Upaya Pengembangan Sistem Pendidikan
Berbasis Rumah Belajar Impian dengan Meningkatkan
Kemampuan Intelektual dan
Soft Skill
Guna Membentuk
Lulusan yang Berkarakter dan Berdaya Saing
Oleh: Tryas Munarsyah
27 APRIL 2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Jalan A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura, Jawa Tengah
Sitem pendidikan di Indonesia terkelola dalam dua lembaga pendidikan
yakni pendidikan formal yang dan non-formal. Pendidikan formal merupakan
pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah berupa Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga
Perguruan Tinggi (Kemenakertrans, 2013). Sedangkan pendidikan non-formal
merupakan lembaga bimbingan belajar dalam berbagi yang memberikan
bimbingan berupa pelajaran akademis dan disesuaikan dengan kurikulm lembaga
pendidikan formal milik pemerintah serta dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang (Dirjen Pendidikan Tinggi, 2016).
Peran Pendidikan dalam Era Globalisasi
Pendidikan baik itu pendidikan formal dan non-formal memiliki peran
untuk mencetak produk- produk pendidikan yang nantinya akan bersaing dalam
pasar kerja (Mastuti, 2009). Selain itu, pendidikan sering dianggap sebagai sumber
utama untuk pembangunan karena melalui pendidikan seseorang dapat menjadi
individu yang lebih berkualitas (Putranto dan Mashuri, 2012). Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang telah ditempuh maka seharusnya semakin berkualitas pula
output atau lulusan yang dihasilkan (Putranto dan Mashuri, 2012).
Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran kualitas output tersebut
adalah bagaimana output ini mampu bersaing di dunia kerja dan diharapkan mampu
menggerakkan pembangunan nasional (Putranto dan Mashuri, 2012). Sebagai
contoh adalah investasi pada pendidikan tinggi yang meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Korea Selatan dengan tingkat kemajuan yang lebih siginifikan
dibandingkan dengan investasi pada pendidikan dasar yang dilakukan di Brazil
(Prihatiningsih, dkk., 2013).
Fenomena Pendidikan di Indonesia yang Berakibat Pada Pengangguran Intelektual
Fenomena lulusan lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal
dalam berbagai tingkatannya menjadi bahan perbincangan saat ini. Hal ini menjadi
sorotan karena para pegiat pendidikan masih belum mampu dan bingung untuk
lulusan melanjutkan studinya hanya bermodalkan kemauan orang tua, mengikuti
trend budaya masyarakat dan arus perjalanan hidup. Bukan karena pilihan dan
perencanan masa depan atas basis kemampuan diri (soft skill) yang dimiliki.
Akibatnya hal ini berefek domino pada menjamurnya pengangguran intelektual di
masyarakat. Hal ini dapat dilihat melalui data persentase jumlah pengangguran
pada tahun 2015 yakni tertinggi ditempati oleh lulusan SMA sebesar 10,32 %,
diploma 7,54 %, sarjana 6,40 %, SMP 6,22 %, dan SD ke bawah 2,74 % (BPS,
2015). Selain itu efek lain yang ditimbulkan adalah kurang atau bahkan tidak
adanya relevansi ilmu yang didapat dengan dunia kerja yang kini ditempuh
sehingga menyebabkan banyaknya produk pendidikan yang kesulitan untuk
memasuki dunia kerja (Mastuti, 2009).
Fenomena pendidikan yang terjadi ini dengan berbagai efeknya, didasarkan
pada permasalahan utama yakni perancangan masa depan dan basis multitasking
yang ditunjang dengan kemampuan soft skill yang masih kurang untuk diajarkan
dan dibangun dalam lembaga pendidikan tersebut. Padahal dua hal ini merupakan
bagian dari faktor utama yang sangat berpengaruh untuk menghasilkan kualitas
lulusan yang dapat bersaing dan berinovasi di masyarakat (Putranto dan Mashuri,
2012).
Pendidikan Manusia Kreatif
Menanggapi fenomena permasalahan pendidikan di atas, menjadi pekerjaan
rumah yang harus diselesaikan oleh semua pihak, baik oleh pemerintah maupun
berbagai komponen pendidikan. Karena pendidikan diharapkan dapat menciptakan
kehidupan yang lebih baik bagi para lulusannya. Pendidikan dengan berbagai
muatan sistem didalamnya seharusnya dapat mendorong dan mengembangkan
peserta didik untuk dapat berpikir lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Salah satu model pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
keterampilan proses, di mana peserta didik diberikan kebebasan untuk
mengadakan pengamatan, pengklasifikasian, penafsiran, penerapan, perencanaan
dan penelitian terutama perencanaan masa depan dan kemampuan soft skill yang
Rumah Belajar Impian
Pendidikan formal maupun non-formal yang ada saat ini masih belum
mampu mencreate peserta didiknya sesuai dengan perencanaan masa depan serta
basis soft skill yang dimiliki. Olehnya itu, dalam pengembangan Rumah Belajar
Impian ini pola atau konsep yang kemudian akan dibangun, dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yakni:
Pertama, sasaran peserta didik. Sasaran ini ditujukan pada siswa Sekolah Dasar
(SD) dengan tingkatan kelas yakni kelas 5 dan 6 SD; Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dengan tingkatan kelas yakni 1, 2 dan 3 serta Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan tingkatan kelas yakni 1,2 dan 3.
Kedua, teknis pendaftaran. Peserta didik yang kemudian mendaftarkan diri
sesuai dengan tingkatan pendidikannya diharuskan membawa serta orang tua. Hal
ini bertujuan untuk kesepahaman antara pengelola dan jua orang tua yang
bersangkutan.
Ketiga, sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran ini ada dua materi yang
bersifat wajib untuk diikuti oleh peserta didik yakni pengetahuan umum dan
kemampuan softskill yang diminati. Di mana sistem dan proses pembelajarannya
dapat dikemas kedalam beberapa jenis kelas yakni: Kelas Pengetahuan Umum
yang materinya disesuaikan dengan kurikulum yang ada di sekolah seperti
Matematika, Fisika, Kimia dan lainnya; Kelas Pengembangan Kemampuan Soft
Skill yang materinya disesuaikan relevansi perkembangan zaman dan dunia kerja,
fasilitas perlengkapan yang dimiliki. serta jumlah dan kemampuan tentor; Kelas
Pembuatan Perencanaan Masa Depan dan Inspirasi dengan jenis materi yang diberikan adalah tahapan-tahapan membangun dan meraih mimpi serta cerita-cerita
sukses yang menginpisrasi yang dibuat dua kali dalam sebulan pada hari-hari libur
dan dikelompokkan beradasarkan kemampuan soft skill; Kelas English
Conversation yakni jenis kelas yang dirancang satu hari full dalam satu minggu
untuk mengikuti pelajaran dan melakukan diskusi dengan berbahasa inggris baik
kalangan tentor/guru atau peserta didik itu sendiri serta Kelas Persiapan Ujian
yang ditujukan bagi mereka yang akan menghadapi ujian nasional.
Dalam pelaksanaan sistem pembelajaran yang berdasarkan jenis kelas di atas,
bersama peserta didik dengan aturan berbasis pendidikan karakter disiplin waktu,
doa dan motivasis sebelum dan sesudah pengajaran serta sanksi berupa hafalan
surat bagi Muslim dan juga hafalan English Vocabulary bagi mereka yang datang
tidak tepat waktu.
Keempat, sistem pembangun kepercayaan diri. Pemilihan soft skill yang diikuti
serta pembuatan perencanaan masa depan tidak cukup hanya menjadi coretan
tangan belaka, tapi bagaimana kemudian ini menjadi terarah dan dapat bertahan
hingga mempunyai modal saing dijenjang pendidikan selanjutnya dan terutama di
dunia kerja. Maka kemudian langkah yang dilakukan dengan menerapkan beberapa
konsep budaya berupa Budaya Motivasi dan Inspirasi yang dilakukan pada Kelas
Perancangan Masa Depan dan Inspirasi dengan teknis yakni menghadirkan
pembicara-pembicara handal yang telah sukses dalam dunianya sesuai dengan live
maping dan potensi soft skillnya, bedah video atau film kisah-kisah inspiratif
s e r t a s ilaturrahim sekaligus berbagi kisah kepada tokoh-tokoh; Budaya
Berkompetisi yang dilakukan untuk mengasah kepekaan peserta didik terhadap masalah yang ada di sekitar serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. Budaya
ini dilakukan melalui seleksi internal Rumah Belajar Impian per 3 bulan sekali
untuk mempersiapkan diskala yang lebih tinggi serta Budaya Apresiasi yang
dilakukan melalui piagam penghargaan serta uang pembinaan, dan promosi dari
Rumah Belajar Impian atas prestasi didik baik melalui pajangan foto-foto atau
kerjasama dengan pemerintah atas prestasi dan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik.
Kelima, penjagaan dan evaluasi sistem. Dalam perencanaan dan pengembangan
keberlangsungan Rumah Belajar Impian yang dibuat ini, maka kemudian tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi didalamnya. Untuk menjaga
keberlangsungan dan evaluasi sistem yang dibuat, maka perlu dilakukan antisiapsi
terhadap faktor-faktor tersebut yakni pada Tentor melalui training konsep
pengajaran yakni tentor kemudian akan diberikan materi terkait psikologi
pengajaran oleh mereka yang telah ahli, metode pengajaran dan juga konsep serta
aturan-aturan pengjaran yang telah dibentuk, training kerohanian yakni tentor
dibentuk sikap dan jiwa rohaninya sesuai dengan kepercayaan yang dianut
menanamkan nilai-nilai spiritualitas sehingga dapat mereduksi pembentukkan
sifat-sifat negatif peserta didik untuk saat ini dan kedepannya, dan training
pengembangan soft skill di mana pementor wajib untuk dibangun dan
dikembangkan, sehingga para tentor juga mampu memberikan pengajaran dalam
berbagai multidisiplin ilmu berdasarkan kompetensi dan soft skill yang dimiliki;
orang tua melalui pertemuan per tiga bulan sekali sebagai bahan evaluasi hasil dari peserta didik dan juga para tentor serta proses pengajaran dari Rumah Belajar
Impian ini dan pertemuan dalam kelas perancangan massa dan inspirasi untuk
membuka pola pikir para orang tua dengan harapan yang ditanamkan bahwa segala
profesi apapun yang kita jalani jika kita berkompeten dan memiliki soft skill yang
mumpuni dalam bidangnya masing-masing, maka kita mampu bersaing dan
berkompetisi; lingkungan sekitar melaluli kelas luar lapangan untuk mengetahui
masalah riil yang terjadi di masyarakat dan pemerintah melalui kerjasama promosi
terhadap peserta didik yang memiliki prestasi dan karya sesuai dengan softskillnya
masing-masing untuk ditampilkan dalam berbagai agenda pemerintah.
Konsep Rumah Belajar Impian di atas diharapkan bahwa sistem pendidikan
yang terintregrasi ke dalam lembaga bimbingan ini mampu menjadi bahan
pertimbangan untuk pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Kuisioner Survey Angkatan Kerja Nasional 2015.
Jakarta: BPS Pusat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses pada
13 April 2016 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.
Kemenakertrans. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Ketenagakerkaan dan Ketransmigrasian. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI.
Mastuti, Fauziah. 2009. Pendidikan dan Pengangguran Intelektual: "Tugas Mata
kuliah Analisis Kebijakan Publik”. Semarang: Konsentrasi Pelayanan
Pendidikan Angkatan XXVI
Prihatiningsih, Hermin, & Budiyono. 2013. “Identifikasi Kesalahan Penyelesaian
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Struktur Aljabar I.” Diakses pada 13
April 2016
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129027&val=612).
Putranto, R dan Mashuri, M. 2012. Analisis Statistik Tentang Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Waktu Tunggu Kerja Fresh Graduate di Jurusan Statistika
Institut Sepuluh Nopember Dengan Metode Logistik Ordinal. Jurnal Sains
dan Seni ITS, Vol. 1, No. 1, Sept 2012. ISSN2301-928X.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi: Pendidikan di