• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KEUANGAN KELOMPOK 2 CURRENT ACC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI KEUANGAN KELOMPOK 2 CURRENT ACC"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KEUANGAN

KELOMPOK 2

“CURRENT ACCOUNT AND REAL EXCHANGE RATE DYNAMICS IN INDONESIA”

Disusun Oleh :

1. Reika Happy S (146030201111009) 2. Nadiya Lifa Ningrum (146030201111007) 3. Danny Hendra I (146030201111003)

PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LATAR BELAKANG

Analisis penelitian ini mengacu pada peran kedua faktor permanen dan sementara dalam mempengaruhi dinamika neraca berjalan Indonesia dan nilai tukar riil sebelum dan setelah tahun 2000. Ada perbedaan yang signifikan ketika membandingkan dinamika neraca berjalan Indonesia saat sebelum dan setelah krisis ekonomi Asia 1997-1998. Sebelum tahun 1998, neraca berjalanan Indonesia biasanya telah dijalankan defisit, mencapai hampir 3% dari PDB (Gambar 1). Namun demikian, neraca berjalan negara itu bergeser menjadi surplus setelah 1998 dan mencapai rekor 2,5% dari PDB pada tahun 2004 sebelum menyusut kembali ke defisit 2,7% dari PDB pada tahun 2012.

Gambar 1. Neraca Berjalan di Indonesia

Sejak krisis Asia telah menyebabkan Indonesia mengalami defisit terus-menerus, hal ini dikarenakan neraca perdagangannya. Data digambarkan bahwa neraca perdagangan Indonesia surplus lebih selama dekade terakhir terutama terkait dengan ekspor komoditas yang kuat. Sementara itu, neraca perdagangan non-komoditas impor telah melampaui ekspor sejak tahun 2006, membuat surplus kecil berubah menjadi defisit dengan kecenderungan untuk tumbuh lebih besar. Dua alasan utama di balik ini adalah: melemahnya kinerja ekspor terutama di sektor manufaktur dan pertumbuhan impor yang tinggi karena permintaan domestik yang kuat.

(3)

Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia telah menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas sejak Agustus 1997 dan mengiplementasikan target inflasi menjadi kerangka kerja kebijakan moneter pada tahun 1999 (Ananta et al, 2011). Selanjutnya, pada kebijakan fiskal, pemerintah telah berkomitmen untuk konsolidasi fiskal, yang ditujukan untuk anggaran yang berkelanjutan dan pelaksanaan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Secara umum, hal ini adalah wajar untuk menunjukkan bahwa perubahan tersebut dapat mempengaruhi efek Dinamika post neraca berjalan pada krisis 1997-1998.

Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan pendekatan selanjutnya dan menyelidiki hubungan antara perubahan struktural di Indonesia dan pergeseran pola neraca berjalan pada periode sebelum dan setelah krisis Asia. Untuk itu, kami akan mengklasifikasikan faktor kemungkinan mempengaruhi dinamika neraca berjalan menjadi dua kelompok tertentu: faktor permanen dan faktor sementara. Faktor permanen adalah orang-orang struktural mempengaruhi neraca berjalan dalam jangka panjang seperti sisi penawaran, produktivitas, serta perubahan preferensi. Clarida dan Gali (1994) melambangkan guncangan di faktor-faktor struktural seperti guncangan yang nyata, yang akhirnya mempengaruhi sisi penawaran ekonomi seperti bencana alam atau teknologi. Di sisi lain, faktor-faktor sementara adalah mereka yang mempengaruhi neraca berjalan hanya dalam jangka pendek seperti variabel nominal seperti harga, jumlah uang beredar, dan nilai tukar nominal.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana menilai kemungkinan dampak faktor permanen dan faktor sementara dari perubahan struktural saat ini pada dinamika nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia pada tahun 1997-1998?

TUJUAN

(4)

MAPPING sistem nilai tukar yang ditetapkan Bank Indonesia dan perubahan kebijakan fiskal yang desentralisasi dapat mempengaruhi efek dinamika post neraca berjalan pada krisis 1997-1998. penawaran ekonomi. Di sisi lain, faktor-faktor temporer yang mempengaruhi neraca berjalan hanya dalam jangka ketidakseimbangan neraca berjalan ialah yang satu defisit (Amerika Serikat) dan yang dua surplus (Jepang dan daerah Euro), hal ini dikarenakan interpretasi struktural minimalis. Ini menunjukan bahwa interpretasi memungkinkan kita untuk menilai berapa banyak dari masing-masing ketidakseimbangan memerlukan penyesuaian nilai tukar riil .

Lee and Chinn (2006)

Current Account and Real Exchange Rate Dynamics in

(5)

G7 Countries pada nilai tukar riil, tetapi efek yang relatif kecil pada rekening neraca berjalan; guncangan sementara memiliki dampak yang besar pada transaksi berjalan dan nilai tukar berdampak dalam jangka pendek, tetapi tidak akan The Real Exchange Rate : A Structural VAR Analysis of Major Currencies

(6)

KERANGKA KONSEPTUAL

HIPOTESIS

H : Terdapat hubungan antara faktor permanen dan faktor sementara dari perubahan struktural di neraca berjalan terhadap dinamika nilai tukar.

METODE PENELITIAN

 Variabel pada Penelitian ini adalah:

 Perubahan Struktural

 Neraca berjalan (current Account)

 Nilai tukar riil (Real Exchange)

 Uji empiris dilakukan untuk semua sampel dari 1990-2012. Setelah itu, analisis empiris dilaksanakan dengan membagi sampel menjadi dua, bagian sampel meliputi pra 2000 (1990-1999) dan pasca 2000 (2000-2012).

 Setelah dikonfirmasi hasil empiris ke pendekatan analitis, selanjutnya dilakukan analisis dekomposisi varians untuk menyelidiki faktor yang mempengaruhi perilaku nilai tukar riil dan neraca berjalan. Untuk analisis pertama, kami menyelidiki sampel penuh 1990-2012.

 Data dalam penelitian ini menggunakan data kuartalan baik untuk neraca berjalan terhadap rasio PDB dan nilai tukar riil.

HASIL

1. Impulse-Response Function Analysis

Impulse response function (IRF) menunjukkan bahwa data secara luas konsisten dengan latar belakang teoritis. Dari gambar 2a, kita dapat mengamati bahwa untuk sampel penuh

(7)

2012, sementara akan melemahkan nilai tukar riil dalam jangka pendek dan berlangsung sampai 4 kuartal. Sementara itu, angka 2b menunjukkan bahwa ketika kekakuan harga hadir, kemungkinan akan memperkuat nilai tukar riil hingga 4 kuartal

Analisis IRF rekening saat ini untuk sampel penuh 1990-2012 juga mengkonfirmasikan prediksi teoritis. Gambar 3a menunjukkan dampak guncangan sementara melalui gangguan nominal meningkat saat neraca berjalan surplus. Dalam hal ini, kenaikan surplus neraca berjalan juga dapat dijelaskan dengan komponen guncangan permanen seperti pada gambar 3b. Mengindikasikan bahwa peningkatan produktivitas menjelaskan surplus neraca berjalan lebih dominan daripada kekuatan nilai tukar nyata.

(8)

kerusakan nilai tukar riil dan meningkatkan neraca berjalan pada pra dan pasca 2000 (Gambar 4a). Selain itu, IRFs pada kedua kelompok sampel terus menggambarkan bahwa memperkuat nilai tukar riil dan meningkatan surplus neraca berjalan seperti pada gambar 4b.

(9)

Namun demikian, dekomposisi varians menampilkan hasil yang berbeda pada pra dan pasca periode 2000. Sebelum 2000, guncangan sementara menyumbang 90% dari varians dalam nilai tukar riil (Gambar 6a) sedangkan guncangan permanen mendominasi pergerakan nilai tukar riil setelah tahun 2000 (Gambar 6b) . Ini merupakan pergeseran signifikan, dapat dijelaskan oleh dampak penerapan rezim nilai tukar mengambang bebas serta pelaksanaan inflasi kerangka penargetan. Dalam sistem tersebut, intervensi bank sentral dipasar nilai tukar minimal bahwa nilai tukar dipertahankan pada tingkat yang konsisten dengan ekonomi fundamental.

(10)

riil selama hampir periode sampel keseluruhan. Sebaliknya, peran guncangan sementara hanya muncul dalam periode tertentu.(Gambar 7b).

Hasil lain yang perlu difokuskan adalah peran utama dari guncangan sementara dalam menjelaskan dinamika neraca berjalan. Seperti ditunjukkan pada gambar 8, Penguraian varians untuk periode sampel penuh (1990-2012) menunjukkan bahwa guncangan sementara dicatat 60% dari varians dari neraca berjalan selama dua kuartal pertama dan meningkat menjadi 75% sesudahnya. Oleh karena itu, guncangan permanen hanya menyumbang 40% dari varians dalam bentuk neraca berjalan pada periode pengamatan awal sebelum kemudian menyusut menjadi 25% .

(11)

Plot Penguraian varians untuk neraca berjalan saat pra dan pasca 2000 disajikan pada Gambar 9. Khususnya dalam hal ini, alur guncangan sementara 85% dari varians dari neraca berjalan setelah 7 periode pada pra 2000 kelompok sampel ( Gambar 9a). Selain itu , varians dari neraca berjalan masih didominasi oleh guncangan sementara meskipun dampaknya menurun menjadi 78% pada periode pasca 2000 (Gambar 9b). Ini bukti bahwa ukuran guncangan permanen setelah tahun 2000 cenderung meningkat hingga 22%. Namun demikian, varian nilai tukar saat ini menangkap dampak pertumbuhan guncangan permanen sebagai wujud dari guncangan nyata, guncangan nominal tetap sebagai kekuatan dominan dalam menjelaskan varian mata uang saat ini pasca 2000. Meskipun ada beberapa indikasi meningkatnya dampak guncangan permanen dalam menjelaskan varians dari neraca berjalan pada 2009-2011.

Gambar 9. (a) Penguraian Varians: neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Penguraian Varians: neraca berjalan, setelah tahun 2000.

(12)

Gambar 10. (a) Sejarah Dekomposisi: Mata neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Sejarah Penguraian Varians: neraca berjalan, setelah tahun 2000.

KESIMPULAN

 Makalah ini untuk menilai kemungkinan dampak perubahan struktural faktor permanen dan faktor sementara di dinamika neraca berjalan Indonesia saat ini pada nilai tukar riil sebelum dan sesudah krisis di Asia pada tahun 1997-1998. Hal ini sesuai dengan pendapat Lee dan Chinn (1998, 2006) pendekatan serta Chinn et . al (2007), jelas bahwa guncangan permanen merupakan sebuah wujud nyata atau guncangan produktivitas menciptakan surplus neraca berjalan, ditambah dengan perbaikan nilai tukar riil. Sebaliknya, penurunan produktivitas akan menekan surplus neraca berjalan dan memperburuk nilai tukar riil. Dan menemukan bahwa guncangan sementara sebagai refleksi dari guncangan nominal di satu sisi penggerak surplus transaksi berjalan, sementara di sisi lain memperburuk nilai tukar riil.

(13)

mengambang bebas sejak Agustus 1997. Oleh karena itu, pergeseran perilaku nilai tukar riil setelah tahun 2000 tidak selalu mempengaruhi arus dinamika akun.

 Sebagai hasil kedua. Bukti empiris menegaskan bahwa varians dari arus posting akun 2000 terutama disebabkan oleh guncangan sementara. Sebaliknya, guncangan permanen berpengaruh signifikan dalam menjelaskan fluktuasi dari transaksi berjalan. Dengan demikian, bukti empiris mendukung dominasi yang lebih besar dari guncangan sementara dalam mempengaruhi varians dari transaksi berjalan setelah tahun 2000. Dalam hal ini, surplus neraca berjalan setelah tahun 2000 adalah disebabkan sebagian besar variabel nominal seperti kenaikan harga, sementara peran peningkatan produktivitas masih terbatas. Neraca berjalan Indonesia bereaksi kuat terhadap pergerakan harga sehingga nominal negatif yang sebagian besar menjelaskan menyusutnya transaksi berjalan, seperti yang dijelaskan dalam tren baru-baru ini.

KETERBATASAN :

 Tidak disebutkan sumber untuk memperoleh data dalam penelitian ini, sehigga para pembaca, reviewer tidak dapat mengerti sumber data primer yang digunakan oleh peneliti.

 Tidak dijelaskan dengan detail perbedaan data pra dan pasca 2000, sehingga sehigga para pembaca, reviewer tidak dapat mengerti karakteristik data sebelum tahun 2000 dan setelah tahun 2000.

 Model penelitian pada penelitian ini tidak ditampilkan di dalam jurnal sehingga tidak memudahkan pemahaman para pembaca, reviewer.

REFRENSI :

Affandi, Yoga dan Firman Mochtar. 2013. Current Account and Real Exchange Rate Dynamics in Indonesia. Procedia Economics and Finance. 20-29.

(14)

Gambar

Gambar 1. Neraca Berjalan di Indonesia
Gambar 8. Penguraian Varians: Contoh Penuh Mata uang saat ini
Gambar 9. (a) Penguraian Varians: neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Penguraian Varians:neraca berjalan, setelah tahun 2000.
Gambar 10. (a) Sejarah Dekomposisi: Mata neraca berjalan, sebelum tahun 2000; (b) Sejarah

Referensi

Dokumen terkait

– Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang tidak sesuai dengan kawasan hutan yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan saat ini;.. – Kawasan hutan yang ditetapkan oleh

The present research include 1) a biological validation study to examine the reliability of different androgen and glucocorticoid enzymeimmunoassays (EIAs) as an

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh profitabilitas, laju pertumbuhan, ukuran perusahaan, kompleksitas transaksi, dan kelemahan pengendalian

Keberagamaan Individu pada usia 5-12 tahun, Perkembangan Keberagamaan Individu pada usia 13-25 tahun, Perkembangan Keberagamaan Individu pada usia 30-50 tahun, Perkembangan

Dalam hal ini mengembangkan potensi wisata kuliner menjadi semakin penting karena dalam beberapa tahun belakangan ini muncul kecenderungan kuat dikalangan masyarakat yang

Contents: The magic lamp — James gets a new coat — Thomas and the golden eagle!. Palone,

Kasus serupa ini, memberikan gambaran bahwa tidak seluruh mahasiswa praktikan, memiliki kesiapan prima untuk menjalani proses praktek profesi, dan atau menjalani tugas

Mendidik anak-anak menjadi manusia yang taat beragama Islam ini, pada hakekatnya adalah untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri pribadi manusia beragama