T IN I E KA S A RI S O E W A N D I
PENGGUNAAN PROSEDUR AUDIT ALTERNATIF
DI DALAM PEMERIKSAAN KEWAJARAN
PERKIRAAN
KREDIT PEMILIKAN
KENDARAAN BERMOTOR (KPKB)
PADA BANK ” X ” SURABAYA
A W f y c
Surabaya , A . h >. 1 C$ D
Disetujui untuk diuji Oleh :
Surabaya, ... Disetujui dan diterima baik.
Oleh :
Dosen Pembimbing, Ketua Jurusan,
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih, penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memperlengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas. Airlangga. Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis telah mengada- kan survei pada Bank "X" Surabaya.
Untuk menjaga rahasia perusahaan, angka-angka yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah angka-angka fiktif. Walaupun demikian inti persoalan tetap tidak akan menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Hanny Wurangian, Ak., yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini.
Juga tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Semoga maksud penulisan skripsi ini dapat me- menuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh pimpinan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.
Surabaya, 3 0 Juli 1990
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR, ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1 . Pandangan Umum ... 1
2. Penjelasan Judul ... 4
3. Alasan Pemiiihan Judul ... 6
4. Tujuan Penyusunan Skripsi ... 7
5. Sistematika Pembahasan ... 8
6. Metodologi Kerja... 9
6.1. Permasalahan ... ... 9
6.2. Hipotesa Kerja ... . 9
6.3. Skope Analisa ... 10
6.4. Prosedur Pengumpulan dan Peng- olahan Data ... 11
BAB IX : PEMBAHASAN SECARA TEORITIS TENTANG PI UTANG DITINJAU DARI SEGI AKUNTANSI DAN AUDITING ... 13
1. Tinjauan Mengenai Piutang Dari Segi Akuntansi ... 13
1.2. Klasifikasi Piutang ... 14
1.3. Penilaian Piutang ... 16
2. Tinjauan Mengenai Piutang dari Segi
Auditing ... 20
2.1. Tujuan Pemeriksaan Piutang .. 20
2.2. Pengendalian Intern ... 21
2.3. Evaluasi Internal Control atas
Piutang ... ... 26
2.4. Compliance Test ... 29
2.5. Substantive Test ... 30
2.6. Program Pemeriksaan Piutang . 31
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BANK "X" DAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERNNYA ... 36
1. Gambaran Umum Tentang Bank "X" ... 36 2. Struktur Organisasi dan Job
Description ... . 39
3. Gambaran Faktual atas Prosedur Pem berian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor, Pencatatan Piutang Serta Tindakan Bila Kredit Tersebut Me
nunggak ... 42
3.1. Flow Chart (Bagan Arus-) Dokumen 42
Halaman 3.2. Internal Control Questionaires
Tentang Sistem Pengendalian
Intern yang Berhubungan Dengan Pemberian Kredit Pemilikan Ken daraan Bermotor (KPKB), Pen catatan Piutang serta Tindakan
Bila Kredit Menunggak ... 54
BAB IV : TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN PROSEDUR AUDIT ALTERNATIF DI DALAM PEMERIKSAAN KEWAJARAN PERKIRAAN KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR PADA BANK "X", SURABAYA ... 58
1. Evaluasi Terhadap Sistem Pengendali an Intern ... 58
2. Compliance Test ... 61
3. Substantive Test ... 66
4. Hasil Pemeriksaan ... . 69
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
1 . Kesimpulan ... 73
2. Saran ... ... . 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
1. Struktur Organisasi Bank "X", Cabang Surabaya 40
2. Bagan Arus Dokumen ... . 43
- Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Ken
daraan Bermotor (KPKB) ... 43
- Prosedur Pencatatan Piutang ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Sample Dokumen yang Diuji Ketaatan (Compliatfce Test) 2. Kertas Kerja Pemeriksaan Piutang
3. Kertas Kerja Pemeriksaan BPKB
P E S P U S T A X A .V I "U N 1 V E R S 1TA S A 1 K L A K O U A - I
SU R A B A Y A
|
1 . Pandangan Umum
Seiring dengan berkembangnya dunia usaha dan adanya deregulasi dari pemerintah, maka semakin banyak bermuncalan bank-bank baru, baik yang merupakan cabang ataupun bank yang benar-benar baru didirikan. Hal itu
mengakibatkan persaingan antara bank-bank semakin
kompetitif, sehingga bank-bank tersebut semakin ber-
lomba untuk memuaskan kliennya dengan memberikan
berbagai macam kemadahan dan menawarkan jasa perbankan yang baru, di samping berusaha untuk semakin efisien dalam beroperasi. Salah satu bentu.k dari jasa perbank an yang diberikan oleh Bank "X" adalah pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB).
Dalam memberikan kredit tersebut, Bank "X" harus benar-benar memperoleh keyakinan bahwa kredit yang di- bsrikannya benar-benar dapat tertagih; Karena bila kredit tersebut macet/tidak dapat ditagih, tentunya akan merugikan Bank "X" sendiri, di samping pihak-pihak
lain yang berkepentingan antara lain : deposan,
pemerintah, dan nasabah.
Dengan kedudukannya yang demikian, pihak-pihak yang mempunyai kepentingan finansial di dalam perusaha- an perlu memperoleh media yang layak untuk mengambil keputusan sehubungan dengan kepentingannya terhadap perusahaan. Salah satu media yang layak adalah laporan keuangan. Agar laporan keuangan tersebut dapat me- menuhi kebutuhan pemakainya dan dapat diintepretasikan sama oleh masyarakat pemakai yang barkeduduka.n di luar perusahaan, maka laporan keuangan perlu disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum (PAI).
Untuk menjamin bahwa laporan keuangan telah di susun sesuai dengan PAI maka diparlukan se.seorang yang profesional dan independen untuk menilai kewajaran laporan keuangan secara obyektif. Oleh karena itu di- tunjuk seorang akuntan publik untuk melakukan pe meriksaan terhadap laporan keuangan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan terssbut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, salah satu prosedur yang harus diterapkan adalah konfirmasi piutang (sesuai dengan Standard Auditing Procedures) bahwa :
justifiying the opinion expressed".^
Tetapi mengingat bahwa piutang, dalam hal ini adalah Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB) yang diberikan oleh 3ank "XM kepada banyak debitur yang masing-masing jumlah individualnya relatif kecil, se- dangkan jumlah keseluruhannya sangat material (60% dari seluruh kredit yang diberikan oleh Bank "X"), maka sangat tidak efisien dan »fektif untuk menerapkan prosedur konfirmasi.
Hal ini mengingat bahwa diperlukan biaya dan waktu yang banyak, di samping belum tentunya konfirmasi tersebut dijawab, dan juga auditor bslum cukup memper- oleh keyakinan mengenai collectibility Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor tersebut, sehingga auditor belum memperoleh keyakinan bahwa Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor disajikan secara wajar dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu dalam skripsi ini, penulis mem- bahas mengenai prosedur alternatif yang dapat dilakukan untuk memperoleh keyakinan akaa kewajaran perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor dalam laporan ke uangan.
^Jercy D. Sullivan, SPA., Montgomery's Auditing,
Tenth Edition, A. Ronald Press Publication, John
2. Penjelasan Judul
Skripsi ini berjudul "Penggunaan Prosedur Audit Alternatif di dalam Pemeriksaan Kewajaran Perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB) pada Bank "X"f Surabaya". Dari judul di atas penulis dapat men- jelaskan sebagai berikut :
1. Penggunaan adalah aplikasi atau panerapan teori di dalam praktek dengan memperhatikan situasi dan kon- disi yang ada.
2. Prosedur audit alternatif adalah langkah lain yang
^ harus diambil oleh auditor sehubungan dengan tidak
dapat dilakukannya salah satu prosedur audit yang utama atau tidak memuaskannya hasil penerapan suatu prosedur audit yang utama.
3. Pemeriksaan atau auditing, menurut Alvin A. Arreas adalah :
Auditing is the process of accumulating and evaluating evidence by a competent independent
person about quantifiable information of a
specific economic entity for the purpose of determining and reporting upon the degree of correspondence between quantifiable information and established criteria.
4. Kewajaran artinya tidak terdapat kekeliruan atau penyelewengan yang mempunyai pengaruh yang material terhadap laporan keuangan.
5. Perkiraan adalah suatu pos atau chart of account di dalam neraca.
6. Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor adalah salah satu bentuk pinjaman yang diberikan oleh Bank "X" kepada masyarakat. Dalam hal ini Bank "X" mengadakan perjanjian dengan showroom Kendaraan Bermotor yang akan menjadi penanggung (Avalist) dari konsumen yang membeli kendaraan bermotor secara kredit, kemudian showroom tersebut menghubungkan konsumen pembeli kendaraan bermotor tersebut dengan Bank "X". Selain itu bank "X" juga memberikan KPKB kepada nasabah
(non avalist).
7. Bank "X" adalah obyek penelitian yang dilakukan pe nulis .
Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor yaitu konfirmasi piutang.
3. Alasan Pemilihan Judul
Bank memperoleh pendapatan/income dari selisih
bunga antara pemberian pinjaman kepada masyarakat
dengan deposito dari masyarakat. Salah satu bentuk pem berian pinjaman dari Bank "X" kepada masyarakat adalah dengan memberikan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor
(KPKB).
Oleh karena itu pemeriksaan (audit) yang ter- penting terhadap perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor harus ditujukan kepada collectibility dari
Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor tersebut, di
samping untuk menentukan existensi, accuracy of amount valuation dan rightsnya.
Dalam pemeriksaan terhadap perkiraan Kredit Pe milikan Kendaraan Bermotor ini, penulis menganggap bahwa prosedur konfirmasi yang merupakan prosedur yang harus dilakukan pada pemeriksaan piutang kurang tepat untuk digunakan. Hal ini mengingat bahwa jumlah debitur sangat banyak, sedangkan jumlah pinjaman individualnya
relatif kecil. Di samping itu auditor juga harus mem
me-lunasi kewajibannya. Hal ini menyababkan penulis ber- keinginan untuk menggunakan prosedur audit alternatif dalam pemeriksaan perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB) yang lebih efektif dan efisien dalam waktu dan biaya, tanpa mengurangi kompetensi daripada bukti-bukti yang dikumpulkan untuk mendukung pendapat
yang diberikan auditor atas pemeriksaan terhadap
laporan keuangan. Oleh sebab itu penulis memilih judul "Penggunaan Prosedur Audit Alternatif di dalam Pe meriksaan Kewajaran Perkiraan Kredit Pemilikan Kendara an Bermotor Pada Bank "X", Surabaya".
4. Tuiuan Penyusunan Skripsi
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberi kan gambaran tentang bagaimana seorang auditor me- rencanakan suatu pemeriksaan, khususnya di dalam pe meriksaan perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor pada Bank "X", Surabaya bila prosedur yang utama yaitu konfirmasi tidak dilaksanakan, tanpa mengurangi kom petensi bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan,
Untuk itu penulis ingin rnenerapkan teori-teori audit yang diperoleh dalam memeriksa perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor mengingat bahwa kredit tersebut mempunyai keunikan tersendiri yaitu jumlah debiturnya banyak dengan piutang individualnya yang relatif kecil, sehingga penulis dapat menarik kesimpul an mengenai hubungan antara teori dan praktek.
5. Sistematika Pembahasan
Bab I : Memberikan gambaran umum mengenai pokok
permasalahan yang akan dibahas.
Bab XI : Menfirangkan berdasarkan literatur mengenai Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor yang lazim disebut sebagai piutang ditinjau dari segi akuntansi dan auditing.
Bab III : Memberikan gambaran umum tentang Bank "XM
Bab XV : Berisi tinjauan terhadap prosedur pe
meriksaan alternatif terhadap perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor se-
hubungan dengan tidak dilaksanakannya
9
Bab V : Berisi kesimpulan dari analisa data dan
saran yang dapat dipergunakan sebagai per- timbangan dalam pemeriksaan.
6. Metodologi Kerja 6.1. Permasalahan.
Perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor merupakan perkiraan yang sangat penting dalam laporan keuangan Bank "X", karena merupakan 60% dari total pinjaman yang diberikan Bank "X" kepada masyarakat. Oleh karena itu kelangsungan hidup Bank "X" sangat ter- gantung dari collectibility Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor tersebut. Mengingat jumlah debiturnya sangat banyak sedangkan jumlah piutang individualnya relatif
kecil, sehingga bila prosedur konfirmasi sebagai
prosedur yang harus dilakukan tersebut dilaksanakan, maka akan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit di samping belum tentu konfirmasi tersebut memperoleh jawaban yang memuaskan, sehingga auditor tidak memper oleh bukti yang cukup untuk mendukung pendapat yang diberikannya atas kewajaran laporan keuangan.
kiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor adalah untuk
memperoleh keyakinan bahwa kredit tersebut wajar
{existence, accuracy valuation, rights) dan dapat
diterima kembali pembayarannya (collectibility), maka prosedur konfirmasi sebagai prosedur yang utama yang harus dilaksanakan dapat digantikan dengan prosedur alternatif yang meliputi :
- Pemeriksaan terhadap kemampuan membayar debitur yang ditunjukkan oleh referensi gaji dari perusahaan di mana debitur bekerja/rekening koran bila debitur se- orang wiraswasta.
- Subsequent collection (jumlah pembayaran dan ketepat- an waktu pembayaran).
- Pemeriksaan terhadap BPKB dan kecukupan asuransi ken daraan bermotor yang dibeli oleh debitur.
Ketiga prosedur tersebut harus dilaksanakan secara ber- samaan.
6.3. Ruang Lingkup.
Bank "X" memberikan berbagai macam jenis
pinjaman kepada masyarakat antara lain : Kredit Pe milikan Kendaraan Bermotor dan berbagai macam penarikan dana dari masyarakat, dalam usahanya untuk memperoleh
Dalam skripsi ini, pembahasan dibatasi pada pe meriksaan terhadap perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor. Hal ini mengingat kemampuan penulis yang ter- batas dan juga waktu yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini, serta mengingat bahwa pemeriksaan terhadap perkiraan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor sangat penting karena sebagian besar (60%) dari pinjaman yang diberikan oleh Bank "x" merupakan Kredit Pemilikan Ken daraan Bermotor sehingga auditor harus memperoleh ke yakinan bahwa Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor Ler- sebut akan dapat ditagih (collectible) karena hal ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup/kesehatan Bank "X", yang pada akhirnya juga mempengaruhi pendapat auditor terhadap kewajaran laporan keuangan Bank "X".
6.4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data. - Library Research
Mengumpulkan dan mempelajari literatur dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini, terutama yang menyangkut pembahasan dari segi teoritis.
- Field Research
hubung-1 2
annya dengan pembahasan skripsi ini. Analisis Data
BAB II
PEMBAHASAN SECARA TEORITIS TENTANG PIUTANG DITINJAU DARI SEGI AKUNTANSI DAN AUDITING
1. Tiniauan Mengenai Piutang dari Segi Akuntansi
Bank "X" memberikan pinjaman kepada masyarakat
dalam bentuk pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan
Bermotor (KPKB). Dalam hal ini KPKB tersebut dapatlah kita sebut sebagai piutang Bank "X" kepada masyarakat.
Oleh karena itu penulis akan menggunakan istilah
piutang untuk membahas landasan teori.
Piutang merupakan hal yang penting, bagi banyak perusahaan, terutama bagi bank, karena merupakan se- bagian besar aktiva Bank. Oleh karena itu sangatlah penting untuk menciptakan kebijaksanaan kredit dan
prosedur penagihan yang efektif untuk memastikan
pelunasan piutang secara teratur dan untuk mengurangi kerugian dari piutang tak tertagih. Pengendalian intern yang memadai dan akuntansi yang tepat untuk piutang mempunyai psngaruh yang besar bagi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
1.1. Pengertian Piutang.
dengan penerimaan kas. Dalam hal ini Smith and Skousen mendefinisikan piutang sebagai berikut :
In its broadest sense, the term receivables is applicable to all claims against others for money,
goods or services. For accounting purposes,
however, the term is generally employed in a narrower sense to designate claims expected to be settled by the receipt of cash.
1.2. Klasifikasi Piutang.
Piutang dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara antara lain :
1.2.1. Klasifikasi piutang berdasarkan cara perolehan piutang.
- Piutang dagang.
Piutang yang terjadi karena transaksi pen jualan barang dan jasa secara kredit.
- Piutang lain-lain (piutang non dagang).
Piutang yang terjadi karena transaksi lain- lain, misalnya penjualan surat-surat berharga, atau aktiva selain barang dan jasa, pinjaman yang diberikan- kepada pemegang saham, kar- yawan, direktur dan perusahaan cabang, dari pembelian dibayar di muka dari restitusi pajak
yang belum dibayarkan dari piutang bunga dan deviden, dari piutang pesanan saham dan se- bagainya.
1.2.2. Klasifikasi piutang berdasarkan jangka waktu jatuh temponya.
- Piutang jangka pendek.
Piutang yang diharapkan untuk dapat tertagih dan jangka waktu satu tahun atau kurang.
Semua piutang usaha diklasifikasikan sebagai piutang jangka pendek dan tiap-tiap piutang
bukan usaha memerlukan analisa tersendiri
untuk menentukan apakah piutang itu akan dapat dilunasi dalam waktu satu tahun atau tidak. - Piutang jangka panjang.
Piutang yang diharapkan untuk dapat tertagih dalam waktu lebih dari satu tahun.
1.2.3. Klasifikasi piutang berdasarkan debiturnya : - Piutang individual.
Piutang yang umumnya besar dan langganan tidak banyak.
1.3. Penilaian Piutang.
Mengenai penilaian piutang, Eldon S. Hendriksen mengemukakan bahwa :
Receivables and monetary securities should be
valued in term of the cash to be received in the future. Since the cash is not availabe until after a waiting period, the receivable is not worth its maturity value (the amount finally due under the contract).^
Jadi nilai piutang adalah nilai dari kas yang akan
diterima di masa yang akan datang yang dinilai
sekarang. Piutang tidak dicatat sebesar nilai jatuh temponya. Ini berlaku untuk piutang yang di dalamnya terkandung unsur bunga.
Adanya penjualan sebuah mesin dengan term loan harga Rp. 2.500.000,- dengan syarat pembayaran 2 tahun, bunga 10%/tahun flat, maka piutang dicatat sebesar Rp. 2.500.000,- bukan Rp. 3.000.000,- (Rp.2.500.000,~ +
(2 x 0,1 x 2.500.000).
Selain itu, piutang yang terjadi dari penjualan barang atau jasa harus dilaporkan sebesar nilai reali- sasi bersihnya atau nilai kas yang diharapkan. Ini berarti piutang harus dicatat sebesar jumlah penjualan kredit bersih.
Faktor lain dari penilaian piutang adalah per- lakuan terhadap ketidakpastian tertagihnya piutang. Tidak seluruh piutang perusahaan akan dapat tertagih. Jumlah yang tidak tertagih tersebut harus diantisipasi- kan terhadap piutang dalam periode penjualan yang bersangkutan. Jumlah piutang yang diperkirakan tidak tertagih dicatat sebagai debit pada perkiraan biaya dan kredit pada perkiraan penyisihan. Bila terdapat bukti yang pasti bahwa sebagian dari suatu piutang atau seluruh piutang tersebut tidak dapat ditagih, piutang tersebut harus dihapus dengan mendebit perkiraan pe nyisihan dan mengkredit perkiraan piutang.
Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan sebagai berikut: Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Jumlah bruto piutang harus tetap disaji- kan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat diterima.^
Estimasi tidak tertagihnya piutang dapat di- dasarkan pada persentase tertentu dari penjualan suatu periode atau pada persentase tertentu dari jumlah piutang pada akhir suatu periode. Bila didasarkan pada penjualan, saldo yang ada pada perkiraan penyisihan
yang diakibatkan oleh periode yang lalu diabaikan. Misalnya ditetapkan bahwa estimasi piutang yang tidak tertagih adalah satu persen dari penjualan periode ter sebut yang berjumlah Rp. 1.000.000,00, maka yang di- bebankan ke perkiraan biaya piutang tidak tertagih adalah satu persen dari Rp. 1.000.000,00 tanpa memper- hitungkan saldo yang ada pada perkiraan penyisihan untuk piutang tidak tertagih. Sebaliknya bila didasar- kan pada jumlah piutang, maka saldo permulaan penyisih an yang ada disesuaikan atau dikoreksi untuk mencapai saldo baru sesuai dengan persentase tertentu yang ditetapkan terhadap piutang.
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan bila besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih didasar- kan pada saldo piutang, yaitu penyisihan tersebut di sesuaikan sehingga saldonya menjadi sebesar persentase tertentu terhadap piutang atau penyisihan tersebut disesuaikan menjadi suatu jumlah yang ditentukan dengan menganalisa umur piutang.
Bila penyisihan untuk piutang tak tertagih
diklasi-fikasikan menurut lamanya piutang tersebut telah mele- wati saat jatuh tempo yang telah ditetapkan.
Selain metode-metode penyisihan untuk piutang tak tertagih, yang telah disebutkan di atas, terdapat metode penghapusan secara langsung, yaitu menghapus secara langsung suatu piutang bila telah ditetapkan bahwa piutang tersebut tidak akan dapat ditagih, misal- nya debitur telah meninggal tanpa ahli waris yang jelas. Penghapusan piutang tak tertagih dan mengkredit perkiraan piutang. Karena kerugian akibat tak tertagih nya piutang telah dapat ditentukan dengan pasti, maka banyak perusahaan menganggap bahwa metode ini lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan.
Walaupun metode ini sederhana dan mudah diterap
kan tetapi metode ini bertentangan dengan teori
2. Tinjauan Mengenai Piutang dari Segi Auditing
Tujuan pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk me- nyatakan pendapat apakah posisi keuangan dan hasil usaha serta perubahan posisi keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperoleh bukti-bukti atas pembukuan perusahaan dan dilakukan evaluasi terhadap bukti-bukti serta catatan-catatan perusahaan selama proses pemeriksaan.
Adapun proses pemeriksaan atas perkiraan piutang adalah serangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
sampai pada suatu kesimpulan mengenai kelayakan per kiraan piutang yang tercantum pada laporan keuangan.
2.1. Tujuan Pemeriksaan Piutang.
2.1.1. Untuk menentukan ketelitian jumlah piutang yang dibukukan (accuracy of amount).
2.1.2. Untuk menentukan bahwa piutang-piutang yang ada memang ada dan tidak fiktif/valid (existence). 2.1.3. Untuk menentukan bahwa piutang-piutang yang ada
dari debitur tersebut tidak dapat ditagih, pi utang tersebut sebenarnya dicantumkan terlalu besar dalam neraca/overstated (valuation).
2.1.4. Untuk menentukan ketepatan penyajian di neraca (proper presentation in the balance sheet) pada jumlah kas yang diharapkan untuk diterima (cash collectible amounts). Piutang harus disajikan sebesar jumlah kas yang diharapkan atau sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu setelah di- kurangi potongan penjualan dan retur penjualan atau penyisihan untuk retur tersebut.
2.1.5. Untuk menentukan secara simultan ketepatan pen catatan pendapatan, potongan-potongan penjualan dan kerugian atas piutang tak tertagih.
2.2. Pengendalian Intern.
Definisi pengendalian intern atau internal
control menurut Statement of Auditing Procedure (SAP) No. 33 adalah sebagai berikut :
adherence to prescribed managerial policies.^
Dari definisi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut bahwa internal control meliputi pengendalian akuntansi (accounting control) dan pengendalian admi- nistratif (administrative control), yang masing-masing pengertiannya adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian akuntansi (accounting control) meliputi rencana organisasi dan semua prosedur serta metode yang terutama menyangkut dan berkaitan langsung dengan pengamanan aktiva dan dapat dipercayainya catatan akuntansi. Dalam pengendalian ini terutama
meliputi sistem otorisasi dan persetujuan
(approval), pemisahan fungsi dalam hal pembukuan dan pelaporan akuntansi mengenai operasi serta penyim- panan aktiva, pengendalian secara fisik atas aktiva dan pemeriksaan intern (internal audit).
b. Adapun pengendalian administratif (administrative control) meliputi rencana organisasi dan semua pro sedur serta metode yang terutama menyangkut dan berkaitan dengan efisiensi operasi serta ketaatan terhadap kebijaksanaan manajemen. Pengendalian ini
A
berhubungan secara tidak langsung dengan catatan
akuntansi. Dalam kontrol ini lazimnya termasuk
laporan pelaksanaan (performance report), analisa statistik, penelitian waktu dan gerak (time and motion study), program latihan pegawai dan kontrol atas kualitas (quality control).
Setiap perusahaan menghadapi risiko di dalam usaha untuk mencapai tujuannya, dan untuk menanggula- nginya dibutuhkan suatu sistem pengeidalian intern yang baik. Secara umum, suatu sistem pengendalian intern dikatakan baik jika tidak seorang pun dalam suatu per- asahaan b-arada dalam kedudukan sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat membuat kesalahan dan terus me- lakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan tanpa diketahul dalam waktu yang lama.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa sistem
internal control yang baik meniliki karakteristik- karakteristik tertentu sebagai berikut :
a. Suatu rencana organisasi yang memungkinkan
adanya pemisahan partanggungjawaban fungsi se cara tepat.
b. Suatu sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan accounting control yang memadai terhadap hutang, aktiva, pendapatan, dan biaya.
d. Klasifikasi dan kualitas pegawai yang cocok dengan tanggung jawabnya.-'
Sehubungan. dengan karakteristik-karakteristik di atas, maka untuk sistem pengendalian intern yang baik atas piutang harus dipenuhi syarat-syarat antara lain
sebagai berikut :
1. Fungsi penjualan harus dipisahkan dari fungsi pem bukuan.
2. Pembukuan atas penjualan dipisahkan dari fungsi pe- nerimaan kas sebagai hasil penagihan piutang.
3. Retur, potongan harga dan penghapusan piutang harus disetujui oleh pejabat yang berwena.ig, yang terpisah dari fungsi penerimaan uang.
4. Pejabat yang berwenang memutuskan penjualan kredit harus terpisah dari bagian penjualan.
5. Pembukuan pada kartu piutang harus langsung dari dokumen-dokumen dasar.
6. Kartu piutang harus diverifikasi secara periodik oleh petugas indepeaden. Saldo piutang harus dikon- firmasi langsung kepada debitur.
7. Daftar analisa umur piutang dibuat secara periodik.
Ikatan Akuntan Indonesia, Norma Pemeriksaan Akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1936, hal.
8. Faktur penjualan, konosemen, dan nota-nota harus bernomor tercetak dan pemakaiannya dipertanggung- jawabka:*! dengan baik.
Adapun penjabaran dari syarat-syarat di atas pada perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Saldo buku tambahan piutang secara teratur dicocok- kan dengan saldo menurut buku besar.
2. Secara periodik dibuat daftar analisa umur piutang. 3. Piutang yang sukar ditagih secara periodik diteliti
oleh pejabat yang berwenang.
4. Dibentuk pehyisihan untuk piutang yang meragukan dalam jumlah yang tepat.
5. Piutang yang tidak tertagih disetujui dahulu oleh yang barwenang.
6. Piutang yang telah dihapus tetap diawasi dalam hal penagihan di kemudian hari.
7. Dokumen-dokumen pendukung terjadinya piutang diberi nomor urut tercetak.
8. Rekening koran dikirimkan kepada semua langganan secara teratur.
9. Rekening koran disiapkan oleh orang yang tidak melakukan pembukuan atas kas/bank dan tidak ber-
10. Rekening koran dikirimkaa kepada langganan oleh
orang yang tidak menyelenggarakan pembukuan
piutang.
11. Perbedaan-perbedaan dan jumlah yang masih diperde-
batkan menurut surat langganai diselesaikan o h i h
personil yang bukan kasir dan pemegang buku
piutang.
12. Potongan harga dan penghapusan piutang disetujui oleh pejabat yang berwenang.
13. Terdapat pemisahan fungsi antara yang menyeleng garakan pembukuan piutang dan kasir.
14. Petugas yang membukukan piutang diganti secara bergilir.
15. Untuk semua psngiriman barang dikirimkan fakturnya. 16. Batas penjualan kredit kepada tiap-tiap langganan
dipatuhi.
2.3. Evaluasi Internal Control atas Piutang.
Perlunya dilakukan evaluasi atas internal
control oleh akuntan publik disebabkan karena diharus-kan oleh Norma Pemeriksaan Akuntan, norma pelaksanaan pemeriksaan yang kedua,yang berbunyi sebagai berikut :
sebagai dasar untuk menetapkan luasnya pengujian yang harus dilakukari serta prosedur pemeriksaan yang akan digunakan. °
Sehubungan dengan norma tersebut di atas, dalam hal pe ngendalian intern atas piutang auditor terutama berke-
pentingan terhadap akuntansi (accounting control),
yaitu pengendalian yang menyebabkan dapat dipercayainya data akuntansi dan adanya perlindungan terhadap aktiva serta catatan-catatan perusahaan. Hal ini disebabkan karena tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan terhadap piutang terutama adalah untuk menilai kewajar an dari perkiraan piutang tersebut, dalam hubungannya dengan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusaha an.
Ada beberapa media yang dapat digunakan oleh auditor untuk mengevaluasi sistem internal control. Media-media tersebut adalah :
1. Daftar pertanyaan (^uestionaire).
Suatu rangkaian daftar pertanyaan yang telah distan- dardisasi sebagai alat untuk mengumpulkan informasi /nengenai sistem internal control perusahaan.
2. Uraian tertulis (narrative record).
Yaitu suatu uraian tertulis yang lengkap dari sistem
6
internal control perusahaan. 3. Checklist.
Suatu rangkaian instruksi yang harus diikuti oleh auditor dalam rangka mengevaluasi sistem internal control perusahaan.
4. Bagan alur (flowchart).
Suatu penyajian bagan alur dari bagian-bagian yang ada di perusahaan. Bagan alur ini memberikan gambar an mengenai prosedur-prosedur yang terkoordinasi dari suatu perusahaan.
Dalam pelaksanaan tugas auditor, bantuan yang diberikan oleh hasil pemeriksaan terhadap sistem pe ngendalian intern perusahaan besar artinya. Auditor menaruh perhatian yang besar terhadap sistem pengen dalian intern perusahaan, karena melalui pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dapat ditentukan luasnya ruang lingkup pemeriksaan. Bila sistem pengen dalian intern perusahaan adalah baik, maka suatu ke-
salahan atau penyelewengan akan dapat ditemukan dalam waktu yang singkat. Jadi adanya sistem pengendalian intern yang baik dapat menimbulkan keyakinan atas dapat
dipercayainya catatan keuangan perusahaan. Dengan
demikian luasnya ruang lingkup pemeriksaan dapat
Arthur W. Holmes, dalam bukunya "Auditing Standards and procedures" menyebutkan bahwa tujuan auditor mempelajari dan mengevaluasi sistem pengendali
an intern yang ada, terutama dalam pengendalian
akuntansi (accounting control) adalah sebagai berikut : a. Untuk mengukur memadai tidaknya sistem internal
control sebagai salah satu dasar untuk memberi kan pernyataan pendapat mengenai laporan keuang an secara keseluruhan.
b. Untuk membantu sebagai dasar bukti adanya ke- lemahan atau kekuatan (strength) operasi (pelak sanaan) internal control.
c. Untuk membantu sebagai pegangan/petunjuk me
ngenai scope pemeriksaan apakah perlu -xiendetail atau tidak.
d. Untuk membantu sebagai dasar bagi rekomendasi yang mungkin diperlukan, supaya sistem internal control lebih sempurna.
2.4. Compliance Test.
Compliance test dilakukan untuk memperoleh ke yakinan bahwa internal control yang telah dinilai cukup kuat oleh auditor berjalan seperti yang digariskan. Apabila sistem internal control perusahaan tidak dapat diandalkan atau sistem internal control dapat diandal- kan namun lebih efisien untuk langsung mengadakan substantif tsst, maka auditor memilih untuk tidak menjalani tahap compliance test. Apabila dari hasil
compliance test, prosedur internal control yang telah diyakini semula ternyata berjalan dengan baik, maka substantive test dapat dibatasi sehingga pemeriksaan akan lebih efisien tanpa mengurangi mutu keprofesian. Namun bila hasil compliance test tidak memuaskan, maka keuntungan ini tidak dapat diraih, namun ia dapat memberikan tambahan informasi berupa ikhtisar kelemahan pengawasan sebagai dasar untuk memberikan usulan per- baikan serta dapat menyerahkan auditor dalam mendisa.in prosedur pemeriksaan substantif.
2.5. Substantive Test.
Substantive test dilakukan untuk memperoleh
konfir-masi, penghitungan kembali, dan lain-lain. Keseluruhan- nya disusun untuk rnengidentifikasikan kesalahan dalam
jumlah uang yang mempunyai pengaruh besar dalam
penyajian laporan keuangan, serta temuan-temuan baru atas kelemahan sistem internal control.
2.6. Program Pemeriksaan Piutang.
Program Pemeriksaan atas Piutang yang lazim dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dapatkah dari langganan daftar yang memuat perinci- an saldo piutang, lebih baik bila daftar saldo piutang tersebut juga mengelompokkan piutang ber dasarkan umurnya, sehingga daftar saldo ini sekali-
gus menjadi aging schedule. Pada dasarnya daftar ini merupakan daftar yang saldo-saldonya diambil dari kartu-kartu piutang atau disebut juga buku besar pembantu (subsidiary ledger).
2. Periksa kebenaran penjumlahan pada daftar saldo tersebut.
3. Cocokkan aaldo-saldo piutang yang tercantum pada daftdr saldo tersebut dengan saldo menurut saldo buku besar pembantu.
5. Pilih debitur-debitur yang aka.i dikirimi surat pdr- mintaan pengukuhan saldo (confirmation request). 6. Periksa secara sampling pe.igelompokan piutang me-
nurut umurnya. Hal ini dilakukan dengan memeriksa tanggal jatuh tempo faktur dan mencocokkan jumlah yang terdapat dalam kolom umur tertentu pada aging schedule yang bersangkutan. Beri perhatian khusus kepada piutang yang sudah lama jatuh tempo dan saldonya makin lama makin meningkat, Ini mungkin berarti bahwa pemberian kredit kepadanya harus
dihentikan, atau mungkin juga debitur sudah
melunasi hutangnya tetapi pelunasan tersebut tidak dicata-’: dalam buku perusahaan dan uangnya disele- wengkan oleh karyawan perusahaan.
7. Hubungkan pemeriksaan terhadap piutang dengan pe meriksaan terhadap penjualan, yaitu dengan jalan menentukan cut off yang tepat. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa penjualan dalam tahun
berjalan tela.n dicatat semuanya, sedangkan
penjualan yang dilakukan pada tahun sebelumnya dan sasjdahnya tidak dibukukaa dalam tahun berjalan. 8. Melakukan pemeriksaan atas penerimaan hasil tagihan
setelah tanggal neraca (subsequent collection)
Howard F. Stettier dalam bukunya "Auditing Principles" mengatakan sebagai berikut :
if no reply can be secured from a major confir mation request, or if confirmation is not
practicable or reasonable from some other
reason, alternative procedures may be employed to determine the validity of the accounts. Reference to subsequent payment of an account ordinarily constitutes the best alternative indication of validity.
Should the nonresponce customer have made no subsequent payment, the auditor may refer to other evidence to ascertain whether a valid receivable exists. Such evidence would include the shipping departement's notice of shipment, accompanied possibly by a receipted copy of the bill of lading, the customer's purchase order
Jadi apabila hasil konfirmasi piutang tidak
memuaskan, harus dilakukan prosedur audit alter- natip yang berupa penelitian terhadap hasil tagihan atas piutang setelah tanggal neraca, beserta bukti pendukungnya, misalnya bukti penyetoran bank yang telah disetujui oleh bank yang bersangkutan. Bukti ini adalah kuat karena bank tidak akan mengesahkan bukti tersebut bila jumlah yang tercantum padanya
tidak cocok dengan jumlah yang disetor. Bila
debitur tidak melakukan pembayaran sesudah tanggal
8
neraca, harus dilakukan penelitian yang lebih kritis terhadap dokumen-dokumen pendukung terjadi- nya piutang dari debitur tersebut.
9. Menentukan besarnya penyisihan untuk menampung
kemungkinan tidak tertagihnya suatu piutang. Per kiraan penyisihan untuk piutang meragukan merupakan perkiraan penilai aktiva (asset valuation account). Dengan adanya perkiraan ini, diharapkan piutang
yang tercantum dalam neraca dapat menunjukkan
gambaran yang wajar.
10. Periksa secara teliti piutang-piutang yang bersaldo kredit. Piutang yang bersaldo kredit dapat terjadi antara lain karena hal-hal sebagai berikut :
a. Terjadi kesalahan pembukuan.
b. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan kompen- sasi antara hutang dan piutang. Misalnya jika perusahaan menjual produknya kepada perusahaan B, tetapi perusahaan juga membeli produk per usahaan B. Hutang terhadap perusahaan B menjadi pengurang saldo piutang B. Pada suatu saat saldo
perkiraan tersebut dapat menunjukkan saldo
debet, pada saat lain saldo kredit.
berikutnya.
d. Debitur membayar dalam jumlah tepat, tetapi se telah pembayaran dilakukan ternyata barang yang
dibeli tidak sesuai dengan purchase order,
sehingga barang tersebut dikembalikan.
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK "X" BAB III
1. Gambaran Umum tentang Bank MXM
Sarana pemasaran Bank "X" yang terutama, adalah meningkatkan, baik kuantitas maupun kualitas layanan jasa perbankan kepada nasabah. Dari tahun ke tahun ke- percayaan masyarakat dalam menggunakan jasa layanan Bank "x" semakin meningkat. Untuk menjaga kualitas layanan tersebut dan juga untuk tidak mengecewakan nasabah, Bank "X" merasa perlu melakukan perluasan usaha dengan membuka cabang-cabang baru. Diharapkan dengan dibukanya cabang-cabang baru tersebut, dapat me- menuhi semua kebutuhan nasabah Bank "X" dan memudahkan
nasabah mencapai lokasi terdekat, karena memang
semboyan Bank "XM adalah mengutamakan layanan pribadi untuk kepuasan nasabah.
Jasa layanan Bank "X" yang telah mendapat keper- cayaan masyarakat antara lain : Rekening koran, depo- sito berjangka dan tabungan. Selain itu Bank "X" juga
telah mengembangkan berbagai jenis pelayanan jasa
perbankan pribadi misalnya kartu kredit, ATM (Automatic Teller Maschine), jasa pembayaran listrik dan jasa-jasa
apapun dari industri, hulu sampai hilir yaitu dengan memberikan berbagai macam jenis kredit langsung se-
perti, Pinjaman Revolving Regular (PRR), Pinjaman
Rekening Koran {PRK), Pinjaman Tetap dengan Cicilan (PTC), Pinjaman Tetap Transaksi Khusus (PTK) maupun kredit yang tidak langsung seperti Bank Garansi.
Selain itu Bank "X" juga menyediakan berbagai jenis kredit untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya antara lain : kredit personal dan profesi yang membantu melengkapi sarana pribadi, profesi dan keperluan rumah tangga lainnya, kredit pemilikan rumah yang membantu mempercepat rencana untuk memiliki rumah pribadi dalam waktu singkat, Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor yang memudahkan pemilikan kendaraan bermotor (KPKB).
Di samping berbagai jenis kredit tersebut, Bank "X" juga sedang mengembangkan beberapa jenis kredit baru untuk lebih memenuhi kebutuhan nasabah.
Bank "X" mengalami perkembangan yang pesat ter- utama sejak tahun 1987, di mana Bank "X" telah meng
2. Struktur Organisasi dan Job Description
Struktur organisasi Bank "X", cabang Surabaya ditunjukkan pada halaman berikut. Dari bagan struktur organisasi tersebut dapat dilihat bahwa pada struktur organisasi Bank "X" telah terdapat pemisahan fungsi antara bagian marketing, kredit dan bagian operasi.
Bagian marketing dikepalai oleh seorang manajer marketing yang membawahi tiga divisi yaitu divisi corporate yang memberikan layanan jasa kepada perusaha- an-perusahaan besar, divisi retail yang memberikan layanan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan divisi consumer yang melayani konsumen perseorangan masing- masing divisi ini membawahi beberapa orang account officer.
Bagian administrasi kredit dikepalai oleh se orang manajer administrasi kredit yang bertanggung jawab mengenai kelengkapan persyaratan kredit yang akan diberikan serta membawahi :
- Petugas bagian legal/hukum yang bertugas memeriksa apakah setiap peraturan terhadap kredit yang diberi kan kepada nasabah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
- Petugas administrasi kredit : yang melaksanakan
x
r
:
I
n
t
e
r
n
P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
- Petugas investigator (analis) yang bertugas untuk mengadakan penyelidikan lapangan dan analisa nasabah, memperoleh informasi dari Bank Indonesia dan bank lainnya tentang character nasabah serta memperoleh informasi pasar.
- Bagian administration consumer, bertugas untuk mem- buat filling per customer dan menangani dokumentasi per customer.
- Bagian appraisal, bertugas menilai jaminan dari
nasabah untuk memperoleh kredit, menilai jaminan yang disita Bank "X" dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penilaian terhadap aktiva dan passiva nasabah.
Bagian operasi dikepalai oleh seorang manajer operasi yang bertanggung jawab terhadap operasional Bank "X". Manajer operasi membawahi dua divisi yang masing-masing mempunyai tugas untuk membuat rencana operasi, mengkoordinasi pelaksanaan rencana, mengarah- kan serta mengevaluasi rencana. Kadiv I membawahi pe tugas bagian kas dan petugas bagian sundries : Kadiv II membawahi petugas bagian loan (pinjaman), deposito, giro, accounting dan umum. Bagian loan (pinjaman) di kepalai oleh seorang kepala bagian yang bertugas untuk
membuat suatu perencanaan yang berhubungan dengan
- Petugas KPDK yang bertugas memasukkan data-data fasilitas yang diberikan Bank "X" kepada nasabah ke dalam kartu pinjaman diberikan (KPDK).
- Petugas administrasi yang bertugas mencatat KPDK ke dalam tiap-tiap kartu fasilitas per customer (Kartu Pinjaman yang Diberikan/KPD) serta mencatat pelunasan angsuran pinjaman.
- Petugas journal keeper bertugas untuk membukukan jurnal-jurnal yang dibuat oleh petugas processor.
- Petugas processor : bertugas membuat ticket-ticket journal, membantu petugas journal
keeper.-- Petugas utility, petugas ini dapat berfungsi untuk melaksanakan tugas petugas-petugas lainnya, termasuk tugas kepala bagian pinjaman bila salah seorang dari petugas tersebut berhalangan. Dalam kegiatan sehari- harinya petugas utility ini membantu kepala bagian pinjaman.
3. Gambaran Faktual atas Prosedur Pemberian Kredit Pe milikan Kendaraan Bermotor, Pencatatan Piutang serta Tindakan Bila Kredit Tersebut Menunggak
3.1. Flow Chart (Bagan Arus) Dokumen :
T g l . Mei 1900 l l a l a m a n 1 t l o r i 7
Uraian QperasiNo.
Petugas Account officer mcwawancarai
Calon debitur yang datang dengan mem-
bawa dokumen persyaratan kredit yang
t e r d i n dari (OPK).
0. Pcrsetujuan lstri/Suami
ntuk Uadan Hukum
. Persetujuan Komisaris
etugas Account Officer juga nenyuruh
alon debitur untuk mengisi aplikosi
.rcdit U ’ermohonan Kredit Kendaraan
Marketing
Tangg al : Mei 1990 llalaman : 2 dari 7
Urainn
Petug as a c c o u n t o f f i c e r m e m e r i k s a ke-
Lengkapon d o k u m e n dan m e m u t u s k a n apakah
K P K0 d a p a t d i b e r i k a n at au tidfik, bila
KPKD d a p a t diber ikan, ia akan mem b u a t
T a nda T er i m a Dokuincn (TTD) u nt uk d i
ber i k a n ke pada d e b i t u r dan m e n y i a p k a n
w p p dan PPK ran<jkap t-iga
Apabi lo KPKLJ d a pat diberikan, di a d a k a n
p e n a n d a t a m j a n a n dok u m e n p c n g ikata n
kredit dan jaminan IDPKJ) yang terdiri
dari :
1. I’e r j a n j i a n K redit
2 . P.E.O
J. Surat Kuasn
4. S u rat P c n y erahan
5. T.T.U.N/Tanda Toriim Uony oleh Nasabah
6. Kwi tansi Pelunasan
7. Kw itansi Kosong
8 . D . A . S . T / F o k t u c P i ) j a k
9. P e r n y ataan QPKD
10. Polls Asur ansi
P e n a n d a t a n g a n a n DPKJ d i l a k u k a n oleh
pejdb at bank, dan dcb ituf
tto.
Operasj
Apli kasi
Kredit
D i s i a p k a n oleh : PT Oank X
Tan g g a l : Moi lOUO
B ag an Ar us Dok umen : no. 1
llalaman : 3 Oari 7
Uraian
S e ksi a d m i n i s t a s i kredit
m e n e r i m a DPK, DPKJ, W P F
don PPK d a n m c n y i a p k a n
data untuk k c p e n t i n g a n
surveyor
No. Operas i
D o k u m e n - d o k u m e n pengikat-
an d i p e r i k s a o l e h mana jer
Cred i t dan m c m o r i k s a dan ,
mc m bc r i c.i la t.i n-ea tatan
pada WI’F ilan I’PK
dari hal 3
kr<»di t
data untuk surv eyor
Pe r usahaa n : PT Dank X Baqan Arus Dok u m e n : P e mberian KPKU
D i s i a p k a n o l e h : PT Dank X Dayan Arus Dokum en : no. 1
Perusahaan
Di s i a p k a n oleh
Tanygal
l»T Bank X
PT Dank X
Mei I9y0
---1
Uraian
M a n a j e r krod it monyetu jui
w c w c n a n g p e n y o di.i.in f a s i
litas (WPF) dan I’orinta h
Peinbukuan (PPK)
wri' dan ITK d i m m b a k n n
p c r s c b u j u a n konubc sesuai
d u n g j n Lirujkat kcwcnangnn*
nya
No. Operas
1 0
IV iga n A n u s IX>ktin»:n : I’m iljoi' mm KI’KD
D a ya n A r u s [ loku ir - n : n o . 1
l l a l a m a n : 4 d a r i 7
dari ha I. 4
l idak
koillJ lit' sou io i
ya
kumitc? y u n i o r
[fursetu juan p o r y c lujuan
P e ru s a h a a n : PT Bank X
D i s i a p k a n o l e h : PT Dank X
Tpnggal : Moi l'jyo
D a g a n A r u s D o k u m e n : P o m b o r i a . n KPKU
U a g a n A r u s D o k u m e n : n o . 1
l l n l . u n a n : (> d a r i 7
Uraian N o .
Opnras
Dagian administrasi consumer
m c m e r i k s a kelengkapon dokunen
DPK, DPKJ komud ian mcm b u a t
file u n tuk tiap debitur,
m e n c a t a t regist er ap likasi
kredit, d a n mcncatat register
DPKU yang b e lum d iterima
Cjijian administrasi consumer
m e m e r i k s a k e s e s u a i a n KPKQ
d e n g a n p r o g r a m (policy Dank
X), bila tidak sesuai dengan
pro g r a m m i n t a k a n persetujuan
dari kom i t e kredit
n
12
dari hal. 5
admi ni s t r a s i co nsumer 1
cust omer
file
a d m i n i s t r a s i co n s u m e r 2
ya
man a j e r
kredit
P e ru s a h a a n • p*r Dank X li^gan A rus UokujMcn : Pcrobcrian KJ’KD
D i s i a p k a n oleh : PT Dank X Uagan Arus Dokurccn : no. 1
P e ru s a h a a n
D i s i a p k a n oleh
.Tnngga I
PT Dank X
PT Dank X
Mci 1030
Uraian
D e r d a s a r k a n WPF, PPK dan
T1UN, petugas a d m i n i s -
trasi, m e n c a t a t Kartu
P i n j a m a n diberikan (KI’P),
m e m b u a t tile
Gila ada pelimasan, maka
p r o c e s s o r a kan m e n y i n i -
kan d a l a m KPD
N o . operasi
16
B a g a n A r u s D o k u m e n : P e n c a t a t a n p i u t a ' n g
B a g a n A r u s D o k u m e n : n o . 2
H a l a m a n : I d a r i 1
dari hal 7
Pinjaman/1p an
D i s i a p k a n ole h : PT Dank X
Petugas collector indirect
m c n e l p o n deb i t u r yang
terlambat membayar, (kurang
D i s i a p k a n ole h s PT. Bank X
Tan g g a l ; Moi 1TJ0
H a gan A rus D ok u m e n : no. 3
llalaman : 2 dari 2
Uraian No.
Ol.crasj
Petug as coll''cl:oi* akan
m e n a r i k k e n daraan bcir-
m o tor debitui' yang me-
nungg ak liga kali
Col lector
Pennriknn
Untuk KPKB yang dijamin oleh avalist, proses lebih sederhana, karena Bank "X" tidak perlu mengadakan survey lapangan (sudah dilakukan oleh dealer).
Bagan arus dokumen untuk pemberian kredit dan akuntansinya sama dengan bagan arus dokumen untuk KPKB yang tidak dijamin oleh avails dengan pengecualian pada tahap operasi 2, 3, 4, 5, 6 , 7, 8 dan 9 (lihat bagan
arus dokumen). Jadi untuk KPKB yang dijamin oleh avalist, mempunyai tahap 1 yang lebih kompleks. Pe tugas account officer setelah menerima dokumen persya- ratan kredit dari dealer memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan kredit, membuat WPF, PPK dan TTD serta mengisi dokumen pengikatan kredit dan jaminan yang ke- mudian ditandatangani oleh debitur. Setelah tahap 1 ini
selesai, operasi selanjutnya langsung tahap 10 yaitu
3.2. Internal Control Qaestionaires Ten tang Sistem Pengendalian Intern
yang Berhubungan dengan Pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bar- motor (KPKB Pencatatan Piutang Serta Tindakan Bila Kredit Me- nunggak.
Ya ridak Kcmentar
1. Apakah setiap panberian kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor telah disetujui oleh pejabat yang berwenang?
V
2. Apakah setiap debitur yang me- minta KPKB diperiksa referensi gajinya atau rekening korannya?
V
3. Apakah ada Avalist/penjamin untuk tiap debitur?
V ada debitur yang tidak
dijamin oleh avalist (jumlahnya kecil).
4. Apakah untuk pemberian KPKB,
setiap BPKP debitur ditahan? V
5. Apakah untuk kendaraan bermotor yang dimiliki oleh debitur me- lalui KPKB diasuransikan dalam
6. Apakah petugas bagian kredit,
dalam memberikan KPKB mempunyai hubungan dengan :
a. Bagian pemasaran?
b. Bagian pencatatan piutang? VV
I
|7. Apakah untuk tiap debitur ter- sedia kartu piutang?
V dengan kartu pinjaman
program.
j8. Apakah kartu-kartu piutang ter-
sebut selalu cocok dengan gene ral ledger?
’ — 11 - "■ • — 1
---Ya Tidak Kdmentar
9. Apakah klien selalu membuat
daftar piutang, beserta bagian piutang yang jatuh tempo?
V
10. Apakah petugas yang menangani pemberian KPKB berbeda dengan petugas yang melakukan pen catatan piutang?
V
11. Apakah ada pemisahan fungsi an tar a petugas pencatatan pi utang dan petugas penerimaan/ pengeluaran kas?
V
»
1
12. Apakah petugas yang menangani pencatatan piutang dirotasi pada saat-saat tertentu?
| I
V petugas yang menangani
pencatatan piutang i (dalam hal ini petugasi ! achunistrasi) hanya
j mencatat berdasarkan
| dokumen-dokumen saja. I
13. Apakah setiap pembayaran yang terlambat dari jadwal yang di tentukan dikontrol?
_____ _____________ __________
V terlambat satu minggu
bagian pinjaman me- ngirimkan Surat Peri- ngatan I kepada debi
tor, terlambat duai
Ya |Tidak' i
Komentar 1
14. Apakah ada sanksi terhadap
pembayaran yang terlambat? V empat hari dikenakan denda 2 / 0 0 (dua pro
17. Apakah sanksi/tindakan yang dj V ■ Ya, ada policynya
berikan kepada debitur yang !
terlambat membayar atau me i
nunggak telah mendapat otori-sasi dari petugas yang berwe nang?
Ya ridak Kanentar
18. Apakah klien mempunyai hubung- V Karena sebagian besar
j an dengan kepolisian untuk KPKB dijamin oleh ava
memperoleh informasi bahwa list, tetapi sekarang
BPKB debitur adalah sah (asli)^ sedang diusahakan
se-I bab perusahaan sedang
! ! irenggiatkan KPKB non
avalist dalam mengha-dapi persaingan.
Bank "X" memperoleh jaminan dari avalist | bahwa BPKB kendaraan i bermotor akan diserah- ! kan kepada Bank "X".
Untuk itu Bank "X" ' memberikan waktu empat j fculan kepada dealer/ ] avalist untuk mengurus
BPKB, apabila dalam waktu empat bulan BPKB
1 belum selesai, maka
: pencairan dana dihen- tikan, lima bulan BPKB j belum selesai diurus,
dealer harus rrBmbayar; hutangnya kepada Bank:
"X". 19. Apakah klien selalu memonitor
BAB IV
TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN PROSEDUR AUDIT ALTERNATIF
DI DALAM PEMERIKSAAN KEWAJARAN PERKIRAAN KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR
PADA BANK "X", SURABAYA
1. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern
Berdasarkan struktur organisasi dan job des- criptionnya, serta operasi yang computerized, maka dapat dikatakan bahwa pada Bank "X" telah terdapat :
1 . Pemisahan pertanggungjawaban dan fungsi secara
tepat.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan accounting control.
3. Praktek yang sehat yang harus diikuti dalam pe- laksanaan tugas dan fungsi dari setiap bagian orga nisasi.
4. Klasifikasi dan kualitas pegawai yang cocok dengan tanggung j awabnya.
Yang berarti bahwa secara garis besar, sistem pengen dalian intern pada Bank "X" cukup memadai.
Karena penulis membahas tentang pemeriksaan
proses pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor
(KPKB), pencatatan serta pelunasannya. Untuk itu pe-
nulis telah memperoleh bagan arus dokumen dari Bank "X" yang berhubungan dengan pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor seperti yang telah penulis sajikan pada bab III skripsi ini. Selain itu penulis juga telah membuat internal control questionaire seperti yang penulis sajikan pada bab III skripsi ini.
Evaluasi terhadap bagan arus dokumen dan inter nal control questionaires yang berhubungan dengan pem berian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor di Bank "X", Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Setiap petugas mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang jelas. Tidak ada tumpang tindih pekerjaan se- hingga pertanggungjawaban tiap petugas jelas.
3. Adanya dokumen dan catatan yang memadai setiap transaksi selalu didukung oleh dokumen yang memadai dan petugas selalu mengadakan pencatatan berdasarkan dokumen yang ada. Dalam mengadakan pencatatan Bank "X" telah mempergunakan "computerized system" yang memungkinkan ketepatan dan kecepatan dalam mengolah data.
4. Adanya perlindungan fisik terhadap harta dan catatan perusahaan. Pada Bank "X", setiap kendaraan ber motor yang dijaminkan, harus diasuransikan dengan jumlah yang memadai. BPKB kendaraan bermotor di- simpan dalam lemari tahan api. Catatan-catatan di- susun dalam filling cabinet. Hal ini memungkinkan terjadinya perlindungan maksimum terhadap kehilangan dan kerusakan harta dan catatan perusahaan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa tidak ada hal-hal yang dapat me- lemahkan internal control Bank "XM atas pemberian Kredit Kendaraan Bermotor, pencatatan piutang, pelunas- an piutang dan tindak lanjut bila terjadi piutang
2. Compliance Test
Setelah mempelajari sistem pengendalian intern Bank "X", dan penulis berkesimpulan bahwa sistem pe ngendalian intern Bank "X" baik, dan dapat diandalkan, maka penulis mengadakan compliance test yang bertujuan untuk menguji efektivitas pengendalian intern, hal ini dapat dilihat pada halaman 72.
Pada compliance test ini, penulis memeriksa beberapa sample dari perjanjian kredit dan dokumen- dokumen pendukungnya. Penulis hanya mereproduksi sebuah sample saja, yang lainnya tidak direproduksi di dalam skripsi ini, mengingat keterbatasan waktu, dan dalam semua sample yang diperiksa, menunjukkan hasil yang sama dengan sample yang direproduksi dalam skripsi ini.
Compliance test untuk sample yang penulis arsip- kan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Petugas account officer (Anita) menerima dokumen per- syaratan kredit yang terdiri dari aplikasi/permohonan
Kredit Kendaraan Bermotor, KTP/SIM pemohon, Kartu
62
Daftar pertanyaan untuk compliance test yang berhubungan dengan pemberian
Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB), pencatatan piutang, pelunasan dan tindakan bila angsuran menunggak.
Ada Tidak Komentar
1. Pilih sample dari perjanjian kredit KPKB, periksa apakah :
1.1. Dalam dokumen pemberian KPKB terdapat persetujuan (tanda
1.2. Apakah dalam perjanjian kredit KPKB dicantumkan mengenai jum lah piutang, jangka v/aktu pem- bayaran, dan tingkat bonga ?
V
1.3, Apakah dalam pemberian KPKB, terdapat persetujuan dari avalist ten tang jaminan untuk melunasi hutangnya di kemudian
Ada Tidak Kanentar
1.5. Apakah klien mempunyai refe
rensi gaji yang disahkan oleh perusahaan dimana debitur be- kerja, atau surat konfirmasi dengan pihak bank lain bahwa debitur mempunyai rekening di bank tersebut ?
V
1.6. Apakah klien memeriksa ke- aslian BPKB dan memperoleh keyakinan dari kepolisian
bahwa BPKB tersebut sah ? V
Bila BPKB belum se-
2. Pilih sample dari bukti pembayaran (kwitansi), periksa apakah
2.2. Apakah jumlah yang tercantum dalam kwitansi sama dengan jumlah yang tercantum dalam "proof of cash" ?
V
3. Pilih sample dari kartu pinjarran program periksa apakah :
3.1. Dalam kartu pinjaman program tercantum jumlah pokok pin jaman, jangka waktu pembayar an, tingkat bunga dan sebagai- nya yang sama dengan yang ter cantum dalam dokumen pemberian KPKB ?
64
Ada Tidak Kanentar
3.2. Pembayaran angsuran piutang
beserta pembayaran bunganya telah dicatat dengan benar
(verifikasi) oleh petugas ter- tentu dan disetujui oleh pe- jabat yang berwenang ?
3.3. Apakah jumlah pembayaran yang tercantum dalam kartu pinjam an program sama dengan yang tercantum dalam kwitansi pem
3.5. Daftar debitur yang menunggak telah diketahui dan disetujui oleh pejabat yang berwenang ?
telah diwawancarai oleh staf dari Karunia Motor (ada tanda tangan dari Susi) dan disetujui oleh Adi Suwiji, Direktur Karunia Motor (ada tanda tangan Adi Suwiji dan cap perusahaan. Setelah memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan kredit tersebut, maka Anita membuat Tanda Terima Dokumen (TTD) yang diberikan kepada dealer dan menyiapkan formulir Wewenang Penyediaan Fasilitas (WPF) dan Perintah Pembukuan (PPK) rangkap 3. WPF dan PPK diberikan kepada komite kredit untuk dimintakan per- setujuan (karena kredit untuk Bapak Heru Pratomo ter sebut kurang dari Rp. 50.000.000,- maka cukup disetujui oleh komite kredit yunior saja). Setelah komite kredit menyetujui pemberian kredit, maka bagian administrasi consumer membuatkan costomer file untuk Bapak Heru Pratomo, dan memasukkan data register aplikasi kredit
dan register BPKB yang belum diterima ke dalam
komputer. Costumer file kemudian diperiksa oleh petugas administrasi consumer lainnya untuk menentukan ke- sesuaiannya dengan program yang telah diatur dalam policy pemberian Kredit Kendaraan Bermotor. Karena per- mintaan kredit untuk Bapak Heru Pratomo ini tidak
sesuai dengan program dalam hal tingkat bunga 10
diminta-kan persetujuan dari komite kredit (WPF dan PPK di- tandatangani oleh komite kredit). Setelah mendapat per setujuan dari komite kredit, maka manajer kredit mem- bubuhkan tanda tangan pada WPF dan PPK serta mencairkan kredit (Bapak Heru Pratomo menandatangani Tanda Terima Uang oleh Nasabah/TTUN). Berdasarkan WPF dan PPK serta TTUN, bagian pinjaman (petugas administrasi) membukukan dalam Kartu Pinjaman Diberikan (KPD), dan petugas processor akan memproses data-data tersebut menurut siklus akuntansinya. Bila ada pelunasan, maka petugas administrasi akan membukukan dalam Kartu Pinjaman Di berikan (KPD).
Berdasarkan urut-urutan dalam proses pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB) tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pengendalian intern pada Bank "X" telah dilaksanakan dengan baik. Dokumen pen- dukung yang akan diuji ketaatan (compliance test) ter- dapat di dalam lampiran.
3. Substantive Test
Berdasarkan hasil compliance test, penulis ber- kesimpulan bahwa pengendalian intern telah ditaati dan telah berjalan dengan efektif. Oleh karena itu penulis dapat mengurangi substantive test tanpa harus
ngurangi kompetensi dari bukti-bukti yang dikumpulkan untuk mendukung pendapat yang diberikan atas laporan keuangan Bank "X".
Mengingat bahwa jumlah debitur sangat banyak
(^ 2 . 0 0 0 debitur) dengan jumlah pinjaman individual
relatif kecil (antara Rp. 5.000.000,- hingga
Rp. 20.000.000,-), maka penulis tidak melakukan pro sedur konfirmasi. Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa prosedur konfirmasi kurang tepat untuk diterapkan karena akan menghabiskan waktu dan biaya, di samping belum tentunya permintaan konfirmasi dijawab. Selain itu dalam pemeriksaan terhadap KPKB ini penulis juga lebih menekankan pada .collectibilitynya.
Program pemeriksaan yang dilaksanakan pada pe meriksaan perkiraan KPKB adalah sebagai berikut :
1. Minta daftar pinjaman program kendaraan bermotor
(Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor/KPKB) yang
berisi perincian nama debitur, dan jumlah piutang. Karena jumlah debitur sangat banyak sedangkan jumlah piutang individualnya kecil, maka Daftar Pinjaman Program Kendaraan Bermotor ini tidak direproduksi dalam skripsi ini.
68
computerized system.
3. Cocokkan saldo-saldo piutang yang tercantum dalam kartu pinjaman program per customer dengan saldo menurut Daftar Pinjaman Program Kendaraan Bermotor
{Sampling).
4. Cocokkan saldo piutang pada daftar Pinjaman Program Kendaraan Bermotor dengan saldo piutang menurut buku besar.
5. Cocokkan/periksa Kartu Pinjaman Program per customer dengan perjanjian kredit (sampling).
6 . Untuk perjanjian kredit yang diperiksa, mintalah
BPKB nya dan periksa apakah BPKB tersebut sesuai dengan yang tercantum pada perjanjian kredit.
7. Periksalah daftar piutang yang menunggak. Piutang yang menunggak untuk Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor yang dijamin oleh avalist, periksa bukti
pembayaran oleh avalist. Pemeriksaan terhadap
piutang yang menunggak, agar auditor dapat memberi kan "management letter" sehubungan dengan warning
terhadap dealer, perubahan pemberian fasilitas
kepada dealer, perubahan policy pemberian Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor.
8 . Periksa daftar BPKB yang belum diterima per dealer