• Tidak ada hasil yang ditemukan

metodologi kajian pustaka dan hipotesis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "metodologi kajian pustaka dan hipotesis."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, Oktober 2017

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.1 Tujuan Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1 Pengertian Kajian Pustaka... 3

2.1 Pengertian HIpotesis... 10

BAB III PENUTUP... 19

3.1 Kesimpulan... 19

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ilmiah adalah suatu usaha penyelidikan yang sistematis dan cermat tentang suatu pokok persoalan atau subjek tertentu untuk menentukan atau memperbaiki fakta-fakta, teori-teori, atau aplikasi. Pengertian penelitian ilmiah ini sejalan dengan batasan yang dikemukakan oleh Vockell & Asher (1995). Penelitian ilmiah menurut kedua pakar tersebut didefinisikan, “scientific research is a diligent and systematic inquiry or invetigation of a subject to discover or revise facts,theories, or applications.”

Suatu penelitian ilmiah bukanlah suatu kgiatan atau aktifitas yang hanya mempersoalkan kepastian, tetapi ia juga ingin mencari berbagai alternatif jawaban suatu masalah atau fenomena apakah dalam lingkup sosialmaupun masalah-masalah laboraratoris. Maka dari itu penelitian memeiliki tujuan ingin menemukan prinsip-prinsip umum untuk menafsirkan tingkah laku yang dapat digunakan untuk menerangkan dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingku pendidikan. Dalam menyusun penelitian diperlukan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dikelompokkan, yaitu ; pengalaman, otoritas, cara erfikir deduktif, cara berfikir induktif, dan pendekatan ilmiah.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus melakukan survey secara sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam bidang yang diamatinya itu. Peneliti harus berkecimpung dibidang penelitiannyanuga harus mengetahui bagaimana menemukan, menyusun dan menggunakan kepustakaan dalam bidang mereka.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara penyusunan kajian pustaka?

2. Bagaimana cara penyusunan hipotesis?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

A. Pengertian Kajian Pustaka

Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka. Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan. Nazir (2005: 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.

Kajian pustaka menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 276), memiliki tiga pengertian yang berbeda.

1. Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca

dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi.

2. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori,

yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori.

3. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan

dengan objek penelitian yang sedang dikaji.

(6)

merupakan gejala multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali secara berbeda-beda, baik oleh orang yang sama maupun berbeda (Ratna, 2010).

Berdasarkan pendapat ahli di atas kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang pernah dibuat yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian yang dikaji.

B. Cara Menyusun Kajian Pustaka

Menurut cara penyajiannya, kajian pustaka dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) penyajian sesuai dengan tahun penelitian; dan (b) penyajian disesuaikan relevansi, kedekatannya dengan objek (Ratna, 2010: 278)

a. Sesuai dengan Tahun Penelitian

Cara penyajian kajian pustaka dalam jenis ini disajikan secara kronologis dengan pertimbangan bahwa aspek kesejarahan memiliki makna tertentu dalam menentukan objektivitas penelitian seperti dilakukan dalam berbagai analisis persepsi masyarakat.

b. Sesuai dengan Relevansi dan Kedekatan dengan Objek

Cara kedua dilakukan dengan pertimbangan relevansi kedekatan penelitian dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Sebagai penelitian ilmiah cara kedua ini dianggap lebih baik dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan memang baru berbeda dengan penelitian lain. Selain itu, penelitian yang memiliki relevansi paling kuat yang mengantarkan peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya sekaligus menghindarkan terjadinya duplikasi.

Selain kedua jenis di atas, terdapat pula dua cara penyajian kajian pustaka yang berbeda, yaitu (a) secara deskriptif; (b) secara deskriptif dengan analisis ( Ratna, 2010: 278).

a. Penyajian kajian Pustaka secara Deskriptif

Penyajian kajian pustaka secara deskriptif ini hanya menguraikan tanpa menyebutkan persamaan dan perbedaannya dengan pertimbangan bahwa analisis akan diuraikan pada bab berikutnya

(7)

Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis selain berbentuk deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan dan persamaannya.

Dengan demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis dalam kaitannya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah menolak, mengkritik, menerima, dan atau yang lainnya.

Penyusunan kajian pustaka meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

a. Membaca karya-karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait b. Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan-bahan bacaan

c. Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah

sebelumnya yang relevan.

C. Sumber Kajian Pustaka

Berikut dijelaskan beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperoleh teori-teori yang relevan.

1. Buku Teks

Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang tidak tentu (Nazir, 2005: 106). Buku teks berkenaan dengan suatu bidang ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam mata kuliah tertentu.

2. Jurnal

(8)

3. Periodical

Menurut Nazir (2005: 107) periodical adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yang berisi hasil penelitian yang dikerjakan.

4. Yearbook

Yearbook adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang diterbitkan tiap tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta, yang diterbitkan setiap tahun. Ada kalanya tiap tahun yearbookyang dikeluarkan membahas suatu masalah bidang ilmu (Nazir, 2005: 107).

5. Buletin

``` Nazir (2005: 107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara berkala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun petunjuk-petunjuk ilmiah tentang satu kegiatan operasional. Biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara ataupun oleh himpunan profesi lilmiah. Tiap buletin biasanya berisi satu artikel saja. Jika bulletin berisi satu artikel mengenai hasil penelitian, sering disebut contributions.

6. Circular

Circular adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara atau swasta seperti universitas, lembaga penelitian, dinas-dinas dan sebagainya (Nazir, 2005: 108).Circular diterbitkan dengan interval tidak tentu.

7. Leaflet

Leaflet berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta, dengan interval yang tidak tetap.

8. Annual Review

(9)

9. Off Print

` Adakalanya perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yang terlepas dari majalah atau dari buku teks. Bahan demikian dinamakan off print.

10. Reprint

Reprint merupakan satu dari artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah ilmiah kemudian dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.

11. Recent Advance

Nazir (2005: 109) menyatakan bahwa recent advance adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh dalam review journals.

12. Bibliografi

Menurut Nazir (2005: 109) bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang membahas bidang ilmu tertentu. Dalam buku tersebut diberikan judul, pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber mana artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku referensi pada perpustakaan. Pembaca dengan membaca buku ini memperoleh petunjuk mengenai artikel-artikel yang berguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam buku atau majalah ilmiah mana artikel tersebut dapat diperoleh.

13. Handbook

Handbook adalah buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu masalah tertentu, ataupun tentang sutau fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja mempunyai pengarang, ataupun tanpa pengarang, tetapi dikumpulkan oleh suatu instansi tertentu (Nazir, 2005: 110).

14. Manual

(10)

D. Manfaat Kajian Pustaka (Penelitian Sebelumnya yang Relevan)

Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:277) ada empat manfaat dari kajian pustaka yaitu:

a. Dapat menghindarkan kita dari terjadinya peniruan, plagiasi, dan

penipuan dalam berbagai bentuknya.

b. Sebagai tanggung jawab moral , kejujuran bagi seorang ilmuwan untuk

menghargai pendapat orang lain.

c. Menunjukkkan bahwa masalah yang diteliti memang kaya makna

sehingga layak untuk dibicarakan kembali.

d. Menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memang berbeda,

sekaligus menunjukkan bahwa dalam penelitian yang sedang dilakukan akan ditunjukkan hal-hal baru yang berbeda dengan penelitian lain.

E. Menetapkan landasan Teori yang Kukuh

Setelah menyusun kajian pustaka, yang berisi deskripsi analitis bahan bacaan dari hasil penelitian sebelumnya yang relevan, langkah selanjutnya adalah menyusun landasan teori. Landasan teori adalah pembicaraan tentang teori, bagaimana konsep-konsepnya, siapa yang menggagas, kapan ditemukan, dan sebagainya. Kajian pustaka adalah pustaka yang secara khusus berkaitan dengan objek formal. Dengan kata lain landasan teori bersifat umum dan kajian pustaka bersifat khusus (Ratna, 2010: 281).

Terdapat lima hal yang diperhatikan dalam penyusunan landasan teori (Ratna, 2010: 283)

1. Teori harus disusun secara hierarkis, teori disusun dari yang paling

relevan kemudian ditambah dengan teori pelengkap atau komplementer.

2. Menghindari penggunaan secara eksplisit teori tertantu untuk

(11)

3. Menggunakan teori yang paling baru. Seperti diungkapkan oleh Sugiyono

(2007: 144), referensi yang usianya lebih dari lima tahun diterbitkan dianggap kurang mutakhir.

4. Menggindari penggunaan teori yang hakikatnya berlawanan. 5. Landasan teori hendaknya mengandung lima unsur sebagai berikut:

 Judul teori, misalnya semiotika, feminis, konstruktivis, dll.

 Penemu atau penggagas

 Konsep-konsep kunci

 Sejarah perkembangan secara singkat

 Bagaimana penggunaannya dengan contoh-contoh secara nyata sesuai dengan objek.

Menurut Sugiyono (2007: 144) yang perlu diperhatikan dalam penyusunan landasan teori adalah:

a. Teori yang digunakan memenuhi tiga kriteria kelayakan teori yaitu:

1. Relevansi, berarti teori yang dikemukakan sesuai dengan masalah

yang diteliti

2. Kemutakhiran, terkait dengan kebaruan teori atau referensi yang

dipakai.

3. Keaslian, terkait dengan keaslian sumber.

b. Jumlah teori yang digunakan tergantung pada fokus penelitian yang kita

tetapkan.

c. Dalam landasan teori definisi setiap fokus penelitian dikemukakan ruang

lingkup, keluasan, serta kedalamannya.

d. Tidak perlu dibuat kerangka teori sebagai dasar untuk perumusan

hipotesis karena penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis.

e. Teori-teori yang dikembangkan bersifat sementara dan akan berkembang

(12)

2.2 Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis

Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis(thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.

Selain itu, Sugiono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Kerlinger (2006: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sumadi Suryabrata, 1991 : 49). Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sample (Sumadi Suryabrata, 2000 : 69). Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel, hipotesis merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara variabel-variabel (hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih). Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).

(13)

B. Ciri-ciri Hipotesis yang Baik

Menurut Kerlinger (2006: 30) terdapat dua kriteria pernyataan hipotesis baik yaitu :

a. Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel .

b. Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian

hubungan-hubungan yang dinyatakan tersebut.

Bersadarkan dua kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara jelas dan tegas cara variabel-variabel tersebut berhubungan (Kerlinger, 2006 : 30). Menurut Nazir (2005: 152) hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hipotesis harus menyatakan hubungan

Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.

b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta

Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta.

c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya

ilmu pengetahuan.

(14)

d. Hipotesis harus dapat diuji.

Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.

e. Hipotesis harus sederhana.

Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis.

f. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.

Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta keterampilan menguji dari si peneliti.

Secara umum, menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.

C. Bentuk Rumusan Hipotesis

(15)

a. Hipotesis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013: 100) hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.

Contoh:

Rumusan masalah deskriptif: Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?

Hipotesis deskriptif: Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (H0). Hipotesis alternatifnya (Ha) daya tahan karyawan

toko lulusan SMK ≠ 6 jam/hari. “tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6 jam/hari.

Hipotesis statistik

H0 : µ = 6 jam/hari

Ha : µ ≠ 6 jam/hari

µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif (Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

Contoh:

Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?

Hipotesis komparatif: Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut: Hipotesis nol:

 H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan

(16)

 H0 : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau

sama dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit)

 H0 : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau

sama dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar)

Hipotesis alternatif:

 Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi x lebih besar (atau

lebih kecil ) dari perguruan Y.

 Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil

daripada (<)perguruan tinggi Y.

 Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar

daripada (>) perguruan tinggi Y.

Hipotesis statistik

µ1 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT X

µ2 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT Y

H0 : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

 H0 : µ1 ≥ µ2

Ha : µ1 < µ2

 H0 : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

c. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

(17)

Rumusan Masalah Asosiatif: Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?

Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.

Hipotesis statistik:

H0 : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.

Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang

dari nol ada hubungan.

P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

D. Jenis-jenis Hipotesis

Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya.

a. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :

1. Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan

sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau

Ha.

2. Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis

kerjadan sering disingkat Ho.

Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu

permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho ‘sengaja”

dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima

(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171).

b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi

1. Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan

pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif)

2. Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan

teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).

(18)

E. Fungsi Hipotesis

Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. hipotesis merupakan hal yang sangat berguna. Terkait dengan hal itu, Furchan (2004: 115) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu:

a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta

memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.

Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi (diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan.

b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat

diuji dalam penelitian.

(19)

komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.

c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.

Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang menentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.

d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan

Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini di seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.

F. Sumber Hipotesis

Pendapat lainnya mengenai sumber hipotesis diungkapkan oleh Good dan Scates (Nazir, 2005: 155). Ia memberikan beberapa sumber yang dapat digunakan untuk menggali hipotesis, yaitu:

 Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.

 Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan.

 Imajinasi atau angan-angan.

 Materi bacaan dan literatur.

(20)

 Data yang tersedia.  Analogi atau kesamaan.

G. Hal-hal yang Perlu Dilakukan untuk Mengkaji Hipotesis

Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut Nazir (2005: 154) dalam menggali hipotesis, peneliti harus:

a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan

dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;

b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang

tempattempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki;

c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan

(21)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan di atas adalah: 1. Kajian Pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan

objek penelitian yang pernah dibuat yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian yang dikaji.

2. Cara menyusun kajian pustaka dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

 Sesuai denga tahun penelitian dan sesuai dengan relevansi dan kedekatan objek

 Secara deskriptif dan deskriptif analitis

3. Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan sementara dari keadaan populasi yang akan diteliti terhadap masalah yang diajukan.

4. Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah harus menyatakan hubungan, sesuai dengan fakta serta dapat menerangkannya, berhubungan dengan ilmu serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan, dapat diuji, dan sederhana.

5. Jenis hipotesis ditinjau dari rumusan masalahnya dibedakan menjadi hipotesis kerja dan hipotesis nol. Sedangkan berdasarkan proses pemerolehannya dibedakan menjadi hipotesis deduktif dan hipotesis induktif.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Kajian Pustaka dan Hipotesis, [Online].Tersedia: ttp://edukasi45 .blogspot.co.id/2015/01/kajian-pustaka-dan-hipotesis.html.

Anonim. (2013). Kajian Pustaka dan Hipotesis, [online]. Tersedia : http:// siutpu-nya.blogspot.co.id/2013/04/bab-i-pendahuluan-a.html.

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan penyimpanan produk mestilah dilengkapi pencahayaan dan pengalihan udara yang sesuai untuk menyimpan dan mengendalikan bahan berbahaya.. Gunakan pengalihan udara

Teknologi Timbunan Imbangan Berat, dipergunakan untuk mengimbangi sisi tanggul supaya stabil, bilamana tidak diperoleh factor keamanan yang diperlukan terhadap

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman telah sesuai dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di atas, namun

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar manajemen konstruksi untuk mahasiswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik jika dibelajarkan dengan metode

Tingkatan persentase jumlah pedet betina turunan induk elite, baik hasil IB dengan straw impor maupun lokal, yang tidak dimanfaatkan untuk replacement heifers dapat dikatakan masih

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika lebih

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi Minyak Angin 1001 0,5% mengakibatkan telur wereng Hijau tidak berkembang bahkan mengalami kematian

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kiryanto (2001) dan Laila Prativi (2009) yang menyatakan bahwa proses belajar, motivasi, dan kepribadian