• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI

KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1

MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN

SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Gizela Sovi Utami

NIM 11108241100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Disiplin adalah jembatan antara goal dan penyampaiannya”

(Jim Rohn)

“Ketika Anda mematuhi aturan

-aturan yang berlaku, Anda sedang menciptakan

perubahan bagi sekitar Anda”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya terbaik ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus

dan penuh kasih untuk:

Allah SWT yang telah memberi anugerah sepanjang hidupku dan

senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya.

Ibu tercinta (Agnes Kurniati), terimakasih atas segala doa dan dukungan

yamg telah diberikan, semoga jerih payah yang diberikan membuahkan

keberhasilan dan kebahagiaan untukku.

(7)

vii

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN

DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1

MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN

SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

Gizela Sovi Utami

NIM 11108241100

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanimplementasi metode

pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri

Margomulyo 1 Mriyan Margomulyo Seyegan Sleman Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian dilaksanakan di kelas V, SD Negeri Margomulyo 1 Mriyan

Margomulyo Sleman Yogyakarta pada bulan Januari 2015-Januari 2016.

Penentuan subyek penelitian dilakukan secara

purposive sampling

dimana

penentuannya dilakukan dengan pertimbangan tertentu, sehingga didapat guru

kelas V, guru mata pelajaran umum, dan siswa kelas V sebagai subyek penelitian.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian menggunakan model Miles dan Huberman. Teknik

analisis dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik

kesimpulan. Teknik pengujian keabsahan data dengan triangulasi sumber,

triangulasi teknik, dan

cross check.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode pembiasaan untuk

mengembangkan karakter disiplin oleh guru kelas V terhadap siswa kelas V

dilakukan secara konsisten. Guru mengimplementasikan metode pembiasaan

melaluikegiatan rutin, kegiatan spontan maupun kegiatan dengan keteladanan baik

di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh

guru diantaranya pembiasaan memulai dan mengakhiri kegiatan belajar dengan

berdoa dan mengucapkan salam, juga pembiasaan mengikuti kegiatan rutin yang

sudah terjadwal, seperti upacara dan senam. Kemudian, kegiatan spontan yang

dilakukan oleh guru diantaranya pembiasaan mengacungkan jari terlebih dahulu

ketika akan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru, juga pembiasaan

dalam hal berpakaian sampai pembiasaan dalam hal meletakkan sepeda.

Selanjutnya, kegiatan dengan keteladanan oleh guru diantaranya pembiasaan

dalam hal sopan santun, seperti cara berpakaian dan cara berbicara dengan bahasa

yang baik dan benar.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’

alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan keteguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI

MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN

YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syara

t guna

mencapai gelar sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan

Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan meski dengan kekurangan dan

keterbatasan pengalaman.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan doa,

dukungan, motivasi, bantuan, perhatian, arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan segala fasilitas

pendidikan.

2.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

3.

Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan ijin serta tanda tangan dalam proses

penyusunan skripsi ini.

4.

Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. dan Safitri Yosita Ratri, M. Pd, M. Ed. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan,

dukungan, motivasi serta nasehat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

selama proses penyusunan skripsi ini.

5.

Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

yang bermanfaat selama perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan

yang akan datang.

(9)

ix

7.

Anik Rohani, S. Pd.SD. selaku Guru Kelas V SD Negeri Margomulyo 1 yang

telah menerima peneliti secara baik, terbuka, dan kooperatif.

8.

Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendoakan, mendidik, dan

memperjuangkan cita-cita dan kesuksesan saya.

9.

Kakak pertama (Felix Dexano A.K.) dan kakak kedua (Lucia Kissia C)

tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

10.

Sahabat saya Ikhsan Nur Riva’i

P. yang senantiasa memberikan doa,

motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.

Keluarga besar kelas b PGSD UNY angkatan 2011 yang telah berbagi

pengetahuan serta pengalaman selama perkuliahan.

12.

Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu per satu.

Sebagai hasil karya manusia, penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan

saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

(10)

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 9

C.

Fokus Penelitian ... 10

D.

Rumusan Masalah ... 10

E.

Tujuan Penelitian ... 10

F.

Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI

A.

Pendidikan Karakter

1.

Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2.

Tujuan & Fungsi Pendidikan Karakter ... 15

3.

Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter ... 17

4.

Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 19

5.

Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 20

(11)

xi

C.

Karakter Disiplin

1.

Pengertian Karakter Disiplin ... 25

2.

Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 28

D.

Perkembangan Moral Masa Kanak- kanak Akhir ... 31

E.

Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 37

B.

Setting Penelitian ... 38

C.

Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 40

1.

Observasi ... 40

2.

Wawancara ... 41

3.

Dokumentasi ... 41

E.

Instrumen Data ... 42

1.

Pedoman Observasi ... 42

2.

Pedoman Wawancara ... 45

3.

Pedoman Dokumentasi ... 47

F.

Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 48

G.

Teknik Analisis Data ... 48

1.

Reduksi Data ... 49

2.

Penyajian Data ... 49

3.

Kesimpulan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

1.

Kondisi Fisik Sekolah ... 50

2.

Potensi/ Jumlah Siswa ... 54

3.

Potensi/ Jumlah Guru ... 54

4.

Fasilitas KBM di Sekolah ... 55

5.

Visi dan Misi Sekolah ... 56

6.

Ekstrakurikuler ... 57

(12)

xii

C.

Hasil Penelitian ... 59

1.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses

Pembelajaran ... 59

2.

Implementasi

Metode

Pembiasaan

untuk

MengembangkanKarakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di

Luar Proses Pembelajaran ... 61

3.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses

Pembelajaran ... 66

4.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses

Pembelajaran ... 67

5.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di

Dalam Proses Pembelajaran ... 72

6.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di

Luar Proses Pembelajaran ... 74

D.

Pembahasan ... 76

1.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses

Pembelajaran ... 77

2.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses

Pembelajaran ... 79

3.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses

Pembelajaran ... 83

4.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses

Pembelajaran ... 85

5.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

(13)

xiii

6.

Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan

Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di

Luar Proses Pembelajaran ... 90

E.

Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 93

B.

Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 18

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi ... 43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ... 46

Tabel 4. Kondisi Siswa SD Negeri Margomulyo 1 ... 54

Tabel 5. Kondisi Guru SD Negeri Margomulyo 1 ... 55

Tabel 6. Visi, Misi dan Tujuan SD Negeri Margomulyo 1 ... 56

Tabel 7. Daftar Hafalan Surat dan Doa ... 60

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Tahapan Analisis Data ... 49

Gambar 2. Lokasi Penelitian ... 180

Gambar 3. Tata Tertib Tertulis SD N Margomulyo 1 ... 180

Gambar 4. Guru & Siswa Memulai Kegiatan Belajar dengan Berdoa dan

Salam, dilanjutkan Tadarus Bersama ... 180

Gambar 5. Guru Membiasakan Siswa Mengacungkan Jari Terlebih Dahulu

Ketika Bertanya maupun Menjawab Pertanyaan dari Guru ... 180

Gambar 6. Guru Menciptakan Pembelajaran yang Menarik ... 180

Gambar 7. Guru Memantau Siswa dengan selalu Berkeliling Kelas ... 180

Gambar 8. Guru dan Siswa Menutup Pembelajaran dengan Doa dan

Salam Penutup ... 181

Gambar 9. Guru Memantau Seragam Siswa ketika Baris-berbaris ... 181

Gambar 10. Guru Membiasakan Siswa Melaksanakan Piket Kelas setelah

Pulang Sekolah ... 181

Gambar 11. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Kursi di Atas Meja

setelah KBM Selesai ... 181

Gambar 12. Guru Membiasakan Siswa Menggunakan Seragam Putih-Merah

dan Atribut Lengkap ketika Mengikuti Upacara Bendera Rutin ... 181

Gambar 13. Siswa Membuang Sampah pada Tempatnya ... 181

Gambar 14. Siswa Mengikuti Senam Rutin setiap Hari Jumat ... 182

Gambar 15. Guru Membiasakan Siswa Kelas Tinggi Berbaris di Paling Depan 182

Gambar 16. Siswa Melaksanakan Kerja Bakti setelah Selesai Senam ... 182

Gambar 17. Pembiasaan Mengirim Sura t Ijin jika Siswa Tidak Bisa

Masuk Sekolah ... 182

Gambar 18. Siswa Memakai Seragam Olahraga ketika Pelajaran Penjaskes ... 182

Gambar 19. Guru Membiasakan Siswa Mencuci Tangan ... 183

Gambar 20. Siswa Mengikuti Upacara Bendera Rutin setiap Hari Senin ... 183

Gambar 21. Siswa Berjabat Tangan dengan Semua Guru ... 183

Gambar 22. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Sepeda pada Tempatnya ... 183

Gambar 23. Guru menjadi Teladan dalam Mencuci Tangan ... 183

(16)

xvi

Gambar 25. Guru Menciptakan Suasana Belajar Kondusif dengan Tata

Letak Meja dan Kursi yang Variatif ... 183

Gambar 26. Bentuk Perhatian Guru terhadap Siswa ... 184

Gambar 27. Guru Membiasakan Siswa Makan dan Minum sambil Duduk ... 184

Gambar 28. Guru Membiasakan Siswa Baris-berbaris dan Menyanyikan

Lagu Wajib Nasional setiap Pagi ... 184

Gambar 29. Guru Membiasakan Siswa Memajang Hasil Karya di Papan

Kelas ... 184

Gambar 30. Guru Membiasakan Siswa Berjabat Tangan ketika Pulang

Sekolah ... 184

Gambar 31. Guru menjadi Teladan dalam Menjaga Kebersihan Ruang ... 184

Gambar 32. Guru Membiasakan Siswa Membeli Jajanan di Kantin Sekolah .... 185

Gambar 33. Sekolah Memberi Jasa Penyeberangan bagi Siswa ... 185

Gambar 34. Poster mengenai Disiplin ... 185

Gambar 35. Poster mengenai Disiplin ... 185

Gambar 36. Guru Menggunakan Metode yang Menarik ... 185

Gambar 37. Guru Menguasai Kelas dengan Baik ... 185

Gambar 38. Siswa Terkondisikan Mencuci Tangan ketika Tangan Kotor ... 186

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Wawancara Siswa... 98

Lampiran 2. Instrumen Wawancara Guru ... 101

Lampiran 3. Instrumen Observasi ... 104

Lampiran 4. Hasil Reduksi Wawancara Siswa ... 107

Lampiran 5. Hasil Reduksi Wawancara Guru... 115

Lampiran 6. Triangulasi Sumber dari Guru Kelas V, Guru Mata Pelajaran

Umum, dan Siswa ... 123

Lampiran 7. Hasil Observasi ... 133

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 144

Lampiran 9. Triangulasi Teknik terdiri dari Hasil Wawancara, Hasil

Obervasi, dan Dokumentasi ... 151

Lampiran 10. Jadwal terjun lapangan ... 174

Lampiran 11. Jadwal Piket Kelas V ... 176

Lampiran 12. Jadwal Petugas Upacara ... 177

Lampiran 13. Jadwal Piket WC ... 178

Lampiran 14. Jadwal Kunjung Perpustakaan ... 179

Lampiran 15. Dokumentasi ... 180

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 187

Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa

Kabupaten Sleman ... 188

Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Sleman ...189

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman terjadi tuntutan perubahan yang besar

dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek tersebut ialah aspek

pendidikan, pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk

meningkatkan taraf kehidupannya. Melalui proses pendidikan, manusia

diharapkan menjadi insan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan

bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai berikut.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian yang lain dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo

(2007: 18) bahwa pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya

anak. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Selain itu, Driyarkara dalam Dwi Siswoyo (2007: 19) menjelaskan bahwa

pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda, sehingga pendidikan merupakan

pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Dari berbagai pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang sadar dan terencana

(19)

2

Pendidikan menjadi tumpuan hidup manusia dalam mengembangkan

berbagai potensi yang dimiliki agar lebih berkembang dan dimanfaatkan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan juga diharapkan dapat menghasilkan

generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas serta dapat berpartisipasi aktif

dalam proses perubahan di masa mendatang yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai

dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam UU RI No. 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Selain mengembangkan aspek pengetahuan, pendidikan juga memperhatikan

aspek sikap maupun aspek keterampilan agar terjadi keseimbangan dalam

meningkatkan insan yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang

menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, pendidikan diharapkan dapat

menghasilkan

generasi-generasi

penerus

bangsa

yang

berilmu

serta

berkepribadian baik yang tercermin dalam berbagai karakter.

Karakter yang dimiliki bangsa Indonesia kini sedang dikembangkan dalam

dunia pendidikan melalui pendidikan karakter. Menurut Rahardjo dalam Syamsul

Kurniawan (2013: 30) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebagai

berikut.

(20)

3

Sementara itu, Agus Wibowo (2012: 36) juga mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai berikut.

Pendidikan

karakter

sebagai

pendidikan

yang

menanamkan

dan

mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka

memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam

kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga

negara.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Fakry Gaffar dalam Dharma

Kesuma dkk (2011: 5) yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan

sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan

dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan

orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses

transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)

menjadi satu dalam perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari pendidikan

karakter adalah bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai

tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman.

Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang

berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap

langkah kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah berpijak

pada nilai-nilai karakter dasar, kemudian dikembangkan menjadi nilai-nilai yang

sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekitar. Megawangi dalam

Mulyasa (2011: 5), pencetus pendidikan karakter di Indonesia mengungkapkan 9

(21)

4

kebenaran; (2) tanggung jawab; (3) disiplin dan mandiri; (4) amanah, hormat dan

santun; (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, dan

pantang menyerah; (7) adil dan berjiwa kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati;

dan (9) toleran dan cinta damai.

Selain itu, berdasarkan sumber tujuan nasional pendidikan, terdapat sejumlah

18 karakter yang dapat diidentifikasi yaitu 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4)

disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu,

10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)

bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli

lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab. Berbagai karakter ini

terintegrasi di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran di

sekolah.

Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut

diidentifikasi berasal dari empat sumber.

Pertama

, agama. Masyarakat Indonesia

merupakan masyarakat yang beragama, sehingga segala bentuk kehidupan

manusia didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.

Kedua

, Pancasila.

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan

kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pendidikan budaya dan

karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan

menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

(22)

5

tersebut. Posisi budaya sedemikian penting dalam kehidupan sehingga

mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

Empat

, Tujuan Pendidikan Nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun

2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab”.

Salah satu karakter yang termasuk dalam proses pendidikan karakter di atas

adalah karakter disiplin. Menurut Agus Wibowo (2012: 40) disiplin merupakan

tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan. Sedangkan Fakry Gaffar dalam Dharma Kesuma dkk (2011: 15)

menjelaskan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

Kedisiplinan sangat penting ditanamkan sejak dini dimulai dari lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, bahkan lingkungan masyarakat agar aspek-aspek

kehidupan menjadi lebih tertata dengan baik. Menurut Mulyasa (2011: 26)

disiplin diri bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan

mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin, serta berusaha menciptakan

suasana aman dan nyaman. Membiasakan diri berperilaku disiplin dapat

(23)

6

yang akan dilakukannya. Selain itu, karakter disiplin dapat menghasilkan

kenyamanan bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Karakter disiplin di sekolah dapat dikembangkan melalui berbagai metode

pendidikan karakter. Salah satunya dengan metode pembiasaan. Menurut Mulyasa

(2013: 166) menjelaskan bahwa metode pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja

dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan.

Melalui pembiasaan (habituasi) dari semua warga sekolah diharapkan akan

tercipta suatu budaya sekolah (

school culture

). Adapun pelaksanaan metode

pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan kegiatan dengan

keteladanan. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara

terus-menerus dan konsisten setiap saat. Sedangkan kegiatan spontan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara spontan saat itu juga. Dan kegiatan dengan

keteladanan merupakan perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan karyawan

dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan

dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Sehingga guru sangat berperan dalam

implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter yang

berlangsung di sekolah.

Hal tersebut di atas, didukung oleh pendapat Agus Wibowo (2012: 45) yang

menjelaskan bahwa agar implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat

berhasil, maka syarat utama yang harus dipenuhi, diantaranya: (1) teladan dari

guru, karyawan, pimpinan sekolah, dan para pemangku kebijakan di sekolah; (2)

(24)

7

pengembangan karakter peserta didik di sekolah melalui metode pendidikan

karakter yang diterapkan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri

Margomulyo 1, SD Negeri Margomulyo 1 sudah mengimplementasikan metode

pembiasaan untuk mengembangkan karakter, terutama karakter disiplin. Metode

pembiasaan ini dilakukan oleh para guru kelas maupun tenaga pendidik lain di

sekolah karena sejatinya metode pembiasaan ini membutuhkan kerjasama antara

kepala sekolah, guru, maupun tenaga pendidik yang lain agar dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Kegiatan-kegiatan yang merupakan metode pembiasaan

di SD Negeri Margomulyo 1 ini meliputi kegiatan rutin seperti pembiasaan

upacara bendera dan senam serta baris-berbaris dan menyanyikan lagu wajib

nasional sebelum masuk kelas setiap paginya, kegiatan spontan seperti

pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, serta kegiatan dengan

keteladanan seperti guru yang menerapkan senyum, salam, sapa.

Namun implementasi metode pembiasaan karakter disiplin yang berlangsung

di SD Negeri Margomulyo 1 belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal. Hal

ini ditunjukkan dengan masih dijumpainya siswa yang belum terbiasa membuang

sampah pada tempatnya. Didapati pula siswa yang belum terbiasa memanfaatkan

waktu dengan baik seperti terlambat datang ke sekolah. Selain itu, juga masih

dijumpai siswa yang bersikap acuh tak acuh ketika berpapasan dengan guru

maupun tenaga pendidik yang lain. Fakta-fakta tersebut menjadi bukti bahwa

(25)

8

Peneliti melihat peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan

untuk mengembangkan karakter disiplin juga belum merata. Ada guru kelas yang

masih peduli, ada guru kelas yang kadang-kadang masih peduli, adapula guru

kelas yang acuh tak acuh terhadap implementasi metode pembiasaan untuk

mengembangkan karakter disiplin ini. Hal ini menyebabkan perbedaan karakter

disiplin yang tercermin pada siswa. Siswa yang memiliki guru kelas yang peduli

terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter

disiplin sudah terkondisikan disiplin terhadap aturan yang berlaku di sekolah,

namun sebaliknya, siswa yang memiliki guru kelas yang acuh tak acuh terhadap

implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin masih

sering melanggar aturan yang berlaku.

Namun selama observasi yang berlangsung di SD N Margomulyo 1 ini,

peneliti juga mendapati seorang guru kelas yang paling konsisten dibandingkan

dengan guru kelas yang lain, yaitu guru kelas V dalam mengimplementasikan

metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Guru kelas V ini

mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter

disiplin melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, maupun kegiatan dengan

keteladanan bagi siswa kelas V baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar

proses pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten.

Guru kelas V juga menerapkan denda dalam mengimplementasikan metode

pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin ini apabila mendapati siswa

(26)

9

menjadi jera melanggar aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah maupun guru

kelas.

Oleh karena guru kelas V yang paling konsisten dalam mengimplementasikan

metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin, maka peneliti hanya

memfokuskan meneliti tentang

: ”Implementasi Metode Pembiasaan

untuk

Mengembangkan

Karakter Disiplin di Kelas V SD Negeri Margomulyo 1”.

Dengan meningkatkan metode pembiasaan di kelas maupun di sekolah ini

diharapkan siswa dapat membiasakan serta membudayakan karakter disiplin baik

di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sehingga dapat memberikan

dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut.

1.

Implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di

SD Negeri Margomulyo 1 belum terlaksana secara maksimal.

2.

Peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk

mengembangkan karakter disiplin di SD Negeri Margomulyo 1 belum merata.

3.

Perbedaan karakter disiplin siswa yang memiliki guru kelas yang peduli serta

acuh

tak

acuh

terhadap

implementasi

metode

pembiasaan

untuk

mengembangkan karakter disiplin.

4.

Perlunya konsistensi semua guru kelas dalam implementasi metode

(27)

10

C.

Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan masalah

penelitian pada peran guru kelas V yang konsisten dalam implementasi metode

pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri

Margomulyo 1.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang telah

dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “

Bagaimana implementasi

metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD

Negeri Margomulyo 1?”

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi metode

pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri

Margomulyo 1.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1.

Manfaat Teoritis

a.

Hasil penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan

dalam kegiatan ilmiah. Pengembangan keilmuan ini dengan meneliti

bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karaketr

disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1.

(28)

11

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi siswa

1)

Membiasakan siswa disiplin dalam mentaati peraturan yang ditentukan,

secara khusus di sekolah.

2)

Mengembangkan karakter disiplin siswa baik di rumah, sekolah, maupun

masyarakat.

b.

Bagi guru

1)

Guru dapat lebih inovatif dalam mengimplementasikan metode pembiasaan

bagi para siswa.

2)

Guru dapat menjalankan peran sebagai suri teladan perilaku disiplin bagi para

(29)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Pendidikan Karakter

1.

Pengertian Pendidikan Karakter

Istilah pendidikan karakter, kini sedang populer di kalangan masyarakat

Indonesia terlebih pada dunia pendidikan. Sejak terjadi banyak kasus

penyimpangan sosial yang dikarenakan moral manusia yang rendah, Pemerintah

Indonesia menggalakkan pendidikan karakter dari tingkat sekolah dasar hingga

perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan moral Bangsa Indonesia.

Pendidikan karakter diambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu

pendidikan dan karakter. Kedua kata ini memiliki makna yang berbeda, yaitu

pendidikan yang lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih merujuk

pada kata sifat. Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan dapat

menghasilkan sebuah karakter yang baik.

Lengeveld dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2014: 18)

berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing

kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Manusia dewasa yang

dimaksud adalah seorang pendidik, guru, atau pembimbing. Sedangkan manusia

yang belum dewasa yang dimaksud adalah peserta didik, siswa, atau yang

terbimbing. Dengan demikian, proses pendidikan dimaksudkan untuk

mendewasakan anak.

Dwi Siswoyo (2007: 17) juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan

(30)

13

sosialnya dan moralitasnya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu

kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian, dan

kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia,

serta dalam hubungannya dengan Tuhan.

Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang

Sisdiknas disebutkan pendidikan sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari beberapa pengertian pendidikan yang telah dijelaskan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk pembimbingan dan

pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dan mampu tertanam menjadi

pribadi yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan

pengembangan yang dilakukan dapat secara sadar, terencana, dan sistematis untuk

mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Sementara itu, makna kata karakter menurut Thomas Lickona dalam Agus

Wibowo (2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam menanggapi

situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanisfestasikan dalam tindakan nyata

melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain

dan karakter mulia lainnya. Sedangkan menurut Zainal Aqib (2011: 30) karakter

merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari

(31)

14

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat.

Setelah mengkaji makna pendidikan dan karakter secara terpisah, penulis

akan menyajikan dan mengkaji beberapa pendapat tentang makna pendidikan

karakter secara utuh sebagai berikut. Pendidikan karakter menurut Thomas

Lickona dalam Heri Gunawan (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk

kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlibat

dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung

jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fakry dalam Gaffar Muhammad Fadlillah & Lilif

Mualifatu Khorida (2014: 22) menjelaskan pendidikan karakter adalah suatu

proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

Pendidikan karakter dapat diartikan pula sebagai usaha sadar untuk mewujudkan

kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya

baik untuk individu perseorangan, melainkan untuk masyarakat secara

keseluruhan.

Selain itu, Agus Wibowo (2012: 36) menjelaskan bahwa pendidikan karakter

adalah sebagai berikut.

(32)

15

kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun

warga negara.

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari

pendidikan karakter adalah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya

seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas

dan keberagaman. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen; kesadaran,

pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut, baik kepada Allah Tuhan Yang Maa Esa, diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi

manusia sempurna sesuai dengan kodratnya. Pendidikan karakter ini diharapkan

dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung

asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.

2.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Setiap kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pastilah memiliki tujuan

atau hasil yang ingin dicapai. Begitu pula dengan pelaksanaan pendidikan

karakter yang diimplementasikan sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan

tinggi tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Heri Gunawan (2012:

30) pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(33)

16

Kemendiknas dalam Sri Narwanti (2011: 17) juga menjelaskan bahwa

pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan

hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi karakter-karakter dan

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Jika mempersempit

sudut pandang pada tingkatan institusi, pelaksanaan pendidikan karakter

mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi

perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

semua warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Selain memiliki tujuan yang ingin dicapai, pendidikan karakter juga memiliki

fungsi sebagai berikut. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi

dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan

membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban

bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (2010: 4) pembangunan

karakter bangsa secara fungsional memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut.

a.

Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan

(34)

17

b.

Fungsi perbaikan dan penguatan

Pembangunan karater bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, untuk ikut

berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warga negara

dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

c.

Fungsi penyaring

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa yang bermartabat.

3.

Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter disesuaikan dengan

kepribadian bangsa Indonesia. Klasifikasi karakter yang dikembangkan dalam

pendidikan karakter, diantaranya menurut

Indonesian Heritage Foundation

(IHF)

dalam Majid (Heri Gunawan, 2012: 32) merumuskan sembilan karakter dasar

yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu (1) cinta kepada Allah dan

semesta beserta isinya; (2) tanggungjawab; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5)

kasih sayang, peduli, dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan

pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9)

toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Sementara itu, Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44)

menjelaskan secara ringkas karakter-karakter yang harus ditanamkan kepada

(35)
[image:35.595.122.510.121.726.2]

18

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah

No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku

1. Karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Religius)

Berkaitan dengan nilai ini, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai keTuhanan dan atau ajaran agamanya.

2. Karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi:

Jujur Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. Bertanggung jawab Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Kerja keras Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

Percaya diri Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 3. Karakter dalam hubungannya

(36)

19

No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku

Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.

Patuh pada aturan- aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4. Karakter dalam hubungannya

dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Karakter kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

Menghargai keberagaman Sikap memberikan respect atau hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Sumber: Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44)

Karakter-karakter tersebut adalah karakter Bangsa Indonesia yang perlu

dikembangkan sejak dini melalui proses pendidikan secara khusus pendidikan

karakter dari taman kanak-kanak bahkan hingga perguruan tinggi, sehingga

tercetaklah generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu serta berkepribadian

baik.

4.

Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah yang kita bayangkan,

diperlukan persiapan-persiapan serta tenaga pendidik yang berkompeten,

(37)

20

pendidikan karakter secara maksimal ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan.

Character Education Quality Standars

dalam Dharma Kesuma dkk (2011:

68-69) merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter

yang efektif, yaitu sebagai berikut.

a.

Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b.

Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,

perasaan, dan perilaku

c.

Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk

membangun karakter

d.

Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e.

Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang

baik

f.

Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang

menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan

membantu mereka untuk sukses

g.

Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik

h.

Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang

sama

i.

Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter

j.

Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun pendidikan katakter

k.

Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik

Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan

pendidikan karakter. Prinsip ini menjadi pegangan bagi kepala sekolah dalam

monitoring

kinerja staf-stafnya, perkembangan, dan dinamikanya. Sehingga setiap

masalah dapat terdeteksi dan dicarikan solusinya secara praktis.

5.

Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Jamal Ma’mur Asmani (2011: 54

-56) menjelaskan keberhasilan pendidikan

(38)

21

a.

Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan

remaja.

b.

Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c.

Menunjukkan sikap percaya diri.

d.

Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas.

e.

Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional.

f.

Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

g.

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h.

Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

i.

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

j.

Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

k.

Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.

l.

Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

m.

Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n.

Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

o.

Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

p.

Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q.

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat.

r.

Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

s.

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sederhana.

t.

Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah.

u.

Memiliki jiwa kewirausahaan.

Secara umum pada tingkatan sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter

adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,

dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat

sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. Berikut beberapa indikator

(39)

22

lingkungan yang lebih luas; 2) menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman; dan

3) memanfaatkan waktu luang dengan baik serta berkomunikasi dan berinteraksi

secara efektif dan santun.

B.

Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin

Menurut Heri Gunawan (2012: 90) menjelaskan bahwa metode (

method

),

secara harafiah berasal dari dua suku kata, yaitu

meta

dan

hodos, meta

berarti

melalui dan

hodos

berarti jalan atau cara. Metode diartikan sebagai cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga diartikan sebagai

cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara

sistematis.

Berkaitan dengan metode implementasi pendidikan karakter anak khususnya

dalam penerapan di sekolah, harus disesuaikan dengan perkembangan anak demi

pencapaian peningkatan kemajuan anak didik. Ada beberapa metode implementasi

pendidikan karakter yang dapat diterapkan oleh pendidik di sekolah, diantaranya

metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, metode bernyanyi, dan

metode karyawisata.

Salah satu metode yang telah disebutkan di atas, yaitu metode pembiasaan.

Menurut Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2013: 172), metode

pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak

berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran yang baik. Metode ini sangat

praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak dalam meningkatkan

(40)

23

Memperkuat pendapat tersebut, Mulyasa (2013: 166) juga menjelaskan bahwa

pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar

sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya

dimulai sedini mungkin karena pembiasaan akan membangkitkan internalisasi

nilai dengan cepat. Sehingga dapat memaksimalkan mencetak manusia-manusia

yang berkepribadian baik lebih banyak lagi.

Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif

menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.

Ivan Pavlov dan B.F. Skinner menjelaskan bahwa bentuk karakter yang menjadi

kebiasaan baik mempunyai ciri, yaitu: 1) perilaku tersebut relatif menetap; 2)

umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk

dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat; 3) bukan

sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman

atau belajar; 4) tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus

yang sama.

Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan

di bawah bimbingan orang tua dan guru sehingga akan semakin terbiasa. Bila

sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, maka orang

tersebut kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaan itu. Pada intinya,

pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan

sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik

(41)

24

anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam

daripada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan.

Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan

dapat diartikan sebagai perbuatan atau keterampilan secara terus-menerus, secara

konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu

benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit

ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak perbuatan yang

berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini awalnya dikarenaka pikiran yang

melakukan pertimbangan dan perencananaan, sehingga nantinya menimbulkan

perbuatan yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.

Menurut Heri Gunawan (2012: 95), adapun kegiatan pembiasaan yang dapat

dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut.

1.

Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal, seperti

upacara bendera, senam, memelihara kebersihan diri sendiri, dan lain sebagainya.

2.

Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang dilakukan

tidak terjadwal dalam kejadian khusus, seperti pembentukan perilaku memberi

salam ketika berpapasan, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antri,

dan lain sebagainya.

3.

Kegiatan dengan keteladanan, yaitu pembiasaan dalam bentuk perilaku

sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, datang ke

sekolah dengan tepat waktu, dan lain sebagainya.

(42)

25

kependidikan lainnya. Oleh karenanya metode ini dalam pelaksanaannya tidak

akan terlepas dari metode keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara

terus-menerus ini yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter.

Dalam konteks ini, pelaksanaan metode pembiasaan mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida (2013:

178-179) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut ialah sebagai

berikut.

a.

Kelebihan Metode Pembiasaan

1)

dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik

2)

pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah, tetapi juga

berhubungan dengan aspek batiniah

3)

pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam

pembentukan kepribadian peserta didik

b.

Kekurangan Metode Pembiasaan

1)

apabila telah tertanam kebiasaan buruk, sulit untuk dihilangkan

2)

memerlukan pengawasan, supaya kebiasaan yang dilakukan tidak

menyimpang

3)

membutuhkan stimulus atau rangsangan, supaya anak dapat melakukan

kebiasaan baiknya secara

continue

C.

Karakter Disiplin

1.

Pengertian Karakter Disiplin

(43)

26

Bahasa Inggris yaitu

disciple

yang berarti pengikut atau murid. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

a.

Tata tertib (di sekolah, di kantor, dan lain sebagainya)

b.

Ketaatan (kepatuhan) pada tata tertib

c.

Bidang studi yang memiliki obyek dan sistem tertentu

Karakter

disiplin

merupakan

salah

satu

karakter

yang

sedang

ditransformasikan pada siswa melalui pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

Lebih lanjut, disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pernyataan tersebut didukung

oleh pendapat Ngainun Naim (2012: 142) yang menjelaskan bahwa disiplin

adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang

mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan

yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan

ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Kedisiplinan dapat ditanamkan sejak

dini didalam keluarga, sekolah, dan kemudian di masyarakat dengan berbagai

metode. Menurut Susilowati (2005: 34-35) individu yang berkarakter disiplin

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.

Ketaatan yaitu suatu sikap atau perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang

menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalani dengan terlebih dahulu

mempertimbangkan kebenaran perintah itu.

(44)

27

c.

Kesetiaan yaitu sikap atau perilaku individu yang dengan

continue

melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang

menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu.

d.

Keteraturan yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam melaksanakan

aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap.

e.

Ketertiban yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan

atau perintah urutan dan tahapan yang benar.

f.

Komitmen yaitu sikap rasa tanggung jawab.

g.

Konsisten yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan

atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh pendirian.

Ngainun Naim (2012: 146) dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada

beberapa bentuk kedisiplinan.

Pertama

, hadir di ruangan tepat pada waktunya.

Kedisiplinan hadir di ruangan pada waktunya akan memacu kesuksesan dalam

belajar.

Kedua

, tata pergaulan di sekolah. Sikap untuk berdisiplin dalam tata

pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati

semua orang yang bergabung di dalam sekolah, menghormati pendapat mereka,

menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dan sikap yang bertentangan dengan

agama, saling tolong-menolong dalam hal yang terpuji serta harus selalu bersikap

terpuji.

Ketiga

, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga

merupakan sederetan program sekolah, peserta didik juga dituntut berdisiplin atau

aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki, baik

bersifat fisik, mental, emosional, dan intelektual.

Keempat

, belajar di rumah.

Dengan kedisiplinan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat terhadap

pelajaran yang akan dihadapi atau yang akan diberikan oleh gurunya sehingga

(45)

28

2.

Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa

Unaradjan (2003: 46-56) mengemukakan pembentukan disiplin pada peserta

didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal

dan faktor

eksternal

adalah:

a.

Faktor Internal

Faktor internal

adalah faktor yang datang dari individu sendiri dan tidak perlu

adanya rangsangan dari luar, karena dalam diri seseorang sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu yang baik dan keinginan untuk melakukan suatu

pelanggaran. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah

laku peserta didik, bagaimana peserta didik memandang dirinya akan tercermin

dari keseluruhan perilakunya. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang

berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.

Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri peserta didik. Perilaku

menyimpang di kalangan remaja merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku

yang bertentangan dan melanggar ketentuan-ketentuan, aturan-aturan dan

norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat serta

perbuatan tersebut dianggap bisa mengganggu dan merugikan diri sendiri dan

orang lain.

b.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal

adalah faktor yang datang dari luar individu atau disebut

(46)

29

Agustiani (2006: 39) konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut.

1)

Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan

positif dan perasaan berharga.

2)

Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

3)

Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang

sebenarnya.

Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah,

dan lingkungan sosial masyarakat.

1)

Keluarga

Keluarga sebagai tempat anak bersosialisasi tentunya sangat berperan dalam

pembentukan kepribadian seorang anak. Gunarsa (2002: 16) mengemukakan

bahwa kemampuan pengendalian tingkah laku diri sendiri akan terbentuk melalui

pendidikan yang dimulai dalam keluarga. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa

keluarga (orang tua) sangat berperan dalam membentuk tingkah laku anak, sejak

kecil anak harus diajarkan mengenai batas-batas dari tingkah lakunya sampai

sejauhmana anak boleh melakukan sesuatu serta tidak melanggar hak temannya

dan orang lain.

2)

Sekolah

Sekolah sebagai salah satu tempat mempersiapkan generasi muda menjadi

manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan berpengaruh terhadap

(47)

30

keanekaragaman karakter yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang

berbeda-beda menyebabkan anak melakukan pelanggaran yang berberbeda-beda pula. Mulyasa

(2011: 46) mengemukakan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan

tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas

untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam hal

pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam

menanamkan karakter disiplin pada siswa melalui berbagai tindakan dan

perilakunya.

3)

Lingkungan Sosial Masyarakat

Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan sosial masyarakat pun

memiliki peran dalam pembentukan disiplin seseorang. Jika seseorang sudah

terbiasa dalam mematuhi peraturan yang ditetapkan di keluarga dan sekolah, maka

cenderung akan mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat. Lingkungan

masyarakat memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya oleh karena

itu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang, tetapi

proses pengaruh ini berlangsung dalam proses yang lama dan dinamis mengikuti

kemajuannya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor lingkungan

merupakan salah satu faktor penting yang melatarbelakangi proses dan hasil

belajar peserta didik. Pengalaman dan perlakuan individu di dalam dan oleh

lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu

terhadap

perkembangan kepribadian individu termasuk didalamnya kecakapan-kecakapan,

(48)

31

diri tidak terbentuk secara instan melainkan karena berkembang dengan adanya

hubungan lingkungan sekitar dalam berinteraksi yang akan memberikan gambaran

tentang diri seseor

Gambar

Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah
Tabel 2. Kisi-kisi Intrumen Observasi
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Tabel 6. Visi dan Misi SD Negeri Margomulyo 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Musyarakah mutanaqishah dalam bisnis jasa perbankan, memiliki kekhususan syarat transaksi atau akad dalam setiap terjadinya kesepakatan bisnis yakni terhindarnya

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pendapatan petani yaitu dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya, R/C digunakan untuk mengtahui setiap musim panen

Untuk hasil data angket, berdasarkan analisis data angket peserta didik pada kelas eksperimen terdapat 29 orang pesefta didik berada pada kriteria sikap yang positit-,

Rahmawati Dewi Handayani dan Ni Putu Dewi Puspitasari/ Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah (3- 5tahun)

ekonomi suatu negara. Sektor keuangan yang maju dan berkembang akan memfasilitasi pertumbuhan sektor riil melalui penyediaan pendanaan yang memadai secara efisien. Lebih

Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menghitung luas bangun datar pada siswa kelas VA SD Negeri 10

Ayat ini menegaskan bahwa: Dan janganlah kamu mendekati zina dengan melakukan hal-hal – walaupun dalam bentuk menghayalkannya sehingga dapat mengantar seseorang

Penerapan Proses Berbasis Membran untuk Proses Hilir Produksi Xilitol Mikrobial dari Tandan Kosong Sawit FUNDAMENTAL 41 0007116303 MARSELINA IRASONIA TAN Institut Teknologi