu
nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna:
1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata
pelajaran.
2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia
yang memiliki potensi untuk dan dikembangkan.
3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai
yang dirujuk sekolah/lembaga.
10
Muh. Arafik, 2013. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar Berbasis
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
a. Tujuan pendidikan karakter
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu sesuatu yang akan dicapai
melalui sesuatu kegiatan atau usaha. Pada dunia pendidikan, faktor tujuan
merupakan sesuatu yang amat penting dan mendasar. Hal ini disebabkan
tujuan pada konsep pendidikan merupakan gambaran sesuatu yang
hendak dicapai melalui proses pendidikan.11
Menurut al- Syaibani dalam Syamsul Kurniawan, yang dimaksud
dengan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan
diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan
pada kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan alam
sekitar tempat individu hidup.12
Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa sebenarnya tujuan
pendidikan adalah hasil akhir yang diinginkan atau yang diharapkan
melalui proses pendidikan. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa suatu
kegiatan pendidikan ialah usaha membentuk manusia secara keseluruhan
aspek kemanusiaannya secara utuh, lengkap dan terpadu. Secara ringkas
dikatakan bahwa pendidikan tidak lain sebagai pembentukan
kepribadian.13
Adapun tujuan pendidikan Islam, menurut Al-Attas lebih pada
11
Munirah, 2011. Lingkungan pada Prespektif Pendidikan Islam: Peran Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat pada Perkembangan Anak. Cet. I;Makassar: Alauddin Press,
hal. 21. 12
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2012. Studi Ilmu Pendidikan
Islam Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 114
13
Zakiah Daradjat, 2000. dkk, Metodologi Pengajaran Islam Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, hal.72.
mengembalikan manusia kepada fitrah kemanusiaannya, bukan
pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga negara,
yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai dengan perannya
dalam kehidupan bernegara. Menurutnya, konsep pendidikan Islam pada
dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik, manusia yang
sempurna atau manusia universal yang sesuai dengan fungsi utama
diciptakannya. Manusia itu membawa dua misi sekaligus, yaitu sebagai hamba Allah (‟abdullah) dan sebagai khalifah di bumi (khalifah fil „ardh).14
Pendidikan dalam Islam merupakan refleksi dari tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al An‟am ayat 162 :
يِتاَمَم َو َياَي ۡحَم َو يِكُسُن َو يِت َلََص َّنِإ ۡلُق َنيِمَل ََٰع ۡلٱ ِّب َر ِ َّ ِلِلّ
Terjemahnya:
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.15
Sementara itu, Abdul Majid dalam Socrates yang mengemukakan
bahwa tujuan paling mendasar pada pendidikan adalah membuat seorang
menjadi good and smart. Selain itu, tokoh pendidikan Barat seperti
Klipatrik, Lickona, Brooks, dan Goble menyuarakan rumusan tujuan utama
pendidikan pada wilayah yang serupa, yakni pembentukan kepribadian
manusia yang baik. Begitu juga Marthin Luther King menyetujui pemikiran
tersebut dengan mengatakan kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang
14
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 47
15
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J. Art,
benar pada pendidikan.16 Dengan demikian, tujuan pendidikan tidak lain
adalah untuk membentuk manusia yang berkepribadian atau berkarakter.
Pada sudut pemerintahan pendidikan karakter disemua lembaga
pendidikan formal, menurut mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar yang menjadi tujuan
pada perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter sebagai berikut:
a. Membentuk manusia yang bermoral.
b. Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional.
c. Membentuk manusia Indonesia yang Inovatif dan suka bekerja keras.
d. Membentuk manusia yang optimis dan percaya diri.
e. Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot atau suatu prinsip
terbinanya sikap cinta tanah air.17
Sementara panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang
bersumber pada Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Kurikulum dan Pembukuan, pendidikan karakter bertujuan
mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu
Pancasila, meliputi:
a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yanng
memiliki hati, pikiran dan perilaku baik.
b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
c. Mengembangkan potensi-potensi warga negara agar memiliki sikap
16
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2012. Pendidikan Karakter Prespektif Islam Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.30.
17
Nurla Isna Aunillah, 2011 Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya, serta mencintai
umat manusia.18
Pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk manusia menjadi semakin cerdas pada
konteks pengembangan diri sebagai makhluk pembelajar. Pendidikan
karakter juga bertujuan membentuk figur manusia Indonesia yang
seutuhnya, yaitu manusia yang berkarakter, inovatif, suka bekerja keras,
percaya diri, membentuk jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab,
mempunyai ketegaran mental sehingga tidak terjerumus kepada perilaku
yang menyimpang atau bertentangan dengan agama Islam.
b. Fungsi pendidikan karakter
Selain tujuan, pendidikan karakter juga memiliki fungsi yang sesuai
dengan fungsi pendidikan Nasional, Kementrian Pendidikan Nasional
pada Desain Induk Pendidikan Karakter memaparkan atau menjelaskan
bahwa pendidikan karakter diimaksudkan untuk mengembangkan
kapasitas atau kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang maju, unggul, dan bermartabat pada rangka mencerdaskan
kehidupan anak bangsa.19
Secara spesifik pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama
sebagaimana maktub pada grand design pendidikan karakter yaitu:
a. Pembentukan dan pengembangan potensi Pendidikan karakter
18
Kementrian Pendidikan Nasioanal Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: 2011, hal. 7
19
Kementrian Pendidikan Nasional pada Desain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta: 2010, hal. 5.
berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia
atau warga negara Indonesia agar memiliki pikiran, hati dan
perilaku baik sesuai dengan falsafah Pancasila.
b. Perbaikan dan penguatan Pendidikan karakter berfungsi
memperbaiki karakter manusia yang bersifat negatif,
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,
pemerintah untuk ikut berpartisipasi, bertanggung jawab untuk
mengembangkan potensi manusia menuju bangsa yang
berkarakter.
c. Penyaring Pendidikan karakter berfungsi memilah nilai-nilai
budaya sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain
yang positif untuk menjadi karakter manusia agar menjadi
bangsa yang lebih maju dan bermartabat.20
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai tujuan dan
fungsi untuk memanusiakan manusia atau berupaya membentuk manusia
yang berkarakter, berkepribadian, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, dan
bertanggung jawab.
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Karakter
Prinsip-prinsip pengembangan karakter menurut Zubaedi, teridiri dari
sebelas prinsip berikut :
20
Marwan Saridjo, 2011. Pendidikan Islam pada Masa ke Masa: Tinjauan
Kebijakan Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia Cet. II; Jakarta: Yayasan Ngali
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis
karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya
mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, prosktif, dan afektif
untuk membangun karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
perilaku yang baik
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua siswa, membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnnya motivasi diri pada para siswa
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter dan setia pada nilai dasar yang sama
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan
luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
k. Mengevaluasi sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam
kehidupan siswa.21
Berdasarkan uraian prinsip perkembangan karakter adalah sangat
penting terutama dilingkungan sekolah agar menciptakan karakter secara
konprehensif supaya mencangkup pemikiran, persaan dan prilaku yang
baik kepada siswa membangun karakter meraka dan membantu meraka
untuk sukses.
5. Langkah Mengembangkan Penanaman nilai karakter
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas untuk
pendidikan karakter dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan
pendidikan, secara psikologis dan sosio-kultural pembentukan karakter
dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural
(dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
sosio-kultural tersebut dapat dikelommpokkan dalam: (1) olah hati
(spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual
development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development), keempat hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
21
Zubaedi, 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan.22
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting,
menuju kebiasaan (habit). Hal ini menunjukkan bahwa, karakter tidak
sebatas pada pengetahuan. Karakter lebih dalam lagi, meninjau wilayah
emosi dan kebiasaan diri.23 Dalam pelaksanaan atau proses penanaman
nilai karakter dapat menggunakan strategi pengembangan secara
keseluruhan. Artinya keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi
pengembangan nilai/karakter melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan nasional.
Menurut Zubaedi, bahwa strategi pengembangan karakter tersebut
dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni:
a. Perencanaan, pada tahap ini dikembangkan perangkat karakter
yang akan digali, dikristalisasikan dan dirumuskan dari berbagai
sumber.
b. Pelaksanaan, pada tahap ini adalah proses pembelajaran yang
bertujuan pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta
didik.
c. Evaluasi hasil, dalam tahapan ini akan dilakukan pengukuran
(assessment) untuk perbaikan berkelanjutan. Sebagaimana teori
Bridgman dan Davis yang mengemukakan bahwa evaluasi
program secara umum mengacu pada empat dimensi yaitu
22
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter…, hal. 24-25 23
indikator masukan (input),proses ( process), keluaran (outputs),
dan indikator dampak (outcomes)24
Dalam penanaman nilai karakter menuju terbentuknya akhlak mulia
dalam diri siswa, juga terdapat tiga tahapan yang harus dilaluinya yaitu
sebagai berikut.
1. Moral Knowing/Learning Do Know,
Dalam tahapan ini tujuan tujuan diorientasikan pada penguasaan
pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu:
a) Membedakan nilai akhlak mulia dan akhlak tercela, serta
nilai-nilai universal.
b) Memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan
dogtriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela
dalam kehidupan.
c) Mengenal sosok Nabi Muhammad sebagai figur teladan akhlak
mulia melalui hadits-hadits dan sunnah-sunnahnya.
2. Moral Loving/Moral Feeling,
Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa
butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi
sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, akal, rasio
dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga muncul kesadaran,
keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata pada dirinya
24
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam
sendiri,”iya, saya harus seperti itu…” atau “saya perlu memprakekkan seperti ini…”.
3. Moral Doing/Learning to Do,
Puncak keberhasilan pelajaran akhlak yaitu siswa mempraktikan
nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari- hari. Siswa menjadi
semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih,
sayang, adil, serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak
belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita
memiliki setumpuk pertayaan yang harus dicari jawabannya.25
Strategi yang memungkinkan pendidikan karakter bisa berjalan sesuai
sasaran setidak-tidaknya meliputi tiga hal:
1. Menggunakan prinsip keteladanan dari semua pihak, baik orang
tua, guru, masyarakat maupun pemimpinnya.
2. Menggunakan prinsip kontinuitas/rutinitas (pembiasaan dalam
segala aspek kehidupan).
3. Menggunakan kesadaran untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai
karakter yang diajarkan.26
25
Heri Iswanto, dkk., 2011. Pendidikan Karakter: Pengalaman Implementasi
Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: DPP Bakat Minat dan Keterampilan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, hal. 10-11. 26
6. Jenis-Jenis Penanaman nilai karakter
Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
dalam proses pendidikan. Berikut keempat jenis karakter tersebut :
a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan wahyu
Tuhan (konservasi moral).
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa
budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-
tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).
c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan.
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil
proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan.27
Berdasarkan jenis pendidikan karakter diatas, penelitian ini masuk
dalam pendidikan karakter yang berbasis nilai religius karena berkaitan
dengan pengajaran nilai-nilai agama Islam yang berisi aqidah dan syariah.
Agama sebagai pedoman dan sistem hidup sangat berperan bagi
pembentukkan karakter manusia. Dalam perspektif Islam, karakter atau
akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syari‟ah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh pondasi aqidah yang kokoh. Sedang posisi Pendidikan Agama Islam disini sebagai mata salah
satu mata pelajaran, memiliki peranan penting dalam pendidikan karakter
di sekolah yaitu sebagai sarana dalam penyadaran nilai-nilai agama Islam
27
Jamal Ma‟mur Asmani, 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
kepada peserta didik melalui pengembangan moral dan keberagamaan
siswa.28
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam
sebagai satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam
pendidikan karakter di sekolah yaitu sebagai sarana dalam penyadaran
nilai-nilai Agama Islam kepada peserta didik melalui pengembangan moral
dan keberagamaan siswa yang ada di sekolah.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu pedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
education yang berarti pengembangan atau bimbingan, dan juga sering
diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.29
Sedangkan pengertian Islam, dari segi bahasa berasal dari kata
aslama, yuslimu, islaman, yang berarti submission (keteduhan), resignation (pengunduran), dan reconciliaton (perdamaian), to the will of God (tunduk pada kehendak Allah). Pengertian Islam sebagai agama,
28 Supa‟at, 2014. “Model Kebijakan Pendidikan Karakter di Madrasah”, dalam
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. III, no. 1, hal. 203-225.
29
Novan Ardy Wiyani, 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan
yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan untuk umat
manusia melalui Rasul-Nya, Muhammad Saw. Tujuan ajaran Islam,
yaitu mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga
terwujud keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa.30
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang seluruh komponen aspeknya didasarkan pada ajaran
Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik,
hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana
prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan
lainnya di dasarkan pada ajaran Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama secara umum, sebagaimana dalam PP 55
Tahun 2007 (pasal 2 ayat 2) tentang pendidikan agama dan keagamaan,
pendidikan agama untuk berkembangnya kemampuan peserta didik
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
Lebih spesifik dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
30
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT. Mewujudkan manusia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah,
cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, toleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.
3. Metode Pendidikan Agama Islam
Metode Pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam
mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam.31
Abdurrahman An Nahlawi mengemukakan bahwa ada beberapa
metode yang digunakan dalam pendidikan Islam meliputi metode hiwar
qurani dan nabawi, kisah qurani dan nabawi, perumpamaan, teladan,
latihan dan pengalaman, „ibrah dan mau‟izhah, serta targhib dan tarhib.32 Melalui pendekatan pendidikan islam, yang berpijak pada firman Allah Swt
dalam QS. Al Baqarah: 151. sebagai berikut:
ۡلٱ َو َب ََٰتِك ۡلٱ ُمُكُمِّلَعُي َو ۡمُكيِّك َزُي َو اَنِت ََٰياَء ۡمُك ۡيَلَع ْاوُل ۡتَي ۡمُكنِّم الٗوُس َر ۡمُكيِف اَن ۡلَس ۡرَأ ٓاَمَك ۡمَل اَّم مُكُمِّلَعُي َو َةَم ۡكِح
َنوُمَل ۡعَت ْاوُنوُكَت Terjemahnya:
Artinya: “Sebagaimana (Kami menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu, yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu,
31
Bukhari Umar, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, hal. 182-185. 32
Abduarrahaman An Nahlawi. 2004. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
sehingga mengajarkan hikmah, serta menganjurkan kepadamu Al-kitab dan Al-Hikmah, serta mengajanjurkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”33
Bedasarkan ayat tersebut, bahwa Pendidikan Agama Islam dapat
diintegrasikan melalui berbagai pendekatan, antara lain:
a. Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan
tadzakur (berdzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan
kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan
akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalnya
penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.
b. Pendekatan Tazkiyah (Penyucian)
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar
ma‟ruf nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Aplikasi
bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan,
kelompok-kelompok usrah, riyadhah keagamaan, ceramah, tablig,
pemeliharaan syuar Islam, kepemimpinan terbuka, teladan
pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial (sosial control).
c. Pendekatan Ta‟lim Al-Kitab
Mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran) dengan menjelaskan
hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca,
memahami, dan merenungkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai
keterangannya.
33
Departemen Agama RI, 2014. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J.Art,
d. Pendekatan Ta‟lim Al-Hikmah
Indikator pendekatan ini adalah mengadakan perenungan
(reflectif thinking), reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan
Ta‟lim Al-Kitab.
e. Yu‟allim-ku m ma lam Takunu Ta‟lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang
memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga
pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran
yang benar- benar luar biasa. Indikator penemuan ini yaitu adanya
penemuan canggih.
f. Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
Pendekatan ini bertujuan memelihara ukhuwah Islamiyah
dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu‟afa, kampanye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek soaial, serta
mengembangkan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS).34
Berdasakan pendekanan tersebut diatas penulis mengambil suatu
kesimpulan bahwa pendekatan terbagi dari pendekatan tilawah, pendekatan tazkiyah, pendekatan ta‟lim kitab, pendekan ta‟lim al-hikmah, yu‟alim-kum ma lam takunu ta‟lamun, dan pendekatan ishlah. Akan mendapatkan hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya.
34
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.35 Penelitian ini memahami tentang Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Siswa MTs Negeri 1 Makasssar.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di MTs Negeri 1 Makassar, alasan
yang melatar belakangi penulis memilih lokasi ini karena setelah
melakukan observasi awal penulis menemukan adanya masalah-masalah
pembelajaran agama Islam di sekolah tersebut baik dari guru itu sendiri
maupun dari siswa. Peneliti akan lebih mudah memahami kondisi sosial
dan adat kebiasaan pada sekolah tersebut. Sedangkan yang menjadi
objek penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam dan siswa siswi
di MTs Negeri 1 Makassar.
C. Fokus Penelitian
35
Lexy J. Moleong, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal., 6.
1. Nilai-nilai narakter
2. Pendidikan agama islam di Mts Negeri 1 Makassar.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai karakter Mts Negeri 1 Makassar meliputi proses
pembelajaran yang mengarah pada pemuatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah.
2. Pendidikan agama Islam di MTs Negeri 1 Makassar, yaitu sesuatu
hal yang ikut menyebabkan terjadinya suatu kondisi dimana anak
(peserta didik) tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya
hambatan ataupun gangguan dalam belajar seperti faktor dari
pendidik, peserta didik, sarana dan prasana maupun lingkungan.
E. Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors),
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi.36 Sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
36
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif,
nara sumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut
sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian adalah
untuk menghasilkan teori.37
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti
langsung dari informan atau objek yang berkaitan dengan masalah
yang akan menjadi objek penelitian yakni meliputi: tempat (lingkungan
MTs Negeri 1 Makassar), pelaku (Kepala sekolah,staf tata usaha,
pendidik/guru dan peserta didik), dan aktivitas pembelajaran, kegiatan
pembinaan lainnya (kegiatan ekstrakurikuler).
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh peneliti
tidak langsung dari informan atau objek yang diteliti namun melalui
media perantara seperti referensi atau buku-buku yang relevan dengan
masalah yang menjadi fokus penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif merupakan “human instrument” atau manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen
utama penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak
pengumpul data (instrumen).38
1. Pedoman Observasi
37
Ibid hal. 289
Pedoman observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian)
dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ialah teknik pengumpulan data dengan
melakukan dialog langsung dengan sumber, dan dilakukan secara tak
terstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan
untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.39
Peneliti akan mewawancarai Kepala sekolah dan Guru pendidikan agama
Islam serta peserta didik yang dianggap berguna dalam penelitian ini.
3. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari
referensi yang membahas tentang objek penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan
penuh dalam menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang
diinginkan.
2. Wawancara
39
Wawancara dapat diartikan sebagai suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung
melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara
holistik dan jelas dari informan.40
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan peninggalan tertulis, baik dalam bentuk
tulisan maupun gambar/foto dalam berbagai kegiatan atau kejadian yang
terdiri dari segi waktu relative.
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan
langkah penelitian Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (Data
Reduction), penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Tiga
proses ini dipandang sangat esensial dalam analisis data kualitatif.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertajam atau
memperdalam dan menyortir data dengan mengambil hal-hal yang
diperlukan dan membuang yang tidak diperlukan.Data yang diperlukan
maksudnya, data yang dapat secara langsung digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Sedangkan data yang tidak
diperlukan adalah data yang tidak relevan dengan pokok kajian, data yang
sama, atau data yang digolongkan sama.
40
2. Penyajian Data
Penyajian data yang dimaksud adalah penyajian data yang sudah
disaring dan diorganisasikan secara keseluruhan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategorisasi dan sejenisnya.41 Dalam
penyajian data dilakukan interpretasi terhadap hasil data yang ditemukan
sehingga kesimpulan yang dirumuskan menjadi objektif.
3. Verifikasi
Verifikasi atau penarikan kesimpulan data adalah upaya untuk
mendapatkan kepastian apakah tersebut dipercaya keaslianya atau tidak.
Dalam verifikasi data ini akan diproriataskan kepada keabsahan sumber
data dan tingkat objektivitasnya serta adanya keterkaitan antara data dari
sumber yang satu dengan sumber yang lainnya dan selanjutnya ditarik
suatu kesimpulan.
41
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Cet. VII; Bandung: Alfabeta, hal. 95.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar
Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan tentang hasil
penelitian, namun sebelum terlalu jauh menguraikannya, maka peneliti
terlebih dahulu mengemukakan kondisi objektif lokasi penelitian sebagai
berikut:
1. Sejarah Berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar, terletak di jalan
AP. Pettarani. Letaknya yang sangat strategis dan berada di pusat kota
Makassar membuat madrasah ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum
dari berbagai penjuru kota Makassar.
Pada tahun 1982 Departemen Agama Republik Indonesia
melakukan perubahan status Madrasah dari PGAN menjadi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Ujung Pandang, yang selanjutnya pada tahun 1994 di
tingkatkan statusnya sebagai salah satu madrasah percontohan di
Provinsi Sulawesi Selatan. Seiring dengan terjadinya perubahan nama
kota Ujung Pandang menjadi kota Makassar, maka pada tahun 1997
nama Madrasah juga mengalami perubahan menjadi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Model Makassar. Pada tahun 2015 sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 368 Tahun 2015 tentang
Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Sulawesi Selatan, maka saat ini
Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Makassar berubah nama menjadi
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar.42
2. Visi dan Misi
a. Visi
ISTIKAMAH
Islami, Terampil, Inovatif, Berkarakter, Amanah dan Berwawasan
Lingkungan Hidup
b. misi
1. Menyelenggarakan Sistem Pendidikan yang Berkarakter
dan Berorientasi Pada Peningkatan Mutu
2. Mewujudkan Lingkungan Belajar yang Sehat, Hijau,
Nyaman dan Asri
3. Menyiapkan Peserta Didik yang Berkualitas, Berdaya
Saing Tinggi dan Berakhlakul Karimah
3. Keadaan Guru
Guru dan siswa merupakan faktor yang paling penting
dalam sebuah lembaga pendidikan formal termasuk
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar. Guru dan
siswa merupakan faktor yang mempengaruhi berdirinya
42
Kantor Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar Tahun Ajaran 2018-2019.
sekolah, tanpa kedua hal tersebut maka sekolah tidak dapat
berdiri sebagaimana mestinya. Disisi lain, guru memegang
peranan paling penting dalam perkembangan suatu sekolah,
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Guru yang
jumlahnya banyak dan mempunyai kualitas bermutu akan
mampu meningkatkan kualitas outputnya, begitu pula
sebaliknya.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Makassar
sekarang ini dipimpin oleh Hj. Darmawati, S.Ag.,M.Pd yang
Mempunyai tenaga pendidik/ guru sebanyak 37 orang dimana
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Untuk
mengetahui data guru dapat dilihat pada table berikut
Tabel 1.1
Data Guru Mts Negeri 1 Makassar Tahun Ajaran 2019/2020
NO NAMA PENGELOLA JABATAN
1 Hj. Darmawati, S.Ag.,M.Pd NIP. 19720202 199803 2 001/ IV.a Kepala Madrasah 2 Rosliah, S.Pd.I NIP. 19671231 198603 2 002/ III.c
Plt. Kepala Tata Usaha
3
Drs. H. Hafiluddin, M.Pd
NIP. 19690723 199603 1 002/
IV.a
4
Hj. Rahmawati Nur, S.Ag
NIP. 19710709 199703 2 003/ IV.a Wakamad Kurikulum 5 Musdalifah, S.Pd NIP. 19680827 199303 2 012/ IV.a Wakamad Kesiswaan 6
Dra. Zumrita Ningrum
NIP. 19681030 199703 2 001/ IV.a Wakamad Humas 7 Darmawati, S.Kom NIP. 19831802 201411 2 002/ II.a Bendahara Pengeluaran 8 Hj. Rosmawati Idrus, SE NIP. 19701025 201412 2 001/III.a
Pengelola Dana BOS
9
Muthahhir Muchtar, S.Ag.,M.Pd
NIP. 19621228 198703 1 004/
IV.a
Kepala Laboratorium IPA
10
Dra. Hj. Fitriyah Muhyiddin, M.Pd
NIP. 19701130 199603 2 001/
IV.a
11
Dra. Hj. Nur Fatwa Basir
NIP. 19621210 198603 2 002/
IV.a
Pembina Holtikultura dan
Penataan Madrasah
12
Hj. Nurhana, S.Pd.,M.Pd
NIP. 19780705 200604 2 018/
III.d
Koordinator Bimbingan dan
Konseling (BK)
13
Rosli, S.Ag
NIP. 19710709 199903 1 002/
IV.a
Kepala Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
14
Dra. St. Marlinah M
NIP. 19700104 199703 2 001/
IV.a
Pembina Kantin Kejujuran
15
Nurwati, S.Ag., M.Pd
NIP. 19731129 199903 2
001/IV.a
Pembimbing Mata Pelajaran
Matematika
16
Dra. Kartini
NIP. 19690201 199703 2 002
Pembimbing Mata Pelajaran
IPA
17
Ismail, S.Ag
NIP. 19730403 200710 1 001/
III.c
Koordinator Pembina OSIM
(Bagian Marching Band dan
Paskibraka)
18
Muhammad Rusdi, SH
NIP. 19800709 201412 1 002
Pembina OSIM
19 A.Zulkarnain Arief, S.Kom.,M.Pd NIP. 19730522 201412 1 001/ III.a Pembina OSIM
(Bagian Kedisiplinan Siswa)
20 Asyikin, S.Ag NIP. 19751129 200710 1 001/ III.b Pembina IRMAS 21
Muhammad Thahir, S.Ag
NIP. 19691002 199503 1 002/
IV.a
Pembina Qira‟ah, Tilawah dan Tahfidz
22
Nurhayati, SS., S.Pd. I
NIP. 19740627 201412 2
001/III.a
Pembina Ekskul Bahasa Inggris
23
H. Tamrin, S.Ag.,MA
NIP. 19700127 199403 1 002/
IV.a
Pembina Ibadah Putra
24
Dra. Hj. Dahnia Said
NIP. 19621017 199003 2 001/
IV.a
Pembina Ibadah Putri
25
Drs. Muhammad Arham, M.Pd.I
NIP. 19680821 199903 1 002/
IV.a
26
A.Hamdana, S.Pd
NIP. 19730318 200312 2 002/
IV.a
Koordinator Pembina PMR dan
UKS
27 Muhammad Nurul Aqsa Pembina PMR dan UKS
28
Muhammad Imran, S.Pd., M.Si
NIP. 19640403 200312 1 003/
IV.a
Koordinator Pembina Pramuka
Putra
29
Amiruddin, S.Pd
NIP. 19810424 200501 1 015/
III.d
Pembina Pramuka Putra
30
Dra. St. Fatmawati Said, M.Pd
NIP. 19700330 199802 2 001
Koordinator Pembina Pramuka
Putri
31 Ayu Anita Rahmah, S.Pd Pembina Pramuka Putri
32 Rahmaniah, S.Pd Pembina Ekskul Tari
33 Asriadi, S.Pd Pengelola Web Madrasah
34
H. Muhammad Nasir Siri, S.IP
NIP. 19740228 200604 1 001/
III.a
Kepala Perpustakaan
35
Hijrah Mustafa, S.Pd.I
NIP. 19821220 200312 2 001/
III.b
Pengelola SIMPEG dan
Pembuat Daftar Gaji
36
Iramadayanti, SE
NIP. 19850601 201412 2 004/
II.a
37
Hamzarullah, S.Pd
NIP. -
Pengelola SAIBA
Sumber data: Madrasah Tsanawiah Negeri 1 Kota Makassar, 2020.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar
mengajar, dengan kata lain bahwa keberhasilan pengajaran
bukanlah semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan
siswa menerima pelajaran, namun ada faktor lain yang tidak
bisa diabaiakan, yakni fasilitas atau sarana dan prasarana
yang ada pada sekolah tersebut.
Fasilitas yang dimilki Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Kota Makassar sudah memadai untuk berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif. Hal ini
dapat dilihat dari belum adanya fasilitas penunjang, seperti
perpustakaan, mushollah dan fasilitas lainnya yang semua itu
dapat mendukung kualitas pembelajaran.
Berikut ini gambaran tentang sarana dan prasarana
Tabel 1.2
Sarana dan Prasarana Sekolah Mts Negeri 1 Makassar Tahun
Ajaran 2019/2020
No NAMA RUANGAN JUMLAH KONDISI
1 Ruang Perkantoran 1 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang Kelas Siswa 35 Baik
4
Ruang Kurikulum dan
Pengajaran
1 Baik
5 Ruang Perpustakaan 1 Baik
6 Lab. Kesenian dan Keterampilan 1 Baik
7 Laboratorium IPA 1 Baik
8 Laboratorium Multimedia 1 Baik
9 Taman Holtikultura 1 Baik
10 Masjid 2 Lantai 1 Baik
11
Ruang OSIM, PRAMUKA dan
PMR
Sumber data: Madrasah Tsanawiah Negeri 1 Kota Makassar, 2020
5. Sarana Kebutuhan Mts Negeri 1 Kota Makassar
a. Aspek Peningkatan Manajemen Urusan Tata Usaha Madrasah
1. Lengkapnya struktur organisasi madrasah
2. Kelengkapan administrasi madrasah
3. Terciptanya program kerja madrasah yang representatif
dengan hasil musyawarah dan rapat majelis/komite.
4. Penegakan disiplin kerja
b. Aspek Pengembangan Kurikulum
12 Ruang Bimbingan Konseling 1 Baik
13 Koperasi Madrasah 1 Baik
14 Lapangan Olah Raga Out Door 1 Baik
15 Ruang AULA 1 Baik
16 Taman Belajar Siswa 1 Baik
17 Kantin Kejujuran 1 Baik
18 Kantin Umum 8 Baik
19 Tempat Parkir Kendaraan 1 Baik
1. Pembenahan perangkat pembelajaran melalui Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan secara
berkala lewat kurikulum dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM).
2. Menempatkan guru bidang studi sesuai dengan bidangnya.
3. Mengadakan kegiatan pelatihan mata pelajaran
4. Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai
5. Mengadakan evaluasi dan supervisi
6. Melaksanakan proses belajar secara aktif
7. Mengadakan evaluasi hasil belajar
c. Aspek Pembinaan Kesiswaan
1. Memberdayakan Organisasi Intra Madrasah (OSIM)
2. Memberdayakan Palang Merah Remaja (PMR)
3. Memberdayakan Praja Muda Karana (PRAMUKA)
4. Memberdayakan Ikatan Remaja Masjid Asa‟adah (IRMAS) 5. Memberdayakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
siswa
d. Aspek Pengembangan Fasilitas Sarana Prasarana
1. Pembenahan fisik sekolah/rehabilitasi madrasah
2. Melengkapi sarana mobiler
3. Menjaga taman/lingkungan madrasah
4. Mengadakan evaluasi dan supervisi
e. Aspek Kehumasan
2. Menyusun laporan madrasah secara berkala
3. Evaluasi setiap program
4. Relasi dan kemitraan dengan alumni, masyarakat dan instansi
lainnya.
5. Relasi internal madrasah, sosial budaya dan lingkungan.
6. Publikasi, informasi dan dokumentasi.
7. Pengorganisasian/pembentukan Ikatan Alumni MTsN 1Kota
Makassar.
8. Menjembatani antara madrasah dan stakeholder.
9. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah/swasta untuk
kualitas SDM madrasah
10. Ikut menyukseskan program pemerintah (terutama Kementerian
Agama dan Kementerian Pendidikan), Program Indonesia Pintar
(PIP), Beasiswa Prestasi, Go Green dan MTR.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Mts Negeri 1 Makassar
Penanaman nilai karakter dalam sekolah didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Penanaman nilai – nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama islam