• Tidak ada hasil yang ditemukan

59 BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "59 BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X MAN Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan” akan diuraikan pada bab ini. Hasil penelitian ini menjadi dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Bab ini dibagi dalam berbagai sub bagian yaitu deskripsi data, analisis data, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian untuk mempermudah dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Adapun data penelitian ini meliputi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

A. Deskripsi Data

(2)

1. Aspek Afektif

Data penilaian terhadap aspek afektif siswa diambil selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan. Untuk mendapatkan data ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran fisika kelas X, yaitu Ibu Rahmi Fitri, S.Pd, selama lima kali pertemuan tatap muka.

Penilaian pada ranah afektif meliputi dua aspek, yaitu: mengungkapkan pendapat dan menangapi jawaban teman. Penilaian ini dilakukan melalui lembar observasi. Masing-masing indikator terdiri dari dua deskriptor penilaian. Cara mendapatkan data pada penilaian afektif ini dengan memberi tanda ceklis (√) padakolom yang disediakan dalam format lembar observasi untuk setiap indikator yang dilakukan selama proses pembelajaran. Data hasil belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Hasil Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Keterangan: E: Kelas Eksperimen

K: Kelas Kontrol

(3)

ini tampak dari setiap aspek penilaian yang dilakukan setiap kali pertemuan. Terkait dengan aspek mau menerima, rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, rata-rata sikap mau mengungkapkan pendapat adalah ̅= 63,57 dan kelas kontrol ̅= 59,58. Rata-rata sikap mau menanggapi jawaban teman adalah ̅= 58,93 dan kelas kontrol ̅= 47,91.

2. Aspek Kognitif

Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol diambil melalui tes akhir berupa soal tes objektif sebanyak 20 butir soal yang dapatdilihat pada lampiran VII. Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diikuti oleh 14 orang siswa dan kelas kontrol 12 orang siswa. Hasil yang diperoleh dikedua kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimendan Kontrol

(4)

Ketuntasan dan

Tabel 4.2 menyajikan informasi lengkap yang dapat membedakan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan statistik deskriptif, untuk materi alat ukur listrik dan gelombang elektromagnetik. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada kelas eksperimen, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai tertingginya adalah 100. Siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 4 orang (28,57%) sedangkan siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 10 orang (71,42%). Rata-rata hasil belajar kelas eksprimen adalah 81,07, sedangkan simpangan baku/standar deviasi (S) adalah 13,18 beserta ragamnya (S2) adalah 173,71.

(5)

B. Analisis Data

1. Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif

Analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar ranah afektif adalah dengan menghitung proporsi masing indikator. Proporsi masing-masing indikator dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

( )

Keterangan : A = proporsi indikator

X = siswa yang melakukan indikator n = jumlah siswa yang menjadi sample

Masing-masing proporsi pada setiap indikator dimasukkan ke tabel dengan membandingkan antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis hasil belajar ranah afektif dideskripsikan ke dalam diagram batang untuk setiap aspek penilaian. Bentuk diagram batang hasil belajar siswa ranah afektif dalah sebagai berikut:

1) Aspek mau mengungkapkan pendapat

(6)

Gambar 4.1. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek sikap mau mengungkapkan pendapat

Hasil penilaian untuk aspek sikap mau mengungkapkan pendapat menunjukkan peningkatan. Dari gambar 4.1 dapat dilihat pada setiap pertemuan aspek sikap mau mengungkapkan pendapat kelas eksperimen mengalami peningkatan dibanding kelas kontrol. Perbandingan persentase rata-rata siswa yang memenuhi aspek sikap mau mengungkapkan pendapat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah, kelas eksperimen ̅ = 63,57% berada pada klasifikasi sangat baik sedangkan kelas kontrol ̅ = 59,58% berada pada klasifikasi baik. Data hasil belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Mengungkapkan Pendapat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Pertemuan

Sikap mau mengungkapkan pendapat Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(7)

No Pertemuan

Sikap mau mengungkapkan pendapat Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

4 4 71,43 Baik 58,33 Cukup

5 5 78,57 Baik 60,42 Cukup

Rata-rata 63,57 Baik 59,58 Cukup

2) Aspek mau menanggapi jawaban teman

Penilaian pada aspek mau menanggapi jawaban teman meliputi dua indikator, yaitu: berani menanggapi jawaban teman dan mampu mengomentari jawaban teman dengan tepat dan baik. Berdasarkan data hasil belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian setelah dirata-ratakan sesuai dengan tabel 4.1, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram batang pada Gambar 4.2 di bawah ini:

Gambar 4.2. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek sikap mau menanggapi jawaban teman

Hasil penilaian untuk aspek sikap mau menanggapi jawaban teman menunjukkan peningkatan. Dari gambar 4.2 dapat dilihat pada setiap pertemuan aspek sikap mau menanggapi jawaban temankelas eksperimen

0

Aspek Mau Menanggapi Jawaban Teman

Kelas Eksperimen

(8)

mengalami peningkatan dibanding kelas kontrol. Perbandingan persentase rata-rata siswa yang memenuhi aspek sikap mau menanggapi jawaban teman antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah, kelas eksperimen ̅ = 58,93% berada pada klasifikasi sangat baik sedangkan kelas kontrol ̅ = 47,91% berada pada klasifikasi baik. Data hasil belajar aspek afektif kelas sampel selama penelitian dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4. Klasifikasi Penilaian Aspek Mau Menanggapi Jawaban Teman Kelas Eksperimen dan Kontrol

No Pertemuan

Sikap mau menanggapi jawaban teman Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

Perbandingan rata-rata hasil belajar aspek afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol selama proses pembelajaran dapat dilihat seperti pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol

No Aspek Afektif Kelaas Eksperimen

Kelas Kontrol Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 Sikap mau

mengungkapkan pendapat

63,57 Baik 59,58 Cukup

2 Sikap mau menanggapi jawaban teman

(9)

2. Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif

Analisis data dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur. Untuk mengetahui apakah hipotesis ini diterima atau ditolak maka hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen dengan hasil belajar fisika siswa pada kelas kontrol dilakukan analisis data. Syarat untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Uji Normalitas Tes Akhir

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan uji Liliefors. Kriteria pada uji Lilifors ini adalah H0 akan diterima jika L0< Lt berdasarkan langkah-langkah uji Lilifors maka didapatkan hasil perhitungan uji normalitas kelas eksperimen dengan L0 = 0,1058 dan Lt = 0,227. Normalitas pada kelas kontrol juga di uji Lilifors didapatkan L0 = 0,1816 dan Lt = 0,242.

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel dengan Menggunakan Uji Lilifors

No Kelas Lo Ltabel Kesimpulan Keterangan

1 Eksperim

en 0,1058 0,227

Lo < L tabel

maka terima Ho Data normal 2 Kontrol 0,1816 0,242 Lo < L tabel

(10)

Hasil uji normalitas sampel diperoleh bahwa, pada kelas eksperimen diperoleh L0<Ltabel sehingga dapat diambil kesimpulan kelas eksperimen berdistribusi normal. Kelas kontrol diperoleh L0<Ltabel sehingga kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Perhitungan yang lebih jelas untuk uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran XV.

b. Uji Homogenitas Tes Akhir

Hasil uji homogenitas sepertidisajikan pada Tabel 4.7: Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel

Kelas N ___X S S2

Eksperimen 14 81,07 13,18 173,71

Kontrol 12 71,67 8,62 74,30

Dari data diperoleh :

Hasil uji homogenitas sampel diperoleh Fhitung = 2,34 dan Ftabel = 2,48 pada taraf kepercayaan 95%, v1 = 13 dan v2 = 11. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung kecil dari Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang homogen. Perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran XII.

c. Uji Hipotesis

(11)

kelas mempunyai variansi yang homogen. Untuk menentukan apakah Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur. Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005).

1 2

Dengan s (standar deviasi) adalah sebagai berikut :

( ) ( )

Kriteria pengujian ini adalah Hipotesis nol (Ho) diterima apabila thitung < ttabel dan tolak H0 apabila thitung > t tabel.

Diperoleh : t hitung = 2,11

Hasil perhitungan diperoleh bahawa thitung > ttabel yaitu 2,11 > 1,71,maka

0

H ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur.

(12)

hipotesis ternyata terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, memberikan hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Sumpur.

C. Pembahasan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples menuntut siswa untuk bisa memberikan pendapat, ide, pemecahan masalah, dan mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Sehingga bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contohgambar yang disajikan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples non examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep yaitu suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada sifat fisiknya. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedangdibahas (Suciati,2013).

(13)

siswa. Kegiatan belajar ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: Pembelajaran lebih menarik, sebab gambar dapat meningkatkan perhatian anak untuk mengikuti proses belajar menggajar, siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada, dapat meningkatkan daya nalar atau pikir siswa sebab ia disuruh guru menganalisa gambar yang ada, dapat meningkatkan kerjasama antara siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menganalisis gambar yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar, pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah di persiapkanoleh guru (Istarani, 2012).

Kegiatan pembelajaran menggunakan media dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Penerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

(14)

belajar terasa lebih hidup dan lebih bersemangat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa afektif belajar siswa yang diajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional dibandingkan kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional, sebagaimana tertera pada tabel 4.1.

Sama halnya dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, hasil belajar siswa pada ranah kognitif di kelas eksperimen juga lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari tingginya rata-rata kelas eksperimen dari pada kelas kontrol, yaitu 81,07 pada kelas eksperimen dan 71,67 pada kelas kontrol. Dilihat dari segi KKM, persentase ketuntasan pada kelas eksperimen juga lebih besar dari pada ketuntasan dikelas kontrol. Pada kelas eksperimen 10 orang siswa sudah mencapai KKM (71,43 %),dan sebanyak 4 orang siswa di bawah KKM (58,33 %). Sementara pada kelas kontrol 7 orang siswa sudah mencapai KKM (58,33%) dan sebanyak 5 orang siswa di bawah KKM (41,67 %).

Hasil penelitian yang peneliti lakukan di kelas X MAN Sumpur, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dari hasil penilaian pada aspek kognitif, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan.

(15)

examples non examples lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas X MAN Sumpur.

Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol serta ketuntasan belajar yang diperoleh kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan ketuntasan belajar siswa dikelas kontrol.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari ada beberapa keterbatasan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples antara lain :

1. Penerapan pembelajaran kooperatif model examples non examples

diperlukan kekreatifan guru untuk dapat memberikan gambar-gambar

yang berkaitan antara pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga

dengan demikian siswa bisa mengingat dan menghubungkan langsung

pelajaran dengan pengalaman mereka sehari-hari.

2. Masih terdapat siswa yang kurang serius dalam melakukan diskusi, sehingga dapat mengganggu semangat temannya yang lain.

3. Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok terbatas sehingga terkadang tidak semua kelompok memiliki kesempatan untuk presentasi hasil diskusinya dan memberikan tanggapan.

(16)

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen
Tabel 4.2 menyajikan informasi lengkap yang dapat membedakan hasil
Gambar 4.1. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek       sikap mau mengungkapkan pendapat
Gambar 4.2. Grafik persentase siswa yang memenuhi aspek         sikap mau menanggapi jawaban teman
+3

Referensi

Dokumen terkait

102 Modul Paket Keahlian Pemasaran - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai fungsi korektif karena pembelajaran ini dilakukan dalam rangka perbaikan dalam

1) PPK-SKPD menerima SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2) PPK-SKPD mencatat SPP-LS yang diterima ke dalam register SPP-LS. 3) PPK-SKPD memverifikasi kesahihan

funding meliputi produk tabungan tasya, dan tabungan pelajar.Di latarbelakangi oleh banyaknya minat masyarakat yang ingin menyimpan uangnya di BPRS Suriyah

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan faktor-faktor alih fungsi lahan sawah sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat penerimaan usahatani dikedua desa

Ho = βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (ekspor, penerimaan.. pajak, dan nilai tukar) terhadap variabel

DAFTAR HADIR PESERTA

Produk makanan dengan penambahan kalsium karbonat umumnya memiliki penerimaan panelis yang lebih rendah dari segi rasa dibanding dengan trikalsium fosfat (Gerstner,

Kemény Gábor is hasonló eredményre jutott, de a toposzok nélkül, Dubois-t és társait, vagyis a liège-i retorikusokat idézi: „a szinekdoché valamely nyelvi jelnek egy