• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PEMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PEMAL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh Peraturan Perundang-undangan dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik, mengenai keadaan peristiwa atau perbuatan hukum atas keterlibatan langsung oleh para pihak yang menghadap. Namun demikian Notaris dalam menjalankan profesinya tidak jarang dipanggil oleh pihak aparat hukum kepolisian sebagai tersangka Sehubungan dengan pemalsuan akta otentik yang dibuatnya. Sehingga, dipandang perlu untuk mengetahui Analisis Yuridis Normatif Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris.

Bahwa notaris hanya dapat (legal/sesuai dengan aturan hukum) dijadikan sebagai tersangka apabila notaris tersebut dengan sengaja tetap membuat akta palsu sesuai yang diminta oleh penghadap, padahal ia mengetahui bahwa para pihak penghadap tersebut tidak memenuhi syarat-syarat sahnya perikatan. Hal ini menunjukkan bahwa notaris tersebut tidak berpegang teguh pada Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dan Kode Etik Profesi Notaris. Dimana dapat menjerumuskan notaris mengarah pada tindak pidana pemalsuan surat/akta otentik.

(2)

Sedangkan bunyi dari pasal 266 KUHP dapat diterapkan kepada pelaku yang menyuruh notarismembuat akta dengan keterangan palsu, karena secara sah melakukan kejahatan pidana. Dan Akibat Hukum Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris yaitu pihak penghadap/korban mengalami derita kerugian atas terbuatnya suatu akta yang mengandung keterangan palsu oleh notaris. Akta palsu yang telah dibuat dapat dibatalkan Maka mengenai pembatalan akta adalah menjadi kewenangan hakim perdata, yakni dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan. Serta menurut Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dapat dikenakan Sanksi Administratif/Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris berupa teguran lisan, tertulis sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat dari Majelis Pengawas dan Sanksi Keperdataan pasal 1365 KUHPerdata tentang ganti kerugian.

Berdasarkan hal yang demikian,maka disarankan pemerintah Memberikan pelatihan khusus terhadap notaris secara berkala agar tidak melakukan kesalahan yang fatal dimana membawa dampak pengaruh buruk yang dapat merugikan baik dari para pihak-pihak tertentu maupun diri sendiri dalam pembuatan akta otentik. Danmenindak secara tegas perbuatan notaris dimana diduga melakukan pelanggaran kode etik profesi notaris yang dapat dikualifikasikan dalam tersangka tindak pidana.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada Pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh Peraturan Perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris bukan saja karena diharuskan oleh tetapi juga dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.

Akta Notaris lahir karena adanya keterlibatan langsung dari pihak yang menghadap notaris, merekalah yang menjadi pemeran utama dalam pembuatan sebuah akta sehingga tercipta sebuah akta yang otentik. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang. Akta yang dibuat notaris menguraikan secara otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang disaksikan oleh para penghadap dan saksi-saksi.2

Akta yang dibuat oleh notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar tercapai sifat otentik dari akta itu misalnya dalam pembacaan akta menerangkan bahwa harus mencantumkan identitas para pihak, membuat isi perjanjian yang dikehendaki para pihak, menandatangani akta dan sebagainya. Tetapi apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka akta tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum.

(4)

dan taat kepada kode etik profesi hukum. Kode etik yang dimaksud disini adalah kode etik Notaris.

Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan notaris dengan sengaja untuk menguntungkan salah satu pihak penghadap atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan dokumen yang sebenarnya. Apabila akta yang dibuat/diterbitkan notaris mengandung cacat hukum karena kesalahan notaris baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris harus memberikan pertanggungjawaban secara moral dan secara hukum. Dan tentunya hal ini harus terlebih dahulu harus dapat dibuktikan.

Oleh karena itu jika Notaris terbukti melakukan kesalahan-kesalahan baik yang bersifat pribadi maupun yang menyangkut profesionalitas dalam suatu pembuatan akta yang mengandung unsur melawan hukum maka beberapa tahap prosedur yang dapat dikemukakan dilapangan adalah antara lain. Pemanggilan notaris sebagai saksi, kemudian ditingkatkan sebagai tergugat dipengadilan perdata menyangkut pertanggungjawaban akta yang dibuat untuk dijadikan alat bukti yang sebelumnya adanya toleransi dari Majelis Pengawas Notaris, selanjutnya ditindaklanjuti dengan pemidanaan yakni Notaris dapat dijadikan saksi dan tersangka dalam kasus pidana serta penyitaan bundel minuta yang disimpan oleh Notaris.3

Notaris rawan terkena jeratan hukum. Bukan hanya karena faktor internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya kecerobohan, tidak mematuhi prosedur, tidak menjalankan etika profesi dan sebagainya. Namun juga dikarenakan faktor internal seperti moral masyarakat dimana Notaris dihadapkan pada dokumen-dukumen palsu padahal dokumen tersebut mengandung konsekuensi hukum bagi pemiliknya.

(5)

sanksi pidana melainkan organisasi Majelis pengawas Notaris yang berkewenangan memberikan hukuman kepada notaris.

Demikian disimpulkan bahwa walaupun didalam Undang-undang jabatan notaris (UUJN) tidak menyebutkan adanya penerapan sanksi pemidanaan tetapi suatu tindakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris tersebut mengundang unsur-unsur pemalsuan atas kesengajaan/kelalaian dalam pembuatan surat/akta otentik yang keterangan isinya palsu maka setelah dijatuhi sanksi administratif/kode etik profesi jabatan notaris dan sanksi keperdataan kemudian dapat ditarik dan dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris yang menerangkan adanya bukti keterlibatan secara sengaja melakukan kejahatan pemalsuan akta otentik.5

Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang mengutamakan tekanan dari kepentingan umum pada masyarakat. Menurut doktrin adanya suatu pertanggungjawaban pidana harus terpenuhinya syarat yaitu dengan melihat adanya perbuatan yang dapat dihukum dengan menyebutkan unsur-unsurnya secara tegas dan berdasarkan undang-undang yang mengatur bahwa perbuatan tersebut telah bertentangan dengan hukum yang menimbulkan kejahatan pidana, dimana harus mempertanggungjawabkan Sebab-akibat dari pada perbuatan tersebut.6

Dalam hal-hal yang berkaitan dengan Notaris Mengingat telah diatur dalam undang-undang khusus yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan dari Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang berhubungan dengan Kode Etik profesinya serta terdapat Majelis Pengawas Notaris Dimana berfungsi untuk mengawasi tugas dan kewenangan Notaris, Maka penerapan sanksi pidana dikesampingkan menjadi terbatas kepada Notaris. Oleh karena Hal tersebut antara Penerapan hukum Undang-Undang Jabatan Notaris dengan penerapan hukum pidana yang diatur dalam (KUHP) menjadi tumpang tindih sehingga memberikan ketidakjelasan hukum bagi notaris jika terjadi kesalahan dalam bertindak berdasarkan tugas dan kewenangannya.

(6)

hukum lainnya tidak mempan. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi.7Dengan terjadinya kasus/perkara semacam ini maka akan menyebabkan notaris harus keluar masuk gedung pengadilan untuk mempertanggungjawabkan akta yang telah dibuatnya, mengingat notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dimana dibuat setelah ditandatangani oleh para pihak dan menjadi Dokumen Negara.

Sehubungan dengan hal tersebut Penulis tertarik untuk Membahas dan Menganalisis mengenai, Bagaimana Perumusan Unsur-Unsur Perbuatan Pidana Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris Dan Bagaimana Akibat Hukumnya Terhadap Pemalsuan Akta OtentikYang Dilakukan Oleh Notaris.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perumusan Unsur-Unsur Perbuatan Pidana Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris?

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Tinjuan Profesi dan Kode Etik Notaris

1. Pengertian Notaris

Secara umum dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan Perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu aktaotentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-undang.

2. Notaris Sebagai Profesi

Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan autentik hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa notaris. Menurut Ismail Saleh, notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Mempunyai integritas moral yang mantap.

2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri (kejujuran intelektual) 3. Sadar akan batas-batas kewenangannya.

(8)

Lebih jauh Ismail Saleh mengatakan bahwa empat pokok yang harus diperhatikan para notaris adalah sebagai berikut:

a. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang notaris harus mempunyai integritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan.

b. Seorang notaris harus jujur, tidak hanya pada kliennya, juga pada dirinya sendiri. Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak member janji-janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar si klien tetap mau memakai jasanya.

c. Seorang notaris harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia harus menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak di tempat kedudukannya sebagai notaris.

d. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak semata-mata didorong oleh pertimbangan uang. Seorang notaris yang Pancasilais harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang, dan tidak semata-mata hanya menciptakan alat bukti formal mengejar adanya kepastian hukum, tapi mengakibatkan rasa keadilan.

3. Kode Etik Notaris

(9)

a) Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada:

i. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik.

ii. Memiliki perilaku professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional, terutama sekali dalam bidang hukum.

iii. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya.

b) Dalam menjalankan tugas, notaris harus:

i. Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

ii. Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-undang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak menggunakan perantara.

iii. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi. c) Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan:

i. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya.

ii. Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya. iii. Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang

mampu.

(10)

i. Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan.

ii. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama. iii. Saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atas dasar

solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif. 4. Pelanggaran dalam Kode Etik Notaris

a. Larangan Notaris dalam Menjalankan Tugasnya Jabatannya.

Sesuai dengan Rumusan Komisi D Bidang Kode Etik Ikatan Notaris (INI) Periode 1990-1993 mengenai Larangan-larangan dan ketentuan-ketentuan tentang Perilaku Notaris dalam menjalankan jabatannya, anggota Ikatana Notaris Indonesia dilarang : 1) mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan;

memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor Notaris” di luar lingkungan kantor;

2) melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk: iklan; ucapan selamat; ucapan belasungkawa; ucapan terima kasih; kegiatan pemasaran; kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun olah raga;

3) bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien;

4) menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain;

5) mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangan;

(11)

lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantaraan orang lain;

6) melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya;

7) melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan Notaris;

8) menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan perkumpulan;

9) mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan;

10) menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut; 11) membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan

untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi;

12) menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(12)

pelanggaran-pelanggaran terhadap: Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatanNotaris; isi sumpah jabatan Notaris; Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan oleh anggota

Sedangkan pengecualian atau tidak termasuk larangan, adalah:

1) memberikan ucapan selamat, ucapan berdukacita dengan mempergunakan kartu ucapan, surat, karangan bunga ataupun media lainnya dengan tidak mencantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja;

2) pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/atau instansi-instandan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya;

3) memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang dalam radius maksimum 100 meter dari kantor Notaris.

B. Analisis putusan Mahkamah Agung Nomor 1847 K/Pid/2010 1. Kronologi

Bahwa ia Terdakwa Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH pada tanggal 26 Desember 1990 bertempat di Kantor Notaris Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH Jalan Palang Merah No.56 Medan atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, Memalsukan surat Akta Authentik yang dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

(13)

perubahan-perubahan pada Akta Authentik No. 132 tanggal 26 Desember 1990, Terdakwa menuliskan perubahan-perubahan dan pengurangan serta menghilangkan isi yang ada dalam asli/Minuta Akta Yayasan Trie Argo Mulyo Nomor 132 tanggal 26 Desember 1990 ke dalam selembar kertas kosong,lampiran tersebut kami lampirkan,dalam daftar lampiran.

Isi Akta yang telah dirubah Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. pada hari Senin targgal 25 Juni 2007 sekira pukul 11.00 Wib di Kantor Pengadilan Negeri Medan Jalan Pengadilan No. 08 Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Akta Authentik No 132 tanggal 26 Desember 1990 yang seolah-olah sesuai dengan isi Minuta Asli salinan kedua Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990 yang dibuat oleh Notaris Soeparno, SH selaku pejabat yang menampung protokol Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. digunakan oleh saksi Haji Sugeng Imam Soeparno sebagai barang bukti dalam perkara Perdata di Pengadilan Negeri Medan Nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006. yang dibuat oleh Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. mengakibatkan kerugian kepada saksi Alwi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre Medan (pelapor) yaitu kalah dalam sidang perdata nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006 ;

Isi Akta yang telah dirubah Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. pada hari Senin targgal 25 Juni 2007 sekira pukul 11.00 Wib di Kantor Pengadilan Negeri Medan Jalan Pengadilan No. 08 Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Akta Authentik No 132 tanggal 26 Desember 1990 yang seolah-olah sesuai dengan isi Minuta Asli salinan kedua Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990 yang dibuat oleh Notaris Soeparno, SH selaku pejabat yang menampung protokol Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. digunakan oleh saksi Haji Sugeng Imam Soeparno sebagai barang bukti dalam perkara Perdata di Pengadilan Negeri Medan Nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006. yang dibuat oleh Terdakwa Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. mengakibatkan kerugian kepada saksi Alwi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre Medan (pelapor) yaitu kalah dalam sidang perdata nomor 306/Pdt.G/06/PN.Mdn, tanggal 08 September 2006.

(14)

a. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan tidak dapat melakukan transaksi penjualan ruko-ruko, yang telah dibangun di atas lahan seluas 47,7 (empat puluh tujuh koma tujuh) Ha. Yang terletak di Jalan Willem Iskandar (dahulu Jalan Pancing) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ;

b. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan tidak dapat melakukan proses balik nama terhadap ruko-ruko maupun lahan kosong yang telah dijual kepada konsumen di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang ;

c. Mengakibatkan keuangan perusahaan PT. Pancing Business Centre Medan terganggu terutama dalam hal membayar kredit uang di bank ;

d. Bahwa nama baik saksi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Business Centre Medan secara pribadi dan juga perusahaan PT. Pancing Business Centre Medan menjadi tidak dipercaya lagi oleh pihak konsumen sehingga transaksi pembayaran menjadi tidak terlaksana sehingga sangat merugikan perusahaan PT. Pancing Business Centre Medan ;

e. Bahwa PT. Pancing Business Centre Medan telah mengalami kerugian materi sebesar Rp. 1.154.242.000,- (satu miliar seratus lima puluh empat juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah) untuk setiap bulan, sehingga kerugian materi yang dialami PT. Pancing Business Centre Medan hingga saat sekarang ini adalah sebesar sekitar Rp. 10.000.000.000.- (sepuluh miliar rupiah).

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 263 ayat (1) KUHPidana:

“Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.”

(15)

Adapun putusan pengadilan yaitu: 1) Putusan PN Medan

a. Membaca putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1673/Pid.B/2008/-PN.Mdn. tanggal 18 Pebruari 2009 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

b. Menyatakan bahwa Terdakwa Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH. telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana “Membuat Akte Authentik Palsu” ;

c. Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun ;

d. Menetapkan barang bukti berupa : Fotocopy minuta/asli Akta No. 132, tanggal 26 Desember 1990 dibuat Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH.MH. selaku Notaris Medan yang beralamat di Jl. Palang Merah No. 56 Medan. Fotocopy yang dilegalisir sesuai aslinya, 1 (satu) turunan asli Yayasan Trie Argo Mulyo, berkedudukan Medan tanggal 26 Desember 1990 No. 132 yang dibuat oleh Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Drs. Ade Rachman Maksudi digunakan dalam perkara terdakwa Sugeng Imam Suparmo

e. Menetapkan bahwa Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah)

2) Putusan PT Medan

a. Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 265/PID/2009/PT.MDN. tanggal 26 Mei 2009 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

b. Menerima permintaan banding dari Kuasa Hukum Terdakwa tersebut ;

c. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 18 Pebruari 2009 No. 1673/pid.B/2008/PN.Mdn. yang dimintakan banding tersebut ;

(16)

e. tanggal 26 Desember 1990 dibuat Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH.MH. selaku Notaris Medan yang beralamat di Jl. Palang Merah No. 56 Medan. Fotocopy yang dilegalisir sesuai aslinya, 1 (satu) turunan asli Yayasan Trie Argo Mulyo, berkedudukan Medan tanggal 26 Desember 1990 No. 132 yang dibuat oleh Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Drs. Ade Rachman Maksudi, SH, dipergunakan dalam perkara Terdakwa Sugeng Imam Soeparno ;

f. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) ;

3. Alasan kasasi yang diajukan oleh pemohon yaitu:

(17)

b. Bahwa judex facti telah keliru dan tidak cermat dalam mempertimbangkan unsur unsur delik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 264 ayat 1 KUHP bahkan tidak mempertimbangkan bukti-bukti yang dihadirkan di persidangan yang terlampir dalam Nota Pembelaan Penasihat hukum Terdakwa, dan juga tidak mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan. Sebagaimana yang dimaksud dalam unsur-unsur delik Pasal 264 ayat 1 KUHP dengan barang siapa adalah subyek hukum sabagai pendukung hak dan kewajiban yang mampu bertanggungjawab di mana Terdakwa dalam perkara pidana ini adalah Drs. Ade Rachman Maksudi, SH. MH .

c. Bahwa judex facti telah salah dan keliru mempertimbangkan unsur "Memalsu Surat Authentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan" unsur delik ini adalah unsur esensial dan Pasal 264 ayat (1) ke 1 e KUHPidana. Dalam kasus ini, jika dicermati dengan seksama Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa di hadapkan di persidangan ini, dengan tuduhan, bahwa Terdakwa telah "Memalsu Surat Authentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan yakni Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990” dengan demikian perlu dibuktikan kebenaran materiil dalam perkara ini, yaitu apakah Terdakwa ada "Memalsu Surat Authentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan yakni Akte No. 132 tanggal 26 Desember 1990” ;

(18)

Mahkamah Agung tanggal 7 April 1971 No. 17/71/Pid/PN-Kng), oleh sebabmana Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan pertama ;

e. Esensial dari Pasal 264 ayat 1 KUH-Pidana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka cukup alasan hukum apabila Terdakwa dibebaskan dari Dakwaan Primair dan nama baik Terdakwa dipulihkan di tengah-tengah masyarakat, setidak-tidaknya Terdakwa dinyatakan dilepas dari tuntutan hukum

4. Putusan Mahkamah Agung

Mahmakah Agung dalam mengambil keputusan dalam kasus ini dengan No putusan 1847/ K/Pid/2010 yang isinya MENOLAK PERMOHONAN KASASI TERDAKWA Drs. ADE RACHMAN MAKSUDI, SH.MH,

Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim daalam mengambil keputusan sebagai berikut :

a. Bahwa Judec Facti tidak salah dalam menerapkan hukum karena telah mempertimbangkan hal-hal yang relevan secara Yuridis dengan benar yaitu membuat akta palsu yang dilakukan oleh terdakwa merupakan perbuatan pidana

(19)

penghargaan tentang suatu kenyataan,keberatan semacam ini tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, karena pemeriksaan ditingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkannya suatu peraturan hokum atau peratutan hokum yang tidak diterapkan sebagaimana mestinya dan apakah cara mengadili tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(20)

ditindaklanjuti Berdasarkan ketentuan yang ketiga Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 264 ayat (1) yaitu pemalsuan surat yang diperberat sedangkan Pasal266 ayat (1) yaitu pelaku penghadap/Klien yang menyuruh Notaris Melakukan untuk memasukkan keterangan palsu kedalam akta otentik, dan bunyi dari masing-masing ayat (2) antara pasal 264 dan 266 KUHP isinya sama yaitu tentang pembuatan akta dengan kesengajaan memakai akta seolah-olah isinya benar.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah kami sampaikan, penulis memberikan Saran dan Rekomendasi agar:

1. Memberikan pelatihan terhadap Notaris secara berkala agar tidak melakukan kesalahan yang fataldimana membawa dampak pengaruh buruk yang dapat merugikan baik dari para pihak-pihak tertentu maupun diri sendiri dalam pembuatan akta otentik

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab Notaris apabila terbukti secara pidana telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka Notaris dapat dijatuhi hukuman pidana dan akta

S351308003, SANKSI PIDANA TERHADAP NOTARIS YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA TURUT SERTA MENYURUH MENEMPATKAN KETERANGAN PALSU KEDALAM AKTA OTENTIK (Analisis Putusan

Hasil penelitian adalah kedudukan daripada akta perdamaian merupakan akta otentik yang mempunyai kekuatan hukum terkuat dan terpenuh dan dibuat oleh notaris

Tanggung jawab Notaris apabila terbukti secara pidana telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka Notaris dapat dijatuhi hukuman pidana dan akta

Akta izin roya/konsen roya merupakan salah satu akta otentik yang dibuat notaris atas permintaan kreditur sebagai pihak yang berisi pernyataan pihak kreditur bahwa sertipikat hak

2 Penjatuhan sanksi Notaris dalam kasus tindak pidana pemalsuan terhadap akta autentik, maka Notaris sebagai subjek hukum dapat dijatuhkan sanksi pidana dalam proses pembuktian

Ketika suatu akta yang dibuat oleh Notaris mengandung suatu cacat hukum ataupun mengandung suatu tindak pidana pemalsuan, maka berdasarkan dakwaan oleh pihak yang terkait dengan akta,

AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTA NOTARIS YANG DIBUAT APABILA PENGHADAP TIDAK DAPAT MENANDATANGANI AKTA DENGAN TANGANNYA 4.2 Pengaturan Pembubuhan Sidik Jari Terhadap Akta Notaris