Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota
Tahun 2015
Oleh:
Neson Elabi 1324013 Natalius Moruk 1324097 Putri Arisanti Tokan 1324092 Veronika Anna Ansek 1424902
PENDEKATAN MENTAL MAPPING DALAM
1 | P a g e
BAB 1 PENDAHULUAN A. Prolog
Secara sederhana, peta mental (mental map) dapat diartikan sebagai pengetahuan seseorang terhadap lingkungan disekitarnya. Definisi dan teori mengenai peta mental kali pertama dirintis oleh seorang ahli geografi bernama Roger Downs yang bekerja sama dengan seorang ahli psikologi bernama David Sea pada tahun 1973. Mereka berdua memberikan definisi bahwa peta mental (mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis.
jalan Bendungan Sigura-gura adalah satu jalan yang terdapat di Kelurahan Sumbersari Kota Malang. Keberadaan Jalan Bendungan sigura-gura dapat menghubungkan beberapa tempat umum seperti Universitas Brawijaya, ITN, Universitas Negeri Malang, Malang Town Square (Matos), Universitas Islam Negeri (UIN) dan beberapa tempat lainnya.
Keberadaan jalan Bendungan Sigura-gura ini turut mempengaruhi pola penggunan ruang di sepanjang Jalan bendungan Sigura-gura Kota Malang. Pola penggunaan ruang di sepanjang Jalan bendungan Sigura-gura didominasi sebagai fasilitas perumahan yang digunakan sebagai jasa kontrakan atau kos-kosan bagi mahasiswa. Fasilitas permumahan sebagai kontrakan atau kos-kosan ini mempengaruhi pula pemanfaatan ruang di sepanjang tepi jalan Bendungan Sigura-gura sebagai perdangan dan jasa seperti warung makan, laundry, foto copy, dan sebagainya. Maka untuk mengetahui domain penggunaan ruang di suatu kawasan, maka perlu dilakukan identifikasi fasilitas atau sarana lain yang menjadi identitas atau penanda (Land Mark) dari kawasan atau lokasi tersebut.
Metode Mental Mapping digunakan Untuk mengetahui penanda (Land Mark) yang terdapat di Jalan Bendungan Sigura-gura yang sering di ingat orang ketika orang melewati lokasi tersebut. Berikut alur perubahan pola penggunaan yang dipengaruhi oleh munculnya fasilitas di sekitar jalan bendungan Sigura-gura Sumbersari Kota Malang.
Gbr: 1.1 Alur fasilitas yang mempengaruhi pola penggunaan ruang di sepanjang jalan bendungan sigura-gura
2 | P a g e B. Teori
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian mengenai Mental Mapping (Peta Mental).
Definisi dan teori mengenai peta mental kali pertama dirintis oleh seorang ahli geografi bernama
Roger Downs yang bekerja sama dengan seorang ahli psikologi bernama David Sea pada tahun 1973.
Menurut Roger Downs dan David Sea mendefinisikan bahwa peta mental (mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis. Sedangkan Menurut Kitchin, Pemetaan kognitif menggambarkan pernikahan antara tata ruang dan lingkungan tion cogni- - representasi mental pengetahuan spasial dan proses internal yang mengilhami lingkungan dengan makna (Kitchin, 1994).
Tuan, (1975) dalam jurnal “Mental mapping the „creative city” Pemetaan kognitif adalah bidang multidisiplin dan karena itu, istilah dipertukarkan termasuk 'peta mental "secara teratur berlaku. Dalam konteks studi khusus ini, pemetaan mental yang merupakan sarana untuk memunculkan manifestasi fisik dari peta kognitif individu, atau presentasi ulang grafis dari tempat (Tuan, 1975).
Menurut Lynch, 1960; Kitchin, 1994; Matei et al., 2001).
Peta Mental(Mental Mapping), atau peta sketsa, seperti yang juga dikenal, biasanya tangan-digambar di per-pasien. Gambar yang dihasilkan memberikan indikasi pentingnya bahwa tanda lahan tertentu bermain di orientasi dan akibatnya, pembentukan seseorang imajinasi geografis tion (Lynch, 1960; Kitchin, 1994; Matei et al., 2001).
Menurut Vajjhala, 2005
Pemetaan Mental juga dapat dilakukan pada peta dasar yang terdiri dari lapisan dasar dari landmark atau rute, seperti yang ditemukan pada peta topografi, direktori jalan dan di-mobil sistem GPS. Peta dasar ini berlabel memiliki keuntungan yang berbeda di ranah GIS lebih peta mental bentuk yang unik karena mereka dapat dengan mudah georeferensi untuk sistem koordinat umum (lihat Matei et al, 2001;. Vajjhala, 2005).
Menurut Willem Sulsters
Pemetaan Mental sebagai metode Batin pemetaan sebagai
Pemetaan Mental sebagai instrumen penelitian menggunakan
peta mental dari individu yang berbeda untuk mendapatkan wawasan dalam kolektif'operator'signifikansi dari perkotaan itu kolektif operator dari arti
dari itu perkotaan wilayah untuk kelompok tertentu
3 | P a g e
1. Faktor Pembeda Peta Mental
Setiap orang akan memiliki peta mental yang berbeda-beda. hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang akan berpengaruh terhadap peta mental yang dimilikinya. Pengaruhnya terhadap tempat-tempat yang pernah diketahui atau didatanginya.
Misalnya, teman kamu yang selalu diantar jemput kesekolah tidak akan mengetahui rute angkutan yang menuju kesekolahnya.
b. Keakraban dengan Lingkungan
Jika kamu mengenal lingkungan sekitarmu dengan baik, akan semakin luas, semakin kaya, dan semakin rinci peta mentalmu.
c. Keakraban Sosial
Semakin pandai kamu bergaul, semakin banyak tempat baru yang akan kamu kunjungi.hal ini berarti, kamu akan semakin mengenal wilayah-wilayah lain diluar lingkunganmu sendiri.
2. Cara Mengukur Peta Mental
Peta mental seseorang dapat diukur melalui aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tanda-tanda yang mencolok (landmarks), yaitu bangunan atau benda-benda alam yang dapat dibedakan dari sekelilingnya dan dapat dilihat dari jauh. Misalnya, gedung, patung,tugu, jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan, sungai dan lampu lalu lintas.
b. Jalur-jalur jalan (paths) yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain. c. Titik temu antar jalu (nodes) misalnya pertigaan atau perempatan.
d. Batas-batas wilayah (edges) yang membedakan satu wilayah dn wilayah lainnya. Misalnya, kompleks perumaan dibatasi oleh sungai.
e. Distrik, yaitu wilayah-wilayah homogen yang berbeda dari wilayah-wilayah lain. Misalnya, pusat perdagangan ditandai oleh bangunan bertingkat dengan lalu lintas yang padat.
4 | P a g e
BAB 2 PEMBAHASAN A. Data
Pengumpulan data dalam identifikasi pola penggunaan ruang di sepanjang jalan bendungan sigura-gura menggunakan metode survey primer, yaitu membagikan quisioner pada nara sumber yang dituju. Bentuk quisioner berupa kertas dan pensil atau bolpoin yang dibagikan kepada nara sumber, kemudian nara sumber mengambar/memetakan objek atau landmark yang menurut nara sumber paling mencolak di sepanjang jalan Bendungan Sigura-gura.
Kriteria pengambilan sampel dalam survey ini adalah:
1. Berdasarkan jenis Kelamin
2. Berdasarkan pendatang atau penduduk asli 3. Alamat tinggal
Adapun data-data yang dikumpulkan dalam survey identifikasi pola penggunaan ruang di sepanjang Jalan Bendungan Sigura-gura adalah sebagai berikut:
Nama : Bayu Ambajawa Usia : 19 Tahun Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : mahasiswa Ket : Pendatang
Nama : Leonardus B.
5 | P a g e
Nama : Nita Purnama
Usia :(20 Tahun) Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Mahasiswa Ket : Pendatang
Nama : Adi Maupada
Usia : 19 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa Ket : Pendatang
Nama : Adi Maupada
6 | P a g e
Nama : Agus Cahyono
Usia : 34 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : swasta Ket :asli Malang
Nama : Joy Paul Dini
Usia : 19 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa
Ket : Pendatang
Nama : Mario Edo
Usia : 24 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : swasta
Ket : Asli Malang
Nama : Adi Setyo
Usia : 30 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : swasta
7 | P a g e
Usia : 30 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : swasta
Ket : Asli Malang
Nama : Agustinus M koda
Usia : 23 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa
Ket : Pendatang
B. Analisa
Dalam analisis Indentifikasi pola penggunaan ruang di sepanjang jalan Bendungan Sigura-gura menggunakan metode perbandingan. Perbandingan antara penduduk asli Malang dan Penduduk Pendatang, mahasiswa dan pekerja, perempuan dan laki-laki.
a. Perbandingan Penduduk asli dan Penduduk Pendatang
8 | P a g e
b. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin
Perbandingan berdasarkan jenis kelamin; perempuan lebih teliti dan rapi, hal itu terlihat dengan dilengkapinya nama fasilitas pada sketsanya. Hal ini menyimpulkan perempuan sering mengunjungi tempat-tempat yang mereka sebutkan dala sketsa mental map (lingkaran merah).
Sedangkan laki-laki menonjolkan kampus ITN dalam sketsa Mental map. Hal ini menyimpulkan kemungkinan besar melewati jakan sigura-gura setiap hari.
Sketsa Cahyono (Penduduk Asli)
Sketsa Mental Mapping : Mita (Pendatang)
9 | P a g e
BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa identifikasi pola penggunaan ruang di sepanjang jalan bendungan sigura-guar
Pada sketsa disamping, mental
map yang digambar wanita lebih riinci ada nama fasilitas. Sedangkan yang disketsa oleh pria
hanya menonjolkan Kampus ITn Malang. Hal ini menyimpulkan
fasilitas yang terdapat disepanjang jalan Bendungan sigura-gura sebagian besar dikunjungi oleh
10 | P a g e
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa hasil survey identifikasi pola penggunaan ruang di sepanjang jalan bendungan sigura-gura kelurahan sumbersari, penggunaan ruang ruang yang paling dominan adalah fasilitas perumahan dan permukiman yang dijdikan sebagai kontrakan atau kos-kosan.
Selain itu ruang yang sering digunakan para narasumber adalah kampus ITN Malang. Hal itu terlihat dari hasil sketsa mantal mapp oleh narasumber yang lebih menonjolkan kampus ITN malang. Berdasarkan analisa tersebut penanda kota (Landmark) di sepanjang jalan sigura-gura adalah Kampus ITN Malang.
B. Rekomendasi
- Menyediakan tempat khusus bagi PK – 5 disepanjang jalan Bendungan Sigura-gura Sehingga pemanafaatan ruang lebih tertata
11 | P a g e