• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Artikel Bukti di Pasar Gembrong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Artikel Bukti di Pasar Gembrong"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Artikel “Bukti di Pasar Gembrong”

Saat ini sedang banyak dibicarakan tentang isu yang berhubungan dengan perdagangan bebas yang diterapkan di beberapa negara, khususnya negara yang tergabung dalam anggota ASEAN. Perdagangan bebas ini berarti bahwa produk-produk luar negeri secara bebas dapat masuk ke dalam negeri dan dapat diperjualbelikan di dalam negeri tersebut, yang lebih dikenal dengan sebutan CAFTA (China Asean Free Trade Agreement- Pasar Bebas Asia Tenggara-Cina). Di negara Indonesia CAFTA ini sudah diberlakukan sejak tahun 2010.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini Cina sangat mendominasi pasar perdagangan ASEAN. Produk-produk yang dihasilkan oleh Cina sangat menarik minat masyarakat untuk lebih membeli produk tersebut daripada membeli produk dalam negeri. Tetapi, dengan adanya CAFTA ini justru berdampak buruk atau membawa kerugian bagi perdagangan dalam negeri. Barang yang dihasilkan negara Cina terlihat lebih berkualitas, tampilan yag menarik, dan dapat didapatkan dengan harga yang murah. Tingginya biaya produksi di Indonesia yang diakibatkan dari rendahanya efisiensi produksi hasil industri lokal tidak dapat bersaing dari segi harga.

Masyarakat sekarang ini lebih banyak membeli produk-produk impor daripada produk nasional. Oleh karena itu, apabila produk impor semakin bebas masuk ke dalam negeri dan diperjualbelikan maka hal ini tidak hanya berdampak pada produk dalam negeri yang akan semakin ditinggalkan oleh masyarakat tetapi juga pengangguran akan semakin meningkat. Karena perdagangan bebas ini justru akan mengancam industri kecil menengah, dimana industri tersebut yang seharusnya produknya dijual dan dikonsumsi oleh warga dalam negeri tetapi produk asli malah semakin ditinggalkan, maka semakin lama industri tersebut akan mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini Indonesia dinilai belum siap untuk tetap menjalankan perdagangan bebas ini, karena hanya akan membawa lebih banyak kerugian, daripada keuntungan yang diperoleh.

(2)

berlakunya CAFTA (China ASEAN free Trade Area). Sehingga proteksi terhadap produk mainan anak lokal menjadi lemah.

Bukti nyata permasalahan ini terlihat dari adanya dominasi pasar di Pasar Gembrong oleh produk mainan anak made in China. Dominasi pasar di Pasar Gembrong ini salah satu sebabnya ialah harga mainan anak made in China jauh lebih terjangaku dari harga mainan anak lokal. Hal ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada pelaku usaha dalam negeri yang dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan mereka “gulung tikar”.

Kurangnya proteksi dari pemerintah mengenai tingginya nilai impor produk Cina ke Indonesia lambat laun akan mematikan 180 ribu kegiatan UMKM di dalam negeri, terutama dalam sektor industri kerajinan anak. Selain itu, Indonesia juga menderita defisit yang amat parah, yakni deficit US$ 1,96 miliar dengan nilai impor US$ 11,01 miliar. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 29 ayat (1) UU No 8 tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen. Dimana dalam pasal tersebut intinya mengatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan terhadap konsumen dan pelaku usaha.

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa nilai impor produk Cina ke Indonesia jauh lebih besar dengan harga yang sangat murah dibanding negara lain. Hal ini karena adanya CAFTA yang membuat impor produk Cina menjadi lebih terbuka. Selain itu hal ini juga disebakan karena adanya politik dumping yang diterapkan oleh Cina.

(3)

Melihat fakta di atas mengenai gempuran produk impor yang masuk ke Indonesia khususnya mainan anak dari Cina, maka bijak diperlukan suatu perlindungan terhadap produk mainan anak lokal yang diproduksi oleh pengrajin lokal Indonesia. Sayangnya, Indonesia belum mempunyai UU yang mengatur tentang itu mengingat dalam hal perdagangan kita masih memakai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang nyatanya adalah produk zaman penjajahan Belanda.

Untuk itu sungguh dirasakannya urgensi pembuatan suatu peraturan perundang-undangan yang melindungi produsen lokal. Fakta ini nyatanya didukung dengan kebijakan WTO (World Trade Organization) yang mengizinkan negara anggotanya untuk membuat suatu proteksi bagi barang produksi dalam negeri. Aturan WTO yang membolehkan negara anggotanya melakukan perlindungan terhadap industri dalam negerinya lewat beberapa instrument, seperti Agreement On Implementation Of Article VI Of GATT 1994 (Agreement on Anti Dumping), Agreement on Subsidies and Countervailing Measures dan Article XIX on Emergency Action on Imports of Particular Product, And Agreement on Safeguards.1

Produsen mainan anak yang merasa dirugikan dengan masuknya mainan anak dari Cina dapat melaporkan hal tersebut kepada Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Setelah adanya penyelidikan yang dilakukan oleh KADI dan disimpulkan memang gempuran mainan dari Cina yang cenderung memasang harga lebih murah ini merugikan produsen dan penjual mainan anak lokal maka KADI dapat mengenakan tindakan anti dumping/ tindakan imbalan.

RUU Perdagangan yang sedang dibuat di DPR memang tidak dapat mengeluarkan larangan untuk perdagangan bebas. Namun hal ini dapat menjadi salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk membendung barang impor tersebut adalah dengan membuat aturan perdagangan yang yang akan berdampak pada peningkatan transaksi barang produk dalam negeri dengan memperketat aturan impor.

(4)

oleh Guru Besar Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomika & Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Mudrajad Kuncoro.2

Hal ini dilihat sebagai imbas dari sulitnya produk dalam negeri Indonesia menembus pasar internasional. Banyak negara yang menetapkan standar yang tinggi untuk produk yang masuk dan dijual dinegaranya serta produk hasil dari negaranya sendiri. Hal ini yang justru harus dicontoh oleh Indonesia apabila kita mau menahan masuknya barang impor harusnya terlebih dahulu meningkatkan kualitas produk dalam negeri agar konsumen juga akan cenderung memilih produk hasil lokal. Faktanya adalah pelaku usaha dan konsumen Indonesia juga belum sadar dan paham betul pentingnya standarisasi produk. Para pelaku usaha cenderung mengangap membuat produknya mendapat cap SNI adalah suatu biaya tambahan yang merugikan mereka. Di lain pihak, konsumen juga belum sadar akan pentingnya standar suatu produk yang akan dibelinya.

Melihat bahasan diatas maka diharapkan DPR cepat menyelesaikan RUU Perdagangan dan segera mensahkannya agar jelas nasib para pelaku usaha yang barangnya tergerus produk impor dari negara lain, seperti dalam artikel mainan dari Cina. Mereka tidak semakin dirugikan dengan menurun drastisnya pendapatan dari penjualan mainan, dan konsumen pun tidak dirugikan dengan hanya memperhatikan harga barang yang cenderung murah namun dengan kualitas barang yang belum terjamin. Diharapkan dengan adanya dasar hukum yang sah, kita dapat menahan sekiranya gempuran produk impor tersebut sehingga industri dalam negeri dan perekonomian Indonesia dapat bertumbuh kearah kemakmuran rakyat.

Sehubungan dengan tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap produk impor buatan Cina ini, dirasa perlu untuk menjadi konsumen yang cerdas dalam berbelanja atau mengkonsumsi barang-barang tersebut. Tidak hanya asal memilih karena faktor murah saja, tetapi juga harus diperhatikan pula faktor-faktor lainnya, seperti keamanan, kenyamanan, serta terjaminnya mutu dari barang tersebut.

Menjadi konsumen pencinta produk dalam negeri adalah salah satu solusi untuk mengurangi konsumsi produk impor buatan Cina ini. Membeli dan menggunakan produk dalam negeri bukan hanya sekedar menekan keinginan untuk menggunakan produk impor saja, tetapi

(5)

juga turut membantu secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan menambah pendapatan produsen barang-barang lokal.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

peran Humas dilihat dari perencanaan Program, Perencanaan Strategi, Aplikasi Strategi, dan Evaluasi dan kontrol, jika semua itu diprioritaskan untuk

Penelitian ini menggunakan minyak zaitun (Olea europaea) sebagai fase minyak karena memiliki kandungan utama asam lemak tidak jenuh yang dapat bertindak

penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan PVD ,sehinga pada saat konstruksi jalan berdiri

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Menimbang, bahwa terlepas dari ketentuan-ketentuan formil sebagaimana terurai di atas, dalam perkara aquo, disamping ada kepentingan hukum Para Pemohon, juga

Penyiapkan lahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila akan membudidayakan suatu tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Kompetensi penyiapan

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,