Sistem Penunjang
Keputusan
(Decission Support
System)
2 SKS
Tentang Mata Kuliah
•
Sistem Penunjang Keputusan (Decission Support System)
•
Kredit: 2 SKS
•
Dosen:
Dedy Alamsyah, S.Kom
Komposisi Penilaian
Aspek Penilaian
Prosentase
Tugas Mandiri - Jurnal
20 %
Hasil Ujian Tengah Semester
30 %
Hasil Ujian Akhir Semester
40 %
Presentasi/Quis
10 %
Profle
Nama
: Dedy Alamsyah, S.Kom
Panggilan : Dedy
: [email protected]
Web
: http://wafasa.wordpress.com
Facebook : http://www.facebook.com/alamsyahdedy
:
http://www.linkedin.com/pub/dedy-alamsyah/36/84a/42a
YM
: dygorgonites
Pekerjaan : IT Dept. Head at PT Alamkaca Prabawa Indonesia
Tata Tertib Perkuliahan
1. Sama dengan tata tertib kampus
2. Telat dibawah 20 menit langsung diabsen.
Telat 20 menit
Absen 35 Menit kemudian
Telat 30 menit
Absen 45 Menit kemudian
Telat 45 menit
Absen 15 Sebelum kelas selesai
Telat 1 Jam
Tidak boleh Absen
Teknik Pembelajaran
1. Ceramah dan Tanya Jawab
2. Presentasi , Tanya Jawab dan Diskusi
3. Tugas
Silabus Perkuliahan
Pert. / Mode
Pokok Bahasan / Materi Tujuan Instruksional Khusus Aktivitas Pembelajaran Media / Referensi
1 Dasar Konseptual DSS 1. Kerangka Pengembangan DSS
- Definisi, contoh dan sifat
- Perbedaan DSS dengan SIM 2. DSS dalam konteks
- Pendahuluan
Mahasiswa mengenal dan mengetahui dasar-dasar dan konsep DSS menurut konteksnya
Silabus Perkuliahan - 2
2 Menggunakan DSS 1. Acuan Pengawasan Manajemen : Keterlibatan terhadap DSS
2. Analisis Nilai :
Mempertimbangkan DSS
Mahasiswa lebih mampu mengembangkan dan menggunakan DSS;
Mahasiswa dapat memahami hubungan DSS dengan manajemen serta
mempertimbangkan bagaimana nilai keputusan tersebut.
Media : White board, Multi Media Proyektor
3 Mengembangkan DSS 1. Eksperiman dalam menerapkan pendekatan desain adaptif untuk pengembangan DSS 2. Dukungan keputusan melalui
optimasi
Mahasiswa dapat menjelaskan penerapan DSS dengan desain adaptif dan memberikan contoh lain
penerapannya.
Arsitektur DSS 1. Komponen arsitektur DSS 2. Pemilihan persyaratan database
untuk DSS institusional dan Ad-hoc
3. Infrastruktur teknologi untuk DSS berbasis dokumen
Mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang komponen-komponen dari arsitektur keputusan dan memberiklan contoh kasus; Mahasiswa mempunyai
pengetahuan tentang
6 & 7
Menciptakan Lingkungan DSS 1. Mengorganisaikan DSS : Alternatif layanan end-user 2. Permasalahan tentang
pemberian dukungan keputusan untuk proses pembuatan keputusan strategi
Mahasiswa mengetahui bagaimana mengorganisasikan DSS melalui teknologi lain.
Media : White board, Multi Media Proyektor
Silabus Perkuliahan - 3
8
UJIAN TENGAH SEMESTER
9 Pemilihan S/W DSS 1. Pemilihan S/W DSS : Metodologi keputusan berkriteria banyak 2. Kasus : Mead Corporation
Mahasiswa dapat memilih S/W dengan metode penunjang berkriteria majemuk dan dapat menyebutkan beberapa contoh perusahaan yang menerapkannya.
Media : White board, Multi Media Proyektor
10 DSS Kelompok 1. Konsepsi DSS Kelompok
2. Metodologi DSS Mahasiswa dapat memahami konsepsi DSS kelompok beserta metodologinya. 11
& 12
Teknik Pengambilan Keputusan
Programa Linier 1. Penelitian Operasional dan Programa Linier 2. Metode Grafik untuk
Pemecahan Programa Linier
Mahasiswa dapat memahami teknik pengambilan keputusan secara programa linier maupun metode grafiknya.
Pert. /
13 & 14,15
Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk Analytical Hierarchy Process Mahasiswa dapat memahami teknik pengambilan keputusan dengan criteria majemuk melalui pendekatan AHP.
16 Ujian Akhir Semester
Silabus Perkuliahan - 4
Pert. / Mode
Pertemuan 1
Dasar Dasar SPK
Problem Solving
John Dewey, Profesor Filosof dari Columbia University 1910 dalam bukunya
mengetengahkan konsep pemecahan masalah secara terstruktur. Ia
mengidentifkasi tiga seri penilaian yang terlibat dalam memecahkan
masalah suatu kontroversi secara memadai yaitu:
1. Mengenali kontroversi
2. Menimbang klaim alternatif
3. Membentuk penilaian
Identifkasi Masalah
Masalah terdiri dari dua jenis
1. Masalah terstruktur terdiri dari elemen-elemen dan
hubungan-hubungan antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah
masalah
2. Masalah tak terstruktur berisikan elemen-elemen atau
hubungan-hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah
masalah.
Tahap Pemecahan Masalah
1. Usaha persiapan, mempersiapkan manajer untuk memecahkan
masalah dengan menyediakan orientasi sistem.
2. Usaha defnisi, mencakup mengidentifkasikan masalah untuk
dipecahkan dan kemudian memahaminya.
3. Usaha solusi, mencakup mengidentifkasikan berbagai solusi
alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu yang
Usaha Persiapan
Tiga langkah persiapan tidak harus dilaksanakan secara
berurutan, karena
ketiganya bersama-sama menghasilkan kerangka pikir yang
diinginkan untuk mengenai
masalah. Ketiga masalah itu terdiri dari:
a) Memandang perusahaan sebagai suatu sistem
b) Mengenal sistem lingkungan
Usaha Defnisi
Usaha defnisi mencakup pertama-tama menyadari bahwa
suatu masalah ada atau akan ada (identifkasi masalah) dan
kemudian cukup mempelajarinya untuk mencari solusi
(pemahaman masalah). Usaha defnisi mencakup dua langkah
yaitu :
a) Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem
Usaha Pemecahan
Usaha pemecahan meliputi pertimbangan berbagai alternatif
yang layak
Dengan kenyataan tersebut, kita mendefnisikan masalah sebagai suatu
kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau
menghasilkan keuntungan luar biasa. Jadi pemecahan masalah berarti
tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya
atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Pentingnya pemecahan
masalah bukan didasarkan pada jumlahwaktu yang dihabiskan, tetapi pada
konsekuensinya keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan.
Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang
manajer yakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Salah
satu kunci pemecahan masalah adalah identifkasi berbagai alternative
keputusan. Solusi bagi suatu masalah harus mendayagunakan system untuk
memenuhi tujuannya, seperti tercermin pada standar kinerja system. Standar
ini menggambarkan keadaan yang diharapkan, apa yang harus dicapai oleh
system.
Selanjutnya manajer harus memiliki informasi yang terkini, informasi itu
menggambarkan keadaan saat ini, apa yang sedang dicapai oleh system. Jika
keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan sama, tidak terdapat masalah
dan manajer tidak mengambil tindakan. Jika kedua keadaan itu berbeda,
Manajer dapat dibagi dalam tiga kategori dasar dalam hal gaya merasakan
masalah (problem solving styles) mereka, yaitu bagaimana mereka
menghadapi masalah.
• Penghindar Masalah (problem avoider)
Manajer ini mengambil sikap positif dan menganggap bahwa semua
baik-baik
saja. Ia berusaha menghalangi kemungkinan masalah dengan mengabaikan
informasi atau menghindarinya sepanjang perencanaan.
• Pemecah Masalah (problem solver)
Manajer ini tidak mencari masalah juga tidak menghalanginya. Jika timbul
suatu masalah, masalah tersebut dipecahkan.
• Pencari Masalah (problem seeker)
Manajer ini menikmati pemecahan masalah dan mencarinya.
Para manajer dapat menunjukkan salah satu dari dua gaya
mengumpulkan
informasi (information-gathering styles) atau sikap terhadap total
volume informasi yang tersedia bagi mereka.
• Gaya Teratur (preceptive style)
Manajer jenis ini mengikuti management by exception dan menyaring
segala
sesuatu yang tidak berhubungan dengan area minatnya.
• Gaya Menerima (receptive style)
Manajer jenis ini ingin melihat semuanya, kemudian menentukan apakah
informasi tersebut bernilai baginya atau orang lain dalam organisasi.
Manajer juga cenderung lebih menyukai salah satu dari dua gaya
menggunakan informasi (information-using styles), yaitu cara-cara
menggunakan informasi untuk memecahkan suatu masalah.
• Gaya Semantik (systematic style)
Manajer memberi perhatian khusus untuk mengikuti suatu metode yang
telah
ditetapkan, misalnya pendekatan sistem.
• Gaya Intuitif (intuitive style)
Manajer tidak lebih menyukai suatu metode tertentu tetapi menyesuaikan
pendekatan dengan situasi.
Dalam pembuatan keputusan ada dua orang yang mengartikan artian pembuatan Keputusan yaitu Simon dan Mintzberg
1. Keputusan menurut Simon
Dalam bukunya terbitan Tahun 1977, Simon menguraikan istilah keputusan menjadi Keputusan terprogram dan Keputusan tak terprogram Keputusan terprogram yaitu bersifat berulang-ulang dan rutin. pada suatu tingkat tertentu dan prosedur telah di tetapkan untuk menanganinya sehingga ia dianggap suatu denovo (yang baru) setiap kali terjadi.
Keputusan tak terprogram yaitu bersifat baru, tidak terstruktur, dan biasanya tidak urut. Ia juga menjelaskan bahwa dua jenis keputusan tersebut hanyalah kesatuan ujung yang terangkai secara hitam putih, sifatnya begitu kelabu atau tak jelas, namun demikian konsep keputusan terprogram dan tak terprogram sangatlah penting, karna masing-masing memerlukan teknik yang berbeda.
Kontribusi Simon yang lain adalah penjelasan mengenai empat fase yang harus di jalani oleh Manajer dalam menyelesaikan masalah, fase tersebut adalah :
Aktivitas intelegensi, yaitu mencari kondisi dalam lingkungan yang memerlukan pemecahan Aktivitas disain, yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
Aktivitas pemilihan, yaitu menentukan cara tindakan cara tertentu dari beberapa cara yang sudah ada. Aktivitas peninjauan kembali, yaitu memberikan penilaian terhadap pilihan yang telah dilakukan.
2. Keputusan menurut Mintzberg
Mintzberg terkenal dengan teorinya mengenai peranan manajerial, teori ini mengemukakan sepuluh peranan manajerial yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu interpersonal, informasional, desisional.
Peranan informasonal mengemukakan bahwa manajer mengumpulkan dan menyebarkan informasi, dan peranan desisional mengemukakan bahwa manajer menggunakan
informasi dalam pembuatan berbagai jenis keputusan. Ada empat peranan desisional menurut mintzberg :
Pengusaha, ketika manajer berperan sebagai pengusaha (entrepreneur) maka peningkatan hal ini yang bersifat permanent diabadikan sebagai organisasi.
Orang yang menangani gangguan, ketika menajer berperan sebagai orang yang menangani gangguan (disturbace handler), maka ia akan memecahkan masalah yang belum di antisipasi. Ia membuat keputusan untuk merespon gangguan yang timbul seperti perubahan ekonomi, ancaman dari pesaing, dan adanya peraturan pajak baru.
Pengalokasi sumber, dengan peranan sebagai pengalokasi sumber (resorce alocator), manajer diharapkan mampu menentukan pembagian sumber organisasi kepada berbagai unit yang ada misalnya pembuatan keputusan untuk menetapkan anggaran operasi tahunan.
Negosiator, dalm peran sebagai negosiator (negotiator), manajer mengatasi perselisihan yang muncul dalam perusahaan dan perselisihan yang terjadi antara perusahaan dan lingkungannya. Contohnya melakukan negosiasi kontrak baru dengan serikat pekerja
Tahap-tahap dalam pengambilan
keputusan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan antara lain adalah : • kegiatan intelijen,
• kegiatan merancang,
• kegiatan memilih dan menelaah.
Kegiatan intelijen ini merupakan kegiatan mengamati lingkungan untuk mengetahui kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki. Kegiatan ini merupakan tahapan dalam perkembangan cara berfkir. Untuk melakukan kegiatan intelijen ini diperlukan sebuah sistem informasi, dimana informasi yang diperlukan ini didapatkan dari kondisi internal maupun eksternal sehingga seorang manajer dapat mengambil sebuah keputusan dengan tepat.
Sejarah DSS/SPK
Pengembanag DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna
computer secara time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya
seseorang dapat berinteraksi langsung dengan computer tanpa harus melalui
spesialis informasi. Time-haring membuka peluang baru dalam penggunaan
computer.
Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS, G Anthony Gorry dan Michael S.
Scott Morton yang keduanya frofesor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam
jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System” mereka
merasakan perlunya ada kerangka untuk menyalurkan aplikasi computer
terhadap pembuatan keputusan manajemen.
Gorry dan Scott Morton mendasarkan kerangka kerjanya pada jenis keputusan
menurut Simon dan tingkat manajemen dari Robert N. Anthony. Anthony
Defnisi DSS
Decision Support System dapat dikatakan sebagai sistem komputer yang
mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah
semi-terstruktur yang spesifk.
DSS sebagai sebuah system yang memberikan dukungan kepada seorang manajer,
atau
kepada sekelompok manajer yang relative kecil yang bekerja sebagai team
pemecah
masalah, dalam memecahkan masalah semi terstrukitur dengan memberikan
informasi
atau saran mengenai keputusan tertentu. Informasi tersebut diberikan oleh laporan
berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis. Model tersebut
juga
JENIS DSS
Usaha berikutnya dalam mendefnisikan konsep DSS dilakuikan oleh
Steven L. Alter.
Alter melakukan study terhadap 56 sistem penunjang keputusan yang
digunakan pada waktu itu, study tersebut memberikan pengetahuan
dalam mengidentifkasi enam jenis DSS, yaitu :
Retrive information element (memanggil eleman informasi)
Analyze entries fes (menganali semua fle)
Prepare reports form multiple fles (laporan standart dari beberapa
fles)
Estimate decisions qonsquences (meramalkan akibat dari keputusan)
Propose decision (menawarkan keputusan )
Model
Model DSS terdiri dari:
1. Model matematika.
2. Database.
3. Perangkat lunak.
Perangkat lunak DSS sering disebut juga dengan DSS generator. DSS generator ini
berisi modul-modul untuk database, model dan dialog manajemen. Modul database
ini menyediakan beberapa hal, seperti: creation, interrogation dan maintenance
untuk DSS database. DSS database memiliki kemampuan untuk menemukan sistem
database yang telah disimpan. Sedangkan modul model digunakan untuk
menyajikan kemampuan membuat, menjaga dan memanipulasi ke dalam bentuk
model matematika.
Tujuan DSS
Dalam DDS terdapat tiga tujuan yang harus di capai yaitu :
1. Membantu manajer dalam pembuatan keputusan untuk
memecahkan masalah semi terstruktur.
2. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah
atau engganti keputusan tersebut.
3. Meningkatkan efektivitas menajer dalam pembuatan
keputusan, dan ukannya peningkatan efsiensi.
Pengguna DSS/SPK
Pembuat keputusan dalam organisasi terjadi pada tiga level utama yaitu :
1.Levelstrategik, 2.Manajerial 3.Operasional
Keputusan pada level operasional merupakan keputusan-keputusan terstruktur yaitu keputusan-keputusan dimana semua atau sebagian besar variabel-variabel yang ada diketahui dan bisa diprogram secara total (secara menyeluruh dapat diotomatiskan). Keputusan-keputusan terstruktur bersifat rutin dan memerlukan sedikit
pendapat manusia begitu variabel-variabel tersebut terprogram.
Pada level manajerial dan strategik merupakan keputusan semistruktur, dimana problem-problem dan peluang tidak dapat distrukturkan secara total dan memerlukan pendapat dan pengalaman manusia untuk membuat suatu keputusan. Dalam hal ini SPK dapat digunakan untuk mengembangkan solusi problem–problem yang bersifat kompleks dan semiterstruktur dengan mempertimbangkan SIM tradisional.