i
IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI
KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1
MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Gizela Sovi Utami
NIM 11108241100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
“Disiplin adalah jembatan antara goal dan penyampaiannya”
(Jim Rohn)
“Ketika Anda mematuhi aturan
-aturan yang berlaku, Anda sedang menciptakan
perubahan bagi sekitar Anda”
vi
PERSEMBAHAN
Sebuah karya terbaik ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus
dan penuh kasih untuk:
Allah SWT yang telah memberi anugerah sepanjang hidupku dan
senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya.
Ibu tercinta (Agnes Kurniati), terimakasih atas segala doa dan dukungan
yamg telah diberikan, semoga jerih payah yang diberikan membuahkan
keberhasilan dan kebahagiaan untukku.
vii
IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN
DI KELAS V SD NEGERI MARGOMULYO 1
MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh
Gizela Sovi Utami
NIM 11108241100
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanimplementasi metode
pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri
Margomulyo 1 Mriyan Margomulyo Seyegan Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian dilaksanakan di kelas V, SD Negeri Margomulyo 1 Mriyan
Margomulyo Sleman Yogyakarta pada bulan Januari 2015-Januari 2016.
Penentuan subyek penelitian dilakukan secara
purposive sampling
dimana
penentuannya dilakukan dengan pertimbangan tertentu, sehingga didapat guru
kelas V, guru mata pelajaran umum, dan siswa kelas V sebagai subyek penelitian.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian menggunakan model Miles dan Huberman. Teknik
analisis dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik
kesimpulan. Teknik pengujian keabsahan data dengan triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan
cross check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode pembiasaan untuk
mengembangkan karakter disiplin oleh guru kelas V terhadap siswa kelas V
dilakukan secara konsisten. Guru mengimplementasikan metode pembiasaan
melaluikegiatan rutin, kegiatan spontan maupun kegiatan dengan keteladanan baik
di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh
guru diantaranya pembiasaan memulai dan mengakhiri kegiatan belajar dengan
berdoa dan mengucapkan salam, juga pembiasaan mengikuti kegiatan rutin yang
sudah terjadwal, seperti upacara dan senam. Kemudian, kegiatan spontan yang
dilakukan oleh guru diantaranya pembiasaan mengacungkan jari terlebih dahulu
ketika akan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru, juga pembiasaan
dalam hal berpakaian sampai pembiasaan dalam hal meletakkan sepeda.
Selanjutnya, kegiatan dengan keteladanan oleh guru diantaranya pembiasaan
dalam hal sopan santun, seperti cara berpakaian dan cara berbicara dengan bahasa
yang baik dan benar.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’
alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan keteguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DI KELAS V SD NEGERI
MARGOMULYO 1 MRIYAN MARGOMULYO SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syara
t guna
mencapai gelar sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan meski dengan kekurangan dan
keterbatasan pengalaman.
Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan doa,
dukungan, motivasi, bantuan, perhatian, arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan segala fasilitas
pendidikan.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
3.
Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan ijin serta tanda tangan dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4.
Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. dan Safitri Yosita Ratri, M. Pd, M. Ed. selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan,
dukungan, motivasi serta nasehat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
selama proses penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
yang bermanfaat selama perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan
yang akan datang.
ix
7.
Anik Rohani, S. Pd.SD. selaku Guru Kelas V SD Negeri Margomulyo 1 yang
telah menerima peneliti secara baik, terbuka, dan kooperatif.
8.
Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendoakan, mendidik, dan
memperjuangkan cita-cita dan kesuksesan saya.
9.
Kakak pertama (Felix Dexano A.K.) dan kakak kedua (Lucia Kissia C)
tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi.
10.
Sahabat saya Ikhsan Nur Riva’i
P. yang senantiasa memberikan doa,
motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.
Keluarga besar kelas b PGSD UNY angkatan 2011 yang telah berbagi
pengetahuan serta pengalaman selama perkuliahan.
12.
Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
Sebagai hasil karya manusia, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL . ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 9
C.
Fokus Penelitian ... 10
D.
Rumusan Masalah ... 10
E.
Tujuan Penelitian ... 10
F.
Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pendidikan Karakter
1.
Pengertian Pendidikan Karakter ... 12
2.
Tujuan & Fungsi Pendidikan Karakter ... 15
3.
Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter ... 17
4.
Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 19
5.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 20
xi
C.
Karakter Disiplin
1.
Pengertian Karakter Disiplin ... 25
2.
Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 28
D.
Perkembangan Moral Masa Kanak- kanak Akhir ... 31
E.
Pertanyaan Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 37
B.
Setting Penelitian ... 38
C.
Subyek dan Obyek Penelitian ... 38
D.
Teknik Pengumpulan Data ... 40
1.
Observasi ... 40
2.
Wawancara ... 41
3.
Dokumentasi ... 41
E.
Instrumen Data ... 42
1.
Pedoman Observasi ... 42
2.
Pedoman Wawancara ... 45
3.
Pedoman Dokumentasi ... 47
F.
Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 48
G.
Teknik Analisis Data ... 48
1.
Reduksi Data ... 49
2.
Penyajian Data ... 49
3.
Kesimpulan ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50
1.
Kondisi Fisik Sekolah ... 50
2.
Potensi/ Jumlah Siswa ... 54
3.
Potensi/ Jumlah Guru ... 54
4.
Fasilitas KBM di Sekolah ... 55
5.
Visi dan Misi Sekolah ... 56
6.
Ekstrakurikuler ... 57
xii
C.
Hasil Penelitian ... 59
1.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses
Pembelajaran ... 59
2.
Implementasi
Metode
Pembiasaan
untuk
MengembangkanKarakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di
Luar Proses Pembelajaran ... 61
3.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses
Pembelajaran ... 66
4.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses
Pembelajaran ... 67
5.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di
Dalam Proses Pembelajaran ... 72
6.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di
Luar Proses Pembelajaran ... 74
D.
Pembahasan ... 76
1.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Dalam Proses
Pembelajaran ... 77
2.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses
Pembelajaran ... 79
3.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Spontan di Dalam Proses
Pembelajaran ... 83
4.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan Rutin di Luar Proses
Pembelajaran ... 85
5.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
xiii
6.
Implementasi Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan
Karakter Disiplin melalui Kegiatan dengan Keteladanan di
Luar Proses Pembelajaran ... 90
E.
Keterbatasan Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 93
B.
Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 18
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi ... 43
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ... 46
Tabel 4. Kondisi Siswa SD Negeri Margomulyo 1 ... 54
Tabel 5. Kondisi Guru SD Negeri Margomulyo 1 ... 55
Tabel 6. Visi, Misi dan Tujuan SD Negeri Margomulyo 1 ... 56
Tabel 7. Daftar Hafalan Surat dan Doa ... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Tahapan Analisis Data ... 49
Gambar 2. Lokasi Penelitian ... 180
Gambar 3. Tata Tertib Tertulis SD N Margomulyo 1 ... 180
Gambar 4. Guru & Siswa Memulai Kegiatan Belajar dengan Berdoa dan
Salam, dilanjutkan Tadarus Bersama ... 180
Gambar 5. Guru Membiasakan Siswa Mengacungkan Jari Terlebih Dahulu
Ketika Bertanya maupun Menjawab Pertanyaan dari Guru ... 180
Gambar 6. Guru Menciptakan Pembelajaran yang Menarik ... 180
Gambar 7. Guru Memantau Siswa dengan selalu Berkeliling Kelas ... 180
Gambar 8. Guru dan Siswa Menutup Pembelajaran dengan Doa dan
Salam Penutup ... 181
Gambar 9. Guru Memantau Seragam Siswa ketika Baris-berbaris ... 181
Gambar 10. Guru Membiasakan Siswa Melaksanakan Piket Kelas setelah
Pulang Sekolah ... 181
Gambar 11. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Kursi di Atas Meja
setelah KBM Selesai ... 181
Gambar 12. Guru Membiasakan Siswa Menggunakan Seragam Putih-Merah
dan Atribut Lengkap ketika Mengikuti Upacara Bendera Rutin ... 181
Gambar 13. Siswa Membuang Sampah pada Tempatnya ... 181
Gambar 14. Siswa Mengikuti Senam Rutin setiap Hari Jumat ... 182
Gambar 15. Guru Membiasakan Siswa Kelas Tinggi Berbaris di Paling Depan 182
Gambar 16. Siswa Melaksanakan Kerja Bakti setelah Selesai Senam ... 182
Gambar 17. Pembiasaan Mengirim Sura t Ijin jika Siswa Tidak Bisa
Masuk Sekolah ... 182
Gambar 18. Siswa Memakai Seragam Olahraga ketika Pelajaran Penjaskes ... 182
Gambar 19. Guru Membiasakan Siswa Mencuci Tangan ... 183
Gambar 20. Siswa Mengikuti Upacara Bendera Rutin setiap Hari Senin ... 183
Gambar 21. Siswa Berjabat Tangan dengan Semua Guru ... 183
Gambar 22. Guru Membiasakan Siswa Meletakkan Sepeda pada Tempatnya ... 183
Gambar 23. Guru menjadi Teladan dalam Mencuci Tangan ... 183
xvi
Gambar 25. Guru Menciptakan Suasana Belajar Kondusif dengan Tata
Letak Meja dan Kursi yang Variatif ... 183
Gambar 26. Bentuk Perhatian Guru terhadap Siswa ... 184
Gambar 27. Guru Membiasakan Siswa Makan dan Minum sambil Duduk ... 184
Gambar 28. Guru Membiasakan Siswa Baris-berbaris dan Menyanyikan
Lagu Wajib Nasional setiap Pagi ... 184
Gambar 29. Guru Membiasakan Siswa Memajang Hasil Karya di Papan
Kelas ... 184
Gambar 30. Guru Membiasakan Siswa Berjabat Tangan ketika Pulang
Sekolah ... 184
Gambar 31. Guru menjadi Teladan dalam Menjaga Kebersihan Ruang ... 184
Gambar 32. Guru Membiasakan Siswa Membeli Jajanan di Kantin Sekolah .... 185
Gambar 33. Sekolah Memberi Jasa Penyeberangan bagi Siswa ... 185
Gambar 34. Poster mengenai Disiplin ... 185
Gambar 35. Poster mengenai Disiplin ... 185
Gambar 36. Guru Menggunakan Metode yang Menarik ... 185
Gambar 37. Guru Menguasai Kelas dengan Baik ... 185
Gambar 38. Siswa Terkondisikan Mencuci Tangan ketika Tangan Kotor ... 186
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Instrumen Wawancara Siswa... 98
Lampiran 2. Instrumen Wawancara Guru ... 101
Lampiran 3. Instrumen Observasi ... 104
Lampiran 4. Hasil Reduksi Wawancara Siswa ... 107
Lampiran 5. Hasil Reduksi Wawancara Guru... 115
Lampiran 6. Triangulasi Sumber dari Guru Kelas V, Guru Mata Pelajaran
Umum, dan Siswa ... 123
Lampiran 7. Hasil Observasi ... 133
Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 144
Lampiran 9. Triangulasi Teknik terdiri dari Hasil Wawancara, Hasil
Obervasi, dan Dokumentasi ... 151
Lampiran 10. Jadwal terjun lapangan ... 174
Lampiran 11. Jadwal Piket Kelas V ... 176
Lampiran 12. Jadwal Petugas Upacara ... 177
Lampiran 13. Jadwal Piket WC ... 178
Lampiran 14. Jadwal Kunjung Perpustakaan ... 179
Lampiran 15. Dokumentasi ... 180
Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 187
Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa
Kabupaten Sleman ... 188
Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Sleman ...189
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman terjadi tuntutan perubahan yang besar
dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek tersebut ialah aspek
pendidikan, pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk
meningkatkan taraf kehidupannya. Melalui proses pendidikan, manusia
diharapkan menjadi insan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan
bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai berikut.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengertian yang lain dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo
(2007: 18) bahwa pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Selain itu, Driyarkara dalam Dwi Siswoyo (2007: 19) menjelaskan bahwa
pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda, sehingga pendidikan merupakan
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Dari berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang sadar dan terencana
2
Pendidikan menjadi tumpuan hidup manusia dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki agar lebih berkembang dan dimanfaatkan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan juga diharapkan dapat menghasilkan
generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas serta dapat berpartisipasi aktif
dalam proses perubahan di masa mendatang yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai
dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.
Selain mengembangkan aspek pengetahuan, pendidikan juga memperhatikan
aspek sikap maupun aspek keterampilan agar terjadi keseimbangan dalam
meningkatkan insan yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang
menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan
generasi-generasi
penerus
bangsa
yang
berilmu
serta
berkepribadian baik yang tercermin dalam berbagai karakter.
Karakter yang dimiliki bangsa Indonesia kini sedang dikembangkan dalam
dunia pendidikan melalui pendidikan karakter. Menurut Rahardjo dalam Syamsul
Kurniawan (2013: 30) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebagai
berikut.
3
Sementara itu, Agus Wibowo (2012: 36) juga mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai berikut.
Pendidikan
karakter
sebagai
pendidikan
yang
menanamkan
dan
mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka
memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam
kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga
negara.
Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Fakry Gaffar dalam Dharma
Kesuma dkk (2011: 5) yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan
dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses
transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)
menjadi satu dalam perilaku.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari pendidikan
karakter adalah bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai
tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman.
Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang
berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap
langkah kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah berpijak
pada nilai-nilai karakter dasar, kemudian dikembangkan menjadi nilai-nilai yang
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekitar. Megawangi dalam
Mulyasa (2011: 5), pencetus pendidikan karakter di Indonesia mengungkapkan 9
4
kebenaran; (2) tanggung jawab; (3) disiplin dan mandiri; (4) amanah, hormat dan
santun; (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, dan
pantang menyerah; (7) adil dan berjiwa kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati;
dan (9) toleran dan cinta damai.
Selain itu, berdasarkan sumber tujuan nasional pendidikan, terdapat sejumlah
18 karakter yang dapat diidentifikasi yaitu 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4)
disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu,
10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)
bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli
lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab. Berbagai karakter ini
terintegrasi di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran di
sekolah.
Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut
diidentifikasi berasal dari empat sumber.
Pertama
, agama. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang beragama, sehingga segala bentuk kehidupan
manusia didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
Kedua
, Pancasila.
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
5
tersebut. Posisi budaya sedemikian penting dalam kehidupan sehingga
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Empat
, Tujuan Pendidikan Nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab”.
Salah satu karakter yang termasuk dalam proses pendidikan karakter di atas
adalah karakter disiplin. Menurut Agus Wibowo (2012: 40) disiplin merupakan
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Sedangkan Fakry Gaffar dalam Dharma Kesuma dkk (2011: 15)
menjelaskan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Kedisiplinan sangat penting ditanamkan sejak dini dimulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, bahkan lingkungan masyarakat agar aspek-aspek
kehidupan menjadi lebih tertata dengan baik. Menurut Mulyasa (2011: 26)
disiplin diri bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan
mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin, serta berusaha menciptakan
suasana aman dan nyaman. Membiasakan diri berperilaku disiplin dapat
6
yang akan dilakukannya. Selain itu, karakter disiplin dapat menghasilkan
kenyamanan bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Karakter disiplin di sekolah dapat dikembangkan melalui berbagai metode
pendidikan karakter. Salah satunya dengan metode pembiasaan. Menurut Mulyasa
(2013: 166) menjelaskan bahwa metode pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja
dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan.
Melalui pembiasaan (habituasi) dari semua warga sekolah diharapkan akan
tercipta suatu budaya sekolah (
school culture
). Adapun pelaksanaan metode
pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan kegiatan dengan
keteladanan. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat. Sedangkan kegiatan spontan merupakan
kegiatan yang dilakukan secara spontan saat itu juga. Dan kegiatan dengan
keteladanan merupakan perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan karyawan
dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Sehingga guru sangat berperan dalam
implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter yang
berlangsung di sekolah.
Hal tersebut di atas, didukung oleh pendapat Agus Wibowo (2012: 45) yang
menjelaskan bahwa agar implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat
berhasil, maka syarat utama yang harus dipenuhi, diantaranya: (1) teladan dari
guru, karyawan, pimpinan sekolah, dan para pemangku kebijakan di sekolah; (2)
7
pengembangan karakter peserta didik di sekolah melalui metode pendidikan
karakter yang diterapkan.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri
Margomulyo 1, SD Negeri Margomulyo 1 sudah mengimplementasikan metode
pembiasaan untuk mengembangkan karakter, terutama karakter disiplin. Metode
pembiasaan ini dilakukan oleh para guru kelas maupun tenaga pendidik lain di
sekolah karena sejatinya metode pembiasaan ini membutuhkan kerjasama antara
kepala sekolah, guru, maupun tenaga pendidik yang lain agar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Kegiatan-kegiatan yang merupakan metode pembiasaan
di SD Negeri Margomulyo 1 ini meliputi kegiatan rutin seperti pembiasaan
upacara bendera dan senam serta baris-berbaris dan menyanyikan lagu wajib
nasional sebelum masuk kelas setiap paginya, kegiatan spontan seperti
pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, serta kegiatan dengan
keteladanan seperti guru yang menerapkan senyum, salam, sapa.
Namun implementasi metode pembiasaan karakter disiplin yang berlangsung
di SD Negeri Margomulyo 1 belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal. Hal
ini ditunjukkan dengan masih dijumpainya siswa yang belum terbiasa membuang
sampah pada tempatnya. Didapati pula siswa yang belum terbiasa memanfaatkan
waktu dengan baik seperti terlambat datang ke sekolah. Selain itu, juga masih
dijumpai siswa yang bersikap acuh tak acuh ketika berpapasan dengan guru
maupun tenaga pendidik yang lain. Fakta-fakta tersebut menjadi bukti bahwa
8
Peneliti melihat peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan
untuk mengembangkan karakter disiplin juga belum merata. Ada guru kelas yang
masih peduli, ada guru kelas yang kadang-kadang masih peduli, adapula guru
kelas yang acuh tak acuh terhadap implementasi metode pembiasaan untuk
mengembangkan karakter disiplin ini. Hal ini menyebabkan perbedaan karakter
disiplin yang tercermin pada siswa. Siswa yang memiliki guru kelas yang peduli
terhadap implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter
disiplin sudah terkondisikan disiplin terhadap aturan yang berlaku di sekolah,
namun sebaliknya, siswa yang memiliki guru kelas yang acuh tak acuh terhadap
implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin masih
sering melanggar aturan yang berlaku.
Namun selama observasi yang berlangsung di SD N Margomulyo 1 ini,
peneliti juga mendapati seorang guru kelas yang paling konsisten dibandingkan
dengan guru kelas yang lain, yaitu guru kelas V dalam mengimplementasikan
metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin. Guru kelas V ini
mengimplementasikan metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter
disiplin melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, maupun kegiatan dengan
keteladanan bagi siswa kelas V baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar
proses pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten.
Guru kelas V juga menerapkan denda dalam mengimplementasikan metode
pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin ini apabila mendapati siswa
9
menjadi jera melanggar aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah maupun guru
kelas.
Oleh karena guru kelas V yang paling konsisten dalam mengimplementasikan
metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin, maka peneliti hanya
memfokuskan meneliti tentang
: ”Implementasi Metode Pembiasaan
untuk
Mengembangkan
Karakter Disiplin di Kelas V SD Negeri Margomulyo 1”.
Dengan meningkatkan metode pembiasaan di kelas maupun di sekolah ini
diharapkan siswa dapat membiasakan serta membudayakan karakter disiplin baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sehingga dapat memberikan
dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut.
1.
Implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di
SD Negeri Margomulyo 1 belum terlaksana secara maksimal.
2.
Peran guru dalam mengimplementasikan metode pembiasaan untuk
mengembangkan karakter disiplin di SD Negeri Margomulyo 1 belum merata.
3.
Perbedaan karakter disiplin siswa yang memiliki guru kelas yang peduli serta
acuh
tak
acuh
terhadap
implementasi
metode
pembiasaan
untuk
mengembangkan karakter disiplin.
4.
Perlunya konsistensi semua guru kelas dalam implementasi metode
10
C.
Fokus Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan masalah
penelitian pada peran guru kelas V yang konsisten dalam implementasi metode
pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri
Margomulyo 1.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang telah
dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “
Bagaimana implementasi
metode pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD
Negeri Margomulyo 1?”
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi metode
pembiasaan untuk mengembangkan karakter disiplin di kelas V SD Negeri
Margomulyo 1.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Hasil penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan
dalam kegiatan ilmiah. Pengembangan keilmuan ini dengan meneliti
bagaimana implementasi metode pembiasaan untuk mengembangkan karaketr
disiplin di kelas V SD Negeri Margomulyo 1.
11
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi siswa
1)
Membiasakan siswa disiplin dalam mentaati peraturan yang ditentukan,
secara khusus di sekolah.
2)
Mengembangkan karakter disiplin siswa baik di rumah, sekolah, maupun
masyarakat.
b.
Bagi guru
1)
Guru dapat lebih inovatif dalam mengimplementasikan metode pembiasaan
bagi para siswa.
2)
Guru dapat menjalankan peran sebagai suri teladan perilaku disiplin bagi para
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pendidikan Karakter
1.
Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah pendidikan karakter, kini sedang populer di kalangan masyarakat
Indonesia terlebih pada dunia pendidikan. Sejak terjadi banyak kasus
penyimpangan sosial yang dikarenakan moral manusia yang rendah, Pemerintah
Indonesia menggalakkan pendidikan karakter dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan moral Bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter diambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu
pendidikan dan karakter. Kedua kata ini memiliki makna yang berbeda, yaitu
pendidikan yang lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih merujuk
pada kata sifat. Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan sebuah karakter yang baik.
Lengeveld dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2014: 18)
berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing
kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Manusia dewasa yang
dimaksud adalah seorang pendidik, guru, atau pembimbing. Sedangkan manusia
yang belum dewasa yang dimaksud adalah peserta didik, siswa, atau yang
terbimbing. Dengan demikian, proses pendidikan dimaksudkan untuk
mendewasakan anak.
Dwi Siswoyo (2007: 17) juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
13
sosialnya dan moralitasnya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu
kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian, dan
kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia,
serta dalam hubungannya dengan Tuhan.
Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang
Sisdiknas disebutkan pendidikan sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari beberapa pengertian pendidikan yang telah dijelaskan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk pembimbingan dan
pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dan mampu tertanam menjadi
pribadi yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan
pengembangan yang dilakukan dapat secara sadar, terencana, dan sistematis untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Sementara itu, makna kata karakter menurut Thomas Lickona dalam Agus
Wibowo (2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam menanggapi
situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanisfestasikan dalam tindakan nyata
melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain
dan karakter mulia lainnya. Sedangkan menurut Zainal Aqib (2011: 30) karakter
merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari
14
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
Setelah mengkaji makna pendidikan dan karakter secara terpisah, penulis
akan menyajikan dan mengkaji beberapa pendapat tentang makna pendidikan
karakter secara utuh sebagai berikut. Pendidikan karakter menurut Thomas
Lickona dalam Heri Gunawan (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk
kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlibat
dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung
jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Fakry dalam Gaffar Muhammad Fadlillah & Lilif
Mualifatu Khorida (2014: 22) menjelaskan pendidikan karakter adalah suatu
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Pendidikan karakter dapat diartikan pula sebagai usaha sadar untuk mewujudkan
kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya
baik untuk individu perseorangan, melainkan untuk masyarakat secara
keseluruhan.
Selain itu, Agus Wibowo (2012: 36) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
adalah sebagai berikut.
15
kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun
warga negara.
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa pokok dari
pendidikan karakter adalah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya
seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas
dan keberagaman. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen; kesadaran,
pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik kepada Allah Tuhan Yang Maa Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi
manusia sempurna sesuai dengan kodratnya. Pendidikan karakter ini diharapkan
dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung
asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.
2.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Setiap kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pastilah memiliki tujuan
atau hasil yang ingin dicapai. Begitu pula dengan pelaksanaan pendidikan
karakter yang diimplementasikan sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan
tinggi tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Heri Gunawan (2012:
30) pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
16
Kemendiknas dalam Sri Narwanti (2011: 17) juga menjelaskan bahwa
pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi karakter-karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Jika mempersempit
sudut pandang pada tingkatan institusi, pelaksanaan pendidikan karakter
mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah dan masyarakat sekitar.
Selain memiliki tujuan yang ingin dicapai, pendidikan karakter juga memiliki
fungsi sebagai berikut. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi
dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (2010: 4) pembangunan
karakter bangsa secara fungsional memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut.
a.
Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan
17
b.
Fungsi perbaikan dan penguatan
Pembangunan karater bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warga negara
dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c.
Fungsi penyaring
Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat.
3.
Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter
Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter disesuaikan dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Klasifikasi karakter yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter, diantaranya menurut
Indonesian Heritage Foundation
(IHF)
dalam Majid (Heri Gunawan, 2012: 32) merumuskan sembilan karakter dasar
yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu (1) cinta kepada Allah dan
semesta beserta isinya; (2) tanggungjawab; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5)
kasih sayang, peduli, dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan
pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9)
toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Sementara itu, Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44)
menjelaskan secara ringkas karakter-karakter yang harus ditanamkan kepada
18
Tabel 1. Karakter yang Dikembangkan di Sekolah
No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku
1. Karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Religius)
Berkaitan dengan nilai ini, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai keTuhanan dan atau ajaran agamanya.
2. Karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi:
Jujur Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. Bertanggung jawab Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.
Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kerja keras Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
Percaya diri Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 3. Karakter dalam hubungannya
19
No Karakter yang Dikembangkan Deskripsi Perilaku
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.
Patuh pada aturan- aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4. Karakter dalam hubungannya
dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Karakter kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
Menghargai keberagaman Sikap memberikan respect atau hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Sumber: Kemendiknas dalam Agus Wibowo (2012: 43-44)
Karakter-karakter tersebut adalah karakter Bangsa Indonesia yang perlu
dikembangkan sejak dini melalui proses pendidikan secara khusus pendidikan
karakter dari taman kanak-kanak bahkan hingga perguruan tinggi, sehingga
tercetaklah generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu serta berkepribadian
baik.
4.
Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah yang kita bayangkan,
diperlukan persiapan-persiapan serta tenaga pendidik yang berkompeten,
20
pendidikan karakter secara maksimal ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan.
Character Education Quality Standars
dalam Dharma Kesuma dkk (2011:
68-69) merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter
yang efektif, yaitu sebagai berikut.
a.
Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
b.
Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku
c.
Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter
d.
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang
baik
f.
Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses
g.
Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik
h.
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang
sama
i.
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter
j.
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun pendidikan katakter
k.
Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik
Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan
pendidikan karakter. Prinsip ini menjadi pegangan bagi kepala sekolah dalam
monitoring
kinerja staf-stafnya, perkembangan, dan dinamikanya. Sehingga setiap
masalah dapat terdeteksi dan dicarikan solusinya secara praktis.
5.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Jamal Ma’mur Asmani (2011: 54
-56) menjelaskan keberhasilan pendidikan
21
a.
Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan
remaja.
b.
Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c.
Menunjukkan sikap percaya diri.
d.
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas.
e.
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional.
f.
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan
sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
g.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
h.
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
i.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
j.
Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
k.
Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.
l.
Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
m.
Menghargai karya seni dan budaya nasional.
n.
Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
o.
Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang dengan baik.
p.
Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q.
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat.
r.
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.
s.
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sederhana.
t.
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah.
u.
Memiliki jiwa kewirausahaan.
Secara umum pada tingkatan sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter
adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,
dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. Berikut beberapa indikator
22
lingkungan yang lebih luas; 2) menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman; dan
3) memanfaatkan waktu luang dengan baik serta berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan santun.
B.
Metode Pembiasaan untuk Mengembangkan Karakter Disiplin
Menurut Heri Gunawan (2012: 90) menjelaskan bahwa metode (
method
),
secara harafiah berasal dari dua suku kata, yaitu
meta
dan
hodos, meta
berarti
melalui dan
hodos
berarti jalan atau cara. Metode diartikan sebagai cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga diartikan sebagai
cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara
sistematis.
Berkaitan dengan metode implementasi pendidikan karakter anak khususnya
dalam penerapan di sekolah, harus disesuaikan dengan perkembangan anak demi
pencapaian peningkatan kemajuan anak didik. Ada beberapa metode implementasi
pendidikan karakter yang dapat diterapkan oleh pendidik di sekolah, diantaranya
metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, metode bernyanyi, dan
metode karyawisata.
Salah satu metode yang telah disebutkan di atas, yaitu metode pembiasaan.
Menurut Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2013: 172), metode
pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak
berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran yang baik. Metode ini sangat
praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak dalam meningkatkan
23
Memperkuat pendapat tersebut, Mulyasa (2013: 166) juga menjelaskan bahwa
pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya
dimulai sedini mungkin karena pembiasaan akan membangkitkan internalisasi
nilai dengan cepat. Sehingga dapat memaksimalkan mencetak manusia-manusia
yang berkepribadian baik lebih banyak lagi.
Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif
menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.
Ivan Pavlov dan B.F. Skinner menjelaskan bahwa bentuk karakter yang menjadi
kebiasaan baik mempunyai ciri, yaitu: 1) perilaku tersebut relatif menetap; 2)
umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk
dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat; 3) bukan
sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman
atau belajar; 4) tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus
yang sama.
Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan
di bawah bimbingan orang tua dan guru sehingga akan semakin terbiasa. Bila
sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, maka orang
tersebut kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaan itu. Pada intinya,
pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan
sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik
24
anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam
daripada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan.
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan
dapat diartikan sebagai perbuatan atau keterampilan secara terus-menerus, secara
konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu
benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit
ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak perbuatan yang
berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini awalnya dikarenaka pikiran yang
melakukan pertimbangan dan perencananaan, sehingga nantinya menimbulkan
perbuatan yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.
Menurut Heri Gunawan (2012: 95), adapun kegiatan pembiasaan yang dapat
dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut.
1.
Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal, seperti
upacara bendera, senam, memelihara kebersihan diri sendiri, dan lain sebagainya.
2.
Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang dilakukan
tidak terjadwal dalam kejadian khusus, seperti pembentukan perilaku memberi
salam ketika berpapasan, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antri,
dan lain sebagainya.
3.
Kegiatan dengan keteladanan, yaitu pembiasaan dalam bentuk perilaku
sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, datang ke
sekolah dengan tepat waktu, dan lain sebagainya.
25
kependidikan lainnya. Oleh karenanya metode ini dalam pelaksanaannya tidak
akan terlepas dari metode keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara
terus-menerus ini yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter.
Dalam konteks ini, pelaksanaan metode pembiasaan mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida (2013:
178-179) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut ialah sebagai
berikut.
a.
Kelebihan Metode Pembiasaan
1)
dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik
2)
pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah, tetapi juga
berhubungan dengan aspek batiniah
3)
pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam
pembentukan kepribadian peserta didik
b.
Kekurangan Metode Pembiasaan
1)
apabila telah tertanam kebiasaan buruk, sulit untuk dihilangkan
2)
memerlukan pengawasan, supaya kebiasaan yang dilakukan tidak
menyimpang
3)
membutuhkan stimulus atau rangsangan, supaya anak dapat melakukan
kebiasaan baiknya secara
continue
C.
Karakter Disiplin
1.
Pengertian Karakter Disiplin
26
Bahasa Inggris yaitu
disciple
yang berarti pengikut atau murid. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:
a.
Tata tertib (di sekolah, di kantor, dan lain sebagainya)
b.
Ketaatan (kepatuhan) pada tata tertib
c.
Bidang studi yang memiliki obyek dan sistem tertentu
Karakter
disiplin
merupakan
salah
satu
karakter
yang
sedang
ditransformasikan pada siswa melalui pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Lebih lanjut, disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pernyataan tersebut didukung
oleh pendapat Ngainun Naim (2012: 142) yang menjelaskan bahwa disiplin
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan
yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Kedisiplinan dapat ditanamkan sejak
dini didalam keluarga, sekolah, dan kemudian di masyarakat dengan berbagai
metode. Menurut Susilowati (2005: 34-35) individu yang berkarakter disiplin
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Ketaatan yaitu suatu sikap atau perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang
menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalani dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan kebenaran perintah itu.
27
c.
Kesetiaan yaitu sikap atau perilaku individu yang dengan
continue
melaksanakan aturan atau perintah tanpa terpengaruh hal-hal yang
menghalangi dirinya dalam melaksanakan aturan atau perintah itu.
d.
Keteraturan yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam melaksanakan
aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap.
e.
Ketertiban yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan
atau perintah urutan dan tahapan yang benar.
f.
Komitmen yaitu sikap rasa tanggung jawab.
g.
Konsisten yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan
atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh pendirian.
Ngainun Naim (2012: 146) dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada
beberapa bentuk kedisiplinan.
Pertama
, hadir di ruangan tepat pada waktunya.
Kedisiplinan hadir di ruangan pada waktunya akan memacu kesuksesan dalam
belajar.
Kedua
, tata pergaulan di sekolah. Sikap untuk berdisiplin dalam tata
pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati
semua orang yang bergabung di dalam sekolah, menghormati pendapat mereka,
menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dan sikap yang bertentangan dengan
agama, saling tolong-menolong dalam hal yang terpuji serta harus selalu bersikap
terpuji.
Ketiga
, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga
merupakan sederetan program sekolah, peserta didik juga dituntut berdisiplin atau
aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki, baik
bersifat fisik, mental, emosional, dan intelektual.
Keempat
, belajar di rumah.
Dengan kedisiplinan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat terhadap
pelajaran yang akan dihadapi atau yang akan diberikan oleh gurunya sehingga
28
2.
Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa
Unaradjan (2003: 46-56) mengemukakan pembentukan disiplin pada peserta
didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal
dan faktor
eksternal
adalah:
a.
Faktor Internal
Faktor internal
adalah faktor yang datang dari individu sendiri dan tidak perlu
adanya rangsangan dari luar, karena dalam diri seseorang sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu yang baik dan keinginan untuk melakukan suatu
pelanggaran. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah
laku peserta didik, bagaimana peserta didik memandang dirinya akan tercermin
dari keseluruhan perilakunya. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang
berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri peserta didik. Perilaku
menyimpang di kalangan remaja merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku
yang bertentangan dan melanggar ketentuan-ketentuan, aturan-aturan dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat serta
perbuatan tersebut dianggap bisa mengganggu dan merugikan diri sendiri dan
orang lain.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar individu atau disebut
29
Agustiani (2006: 39) konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
1)
Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan
positif dan perasaan berharga.
2)
Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
3)
Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarnya.
Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, sekolah,
dan lingkungan sosial masyarakat.
1)
Keluarga
Keluarga sebagai tempat anak bersosialisasi tentunya sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian seorang anak. Gunarsa (2002: 16) mengemukakan
bahwa kemampuan pengendalian tingkah laku diri sendiri akan terbentuk melalui
pendidikan yang dimulai dalam keluarga. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa
keluarga (orang tua) sangat berperan dalam membentuk tingkah laku anak, sejak
kecil anak harus diajarkan mengenai batas-batas dari tingkah lakunya sampai
sejauhmana anak boleh melakukan sesuatu serta tidak melanggar hak temannya
dan orang lain.
2)
Sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat mempersiapkan generasi muda menjadi
manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan berpengaruh terhadap
30
keanekaragaman karakter yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang
berbeda-beda menyebabkan anak melakukan pelanggaran yang berberbeda-beda pula. Mulyasa
(2011: 46) mengemukakan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan
tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas
untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam hal
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam
menanamkan karakter disiplin pada siswa melalui berbagai tindakan dan
perilakunya.
3)
Lingkungan Sosial Masyarakat
Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan sosial masyarakat pun
memiliki peran dalam pembentukan disiplin seseorang. Jika seseorang sudah
terbiasa dalam mematuhi peraturan yang ditetapkan di keluarga dan sekolah, maka
cenderung akan mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat. Lingkungan
masyarakat memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya oleh karena
itu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang, tetapi
proses pengaruh ini berlangsung dalam proses yang lama dan dinamis mengikuti
kemajuannya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor lingkungan
merupakan salah satu faktor penting yang melatarbelakangi proses dan hasil
belajar peserta didik. Pengalaman dan perlakuan individu di dalam dan oleh
lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu
terhadap
perkembangan kepribadian individu termasuk didalamnya kecakapan-kecakapan,
31
diri tidak terbentuk secara instan melainkan karena berkembang dengan adanya
hubungan lingkungan sekitar dalam berinteraksi yang akan memberikan gambaran