• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Mozaik a. Pengertian Mozaik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Mozaik a. Pengertian Mozaik"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Mozaik

a. Pengertian Mozaik

Muharrar (2012:66) mengemukakan bahwa “secara terminologi, mozaik berasal dari kata “mouseius”(Yunani), yang berarti kepunyaan para Muse (sekelompok dewi yang melambangkan seni). Sedangkan dalam dunia seni, mozaik diartikan sebagai suatu jenis karya seni dekorasi yang menerapkan teknik tempel.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa mosaik merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara ditempel sehingga menghasilkan suatu karya seni yang mempunyai nilai estetika. Sedangkan menurut Sunaryo (Muharrar:2012:66) mengemukakan bahwa “mozaik merupakan gambar, hiasan atau pola tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan bahan/ unsur kecil yang sejenis (baik bahan, bentuk, maupun ukurannya) yang disusun secara berdempetan pada sebuah bidang.

Dari pendapat di atas dapat juga dikatakan bahwa mozaik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menempel potongan-potongan kecil bahan dengan berbagai bentuk untuk membentuk suatu pola atau gambar.

Tyasari (2008:1) mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca, atau kertas dalam komposisi warna-warna tertentu, dibentuk, dipotong, dan disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk baru.Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mozaik merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat suatu kerajinan tangan dengan menggunakan berbagai macam bahan yang telah dipotong-potong kecil dengan berbagai

7

(2)

bentuk variasi. Bahan yang digunakanpun mudah kita dapatkan karena terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal menggunakan berbagai macam bahan yang telah dipotong-potong kecil dengan berbagai bentuk variasi.

Berdasarkan pendapat di atas dalam kegiatan untuk melakukan mozaik bahan dan alat terdapat di sekitar lingkungan kita dan tidak hanya itu pembuatan mozaik bersifat menyenangkan bagi anak. bahan dan alat cukup bervariasi dan tidak menyulitkan anak saat belajar mozaik.

b. Teknik Mozaik

Tyasari (2008: 3) mengemukakan bahwa ada dua teknik dalam pembuatan mozaik yakni;

1)Teknik langsung yaitu teknik menyusun mozaik dengan menggunakan lem secara langsung. Biji-bijian, batu atau pecahan keramik dan kaca secara langsung di beri lem dan ditempel pada gambar yang telah dibuat.2) Teknik tidak langsung (grouting) yaitu teknik menyusun mozaik yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Yaitu menggambar pola pada bidang yang akan ditempelkan mozaik, material mozaik pada bidang tersebut, mengoleskan semen, membersihkan kemudian mengeringkan.

Teknik pembuatan mozaik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik sehingga pendidik dalam hal ini harus mampu memilih salah satu dari kedua teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran kegiatan mozaik yang akan diajarkan kepada anak didiknya. Pemilihan teknik oleh pendidik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tentang pemilihan bahan dan alat yang akan digunakan nantinya. Sesuai dengan pendapat di atas bahwa ada dua teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan mozaik yakni: teknik langsung yaitu teknik menyusun mozaik dengan menggunakan lem secara langsung dan teknik tidak langsung (grouting) yaitu teknik

(3)

menyusun mozaik yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Yang selanjutnya akan digunakan oleh pendidik.

c. Alat dan Bahan

Sebelum melakukan kegiatan mozaik pada anak guru hendaknya memperkenalkan alat dan bahan yang akan digunakan oleh anak didik, alat dan bahan merupakan jenis material yang akan digunakan oleh anak nanti pada saat melakukan kegiatan mozaik.

Muharrar (2012: 74), mengemukakan bahwa jenis peralatan yang dibutuhkan untuk membuat mozaik harus disesuaikan jenis material yang digunakan, karena setiap jenis material memiliki spesifikasi masing-masing. Secara umum, peralatan utama yang dibutuhkan adalah: 1) alat potong: gunting sebagainya. 2) bahan perekat: lem kertas, lem putih/ PVC(disesuaikan dengan material).

Peralatan dan bahan dalam pembuatan mozaik harus disesuaikan dengan jenis material yang akan digunakan oleh anak usiam di di TK. seperti yang dikemukakan di atas bahwa peralatan yang pada umumnya digunakan dalam pembuatan mozaik antara lain yaitu: alat potong seperti: gunting dan sebagainya dan bahan perekat seperti: lem kertas, perekat vinyl, lem putih/ PVC, (disesuaikan dengan material).

d. Jenis-jenis mozaik

Muharrar (2013: 68) mengemukakan bahwa mozaik dibedakan atas beberapa jenis diantaranya: jenis mozaik menurut fungsi, jenis mozaik menurut matra dan jenis mozaik menurut coraknya”.

1) Jenis mozaik menurut fungsi

(4)

Fungsi mozaik, selain sebagai penghias atau dekorasi yang diterapkan pada benda pakai maupun benda hias, juga sebagai media ekspresi yang mengahadirkan seni murni. Aplikasi mozaik sebagai fungsi hias umumnya lebih menampilkan komposisi yang memiliki kualitas artistic yang bersifat dekoratif. Sedangkan aplikasi mozaik sebagai fungsi ekspresi lebih bebas dalam mengeksplorasi ide-ide kreatif untuk menghasilkan karya yang unik.

2) Jenis mozaik menurut matra

Jenismozaik menurut matra atau dimensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu mozaik 2 dimensi dan mozaik 3 dimensi. Karya seni mozaik 2 dimensi memiliki dimensi panjang dan lebar dan hanya dapat dilihat dari satu arah pandang. Sedangkan karya mozaik 3 dimensi memiliki dinmensi panjang, lebar, dan tinggi, atau memilki volume dan menempati ruang.

3) Jenis mozaik menurut corak

Corak mozaik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu corak representatif dan nonrepresentatif. Corak representatif menampilkan objek sebagaimana realitas untuk objek tesebut yang terlihat oleh indera penglihatan, atau menggambarkkan objek apa danya. Sedangkan nonrepresentatif lebih bersifat abstrak, mungkin hanya berupa komposisi warna atau bentuk- bentuk geometris.

e. Material Mozaik

Menurut Muharrar (2013: 72) mennyatakan bahwa “mozaik dapat dihasilkan dari berbagai macam material, yang meliputi bahan-bahan alam. Bahan yang biasa

(5)

digunakan untuk membuat mozaik, kertas warna, biji-bijian”. Berdasakan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa ide-ide kreatif untuk membuat mozaik juga dapat dikembangkan dari pemanfaatan material-material kecil.

f. Proses Kreasi Mozaik pada Anak Usia Dini

Proses kreasi atau proses kreatif merupakan tahapan yang harus dilalui oleh seseorang dalam suatu karya seni yag dalam hal ini adalah kolase, mozaik, dan montase. Mulai dari proses memperoleh, dan menemukan sumber ilham atau inspirasi, gagasan hingga proses mewujudkan dalam karya kolase, mozaik, dan montase. Dalam hali ini impresi yang dirasakan, dipikirkan, dan dihayati oleh seseorang dituangkan sebagai ekspresi yang personal dalam wujud karya mozaik.

Kreasi dalam pembuatan karya tersebut melalui tahapan-tahapan, yaitu: tahap rasa, tahap karsa, tahap cipta dan tahap karya. Tahapan dari yang bersifat rasa dan karsa sampai ke bentuk yang bersifat fisikal. Sebagai berikut ada beberapa tahapan dalam pembuatan karya Mozaik, Novikasari, (2012) :

1) Tahapan Rasa

Merupakan proses psikologi yang terjadi dalam diri seseorang pada saat stimulus ditangkap oleh seseorang melalui fungsi indrawi. Hal ini melalui proses pengamatan, pemusatan perhatian dan kesadaran estetika terhadap objek yang kemudian diapresiasikan sehingga memperoleh rangsangan yang bersifat internal yang berasal dari luar dirinya.

(6)

Selanjutnya proses mempersepsi, proses ini merupakan lanjutan dari proses rasa sensasi, lalu setelah dirasakan akan menimbulkan kesan yang memiliki makna tertentu pada dirinya. Dalam proses pencerapan ini terjadilah asosiasi dan mekanisme kemampuan (intelektual) yang lain, yaitu: kemampuan membedakan (diferensiasi), kemampuan membandingkan (komparasi). Kemampuan persamaan (analogi) yang akhirnya dapat menyimpulkan (sintesis). Dan kesemuanya ini menghasilkan pengalaman bermakna yang lebih luas dari sebelumnya.

2) Tahapan Karsa

Merupakan proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang yang memiliki kaitan dengan rangkaian proses merenungkan, proses menanggapi, proses menikmati kesan pada saat akan menuangkan gagasan dalam berkarya. Proses merenungkan, merupakan proses dalam membangun tanggapan-tanggapan yang mendalam terhadap sensasi-sensasi indrawi yang sering disebut pula sebagai kesan (impresi).

Adapun tanggapan atau kesan (impersi) yang ada kaitannya dengan pemikiran secara sadar disebut interprestasi, sedangkan tanggapan-tanggapan atau kesan yang ada hubungannya dengan perasaan seseorang disebut emosi. Untuk merespon atau menanggapi kesan yang lebih mendalam dibutuhkan fungsi aktif intelektual yang kemudian dipadukan dengan emosi. Dari perpaduan fungsi-fungsi ini akan membentuk pemahaman yang dalam mengenai apa yang telah dirasakan oleh seseorang dalam proses menikmati suatu seni. Emosi estetis adalah emosi timbul karena impersi (kesan) yang mendalam terhadap perasaan pada waktu terjadi sensasi

(7)

dalam proses penikmatan seni. Maka tanpa faktor impresi, suatu proses penikmatan seni tidak dapat tercapai.

Rasa dan karsa merupakan rangkaian proses yang saling berhubungan dan merupakan tahapan yang sangat penting., karena proses ini sebagai sumber munculnya gagasan atau inspirasi yang kemudian diekspresikan. Gagasan atau inspirasi merupakan sumber untuk prosesnya kreasi yang kemudian dimunculkan berupa ungkapan secara spontan dan melalui proses pencarian/terencana tentang ide dengan diupayakan secara sengaja.

3) Tahap Cipta

Mencipta, maksudnya merupakan proses memanifestasikan atau menghadirkan sesuatu gagasan atau imajinasi seni menjadi bentuk karya fisik berupa karya dua dimensional. Gagasan atau imajinasi yang berupa rancangan pikiran abstrak kemudian melalui proses pemfisikan menjadi bentuk fisik yang bersifat indrawi.

Kesan yang dirasakan dan dipersepsikan oleh seseorang pada saat penikmatan seni kemudian diolah dalam proses fisik menjadi bentuk fisik.

4) Tahap Karya

Karya merupakan proses dari gagasan atau ide dan berkembang menjadi fisik (cipta) yang ppada akhirnya terbentuklah “karya seni rupa”. Seperti kolase, mozaik, dan montase. Hasil karya penaplikasiannya mengikuti kaidah-kaidah estetika namun bentuk fisiknya tergantung dari teknik (imitasi dan modifikasi) yang digunakan.

Bentuk imitasi adalah meniru hal-hal yang telah ada, sehingga dalam berkarya berusaha menciptakan karya sesuai dengan bentuk yang sebenarnya. Bentuk

(8)

modifikasi dibagi beberapa cara, yaitu: stilisasi, adalah mengubah bentuk dengan cara deformasi adalh mengubah bentuk dengan cara menyederhanakan bentuk struktur bentuk sebuah objek estetis, distori adalah proses perubahan bentuk-bentuk dengan cara menghancurkan struktur bentuk sebuah objek estetis. Hal ini banyak terjadi pada pembuatan karya seni mozaik.

g. Kegiatan Seni Mozaik pada Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Karakteristik motorik halus yang mencerminkan kreativitas meliputi Wage (2012) yaitu:

1) Kesiapan belajar; 2) Kesempatan belajar; 3) Model; 4) Bimbingan; 5) Motivasi; 6) keterampilan.

1) Kesiapan belajar artinya anak yang telah memiliki kesiapan belajar suatu keterampilan motorik lebih unggul dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan unutk mempelajari keterampilan.

2) Kesempatan belajar artinya banyak anak yang sebenarnya telah memiliki kesiapan belajar suatu motorik, namun karena tidak memiliki kesempatan untuk mempelajarinya maka anak tersenut tidak menacpai kemampuan tersebut. Kesempatan berpraktik artinya untuk mencapai suatu keteranpilan motorik seoarnga anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba melakukan praktik sesuai dengan kebutuhannya.

3) Model yang baik artinya dalam mempelajari motorik, meniru meupakan hal yang sangat penting agar anak dapat memiliki suatu keterampilan motorik yang baik memerlukan model yang baik pula.

(9)

4) Bimbingan artinya agar dapat meniru suatu model dengan benar, anak memerlukan bimbingan.

5) Motivasi artinya motivasi belajar sangat penting untuk mempertahankan minat anak untuk mempelajari keterampilan motorik, implikasinya adalah pendidik harus menyediakan keterampilan mulai dari yang mudah ke yang sukar atau sederhana ke kompleks agar anak selalu bisa menyelesaikannya dan tidak membuat anak putus asa karena tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

6) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secra individu karena tidak ada yang bersifat umum pada keterampilan tangan anak. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu.

h. Langkah-langkah Kegiatan Mozaik

Alexander (2012: Online) langkah-langkah pelaksanaan kegiatan mozaik yaitu:

1) guru menyiapkan atau menyediakan gambar yang akan diisi dengan mozaik; 2) guru menyediakan seperti gunting, lem perekat, dan kertas origami untuk dijadikan potongan-potongan mozaik oleh anak; 3) guru menarik perhatian anak dan kemudian memperkenalkan satu-persatu alat yang akan digunakan; 4) guru memperlihatkan pola gambar; 5) guru memperlihatkan cara mengerjakan dalam membuat mozaik; 6) guru membagikan pola mozaik, kertas origami, gunting dan lem; 7) guru mempersilahkan anak melaksanakan kegiatan; 8) guru mengontrol setiap kegiatan anak, jika ada anak yang tidak bisa atau tidak mau bekerja guru dapat membantu anak.

Dari penjelasan yang sudah dikatakan sebelumnya maka guru atau pendidik sebelum

(10)

melakukan kegiatan harus sesuai dengan langkah-langkah maupun rancangan yang akan di terapkan pada anak didik

i. Pengembangan Ide Gagasan pada Anak Usia Dini Tentang Berkarya Mozaik

Anak harus diberikan stimulus estetis atau rangsangan berekspresi untuk mengungkapkan idenya kepada mereka yang belum mempunyai ide. Agar terarah dan mengerti rambu-rambu mozaik,, maka perlu diberikan gambaran secara sederhana tentang batasan-batasan dan media bahan dan alat.

Novikasari, ( 2012) Beberapa karya yang dapat dikerjakan oleh anak usia dini di TK pada kegiatan Mozaik yaitu:

a) Mozaik dua dimensi guru sediakan kertas karton kemudian siswa mengisi potongan-poongan kertas yang warna- warni dengan mengunakan lem dapat juga mengunakan daun kering. b) Mozaik tiga dimensi menyediakan botol plastik, gelas aqua, kendi dari gerabah.menempelpotongan kertas-kertas dan daun kering, dan biji-bijian yang telah disediakan.tempel sesuai dengan selera dan motuf yang telah disediakan. Dapat berupa kupu-kupu, burung dan binatang lainnya.

Aktivitas yang dilakukan oleh anak usia dini pada dasarnya melibatkan koordinasi antara tangan dan mata, juga gerakan motorik kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, makin banyak pula koordinasi yang diperlukannya. Oleh karena itu, orang tua dan guru TK/PAUD perlu memberikan banyak kegiatan yang menunjang motorik kasar dan halus anak usia dini yang tentunya dirancang dengan baik sesuai dengan usia perkembangan anak.

(11)

j. Pembelajaran Mozaik Bagi Anak

Muharrar (2013: 92) pembelajaran mozaik bagi anak-anak khususnya di PAUD/ TK atau SD, tentunya dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yakni:

1)Sebagai permulaan, anak-anak PAUD/ TK atau SD dapat diajarkan membuat mozaik kertas dengan teknik robek bebas atau robek tindih dengan alat. 2)Mereka juga dapat diajarkan teknik gunting. Gunakan alat pemotong yang mudah digunakan, misalnya gunting.namun sebaiknya guru mendampingi saat anak memotong.Atau guru membantu memotongkan bahan yang disediakan.3)Material yang digunakan sebaiknya yang mudah dirobek atau dipotong sehingga tidak menyulitkan anak. Misalnya kertas atau daun kering.4)Bidang dasar mozaik sebaiknya menggunakan kertas yang tidak terlalu besar sehingga anak tidak kesulitan dalam menempel bidang tersebut secara keseluruhan.

Pembelajaran mozaik bagi anak usia dini harus dilakukan dengan cara bertahap disesuaikan dengan perkembangan motorik anak , sesuai dengan pendapat di atas bahwa dalam pembelajaran mozaik untuk anak usia dini sebagi permulaan anak diajarkan untuk merobek kertas secara bebas, kemudian mangajarkan anak cara menggunakan alat pemotong seperti gunting dan yang lainnya, tetapi tetap dalam pengawasan pendidik, selanjutnya mempertimbangkan jenis bahan yang akan digunakan dalam kegiatan mozaik seperti dalam pemilihan kertas yang akan dirobek dan digunting anak itu menggunakan kertas yang mudah dirobek oleh anak.

Selanjutnya lembar kerja yang akan dikerja anak dalam pembuatan mozaik harus desesuikan dengan tingkat kemampuan anak. Misalnya menggunakan ukuran yang lebih kecil agar mempermudah anak dalam pembuatan mosaik tersebut.

2. Motorik Halus Anak

(12)

a. Pengertian Motorik Halus

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf,otot,otak dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot- otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

Sumantri (2005;143) motorik halus adalah pengordinasian penggunaan kelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencangkup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa gerakan motorik halus yang dilakukan oleh anak itu merupakan pengordinasian gerak-gerak tubuh yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena tidak begitu memerlukan tenaga. Namun begitu, gerakan motorik halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Hal yang tidak jauh beda dikemukakan oleh Janet W. Lerner (Moesllchatoen, 1996:157), “gerak motorik halus merupakan keterampilan menggunakan media dengan koordinasi antara mata dan tangan”. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan bagian- bagian tubuh yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Syaraf motorik halus ini dapat dilatih dan

(13)

dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontiniu secara rutin. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Sujiono (Masnipal, 2011: 56) mengatakan “Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil”. Maka dari pengertian tersebut juga dapat dikatakan bahwa gerak motorik halus merupakan gerak yang tidak lepas dari gerakan yang melibatkan bagian tubuh seperti tangan dan jemari-jemarinya yang tentunya dilakukan oleh otot-otot kecil dengan pengordinasian oleh mata dan tangan sehingga dapat menciptakan suatu karya / kreativitas anak.

Mudjito (2007: 6) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot- otot kecil. Aktivitas yang dilakukan oleh anak usia dini pada dasarnya melibatkan koordinasi antara tangan dan mata, juga gerakan motorik kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, makin banyak pula koordinasi yang diperlukannya.

Oleh karena itu, orang tua dan guru PAUD perlu memberikan banyak kegiatan yang menunjang motorik kasar dan halus anak usia dini yang tentunya dirancang dengan baik sesuai dengan usia perkembangan anak. Kegiatan pengembangan motorik dan fisik merupakan elemen penting juga dalam pengembangansosial anak, hal ini akan bermanfaat bagi anak dalam bersosialisasi dengan anak sebaya ketika mereka bermain yang akan menyertakan dan lain sebagainya. Kegiatan motorik halus merupakan komponen Yang mendukung pengembangan yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial yang benar dan bertahap akan mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga anak sehingga dapat berbentuk kemampuan

(14)

motorik halus ditunkkan dalam mendukung kemampuan kognitif anak yaitu ditunjukkan dengan kemampuan, mengenali, membandingkan, menghubungkan, menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang ada di lingkungannya.

Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatihkan koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai.

Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kekiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk membaca awal.

b. Tujuan Pengembangan Motorik Halus Anak

Adapun tujuan pengembangan motorik halus anak yang akan dikembangkan oleh guru atau pendidik disekolah yaitu:

Sumantri (2005:146) Tujuan pengembangan motorik kemampuan motorik halus anak di usia 4-6 tahun adalah anak: Mampu mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang yang berhubungan dengan gerak jari jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda. Mampu mengkoordinasikan indra dan aktivitas tangan. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

Jadi dari penjelasan yang di katakan sebelumnya pengembangan motorik halus

(15)

anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasimata dan tangan sebagai persiapanuntuk pengenalan menulis.

Menurut Saputra (2005:115) mengemukakan bahwa “ tujuan pengembangan motorik halus anak diusia 4-6 tahun adalah : 1)Mampu mengfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. 2)Mampu mengordinasikan kecepatan tangan dan mata.

3)Mampu mengendalikan emosi”.

Tujuan pengembangan motorik halus anak sesuai dengan pendapat di atas dapat juga dikatakan bahwa tujuannya yaitu : Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari.

Seperti :kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, anak mampu mengordinasikan indra mata dan aktivitas tangan, Anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas.

c. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus

Pada pemdekatan pengembangan motorik halus anak usia dini pendidik maupun guru harus lebih mengetahui banyak dalam melakukan kegiatan yang akan dilakukan pada saat proses belajar mengajar disekolah.

Sumantri (2005:146) Pendidikan yang bekerja dengan anak-anak uisa dini perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan lainnya terdapatdua hal yang seyogyanya tidak

(16)

dilupakan, pertama adalah pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya fikir dan daya cipta anak.

Hal kedua adalah apabila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya anak akan kurang tumbuh kembang secara optimal.

Maka dari itu pendekatan yang sebaiknya dilakukan oleh pendidik atau orang tua hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip secara fisik maupun psikologisnya.

Belajar sambil bermain hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan.

Menggunakan pendekantan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga kegiatan akan lebih bermakna dan lingkunga haurs diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak betah.

Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak.

d. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus

Pada dasarnya tujuan pengembangan motorik anak ada dua yaitu, pengembangan motorik kasar dan halus. Namun peneliti hanya menjabarkan tetang tujuan pengembangan motorik halus :

1) Tujuan pengembangan motorik halus Saputra (2005: 156) yaitu : a) mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan b) mampu mengkoordikansikan kecepatan tangan dan mata

c) mampu mengendalikan emosi 2) Fungsi pengembangan motorik halus

a) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan

(17)

b) Sebagai alat untuk mengembangakan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.

c) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

Jadi dari pengembangan motorik halus maka disimpilkan Berdasarkan dari tersebut tujan dan fungsi dapat dikatakan juga bahwa motorik halus anak sangat berperan penting dalam kehidupan anak sekarang dan dimasa yang akan dating sehingga motorik halus anak perlu untuk dikembangkan sehingga dapat mempermudah anak dalam mengorganisasikan kecepatan dan ketepatan tangan dengen gerakan mata.

Hurlock (Mudjito:2007:9) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu:

1)Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memper-oleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan lainnya. 2)Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang independence (bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.

Kondisi ini akan menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri). 3)Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment).

Pada usia pra sekolah (taman kanak-kanak) atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menggambar, melukis, baris berbaris, dan persiapan menulis.

Motorik sangat berperan penting bagi perkembangan kehidupan anak karena motorik mendukunga segala aktivitas yang akan dilakukan anak seperti yang dikemukakan di atas bahwa: melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur

(18)

dirinya dan memperoleh perasaan senang, melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang independence (bebas, tidak bergantung), Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Sehingga motorik anak perlu untuk ditingkatkan.

e. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Mudjito (2007:10) Mengemukakan bahwa Karakteristik keterampilan motorik anak antara lain sebagai berikut:

1.)Pada saat anak berusia 3 tahun, kemampuan gerakan halus anak belum terlalu berbeda dari kemampuan gerakan halus pada masa bayi.

Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan itu sendiri masih sangat kikuk.2) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.3) Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi.

Tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti dalam kegiatan proyek.4) Pada akhir masa kanak- kanak (usia 6 tahun), ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemari dan pergelangan tangannnya untuk menggerak-kan ujung pensil.

Motorik halus anak pada dasarnya berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak, sehingga karakteristik perkembangan motorik halus anak akan berbeda- beda sesuai dengan tingkatan usia anak itu sendiri . seperti halnya perkembangan motorik halus anak di usia 3 tahun yang kemampuan gerakan halus anak belum terlalu berbeda dari kemampuan gerakan halus pada masa bayi, selanjutnya di usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan

(19)

dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna, selanjutnya di usia 5 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti dalam kegiatan proyek, dan di usia 6 tahun ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemari dan pergelangan tangannnya untuk menggerak-kan ujung pensil.

f. Prinsip Dalam Pengembangan Motorik anak

Mudjito (2007: 12-13), mengatakan bahwa “untuk mengembangkan motorik halusanak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak secara optimal”, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut.

1)Memberikan kebebasan ekspresi pada anak.2)Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk kreatif.3)Memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media. 4) Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak.

5)Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan. 6)Memberikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkanpada anak.7)Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.

Prinsip-prinsip pengembangan motorik anak perlu untuk diketahui oleh pendidik agar motorik anak dapat berkembang dengan maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, yang disesuaikan dengan pernyataan di atas, bahwa prinsip- prinsip pengembangan motorik anak yaitu: pendidik harus mampu memberikan kebebasan ekspresi pada anak, pendidik harus mampu melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk kreatif, pendidik

(20)

memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media, pendidik menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak, pendidik membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan, pendidik memberikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenang-kan pada anak, dan pendidik harus mampu melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.

g. Faktor-Faktor Yang Membantu Meningkatkan Motorik Anak

Siadenur Iklas (2013:Online) Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat di lakukan oleh guru :

1)Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.2)Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.3)Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh.4)Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuanyang diharapkan sesuai dengan perkembangannya.

Faktor-faktor yang membantu guru dalam meningkatkan motorik halus anak dari pendapat ditas maka dapat dikatakan bahwa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru yaitu: Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya, memberikan kesempatan dan waktu pada anak dalam menguasai suatu keterampilan, memberikan aktivitas fisik yang bervariasi kepada anak agar anak tidak mudah bosan sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai dengan perkembangannya.

h. Perkembangan Motorik Halus

(21)

Motorik halus adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang pada tingkat perkembangannya yang berhubungan dengan koordinasi fisik, sel otak dan koordinasi mata sehingga seorang anak mencapai kemampuan sesuai dengan perkembangannya.

Kemampuan Motorik halus adalah tingkatan perkembangan yang harus dimiliki oleh setiap anak pada masing-masing perkembangannya. Masing-masing perkembangan motorik halus anak akan berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan anak termasuk dalam kecerdasan dan keadaan fisik anak, stimulus yang anak dapat dari lingkungan keluarganya termasuk dalam pola asuh dan pola didik serta perkembangan kemampuan masing-masing anak.

Menurut Sumantri (2005:134) mengemukakan bahwa tingkat perkembangan motorik halus menurut tingkatan usia yaitu :

1) Usia 1- 2 tahun

a. Memegang alat tulis b. Membuat coretan bebas

c. Menyusun menara dengan 3 balok d. Memegang gelas dengan 2 tangannya

e. Menumpahkan benda-benda dari wadah dan memasukkanya kembali f. Meniru garis vertical dan horizontal

g. Memasukkan benda kedalam wadah yang sesuai h. Membalik halaman buku walau belum sesuai i. Merobek kertas

j. Berlari tanpa jatuh

k. Naik turun tangga dengan berpegangan

l. Memanjat kursi orang dewasa, merangkak naik tangga m. Mulai meloncat dan melompat walaupun sederhana

(22)

2) Usia 2-3 tahun

a. Meremas kertas atau kain dengan menggunakan lima jari b. Melipat kertas meskipun belum rapi/lurus

c. Menggunting kertas tanpa pola

d. Koordinasi tangan cukup baik untuk memegang benda seperti sikat gigi dan sendok

e. Meronce/merangkai manik-manik f. Mengaduk air digelas dengan sendok g. Menggambar garis lurus

3) Usia 3-4 tahun

a. Menuangkan air, pasir atau biji-bijian kedalam tempat penampung (ember, mangkuk)

b. Memasukkan benda kecil kedalam botol (potongan lidi, kerikil atau biji- bijian)

c. Meronce manik-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang yang agak kaku

d. Menggunting kertas dengan pola garis lurus e. Meremas kertas

f. Memakai dan membuka pakaian dan sepatu sendiri

g. Menggambar garis lingkaran dan garis silang ( garis tegak dan datar) 4) Usia 4-5 tahun

a. Membuat garis vertikal, horizontal, garis lengkung kiri/ kanan, miring kiri/kanan dan lingkaran

b. Menjiplak bentuk

c. Mengkoordinasi jari tangan dan mata untuk meniru bentuk tulisan d. Meniru bentuk dari berbagai media

e. Membuat bentuk dari bahan tanah liat/plastisin atau media lainnya sesuai dengan ekspresi diri

f. Menempel

g. Mengerjakanpuzzle ( menyusun potongan-potongan gambar) h. Mencoblos kertas dengan pensil atau spidol

i. Mewarnai dengan rapi 5) Usia 5-6 tahun

(23)

a. Menggambar sesuai dengan gagasannya

b. Meniru bentuk dengan berbagai media (menulis bentuk, melipat, membentuk plastisin)

c. Melakukan ekspolari dengan berbagai media d. Menggunting sesuai pola

e. Menempel gambar dengan tepat f. Menggambar secara detail

i. Indikator Motorik Halus

Merujuk pada pendapat Saputra (2005:115) mengemukakan “komponen- komponen motorik halus terdiri dari otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan dan koordinasi kecepatan tangan dengan mata”. Maka Komponen-komponen motorik halus inilah yang dikembangkan menjadi indikator, yaitu 1). Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, 2) mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. Maka dari penjelasan yang dikatakan sebelumnyaIndikator tersebut yang akan dikembangkan melalui kegiatan yang diberikan oleh peneliti.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan indikator motorik halus anak yang diharapkan untuk dapat dicapai anak yaitu kelenturan jari-jari tangan dan koordinasi mata, indikator dalam penelitian ini adalah otot-otot jari, otot-otot pergelangan tangan dan koordinasi mata dan tangan.

B. Kerangka Pikir

(24)

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada kajian pustaka bahwa pemberian kegiatan mozaik mempunyai pengaruh terhadap pengembangan kemampuan motorik halus anak. Pengembangan kemampuan motorik yang bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi gerak tubuh, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat dan terampil. Sehingga dengan melihat hal tersebut guru maupun peneliti dapat bekerjasama dalam mengembangan fisik motorik halus pada anak. Keterampilanmotorik halus pada anak tidak akan berkembang melalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari. Sesuai dengan indikator yang dikatakan sebelumnya kelenturan otot jari tangan dapat dilihat saat anak mengerjakan sesuatu dan kemampuan mengkordinasikan mata dan tangan.

Adapun bagan pengaruh kegiatan mozaik terhadap pengembangan motorik halus anak adalah sebagi berikut:

(25)

Sebelum Perlakuan

Kegiatan Bermian Mozaik

Sesudah Perlakuan

1) Anak sudah mampu memfungsikan otot- otot kecil seperti gerakan jari tangan 2) Anak sudah mampu

mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata Langkah-langkah bermain mozaik

yang di lakukan oleh guru:

1) guru menyiapkan atau menyediakan gambar yang akan diisi dengan mozaik;

2) guru menyediakan seperti gunting, lem perekat, dan kertas origami untuk dijadikan potongan-potongan mozaik oleh anak;

3) guru menarik perhatian anak dan kemudian memperkenalkan satu-persatu alat yang akan digunakan;

4) guru memperlihatkan pola gambar;

5) guru memperlihatkan cara mengerjakan dalam membuat mozaik;

6) guru membagikan pola mozaik, kertas origami, gunting dan lem;

7) guru mempersilahkan anak melaksanakan kegiatan;

8) guru mengontrol setiap 1) Anak masih

belum mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan 2) Anak masih

belum mampu mengkoordinasika n kecepatan tangan dengan mata

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

(26)

C. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan maka peneliti dapat mengajukan hipotesis:

H1 di terima apabila T hitung > T tabel artinya ada pengaruh kegiatan mozaik terhadap pengembangan motorik halus anak

H1 di terima apabila Z hitung > Z table artinya ada pengaruh kegiatan mozaik terhadap pengembangan motorik halus anak

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan penelitian ini yaitu penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat

Pada model pembelajaran discovery learning, siswa dengan z kecerdasan logis matematis tinggi mempunyai kemampuan berpikir kreatif dan penalaran matematis z yang lebih baik

Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 33) ciri-ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dikemukakan sebagai berikut. a)

“menikah dini dapat menghilangkan galau, hal ini disebabkan karena produktivitas waktu. Ada banyak tugas dan aktivitas baru yang bisa menyibukkan seseorang yang mengalami

Sedangkan kegiatan lainnya dalam mengupayakan keberhasilan penjualan yaitu dengan melakukan kegiatan promosi seperti yang dikemukakan oleh Harper (2000: 65) “promosi adalah suatu

Sedangkan Mulyasa (2007: 113) mengemukakan metode pemberian tugas atau resitasi merupakan seperangkat soal-soal yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan tinjauan pustaka di atas diperoleh bahwa efektivitas pembelajaran matematika siswa kelas.. Hal ini disebabkan karena