• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

9

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian dan Jenis Restoran

Menurut Marsum (1994), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum.

Menurut Wojowasito dan Poerwodarminto (Marsyang, 1999:71) mengklasifikasikan restoran atau rumah makan menjadi beberapa tipe, antara lain: 1. A’la Carte Restaurant adalah restoran yang mendapatkan izin penuh untuk

menjual makanan lengkap dengan banyak variasi dimana tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap-tiap makanan di dalam restoran ini memiliki harga masing-masing.

2. Table D‘hote Restaurant adalah suatu restoran yang khusus menjual menu table d’hote, yaitu suatu susunan menu yang lengkap (dari hidangan pembuka sampai penutup) dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.

3. Coffee Shop atau Brasserei adalah suatu restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu biasanya berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang cukupan atau paket. Pada umumnya sistem pelayanannya adalah dengan American service dimana yang diutamakan adalah kecepatannya. Ready on plate service, artinya makanan sudah diatur dan disiapkan di atas piring. Kadang-kadang

(2)

penyajiannya dilakukan dengan cara buffet atau prasmanan, dimana makanan sudah disusun rapih di meja panjang sehingga tamu dapat mengambil makanannya sendiri sesuai dengan keinginannya.

4. Cafelaria atau Cafe adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan

penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

5. Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik, dan sekolah, tempat dimana para pekerja atau pelajar biasa mendapatkan makan siang atau coffe break, yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil atau selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat-rapat dan seminar. 6. Continental Restaurant adalah suatu restoran yang menitik beratkan hidangan

continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Suasananya santai, susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai.

7. Carvery adalah suatu restoran yang berhubungan dengan hotel dimana para tamu dapat mengisi sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga hidangan yang sudah ditetapkan.

8. Dining Room terdapat dihotel kecil, motel atau inn merupakan tempat yang tidak lebih ekonomis dari pada tempat makan biasa. Dining room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel itu, namun yang terbuka bagi para tamu dari luar.

9. Discotheque ialah suatu restoran yang pada prinsipnya berarti tempat dansa sambil menikmati alunan musik. Kadang-kadang juga menampilkan live

(3)

Hidangan yang tersedia umumnya berupa snack.

10. Fish and Chip Shop ialah suatu restoran yang banyak terdapat di Inggris, dimana kita dapat membeli macam-macam kripik (chips) dan ikan goreng, biasanya berupa ikan Cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi. Jadi makanannya tidak dinikmati di tempat itu.

11. Grill Room (Rotisserie) adalah suatu restoran yang menyedikan bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi dcngan sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri bagaimana memasaknya. Grill room kadang-kadang disebut juga sebagai steak house. 12. Inn Tavern ialah suatu restoran dengan harga cukupan yang dikelola oleh

perorangan di tepi kota. Suasananya dibuat dekat dan ramah, dengan tamu-tamu. Sedangkan hidangannya lezat-lezat.

13. Night Club/Super Club adalah suatu restoran yang pada umumnya mulai dibuka menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu yang ingin santai. Dekorasinya mewah, pelayanannya megah. Band merupakan kelengkapan yang diperlukan. Para tamu dituntut berpakaian resmi dan rapi sehingga manaikkan gengsi.

14. Pizzeria adalah suatu restoran yang kusus menjual pizza. Kadang-kadang juga ada spaghetty atau makanan khas Italia lainnya.

15. Pan Cake House/Creperie adalah restoran yang khusus menjual pan cake dan

(4)

16. Pub pada mulanya merupakan tempat hiburan umum yang mendapat izin menjual minuman bir serta minuman beralkohol lainnya. Para tamu mendapatkan minumannya dari counter (meja panjang yang membatasi dua ruangan). Pengunjung dapat menikmati suasana dengan duduk bersantai atau berdiri. Hidangan yang tersedia berupa snack seperti pies dan sandwich. Sekarang kita bisa mendapatkan banyak hidangan pengganti di pub.

17. Snack Bar/Cafe/Milk Bar adalah semacam restoran cukupan yang sifatnya tidak resmi dengan pelayanan cepat dimana para tamu mengumpulkan makanan mereka di atas baki yang diambil dari atas counter dan kemudian membawanya kemeja makan. Para tamu bebas memilih makanan yang disukainya. Makanan yang disediakan biasanya adalah hamburger, sausages dan sanwhvich.

18. Specialitiy Restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya. Restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, Italia dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tatacara negara tempat asal makanan spesial itu.

19. Terrace Restaurant adalah suatu restoran yang terletak di luar bangunan, namun pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran induk. Di negara-negara barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka pada waktu musim panas saja.

20. Gourmet Restoran ialah suatu restoran yang menyelenggarakan pelayanan makan dan minum untuk orang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang

(5)

minumannya yang lezat-lezat, pelayanannya megah dan harganya cukup mahal.

21. Family Type Restaurant ialah suatu restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman dengan harga tidak mahal, terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan.

22. Main Dining Room ialah suatu restoran atau ruang makan utama yang pada umumnya terdapat di hotel-hotel besar. Dimana penyaji makanannya secara resmi, pelan tapi masih terikat oleh suatu peraturan yang ketat. Pelayanannya biasa menggunakan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu yang hadirpun pada umumnya berpakaian resmi atau formal.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa restoran ataupun café merupakan salah satu bisnis usaha yang menyediakan makanan dan minuman. Perbedaannya yaitu bahwa restoran biasanya menawarkan menu yang lebih banyak dan sifatnya lebih formal, sedangkan café menawarkan jenis menu yang terbatas dan sifatnya tidak resmi kapasitas ruangan lebih kecil.

2.1.2 Volume Penjualan

2.1.2.1 Pengertian Volume Penjualan

Suatu perusahaan pasti mempunyai tujuan akhir yaitu memperoleh pendapatan yang didapat dari kegiatan penjualan. Menurut Syahrul dan M.Ardi Nizar dalam Yana (2000:746) mengemukakan bahwa penjualan adalah:

(6)

2. Pendapatan yang diterima dari pertukaran barang dan jasa dan dicatat untuk satu periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas(sebagaimana diterima) atau berdasarkan aktual (sebagaimana diperoleh)

3. Dalam perdagangan surat-surat berharga, suatu perdagangan atau penjual dilaksanakan apabila pembeli dan penjual sudah menyepakati harga surat-surat berharga.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan memiliki arti pemindahan, pertukaran atau transaksi suatu barang atau jasa dari pihak pembeli dan penjual yang disertai dengan penyerahan imbalan atau pembayaran dengan berupa uang dari pihak pembeli dan penjual.

Kegiatan penjualan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting karena bila penjualan berhasil maka tujuan suatu usaha untuk memperoleh pendapatan yang maksimal secara otomatis akan berhasil pula. Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa kegiatan penjualan tidak dapat dipisahkan dari apa yang disebut volume penjualan.

Sedangkan menurut Basu Swasta (2002:140) Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan.

Irwan MBA dan Basu Swasta (2005:141) mendefinisikan volume penjualan sebagai berikut:

“volume penjualan adalah penjualan bersih dari laporan laba perusahaan. Penjualan bersih ini diperoleh perusahaan melalui hasil penjualan seluruh

(7)

pangsa pasar yang merupakan sasaran penjualan potensial yang dapat terdiri dari kelompok territorial dan kelompok pembeli selama jangka waktu tertentu”.

Pengertian lain dikemukakan oleh Mulyadi (2000:239) “Volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukan banyaknya atau besarnya jumlah barang dan jasa yang terjual.”

Menurut Win’s Anorga dalam Rina W (2007:30) memberikan definisi bahwa “volume penjualan adalah jumlah penjualan yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan Basu Swasta (2002:141) menjelaskan bahwa membuat barang yang baik saja tidak cukup menjamin berhasilnya pemasaran, hasil kerja dalam penjualan masih diukur terutama oleh volume penjualan yang dihasilkan bukan dalam laba perusahaan.

Definisi lain dikemukakan oleh Joseph P Gultinan dalam Aan (2008:38) bahwa “volume penjualan merupakan sasaran program yang paling banyak untuk menilai prestasi personal penjualan, wilayah penjualan, dan program”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa volume penjualan digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur efektivitas penjualan perusahaan, menilai biaya, kontribusi laba, dan tingkat pengembalian modal. Salah satu yang menjadi sasaran umum yang mendasari manajemen pemasaran adalah mencapai volume penjualan yang tinggi.

Menurut Swastha dan Irawan (2000:31), permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun volume rupiah. Berdasarkan pendapat Swastha dan Irawan tersebut, pengukuran volume penjualan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

(8)

1. Berdasarkan jumlah unit produk yang terjual, yaitu jumlah unit penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2. Berdasarkan nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2.1.2.2 Faktor-faktor Volume Penjualan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan menurut Basu Swasta (2002:145) dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Kualitas barang

Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih baik.

2. Selera konsumen

Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat, bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita perjualkan berubah maka volume penjualan akan menurun.

3. Pelayanan terhadap pelanggan

Merupakan faktor penting dalam usaha memperlancar penjualan terhadap usaha dimana tingkat persaingan semakin tajam. Dengan adanya pelayanan yang baik terhadap para pelanggan sehingga dapat meningkatkan volume penjualan.

(9)

Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan dan keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.

Sedangkan menurut Cummins dikutip oleh Dellany Ronauli (2007:35-36) faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan adalah:

1. Produk a. Kualitas produk b. Desain produk c. Merek d. Kemasan e. Siklus hidup 2. Harga a. Harga jual b. Potongan harga.

3. Distribusi, yaitu saluran distribusi yang digunakan perusahaan. 4. Promosi penjualan atas produk

5. Organisasi penjualan a. Jumlah tenaga wiraniaga b. Adanya cabang

6. Selera konsumen 7. Persaingan

(10)

b. Kegiatan promosi oleh perusahaan pesaing c. Banyaknya perusahaan sejenis.

8. Perekonomian dan kebijaksanaan pemerintah:

a. Perubahan ekonomi masyarakat telah membawa perubahan pada konsumsi masyarakat yang mempengaruhi penjualan.

b. Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dan perdagangan sangat berpengaruh terhadap volume penjualan.

Sedangkan menurut Siswanto Sutojo dalam Dellany Ronauli (2007:36) bahwa faktor yang mempengaruhi volume penjualan adalah sebagai berikut: 1. Faktor dari luar perusahaan, kebijakan pemerintah , perubahan ekonomi

terutama dalam pembeli sasaran serta situasi persaingan.

2. Faktor dari dalam perusahaan, seperti kapasitas produk dan pengadaan dana, kesan pembeli terhadap hasil produksi dan kebijakan harga jual.

2.1.3 Harga

2.1.3.1Pengertian Harga

Setiap perusahaan harus berusaha menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harga yang pantas. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Selain itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang sangat fleksibel, artinya unsur tersebut dapat diubah dengan cepat.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2008:77), mengatakan bahwa “harga adalah unsur program pemasaran yang paling mudah disesuaikan, selain itu harga

(11)

konsumen tentang produk atau mereknya”. Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan premium harga dan mendapatkan laba yang besar.

Hal itu sependapat dengan yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2008:151) bahwa harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Oleh karena itu, penetapan harga mempengaruhi volume penjualan total perusahaan. Selain itu dari sudut pandang konsumen harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai, bilamana harga tersebut dengan manfaat yang diterima atau dirasakan atas suatu barang dan jasa. Dengan demikian bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan oleh konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula,begitu juga sebaliknya.

Harga sering kali didefinisikan secara umum yaitu jumlah uang yang dipertukarkan dalam penjualan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winardi (1998:10) mengemukakan bahwa: ”Harga adalah nilai tukar sesuatu benda atau jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang.” Menurut Buchari Alma (1998:23), “harga suatu barang adalah apa yang dirasa oleh penjual dan pembeli mampu membayar”. Dengan demikian harga merupakan suatu nilai barang atau jasa yang ditukarkan dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang harus melepaskan barang dan jasa yag dimilikinya kepada orang lain.

(12)

Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2000:91), bahwa “harga suatu barang yang diperjual belikan adalah ketentuan dengan melihat keadaan seimbang dalam suatu pasar”. Keseimbangan tersebut terjadi bila jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta”. Artinya, bahwa harga merupakan hasil dari kegiatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, untuk setiap harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan hasilnya akan berlainan terhadap permintaan yang dihasilkan. Akan tetapi penetapan harga yang tepat tentu akan mendapatkan hasil yang menguntungkan serta akan berpengaruh terhadap tingkat volume penjualan yang maksimal.

Untuk menjelaskan bagaimana harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan di pasar yaitu dengan grafik, seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.1.

Pada Gambar 2.1 digambarkan kurva D adalah permintaan dan kurva S adalah penawaran. Pada gambar di atas, terlihat adanya perpotongan antara kurva permintaan (D) dan kurva penawaran (S) yang ditandai dengan adanya titik E, Dimana pada titik E kedua belah pihak, yaitu pihak yang menawarkan barang atau jasa dan pihak yang meminta barang atau jasa lebih setuju untuk merealisasikan jual beli dengan harga P dan dengan jumlah barang atau jasa yang dibeli dan dijual sebanyak Q.

(13)

Gambar 2.1

Penentuan Harga dan Jumlah Barang yang Diperjualbelikan

Hukum harga menyatakan, bahwa perubahan penawaran akan menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan dengan asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran akan menyebabkan naiknya harga.

Terdapat empat kemungkinan perubahan atau pergeseran kurva permintaan dan penawaran yaitu:

1. Harga naik menyebabkan permintaan bertambah dan jumlah barang yang diperjualbelikan bertambah (kurva D bergeser ke kanan), seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2

(14)

2. Harga turun menyebabkan permintaan berkurang dan jumlah barang yang diperjualbelikan berkurang (kurva D bergeser ke kiri).

3. Harga turun menyebabkan pendapatan bertambah dan jumlah barang yang diperjualbelikan bertambah (kurva S bergeser ke kanan). Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3

Akibat Pergeseran Penawaran Terhadap Keseimbangan

4. Harga naik (kurva D bergeser ke kiri) menyebabkan penawaran berkurang dan jumlah yang diperjualbelikan berkurang (kurva S bergeser ke kiri).

Terjadinya perubahan dalam harga akan menimbulkan perubahan serentak terhadap permintaan dan penawaran. Perubahan itu bisa pada arah yang sama yaitu sama-sama mengalami kenaikan atau sebaliknya, bisa juga ke arah yang berlawanan, misalnya permintaan turun tetapi penawaran bertambah atau sebaliknya permintaan bertambah tetapi penawaran turun. Tiap perubahan tersebut akan menimbulkan akibat yang berbeda pada perubahan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut ini:

(15)

Gambar 2.4

Akibat Perubahan Permintaan Dan Penawaran

Pada Gambar 2.4 di atas, mulanya permintaan masyarakat atas suatu barang ditunjukkan oleh kurva D dan penawaran barang oleh penjual ditunjukkan oleh kurva S, keseimbangan dicapai di titik E. Sedangkan tingkat harga mencapai P dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q.

Pada masa berikutnya, penawaran bertambah menjadi S1 dengan adanya perubahan ini mengakibatkan permintaan mengalami kenaikan menjadi D1 dengan demikian mulanya keseimbangan dicapai di titik E berubah menjadi di titik E1. Perubahan ini juga mengakibatkan P naik dari P menjadi P1 dan jumlah barang yang diperjualbelikan bertambah dari Q menjadi Q1.

2.1.3.2Peranan Harga

Menurut Fandy Tjiptono (1997:152) harga memiliki peranan utama dalam proses pengembalian keputusan para pembeli, yaitu:

1. Peranan alokasi harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan

(16)

daya beli konsumen. Adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan pengalokasian harga dan berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga yaitu harga mempunyai fungsi dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku pada konsumen yaitu bahwa harga yang tinggi atau mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

2.1.3.3 Teori Penetapan Harga

Penetapan harga merupakan konsep yang harus dipertimbangkan bagi setiap perusahaan terhadap tingkat harga para pesaing. Menurut Hasan (2008;298) bagi perusahaan, penetapan harga merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing.

1. Penentuan harga produk dan jasa memainkan peran sebagai kunci stratergis dalam perusahaan. Munculnya penentuan harga sebagai konsekuensi dari:

a. Deregulasi

b. Kompetisi global yang ketat c. Pertumbuhan yang lambat

d. Kesempatan bagi perusahaan untuk memperkuat posisi pasar

2. Harga mempengaruhi kinerja finansial dan memiliki pengaruh penting terhadap persepsi pembeli dan penempatan merek

(17)

sulit mengevaluasi produk yang kompleks

4. Realisasi antara permintaan dan harga mempengaruhi keputusan penentuan harga

5. Biaya (produksi, distribusi) mempengaruhi harga penjualan produsen 6. Manfaat dan kepuasan pelanggan menentukan harga penjualan maksimal

dari sebuah produk

7. Intesitas persaingan dan peraturan pemerintah akan menentukan harga nyata atau efektif dari mana produk diperdagangkan.

Dalam menentukan penetapann harga bagi perusahaan, tergantung pada tujuan penetapan harga itu sendiri. Tujuan penetapan harga merupakan strategi bersaing bagi perusahaan, sehingga dalam menetapkan harga harus konsisten untuk mempertahankan persaingan terhadap perusahaan lainnya. Beberapa tujuan dari penetapan harga, yaitu:

1. Tujuan berdasarkan pada laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang maksimal. Tujuan ini sangat dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Akan tetapi bila kondisi persaingan global sangat kompleks untuk mencapai laba maksimal itu tidaklah mudah, karena sulit sekali untuk memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang tepat untuk mencapai laba maksimal.

(18)

2. Tujuan berdasarkan pada volume penjualan

Ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu. Harga yang ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan.

3. Tujuan berdasarkan pada citra

Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga yang tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra pastisius. Sementara itu harga yang rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.

4. Tujuan berorientasi stabilitas harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu, seperti minyak bumi.

5. Tujuan lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.

Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan. Artinya, tujuan penetapan harga yang berorientasi pada laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.

(19)

dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan.

Sedangkan tujuan yang berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan cara melakukan diferensiasi produk, dan yang terakhir yaitu tujuan stabilisasi harga didasarkan pada strategi memenuhi persaingan.

Adapun enam langkah untuk menentukan penetapan harga yang dikemukakan oleh Kotler (2008:84), antara lain dapat terlihat pada gambar 2.5.

Sumber: Kotler (2008:84)

Gambar 2.5

Langkah-langkah Penetapan Harga Memilih Penetapan Harga Memperkirakan biaya Menentukan Permintaan Memilih Metode Penetapan Harga Memilih Harga Akhir Menganalisa Biaya, Harga, dan

Penawaran Pesaing

(20)

Menurut Philip Kotler seperti yang dikutip oleh Djaslim Saladin (2004:142-143), perusahaan dalam menentukan harga tergantung apa tujuan perusahaan itu. Adapun tujuan perusahaan dalam menentukan harga diantaranya: 1. Bertahan hidup (Survival) yang berarti harga jualnya berada di bawah harga

pasar.

2. Memaksimalisasi laba jangka pendek (Maximum Current Price) ini berarti bahwa penjualan harus tinggi sehingga biaya perunit lebih rendah dan keuntungan lebih tinggi sehingga perusahaan dapat penetapkan harga serendah-rendahnya.

3. Memaksimalkan pendapatan jangka pendek (Maximum Current Price).

4. Memaksimalisasi hasil penjualan (Maximum Current Revenue) dalam hal ini perusahaan harus memahami fungsi permintaan.

5. Menjaring pasar secara maksimum (Maximum Market Skimming) dengan upaya menetapkan harga jual untuk menjaring pasar (Market Skimming Pricing) lewat upaya memunculkan berbagai produk dengan harga yang berbeda-beda.

6. Menentukan permintaan (Determinant Demand) dimana penetapan harga jual membawa pada jumlah permintaan.

Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Pyne dalam buku Lupiyoadi dan Hamdani (2009;100) bahwa tujuan penetapan harga, adalah sebagai berikut:

1. Bertahan

Bertahan merupakan usaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang meningkatan laba ketika perusahaan sedang mengalami kondisi pasar yang

(21)

perusahaan.

2. Memaksimalkan Laba

Penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba dalam periode tertentu.

3. Memaksimalkan Penjualan

Penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar dalam melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.

4. Gengsi/Prestis

Tujuan penentuan harga disini adalah untuk memosisikan jasa perusahaan tersebut sebagai jasa yang ekslusif.

5. Pengembalian atas Investasi (ROI)

Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian pengembalian atas investasi (return of investment – ROI) yang diinginkan.

2.1.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga

Penetapan harga bukanlah hal yang mudah bagi setiap perusahaan, karena yang menjadi keputusan tentang harga akan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal, sebagaimana yang dikemukkan oleh Fandy Tjiptono (2008:154), yaitu:

(22)

Faktor Internal Perusahaan 1. Tujuan pemasaran perusahaan

Faktor utama yang menentukan penetapan harga dalam pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan dan meningkatkan penjualan, mendapatkan pangsa pasar yang besar dan menciptakan kepemimpinan yang berkualitas.

2. Strategi bauran pemasaran

Harga merupakan salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu: produk, distribusi dan promosi.

3. Biaya

Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jadi setiap perusahaa pasti menaruh perhatian besar terhadap struktur biaya.

4. Organisasi

Manajemen yang memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah strategi kebijakan harga menurut caranya masing-masing.

Faktor Lingkungan Eksternal 1. Sifat pasar dan permintaan

Setiap perusahan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, monopolistic, oligopolies atau monopoli. Faktor lainnya adalah elasitas permintaan terhadap

(23)

harga.

2. Persaingan

Persaingan merupakan elemen lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan harga dari pesaing. Menurut Porter dalam Fandy Tjiptono (2008:155) ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri yaitu, persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, ancaman pendatang baru.

3. Unsur-unsur eksternal lainnya

Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor kondisi ekonomi (inflasi, resesi, tingkat bunga) kebijakan dan peraturan pemerintah dan aspek sosial (kepedulian terhadap lingkungan).

Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2009:100) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan harga jasa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Elasitas permintaan 2. Struktur biaya 3. Persaingan

4. Positioning dari jasa yang ditwarkan 5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan 6. Siklus hidup jasa

7. Sumber daya yang digunakan 8. Kondisi ekonomi

(24)

2.1.3.5 Metode Penetapan Harga

Dalam perubahan atau pergeseran harga yang terjadi di pasar perusahaan memiliki metode dalam penetapan harga. Menurut Tjiptono (2002:157) bahwa metode penetapan harga jual dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: 1. Metode penetapan harga berbasis permintaan

2. Metode penetapan harga berbasis biaya 3. Metode penetapan berbasis laba

4. Metode penetapan berbasis persaingan.

Sedangkan menurut Djaslim Saladin (2004: 146) ada lima metode dalam penetapan harga jual yaitu:

1. Penetapan harga Mark-up (Mark-up Pricing)

Penetapan menurut metode ini adalah berdasarkan biaya keseluruhan yang telah dikeluarkan dengan mark-up tertentu sebagai keuntungan. Metode ini baik digunakan jika jumlah unit yang terjual sesuai dengan prakiraan penjualan perusahaan, jika tidak justru bisa menimbulkan kerugian.

2. Penetapan harga menurut tingkat keuntungan sasaran (Target Return Pricing). Perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan persentase yang diinginkan dari investasi yang ditanam dari sejumlah unit yang diharapkan terjual.

3. Penetapan harga menurut pandangan konsumen (Perceived Value Pricing) Harga jual produk itu berdasarkan nilai yang dirasakan konsumen terhadap produk tersebut, maka ditetapkan harga lebih tinggi dari pesaing, tetapi harga akhir diusahakan sama dengan cara memberikan potongan. Jika nilai yang

(25)

yang lebih rendah.

4. Penetapan harga berdasarkan harga pasar (Going Rate Pricing)

Penetapan harga jual berdasarkan harga yang telah ditetapkan pesaing di pasar. Penetapan harga yang demikian ini karena terjadi persaingan yang tidak menentu dan merasa bahwa harga yang sudah berlaku dipasar itu terpaksa harus diikuti, kalau tidak akan tersingkir dari pasar.

5. Penetapan harga dalam sampul tertutup (Sealed-bid Pricing)

Penetapan harga demikian ini biasanya dilakukan dalam tender, dimana beberapa perusahaan diundang oleh salah satu instansi ataupun swasta untuk mengajukan penawaran dalam amplop tertutup. Perusahaan berusaha mencari informasi bagaimana caranya agar harga tawarannya lebih rendah daripada penawaran perusahaan lain.

Terkadang perusahaan perlu juga untuk memberikan potongan harga terhadap harga jualnya atau justru menaikkan harga jualnya. Adupun yang menjadi alasannya yaitu:

1. Perusahaan memprakarsai pemotongan harga atau dengan kata lain penurunan harga, alasannya antara lain: kelebihan kapasitas, merosotnya bagian pasar akibat ketatnya persaingan dan untuk mengunggulkan pasar melalui struktur biaya yang lebih rendah.

2. Perusahaan memprakarsai kenaikan harga antara lain karena adanya inflasi yang selalu berlanjut dan adanya permintaan yang berlebihan.

(26)

Perusahaan besar sering ditantang oleh perusahaan kecil melalui prakarsa pemotongan harga, sedangkan perusahaan besar (market leader) sering mencoba menaikkan harga karena merasa kuat dan produknya sangat disenangi konsumen karena memiliki kekhususan lain. Sehingga perusahaan tinggal memilih mana yang akan dipakai apakah pemotongan harga atau justru kenaikan harga, tergantung pada situsi dan kondisi yang dihadapi.

2.1.4 Promosi

2.1.4.1Pengertian Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk perusahaan, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak meyakini bahwa produk itu berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.

Promosi merupakan salah satu unsur bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah serangkaian dari variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Bauran pemasaran atau yang sering disebut 4 (empat) P yaitu: produck, place, price and promotion. Keempat bauran pemasaran tersebut saling berkaitan.

Menurut Komarudin Sastradipoera (2003:185) mengenai pengertian promosi yaitu:

1. Promosi adalah setiap kegiatan bukan tatap muka (non face to face activity) yang berhubungan dengan promosi penjualan, tetapi sering kali mencakup periklanan.

(27)

memberikan informasi, meyakinkan para konsumen aktual, potensial mengenai keuangan suatu produk atau jasa (tertentu) dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan, melalui pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga.

3. Promosi adalah pencairan peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta kekayaan dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan tujuan untuk mencari laba.

4. Promosi adalah upaya periklanan untuk meningkatkan penjualan barang-barang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi dari produsen untuk mengenalkan, meyakinkan akan produknya yang ditawarkan kepada konsumen dengan tujuan untuk mencari laba melalui volume penjualan.

Sedangkan menurut Djaslim Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002:123) promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.

Menurut Buchari Alma (2004:179) bahwa promosi itu adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang menyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa. Tujuan promosi ialah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan meyakinkan calon konsumen. Promosi yang menarik akan

(28)

meyakinkan konsumen dalam membeli produk yang ada direstoran tersebut sedangkan harga merupakan ukuran bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

Menurut Fandy Tjiptono (2008:219), Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Sehingga dapat disimpulkan mengenai promosi adalah suatu upaya komunikasi produsen untuk selalu mengenalkan, membujuk, mengingatkan dan meyakinkan konsumen agar menerima, membeli dan loyal pada produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang akan dipergunakan agar mencapai keberhasilan penjualan yang maksimal.

Menurut Kotler (1997:78) promosi mempunyai fungsi dalam suatu perusahaan, yaitu :

1. Menginformasikan produk yaitu berfungsi sebagai informasi pasar sasaran. 2. Membujuk sasaran pasar yaitu berfungsi untuk membentuk merek,

mengalihkan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk serta dapat mendorong pembelian saat itu juga.

3. Mengingatkan (remainding), yaitu berfungsi untuk mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut dibutuhkan dalam waktu dekat, misalnya

(29)

akan tempat,dan lain-lain.

Promosi yang dilakukan oleh perusahaan dapat berlangsung secara efektif apabila mereka melakukan hal-hal seperti mengidentifikasikan target pasar, menentukan respon yang diharapkan, memilih pesan, memilih media penyampaian dan mengumpulkan feed-back atas promosi yang dilakukan.

2.1.4.2Pengertian Biaya

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999:113) bahwa biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan, mendirikan, melakukan atau sesuatu ongkos, belanja atau pengeluaran. Menurut Mulyadi (2000:8) mendefinisikan biaya bahwa, dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat unsur biaya, yaitu sebagai berikut :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

Dalam melakukan kegiatannya, perusahaan harus mengeluarkan biaya, yakni perusahaan harus mengorbankan sumber ekonomi yang dimiliki yang berupa kas, barang, atau jasa guna membiayai kegiatan tersebut.

2. Diukur dalam satuan uang

Semua biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dengan jelas, maka biaya harus diukur dalam satuan uang.

(30)

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

Biaya yang sudah dikeluarkan atau pengorbanan sumber ekonomi yang secara pasti akan terjadi yaitu biaya yang belum dikeluarkan tetapi sudah direncanakan akan dikeluarkan seperti yang tercantum dalam anggaran adalah merupakan biaya.

4. Pengorbanan tersebut adalah untuk tujuan tertentu

Dalam mengorbankan sumber ekonominya perusahaan harus mempunyai tujuan, misalnya tujuan untuk memperoleh barang atau jasa (aktiva).

2.1.4.3Biaya Promosi

Promosi merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menginformasikan dan mempromosikan barang dan jasanya yang akan ditawarkan kepada konsumen sehingga mampu menarik minat pembeli. Dengan demikian perusahaan harus rela mengeluarkan biaya untuk promosi, bila promosi gencar dilakukan oleh perusahaan maka laba yang akan diperoleh akan naik melalui volume penjualan.

Pendapat yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2000:233) bahwa “biaya promosi adalah bagian dari anggaran pemasaran namun demikian tidak standar pasti mengenai seberapa besar pengeluaran untuk promosi yang dialokasikan, karena pengeluaran promosi tersebut tergantung pada produk atau pasar”. Artinya bahwa promosi memiliki andil yang sangat penting bagi perusahaan dan pengusaha selalu mempunyai biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan promosi tersebut.

(31)

biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasi mengenai penawaran yang dirancang untuk menarik pelanggan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya promosi adalah sejumlah satuan uang yang dikorbankan oleh perusahaan dan digunakan untuk menginformasikan tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan agar calon konsumen tertarik untuk membelinya.

2.1.4.4Jenis Biaya Promosi

Menurut Kotler (2002:112) biaya promosi terdiri dari empat jenis, yaitu: 1. Biaya iklan adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk iklan cetak,

iklan radio, televisi, pemesanan sistem pos, katalog, film, majalah, brosur, pameran, simbol, logo yang dilakukan untuk membangun citra jangka panjang suatu produksi dan untuk pemicu penjualan cepat. 2. Biaya promosi penjualan adalah biaya promosi yang dikeluarkan

dalam rangka mendorong penjualan suatu produk atau jasa dalam bentuk sampling, pameran perdagangan, dan demonstrasi promosi penjualan. Hal tersebut untuk meningkatkan penjualan yang sedang menurun.

3. Biaya hubungan masyarakat adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk konferensi pers, pidato, seminar laporan tahunan, sumbangan, sponsor, lobi dan media, identitas yang dirancang untuk memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi citra perusahaan maupun produk.

4. Biaya penjualan personal adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk persentase penjualan, pertemuan penjualan, pemasaran jarak jauh (lewat telepon). Tujuannya untuk melakukan penjualan dengan cara membangun keyakinan dan tindakan pembeli.

Oleh karena itu, promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan akan mengorbankan biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan promosi tersebut perusahaan harus melakukan perhitungan yang tepat mengenai anggarannya.

(32)

Menurut Kotler (2002:561-562) ada beberapa cara pendekatan dasar dalam menentukan anggaran biaya promosi, yaitu sebagai berikut :

1. Metode kemampuan perusahaan

Dengan metode ini, anggaran untuk biaya promosi yang ditetapkan setiap tahunnya tidak pasti jumlahnya dan mempersulit perencanaan komunikasi bisnis.

2. Metode persentase penjualan

Metode ini merupakan penetapan anggaran biaya promosi yang bisa didasarkan pada jumlah penjualan tahun sebelumnya ataupun rencana jumlah penjualan tahun tersebut.

3. Pendekatan sama pesaing

Dengan pendekatan ini perusahaan menetapkan suatu perusahaan lain sebagaimana pesaingnya dan melakukan usaha promosi untuk dapat mengalahkan pesaing tersebut. Jadi yang ditargetkan tergantung pada target pesaingnya.

4. Metode tujuan dan tugas

Sebelum menetapkan berapa besarnya anggaran yang akan dikeluarkan terlebih dahulu harus dijelaskan tujuan promosi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut, lalu dijadikan usulan anggaran.

5. Pendekatan gabungan

Pada kenyataannya banyak perusahaan melakukan pendekatan gabungan ini. Jika situasi berubah maka pendekatan dilakukan akan ikut berubah.

(33)

Menurut Basu Swastha (2002:228) mengemukakan bahwa “bauran promosi (promotional mix) adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel – variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan”.

Dalam merancang bauran promosi, banyak faktor yang harus diperhatikan, diantaranya perusahaan harus mengenal ciri masing-masing alat promosi tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Djaslim Saladin (2003:180), yaitu:

1. Periklanan (advertising) a. Penampilan publik b. Daya serap

c. Ungkapan perasaan yang jelas d. Menanamkan citra

e. Jangkauannya luas

2. Penjualan tatap muka (personal selling) a. Berhadapan langsung dengan pembeli b. Keakraban

c. Tanggapan

3. Promosi penjualan (sales promotion) a. Komunikan

b. Menggertak c. Instansi

4. Publisitas (publicity) a. Nilai kepercayaan tinggi

(34)

b. Mempunyai dorongan keluar yang bisa menjangkau lebih baik

c. Mempunyai potensi untuk mendramatisasikan perusahaan atau produk. 5. Hubungan masyarakat (public relation)

Dapat mempengaruhi sikap atau prilaku khalayak pembeli, karena bukan saja menggunakan media, akan tetapi juga kemampuan tenaga terampil.

6. Pemasaran langsung (direct marketing)

Aktivitas promosi yang dilakukan untuk mendapatkan pesanan langsung dari konsumen.

Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas itu sering disebut bauran promosi, yaitu:

1. Personal Selling (penjualan pribadi)

Menurut Fandy Tjiptono (2008:224), pengertian dari personal selling adalah “komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dengan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap suatu produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya”.

Sedangkan menurut Komarudin Sastradipoera (2003:193) bahwa pengertian penjualan pribadi adalah proses penyajian yang komersial secara lisan selama pembeli dan penjual dalam situasi wawancara. Dalam bahasa percakapan sehari-hari penjualan pribadi merupakan kegiatan yang mengacu pada penjualan bermuka-muka. Kadang promosi sejenis ini disebut juga hubungan tatap muka antara penjual dan pembeli. Penjualan pribadi merupakan komunikasi orang

(35)

unsur “pribadi”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjualan pribadi yaitu suatu kegiatan penjulan dimana para penjual dan pembeli bisa bertatap muka, dan penjual bisa meyakinkan dan menggugah calon pembeli pada saat itu juga dan konsumen dapat memutuskan untuk membeli produknya dengan segera.

Selain itu ciri-ciri personal selling menurut Djaslim Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002:147), antara lain :

1. Tatap muka pribadi

Penjualan pribari mempunyai hubungan hidup, langsung dan interaktif antara dua pihak atau lebih.

2. Pemupukan hubungan

Dengan penjualan pribadi akan beraneka ragam hubungan, mulai dari hubungan, jual beli sampai kepada hubungan persahabatan yang erat.

3. Tanggapan

Pembeli lebih tegas dalam mendengarkan dan memberi tanggapan, sekalipun tanggapannya hanya merupakan ucapan terima kasih.

2. Advertising (iklan)

Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya. Iklan menurut Fandy Tjiptono (2008:226) bahwa “bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran

(36)

seseorang untuk melakukan pembelian”. Sedangkan yang dimaksud periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan.

Menurut Komarudin Sastradipeora (2003:192), Advertising (iklan) dapat didefinisikan sebagai berikut:

Periklanan merupakan salah satu alat marketing yang bertugas untuk memberikan informasi kepada kelompok orang dan meninggalkan nilai barang dan jasa yang diiklankan.

• Periklanan mengacu kepada penggunaan media iklan agar membangunkan perhatian publik pada barang, jasa, atau gagasan. • Periklanan merupakan promosi bukan pribadi (impersonal promotion)

kepada kelompok-kelompok yang dibayar oleh sponsor tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media promosi yang dilakukan oleh seorang pengusaha atau produsen untuk mengenalkan produknya melalui berbagai media dengan tujuan membujuk konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.

3. Sales Promotion (Promosi Penjualan)

Definisi promosi penjualan menurut institute of sales promotion in England: “Promosi penjualan terdiri dari serangkaian teknik yang digunakaan untuk mencapai sasaran-sasaran penjualan/pemasaran dengan menggunakan biaya yang efektif, dengan memberikan nilai tambah pada produk atau jasa baik kepada para perantara maupun pemakai langsung, biasanya tidak dibatasi dalam jangka waktu tertentu”.

Sedangkan menurut Komarudin Sastradipeora (2003:293) yang dimaksud dengan promosi penjualan adalah “setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperluas pasar penjualan. Dalam perdagangan eceran,

(37)

termasuk penjualan perseorangan, periklanan, dan publisitas termasuk dalam istilah promosi penjualan umum”. Berdasarkan sasarannya, promosi penjualan dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:

1. Promosi konsumen, misalnya produk sampel, kopun berhadiah, hadiah langsung, potongan harga, jaminan, garansi, pelayanan purnajual, demostrasi, dan sebagainya.

2. Promosi dagang, misalnya kredit pembelian, hadiah pembelian, periklanan bersama, pajangan bersama, kontes penjual, dan sebagainya.

3. Promosi bisnis, misalnya sponsor pertunjukkan, demostrasi dan peragaan dalam pertunjukkan dagang, kontes penjualan, hadiah penjualan dalam tebakan dan permainan dan sebagainya.

Pada dasarnya semua kegiatan promosi memiliki tujuan masing-masing. Ada tiga tujuan promosi penjualan menurut Komarudin Sastradipeora (2003:294), yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan promosi penjualan intern

Salah satu tujuan promosi penjualan adalah untuk mendorong karyawan lebih tertarik pada produk dan promosi perusahaan. Adapun tujuan internalnya adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan moral karyawan, melatih karyawan, kerjasama antar karyawan, serta semangat bagi usaha kegiatan promosinya. Promosi penjualan juga menambah dan melengkapi kegiatan-kegiatan bagian humas dengan memberikan beberapa peralatan dan materi yang

(38)

diperlukan untuk melaksanakan program humas internal. Sebagai contoh: slide, film, brosur, dan selebaran.

2. Tujuan promosi penjualan perantara

Usaha-usaha promosi penjualan dengan perantara (pedagang besar, pengecer, lembaga perkreditan, dan lembaga jasa) dapat dipakai untuk memperlancar atau mengatasi perubahan-perubahan musiman dalam pesanan, untuk mendorong jumlah pembelian yang lebih besar, untuk mendapatkan dukungan yang luas dalam saluran terhadap usaha promosi, atau untuk memperoleh tempat serta ruang gerak yang lebih baik. Untuk mengatasi fluktuasi yang bersifat musiman dalam pesanan, misalnya dengan cara beli satu gratis satu atau dengan cara memberikan potongan harga yang tinggi. Teknik promosi semacam ini dapat mendorong jumlah pembelian yang lebih besar.

3. Tujuan promosi penjualan konsumen.

Promosi penjualan konsumen dapat dilakukan untuk mendapatkan orang yang bersedia mencoba produk baru, untuk meningkatkan volume penjualan (seperti, mendapat potongan harga apabila membeli satu produk), untuk mendorong penggunaan baru dari produk yang ada, untuk menyaingi promosi yang dilakukan oleh pesaing dan untuk mempertahankan penjualan. Jadi, promosi penjualan perusahaan yang ditujukan pada konsumen dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu:

a. Kegiatan yang ditujukan untuk mendidik atau memberitahukan konsumen, b. Kegiatan yang ditujukan untuk medorong para konsumen.

(39)

Public relation (Hubungan Masyarakat) adalah bagian dari bauran promosi perusahaan yang memberi informasi kepada public tentang perusahaan dan produk yang dihasilkannya. Informasi yang dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan media seperti menerbitkan bulletin, brosur, dan menjadi sponsor sebuah event atau peristiwa tertentu. Menurut Komarudin Sastradipoera (2003:203) berpendapat bahwa: “Metode promosi yang menggunakan jasa-jasa hubungan masyarakat perlu dikembangkan. Orang-orangnya perlu dilatih, pelatihan hubungan masyarakat merupakan sejenis pelatihan bagi karyawan yang terlibat dalam kegiatan promosi agar mereka mengenal, memahami, dan mendekati publik sehingga mempunyai kemampuan professional dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang serasi antar organisasi dengan publik tersebut”.

5. Direct Marketing (Penjualan langsung)

Bila personal selling berupaya mendekati pembeli, iklan berupaya memberitahu dan mempengaruhi pelanggan, promosi penjualan berupaya mendorong pembelian, dan public reletions membagun dan memelihara citra perusahaan, maka direct marketing memadatkan semua kegiatan tersebut dalam penjualan langsung tanpa pelantara.

Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan yang menimbulkan respon yang terukur atau transaksi disembarang tempat. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan tersebut ditanggapi oleh konsumen yang bersangkutan.

(40)

2.1.5 Persaingan

2.1.5.1 Pengertian Persaingan

Menurut Porter (1994:161) mengemukakan bahwa “dalam persaingan baik dalam negeri maupun luar negeri atau internasional yang menghasilkan produk dan jasa aturan persaingan dicakup dalam lima kekuatan bersaing yaitu persaingan suatu industri yaitu, persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, ancaman pendatang baru”. Yang menurutnya kekuatan tersebut akan menentukan kemampulabaan industri karena akan mempengaruhi harga, biaya dan memerlukan investasi perusahaan dalam suatu industri.

Kamus besar Bahasa Indonesia (1999:767) arti dari kata saing itu sendiri adalah melakukan sesuatu yang sama dengan tujuan yang sama pula. Dalam melawan pesaing setiap perusahaan harus memiliki keungulan bersaing. Lingkungan persaingan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daerah (kawasan, dsb) yang di dalamnya terdapat usaha atau kegiatan memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan (perusahaan atau negara pada bidang perdagangan, produksi, dan sebagainya).

2.1.5.2 Tingkat Persaingan

Menurut Kotler (1997:203) tingkat persaingan dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

1. Persaingan merek

(41)

pelanggan yang sama dengan harga yang sama. 2. Persaingan industri

Terjadi apabila suatu perusahaan menganggap pesainganya adalah semua perusahaan yang membuat produk yang sama atau kelas produk yang sama.

3. Persaingan bentuk

Terjadi apabila suatu perusahaan menganggap pesainganya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang sama. 4. Persaingan generik

Terjadi apabila suatu perusahaan menganggap pesainganya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan dollar konsumen yang sama.

Sedangkan empat struktur industri dalam persaingan menurut Kotler (1991:314) yaitu sebagai berikut :

1. Monopoli sempurna

Monopoli sempurna terjadi bila hanya ada satu perusahaan yang menyediakan produk atau jasa tertentu di suatu Negara atau daerah tertentu. 2. Oligopoli sempurna

Oligopoli sempurna meliputi beberapa perusahaan yang menghasilkan komoditi yang pada dasarnya sama. Perusahaan akan sukar menetapkan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang berlaku kecuali jika mereka mampu mendeferensiasikan pelayanannya.

(42)

3. Oligopoli terdiferensiasi

Oligopoli terdiferensiasi terdiri dari beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang terdeferensiasi sebagian. Deferensiasi dapat terjadi dalam hal mutu, model, gaya atau pelayanan.

4. Persaingan monopolistik

Industri monopolistik terdiri dari banyak peserta persaingan yang mampu mendeferensiasikan penawaran mereka secara menyeluruh ataupun sebagian. Ada pun ciri-ciri yang membedakan persaingan monopolistik adalah sebagai berikut: a. Adanya perbedaan produk, yang berarti konsumen bisa menggembangkan

pilihan atas produk yang ditawarkan oleh penjual.

b. Pesaing bebas masuk pasar. Perusahaan baru masuk kapan saja bila ada keuntungan lebih (di atas tingkat persaingan normal) dalam industri.

c. Tidak ada saling ketergantungan antara individu perusahaan. Tidak ada satupun perusahaan yang cukup luas untuk bisa mempengaruhi pangsa pasar yang tersisa. Setiap perusahaan akan merasakan tekanan persaingan yang berasal dari semua perusahaan di dalam pasar.

d. Persaingan sempurna. Industri persaingan sempurna terdiri dari banyak peserta persaingan yang menawarkan produk dan jasa yang sama. Karena tidak ada dasar untuk diferensiasi, harga mereka akan sama.

2.1.5.3 Posisi Pesaing

Pada umumnya ada enam posisi pesaing, dimana setiap perusahaan yang menawarkan barang atau jasa akan menempati salah satu posisi sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut, antara lain yaitu:

(43)

Perusahaan pada posisi ini mampu mengendalikan perilaku atau strategi pesaing-pesaing lainnya serta memiliki banyak pilihan strategi, tanpa terpengaruh tindakan-tindakan pesaingnya.

2. Kuat (Strong)

Perusahaan yang berada diposisi kuat mampu bertindak bebas tanpa membahayakan posisi jangka panjangnya, walaupun para pesaing berbuat apa saja.

3. Baik (Favorable)

Perusahaan ini memiliki kekuatan yang dapat dimanfaatkan dengan strategi-strategi tertentu bilamana kondisi industri membaik dan mempunyai kemampuan dan peluang di atas rata-rata industri untuk meningkatkan posisinya.

4. Sedang (Tenable)

Pada posisi ini perusahaan mempunyai kekuatan atau prestasi yang cukup memuaskan untuk menjamin kelangsungan usahanya. Namun perusahaan ini sering kali kalah bersaing karena ulah perusahaan yang dominan serta memiliki peluang yang lebih rendah dari rata-rata industri untuk meningkatkan posisinya.

(44)

5. Lemah (Weak)

Prestasi perusahaan pada posisi ini tidak memuaskan, tetapi masih memiliki peluang dan kekuatan untuk perbaikan. Perusahaan ini harus mengubah dirinya atau tidak sama sekali dan terpaksa perusahaan tersebut akan keluar dari pasar industri.

6. Tidak Ada Harapan (Non-Viable)

Perusahaan yang berada pada posisi ini prestasinya sangat tidak memuaskan dan tidak memiliki peluang untuk perbaikan.

2.1.5.4 Perilaku Pesaing

Dalam posisi pesaing akan sangat berpengaruh terhadap perilaku pesaing, karena dengan adanya posisi pesaing perusahaan akan membentuk perilaku pesaing. Menurut Fandy Tjiptono (1997:305-307) ada empat perilaku pesaing perusahaan dalam pasar, yaitu:

1. Pemimpin pasar (market leader)

Pemimpin pasar adalah perusahaan yang diakui oleh industri yang bersangkutan sebagai pemimpin. Karakteristik dari pemimpin pasar adalah:

1. Memiliki pangsa pasar yang terbesar (40%) dalam pasar produk yang relevan.

2. Lebih unggul dari perusahaan lain dalam pengenalan produk baru, perubahan harga, cakupan saluran distribusi, dan intesitas promosi. 3. Merupakan pusat orientasi para pesaing (diserang, ditiru, atau dijauhi)

(45)

Penantang pasar adalah perusahaan ‘runner-up’ yang secara konstan mencoba memperbesar pangsa pasar mereka, yang dalam usaha tersebut mereka berhadapan secara terbuka dan langsung dengan pemimpin pasar. Karakteristik penantang pasar adalah:

1. Biasanya merupakan perusahaan besar dipandang dari sudut volume penjualan dan laba (pangsa pasarnya kurang lebih 30%).

2. Selalu berupaya menemukan kelemahan pihak pemimpin pasar atau perusahaan lainnya, kemudian menyerangnya baik secara langsung ataupun tidak langsung.

3. Penantang pasar biasanya juga memusatkan upaya mereka pada tindakan mengambil alih perusahaan-perusahaan yang lemah.

3. Pengikut pasar (market follower)

Pengikut pasar adalah perusahaan yang mengambil sikap tidak mengusik pemimpin pasar dan hanya puas dengan cara menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi pasar. Karakteristik pengikut pasar itu sendiri terdiri atas:

1. Selalu mencoba menonjolkan ciri khasnya kepada pasar sasaran, seperti lokasi, pelayanan, keunggulan produk, dan sebagainya.

2. Memilih untuk meniru produk atau strategi pemimpin pasar dan penantang pasar daripada menyerang mereka.

3. Biasanya memperoleh laba yang tinggi karena tidak menanggung beban pengeluaran yang tinggi untuk inovasi.

(46)

4. Penggarap ceruk pasar (market nicher)

Penggarap ceruk pasar adalah perusahaan yang mengkhususkan diri melayani sebagian pasar yang diabaikan perusahaan besar dan menghindari bentrok dengan perusahaan besar. Karakterisitk market nicher antara lain:

1. Biasanya berspesialisasi secara geografis.

2. Merupakan perusahaan yang daya beli dan ukurannya cukup besar agar bisa menguntungkan.

3. Memiliki potensi untuk berkembang.

4. Memiliki keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ceruk pasar tersebut secara efektif.

5. Mampu mempertahankan diri dari pesaing besar dengan ‘customer goodwill’ yang dibinanya.

2.1.5.5 Strategi Persaingan

Strategi persaingan yang dikemukakan Michael Porter (1994:12) yaitu sebagai berikut:

1) Keunggulan bersaing 2) Deferensiasi

3) Fokus (Memusatkan beberapa segmen pasar)

Menurut Kotler (1993:14) ada empat cara perusahaan untuk memenangkan persaingan, yaitu:

1. Penawaran yang lebih baik

(47)

kualitas serta fungsi produk tersebut sehingga produk tersebut bernilai tinggi.

2. Penawaran yang berbeda

Agar produk atau jasa yang dihasilkan berbeda menurut konsumen maka setiap perusahaan harus selalu inovatif. Di banyak Negara, keunggulan persaingan diperoleh pengusaha mampu inovatif mendesain, memperkenalkan model-model baru, menemukan teknologi yang mengembangkan pemasaran baru.

3. Penawaran yang lebih murah

Faktor harga dan biaya menjadi perhatian utama dalam melaksanakan cara ini. Agar penawaran suatu produk lebih murah pengusaha menggunakan yang seefisien mungkin dalam proses produksinya. 4. Penawaran yang lebih cepat

Penawaran ini diperoleh dengan mempercepat inovasi adalah menghilangkan penundaan yang tidak perlu dalam proses pengembangan produk baru perusahaan. Sedangkan penundaan distribusi mengharuskan pengusaha untuk menemukan cara mengurangi waktu yang terbuang misalnya dengan produksi tepat waktu dan pengiriman lebih cepat.

Sedangkan menurut Hasan (2008:247) mengemukakan ada pendekatan stratergi dalam bersaing, yaitu pendekatan yang berfokus pada pesaing dan pendekatan yang berfokus pada pelanggan. Perusahaan dengan pendekatan yang berfokus pada pelanggan akan lebih menguntungkan, karena mereka lebih meluangkan kesempatan untuk mengindentifikasi peluang baru, mengamati kebutuhan pelanggan, dapat memutuskan kelompok pelanggan mana, kebutuhan yang paling penting yang sangat mendesak untuk dilayani, dan menetapkan rangkaian strategi yang menghasilkan pemikiran jangka panjang sesuai sumber daya yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam praktik perusahaan harus mengkombinasikan dua pendekatan strategi, yaitu mengamati pelanggan dan pesaing guna merumuskan strategi dalam masing-masing posisi pasar. (Hasan, 2008:249).

(48)

2.1.6 Kajian Empiris

Adapun hasil penelitian yang terdahulu yang dapat dijadikan acuan oleh penulis dapat dilihat dalam tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1

Kajian Hasil Penelitian Empiris

No Nama

Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil

Penelitian Sumber

1. Agus Salim Analisis saluran

distribusi dan harga jual terhadap volume penjualan (Studi kasus surat kabar harian periode 1996-2000) - Saluran distribusi - Harga jual - Volume penjualan Bahwa saluran distribusi dan harga jual tidak ada pengaruh terhadap volu-me penjualan (Studi kasus surat kabar harian periode 1996-2000) Tesis 2000 2. Lisia Kamelia Pengaruh harga jual dan biaya produksi terhadap volume penjualan Teh SBUTK PT.Perkebunan Nusantara VI (Persero) - Harga jual - Biaya produksi - Volume penjualan Bahwa harga jual dan biaya produksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan Teh SBUTK PT.Perkebunan Nusantara VI (Persero) Tesis 2008 3. Chai Lee Goi A Review of Marketing Mix: 4Ps or More Marketing Mix (Product, Price, Place, and People) In some ways these new marketing elements have close analogs in the offline world, and yet from another perspective they are revolutionary and worthy of a new characterisatio n into the E-Jurnal 2009

(49)

(or the e-marketing delta to the traditional marketing mix) (Kalyanam and McIntyre, 2002). 4. Dedy Suryana Pengaruh harga, promosi dan kualitas terhadap terhadap keputusan pembelian produk alcohol one med di Kota Semarang (studi kasus pada CV.Global Surya Medica) - Harga jual - Promosi - Kualitas - Keputusan Pembelian Bahwa harga jual, promosi dan kualitas berpengaruh positif terhadap volume penjualan Tesis 2008 2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan menawarkan barang atau jasa adalah untuk dijual. Kegiatan penjualan merupakan kunci utama bagi perusahaan karena semua keuntungan yang diperoleh bergantung pada hasil penjualan atau yang sering disebut sebagai volume penjualan.

Menurut Kotler (2005:457), “Penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan. Artinya, bahwa penjualan merupakan suatu proses dimana penjual menawarkan sebuah kebutuhan dan keinginan konsumen untuk mempengaruhi konsumen agar membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.

(50)

Dilihat dari sudut pandang sasaran umum sebuah perusahaan yang dilandasi oleh manajemen penjualan dibagi menjadi tiga unsur, yaitu:

1) Mencapai volume penjualan yang tinggi.

2) Memberikan sumbangsih yang berarti kearah pencapaian laba. 3) Mengupayakan pertumbuhan yang berkesinambungan.

Melalui penjualan, perusahaan akan mengetahui tinggi rendahnya volume penjualan yang dicapai. Karena sasaran utama sebuah perusahaan, yaitu untuk mencapai volume penjualan yang tinggi sehingga penjualan tersebut akan selalu berkaitan dengan volume penjualan.

Pengertian volume penjualan menurut Basu Swasta (2005:141) “Volume penjualan merupakan penjualan bersih dari laporan laba-rugi perusahaan. Penjualan bersih ini diperoleh perusahaan melalui hasil penjualan seluruh produk dalam jangka waktu tertentu dan hasil penjualan yang dicapai dari market share yang merupakan pangsa potensial yang dapat terdiri dari kelompok pembeli selama jangka waktu tertentu”.

Seperti yang dikemukakan oleh Buchari Alma (2007:132) peningkatan volume penjualan menandakan kebutuhan masyarakat akan produk semakin meningkat dan hal ini menandakan bahwa produk tersebut harus memiliki value added (nilai tambah) dihadapan konsumen.

Manajemen pemasaran merupakan faktor dasar yang dapat mempengaruhi volume penjualan. Jadi manajemen pemasaran harus dibuat untuk mempengaruhi konsumen akhir dalam pembelian. Seperti yang sudah dipaparkan menurut Kotler bahwa konsep penjualan mempunyai perspektif dari dalam keluar, sehingga

(51)

promosi untuk menjangkau pasar sasaran atau konsumen akhir.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pengusaha agar tercapainya volume penjualan adalah dengan menetapkan harga yang tepat untuk konsumen. Karena tidak ada perusahaan yang menawarkan produk dan jasanya tanpa harga. Bagi sudut pandang konsumen harga berfungsi untuk mendorong, mengurangi dan menghentikan pembelian. Artinya, bila harga sesuai dengan kemampuan konsumen, maka konsumen akan setia dan loyal dalam pembelian, bila harga tidak sesuai dengan kemampuan konsumen, maka konsumen akan mengurangi pembelian, dan jika harga sangat tidak sesuai dengan kemampuannya, maka konsumen akan menghentikan pembelian dan beralih ke produk pesaing lain.

Hal itu sama dengan pendapat Stanton J.W (1998 : 29) mengatakan bahwa “sasaran penetapan harga diantaranya untuk mengahasilkan laba, meningkatkan penjualan bersih, meningkatkan pangsa pasar, dan memenangkan persaingan”.

Sedangkan kegiatan lainnya dalam mengupayakan keberhasilan penjualan yaitu dengan melakukan kegiatan promosi seperti yang dikemukakan oleh Harper (2000: 65) “promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan, serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan”.

Hubungan biaya promosi dengan volume penjualan dijelaskan oleh Alex Nitisemito (1981: 131-132) sebagai berikut:

“Untuk melaksanakan promosi dan sales promotion maka diperlukan modal yang kadang-kadang tidak sedikit. Hal ini berarti sebelum

Gambar

Gambar 2.6   Kerangka Pemikiran Harga (X1) Biaya Promosi (X2) Jumlah Pesaing (X3)

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi sebagaimana dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau  berat, tanpa riwayat adanya episode tersendiri

Dalam Pasal 78 dan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, ditegaskan bahwa dalam upaya peningkatan pendapatan desa Pemerintah Desa dapat

Untuk melihat perbedaan antara dua media pembelajaran yaitu: power point dan media teka –teki silang pada materi Ikatan Kimia maka peneliti tertarik untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa somatotype pemanah kategori pemula Klub Gendewo Yudho

Khusus untuk Kuasa Pengguna Anggaran yang merangkap Pejabat Pembuat Komitmen diberikan honor tiap bulan selama pelaksanaan kegiatan yang dikelolanya. Untuk SKPD yang