PEFORMANCE MEASUREMENT
DALAM TATA KELOLA TI
Brata Widiyantoro Program Magister Informatika
Fakultas Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
dian.tat@gmail.com
Abstrak
Tata kelola TI mengarahkan dan mengendalikan bisnis yang didalamnya ada proses dalam menentukan nilai dan resiko dari proses bisnis menggunakan TI yang saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Peformance measurement dalam tata kelola TI memiliki manfaat untuk perusahaan atau organisasi dapat memberdayakan dewan (board), CEO, CIO, manajemen level senior atau eksekutif, dan partisipan TI dapat memperoleh informasi yang diperlukan dalam melakukan pengambilan keputusan dan mencapai sinergi dari bisnis dan kemanfaatan TI sehingga diperoleh bisnis objektif yang diinginkan.
Dalam melakukan investasi teknologi informasi pada bisnis, harus diukur keseimbangan antara nilai yang didapat dan resiko yang akan dihadapi. Tanpa tata kelola TI yang terukur, akan menyebabkan peningkatan biaya dan berbanding lurus dengan resiko yang akan dihadapi, membuat bisnis akan semakin kesulitan dalam mencapai tujuannya.
Kata kunci : Tata kelola TI, Peformance measurement
PENDAHULUAN
Saat ini, banyak perusahaan yang menerapkan struktur, proses dan mekanisme relasional tata kelola TI untuk mencapai perpaduan bisnis dan TI yang lebih baik. Sebuah pertanyaan penting adalah seberapa baik yang mereka melakukan? Dengan kata lain: bagaimana tingkat (rate) pengimplementasian tata kelola TI pada bisnis? [Grembergen dan Haes, 2005].
Perbedaan antara tata kelola dan manajemen adalah bahwa eksekutif dan manajer mengelola, mengembangkan, menerapkan dan memonitor strategi bisnis sehari-hari, sedangkan dewan (board) dan struktur tata kelola lainnya menangani kebijakan, budaya serta arah
organisasi secara keseluruhan. Bird mengatakan bahwa eksekutif mengelola organisasi menggunakan otoritas yang diberikan kepada mereka oleh pihak-pihak yang berada pada struktur tata kelola [Bird, 2001].
TATA KELOLA TI
Tata kelola teknologi informasi berkaitan dengan manajemen pada level top yakin bahwa manajer sistem informasi (Chief Information Officer) dan organisasi Ti dapat memberikan value bagi organisasi dan perusahaan [Utomo dan Mariana, 2011].
Dalam tata kelola teknologi informasi ada duah buah bidang yang mempengaruhi. Bidang tata kelola koporasi (corporate governance) dalam orgnisasi dan sistem informasi strategis (strategic information system) [Webb et al., 2006].
Gambar 1 Evolusi Tata Kelola TI [Webb et al., 2006]
Tata Kelola Perusahaan merupakan proses, dipengaruhi oleh entitas dewan direksi, manajemen dan lain-lain, diterapkan dalam pengaturan strategi dan di seluruh perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko berada dalam resiko, untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan [Dekkers, 2004].
Sistem informasi strategis mendiskusikan bagaimana sistem dapat digunakan untuk keuntungan strategis (strategic advantages), bagaimana sistem dan organisasi dapat mengidentifikasi, memanfaatkan dan mengeksploitasi keuntungan strategis melalui teknologi yang mereka miliki, serta permasalahan perencanaan strategis dan pengelolaan teknologi [Webb et al., 2006].
TINJAUAN PUSTAKA
Semua pengukuran kinerja didasarkan pada kegiatan yang berkaitan
dengan hasil. Prinsip diterapkan di sini adalah model input - proses-output. Dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan (komponen proses), sumber daya (input) yang diperlukan. Setiap kegiatan menghasilkan produk (output ). Untuk dapat meningkatkan proses Anda perlu tahu apa yang terjadi dan apa yang keluar. Dengan kata lain, Anda perlu untuk mengukur di dikenali, obyektif dan relevan unit dari proses pengukuran didefinisikan dengan baik dan konsisten [Dekkers, 2004].
Gambar 2 Model input-process-output
[Dekkers, 2004]
IT Governance Institute (ITGI) mendefinisikan lima domain pada tata kelola TI yang terdiri atas value delivery, risk management, resource management, performance management, dan strategic alignment.
Gambar 3 Domain Tata Kelola TI [ITGI, 2005]
Pengaruh risiko dan peluang harus dianalisis untuk "membersihkan" jam kotor. Dengan jam bruto tingkat produktivitas dihitung . Hasil analisis keadaan khusus dari proyek dievaluasi kontribusi untuk proses perbaikan, pelajaran dan mitigasi masa depan [Dekkers, 2004].
Tujuan dari perspektif pemegang kepentingan adalah kepuasan stakeholder, pengelolaan kebutuhan pemegang kepentingan dan kepatuhan terhadap hukum/etika. Perspektif ini mengevaluasi proses tata kelola TI dari sudut pandang para pemegang kepentingan termasuk direksi, CEO dan manajemen eksekutif, CIO dan manajemen TI, bisnis dan pengguna TI, pelanggan, pemegang saham serta masyarakat. Sangat penting untuk menunjukkan bahwa lingkup dari perspektif ini lebih luas dari perspektif pelanggan [Grembergen dan Haes, 2005].
DISKUSI
Apa yang diberikan nilai yang teknologi informasi berikan untuk bisnis harus diukur, berdasarkan langkah-langkah yang disepakati bisnis dan teknologi informasi, dan proses uang memastikan hasilnya ditindak lanjuti. Langkah-langkah yang relevan harus ditetapkan dari atas - pada dewan (board) dan tingkat manajemen eksekutif, dan dihubungkan ke dalam keseluruhan bisnis.
Sebuah organisasi teknologi informasi diukur tidak semata-mata pada faktor-faktor seperti biaya per pengguna dan kinerja operasional, tetapi kemungkinan akan nilai untuk organisasi berpikir ke depan yang membutuhkan teknologi informasi untuk mengaktifkan perubahan strategis .
Pertanyaan kunci untuk ditanyakan [Ernst dan Young, 2006]:
1. Apakah ada pandangan bisnis yang disepakati dari kinerja TI yang sukses ? 2. Apakah ditentukan proses dan alat mengukur dan memastikan kinerja TI? 3. Tindakan apa yang diambil sebagai
hasilnya dari pengukuran kinerja IT ? 4. Pendekatan apa untuk mengukur TI
yang terintegrasi dengan pendekatan dan waktu untuk mengukur performa bisnis?
5. Apakah kerangka kerja pengukuran memberikan perubahan dalam prioritas bisnis dan perubahan dalam pengukuran kinerja TI?
Manfaat dalam pengukuran kinerja dalam tata kelola teknologi informasi [Ernst dan Young, 2006]:
1. Meningkatkan bahwa persepsi dan realitas kinerja TI dan kontribusi terhadap bisnis akan sejalan. Persepsi negatif yang sulit untuk berjuang tanpa bahasa umum untuk penilaian dan bukti nyata dari nilai bisnis, dan citra TI seringkali bahwa itu mahal dan menambahkan nilai kecil, yaitu biaya yang dikeluarkan lebih dari pendapatan.
2. Mengurangi kemungkinan berulang kali membuat kesalahan operasional yang mahal karena ada informasi yang cukup untuk menghindari mereka kembali terjadi .
3. Keyakinan dalam membuat keputusan investasi yang tepat karena ketersediaan informasi yang akurat. 4. Perjanjian disetujui oleh semua
pemangku kepentingan pada hal yang penting dan membuat keputusan serta prioritas lebih mudah.
5. Sebuah kerangka yang mana digunakan untuk mengukur dapat disesuaikan sebagai bisnis yang berevolusi dan kriteria keberhasilan berubah.
dan manajemen senior perlu memahami seberapa baik TI memberikan terhadap investasi, sementara TI membutuhkan pemahaman yang disepakati bahwa tata kelola TI itu sukses atau gagal.
KESIMPULAN
Indikator ukuran dan kinerja fungsional membantu untuk mendapatkan kontrol atas penyediaan software . Pengukuran ini memberikan informasi yang obyektif dan terkendali untuk mengarahkan dan kontrol dengan menambahkan nilai ketika menyeimbangkan risiko dibandingkan dengan TI dan prosesnya [Dekkers, 2004].
Melakukan pengukuran nilai kinerja dalam tata kelola teknologi informasi merupakan upaya dalam meingkatkan kinerja itu sendiri. Harus dipahami bahwa mengukur saja tidak cukup dan hasil dari pengukuran kinerja harus ditindak lanjuti dan diimplementasikan dalam sistem manajemen.
Dengan performance measure pada tata kelola teknologi informasi perusahaan atau organisasi dapat memberdayakan dewan (board), CEO, CIO, manajemen level senior atau eksekutif, dan partisipan TI dapat memperoleh informasi yang diperlukan dalam melakukan pengambilan keputusan dan mencapai sinergi dari bisnis dan kemanfaatan TI sehingga diperoleh bisnis objektif yang diinginkan.
REFERENSI
Bird, F. Good gover a ce: A
Philosophical discussion of the responsibilities and practices of
orga izatio al gover ors ,
Canadian Journal of Administrative Studies, December, pp. 298-312.
Dekkers, T. (2004 IT Governance requires performance measurement , Sogeti Nederland B.V., PSQT/PSTT North Conference.
Ernst and Young, L.P.P. (2006) Performance measurement , Published in the UK. 1 More London Place, London SE1 2AF.
Grembergen, W. V. and Haes, S. D. (2005)
Measuri g a d I provi g
Information Technology Governance through the Bala ced “corecard , University Antwerp Management School.
ITGI (2005 Measuri g a d De o strati g the Value of IT , The IT Governance Institute, Rolling Meadows, IL, USA.
Utomo, A.P. dan Mariana, N (2011) Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi ( It Governance )vpada Bidang Akademik dengan Cobit Frame WorkvStudi Kasus pada Universitas Stikubank Semarang , Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, vol. 16, no.2.