• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keterampilan Motorik Halus

1.1.1 Pengertian Keterampilan Motorik Halus

Menurut Sumantri (2005) keterampilan motorik halus anak adalah pengorganisasian pengunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Selain itu Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus anak merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Hal senada juga dikemukakan oleh Mahendra (dalam Sumantri, 2005) mengemukakan bahwa keterampilan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/ halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Menurut Indiarti (2007) perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak yang memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, dan berlari. Gerakan motorik halus adalah gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja

(2)

7 dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan yang menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

Perkembangan keterampilan motorik halus merupakan perkembangan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

1.1.2 Cara Umum Mempelajari Keterampilan Motorik 1. Belajar Coba dan Galat (Trial and Error)

Tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru, menyebabkan anak melakukan tindakan yang berbeda secara acak. Cara tersebut biasanya menghasilkan keterampilan di bawah kemampuan anak. 2. Meniru

Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model, (orang tua atau anak tertua) lebih cepat ketimbang belajar dengan coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. Sebagai contoh, anak tidak dapat belajar berenang dengan baik, kalau yang ditirunya adalah perenang yang jelek. Bahkan anak tersebut tidak mungkin menjadi pengamat yang efisien meskipun modelnya baik.

(3)

3. Pelatihan

Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model memperhatikan bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap awal belajar. Gerakan yang salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan.

Berdasarkan uraian diatas keterampilan mozaik dapat di klasifikasikan dalam metode pelatihan karena dalam penerapannya anak di minta untuk memperlihatkan keterampilan melalui unjuk kerja.

1.1.3 Tahap-tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Menurut Permendiknas 58 (2009) ada beberapa tahap perkambangan anak usia dini sebagai berikut adalah tabel daftar perkembangan motorik anak usia TK, yaitu pada usia 4-5 tahun.

(4)

9 Tabel 2.1

Perkembangan Motorik Anak Motorik Halus Usia 4-5 Tahun

1. Membuat garis vertical, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran

2. Menjiplak bentuk

3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan rumit.

4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media. 5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni

menggunakan berbagai media.

1.2 Mozaik

1.2.1 Pengertian Mozaik

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perakekat (Depdiknas : 2001). Sedangkan menurut Pamadhi dan Sukardi (2010) Pengertian Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Selain itu menurut Soemarjadi dkk ( dalam Lolita Indraswari 2011 )

(5)

mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, potongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang tersusun sedemikian rupa hingga membentuk gambar atau desain.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material potongan-potongan atau kepingan-kepingan kecil yang di tempelkan menggunakan perakekat sehingga membentuk gambar atau desain.

1.2.2 Langkah Kerja Membuat Mozaik

Menurut Pamadhi dan Sukardi (2010) sebelum memulai pembuatan mozaik, terlebih dahulu menentukan tema yang akan dibuat dan dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan, antara lain : kertas warna/origami, gunting atau alat pemotong lainnya, lem/perekat seperti glukol, castol, lem kayu dan sebagainya.

(6)

11 Setelah alat dan bahan, bahan pembantu dan bidang sasaran atau benda yang akan dihias dipersiapkan, selanjutnya pelaksanaan kerja meliputi :

a. Mengoleskan lem diatas gambar

b. Menempelkan teserae atau potongan-potongan kertas diatas rencana gambar yang sudah diolesi lem atau perakekat.

1.3 Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang terdahulu sebelum peneliti melakukan penelitian. Penelitian terdahulu berfungsi untuk mendukung penelitian ini. Adapun penelitian yang terdahulu yang sudah diteliti adalah sebagai berikut :

Lolita Indraswari (2011) yang berjudul “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kana Pembina Agam”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa anak katagori sangat tinggi mengalami kenaikan, dimana sebelum tindakan 14%, pada siklus I 25% dan pada siklus II naik menjadi 87 %. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian saya adalah pada sasaran penelitiannya. Penelitian yang saya lakukan meneliti tentang peningkatan keterampilan motork halus anak sedangkan penelitian tersebut meneliti tentang perkembangan motorik halus anak. Persamaan penelitian di atas

(7)

dengan penelitian saya adalah pada media yaitu sama-sama menggunakan metode mozaik.

Elmi Susrianti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Usap Abur Di Taman Kanak-Kanak Pertiwi III Muaro Kalaban”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan usap abur pada siklus I adalah 33% dan 40% meningkat menjadi 80% dan 20% pada siklus II. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian saya adalah pada sasaran penelitiannya.

Effi Kumala Sari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Perkembangan Motork Halus Anak Melalui Kegiatan olase dari Bahan Bekas Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Simpang IV Agam”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan kolase pada siklus I adalah 66% meningkat menjadi 86% pada siklus II. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian saya adalah pada sasaran penelitiannya.

(8)

13 1.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penjelasan didalam buku Santrock (2007) keterampilan motorik halus melibatkkan gerakan yang diatur secara halus. Salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus adalah kegiatan mozaik karena menggunakan keterampilan tangan dan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan gunting atau alat potong lainnya yang dapat menggerakkan atau menstimulasi keterampilan motorik halus anak dengan memotong kertas warna dan menempel potongan kertas dengan lem parekat diciptakan keanekaragaman hasil karya mozaik dengan berbagai bentuk dan warna.

Melalui kegiatan mozaik diharapkan dapat meningkatakan keterampilan motorik halus anak terstimulasi dan anak terlatih lebih teliti dalam melakukan setiap kegiatan pada anak Tk Kandangan 2 Purwodadi. Pada gambar 2.4 dapat dilihat bagan kerangka berpikir yang memperlihatkan tentang kondisi sebelum penelitian dilakukan, penelitian pada siklus I, dan penelitian pada siklus II.

Dimana tiap-tiap siklusnya sangat berhubungan antara kondisi awal, siklus I dan siklus II.

(9)

Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan maka dibutuhkan kerangka berpikir yang merupakan landasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.1. Alur kerangka berpikir

Keadaan Awal Tindakan

 Model pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga anak belum aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan pembelajaran yang digunakan guru monoton akibatnya prestasi anak masih rendah  Penjelasan dan pemberian contoh tentang kegiatan mozaik  Mengikutsertakan anak sebelum melakukan kegiatan mozaik contohnya menyuruh anak maju satu persatu mempraktekkan bagaimana caranya membuat mozaik dan mengoleskan lem pada teserae atau pola yang telah direncanakan  Memberikan pola

gambar yang akan dibuat mozaik pada anak.

 Refleksi dari hasil siklus mengenai penerapan kegiatan mozaik

 Peningkatan keterampilan anak dilihat dari aktifitas selama kegiatan belajar mengajar  Peningkatan keterampilan motorik halus pada kegiatan mozaik dilihat dari hasil belajar anak Kondisi Akhir

(10)

15 1.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis penelitian ini adalah peningkatan keterampilan motorik halus dengan kegiatan mozaik dapat meningkatkan keterampilan motorik halus, khususnya pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Kandangan 2.

Gambar

Gambar 2.1. Alur kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pelaksanaan unsur-unsur sistem pengendalian intern (SPI) dalam sistem akuntansi pengeluaran kas melalui kasir pada PO. BIMO Transport, maka data yang

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana cara Mengimplementasikan dan merancangan Jaringan Nirkabel

Sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 83 unit; (2) Hasil dari pengujian signifikansi parameter individual (uji t) masing-masing variabel

(2) Usulan kenaikan pangkat/jabatan disampaikan kepada Gubernur melcllui BKD setelah ditetapkan angka kredit dan Keputusan Jabatan Fungsional Teknisi Gigi dalam jenjang jabatan

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan kemampuan

Respirasi tanah secara in-situ tidak menunjukkan peningkatan yang konsisten dengan umur revegetasi dengan nilai berkisar antara 670 hingga 767 mg CO 2 /m 2 per jam,

Perencanaan desa secara inovasi Maoslor terkait erat dengan pendekatan partisipatif tersebut, dimana segenap potensi unggulan desa, baik potensi sumberdaya alam, potensi

Proses transformasi arsitektur Bali ini mampu mendialogkan telah terjadinya interaksi masyarakat dengan budaya luar, pemanfaatan potensi-potensi geografis maupun