• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA PERU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA PERU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

JAYAPURA

Oleh :

YERNI MONITA KASENDA

Email:

monita.kasenda@yahoo.com

ABSTRAK

Public Relations yang ada dan dikenal pada saat sekarang ini, secara

sederhana

disebut Hubungan Masyrakat atau disingkat dengan Humas. Public relations

muncul karena adanya tuntutan kebutuhan. Artinya menjadi hal yang utama

bagi

public relations untuk mampu menjalankan salah satu fungsi dan tugasnya

yaitu

membina hubungan yang harmonis antara pimpinan manajemen dengan

para

karyawan dan antara pimpinan dengan pemilik perusahaan atau sebaliknya.

Begitu

juga kemampuannya untuk menjembatani atau membangun komunikasi

dengan

masyarakat luar sebagai publik yang pada akhirnya dapat menentukan

sukses

atau tidaknya tujuan dan citra yang hendak dicapai oleh perusahaan.

PDAM Jayapura sebagai salah satu perusahaan potensial negara yang juga

merupakan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang jasa dan

pelayanan yang

memberikan jasa air bersih. Tapi pada kenyataannya masih terdapat

masalah yang

dilatarbelakangi oleh adanya saluran air yang tidak lancar bahkan tidak

sama sekali,

kualitas air berkurang, penyalahgunaan pemanfaatan air yang tidak baik.

Untuk itu

bagi peneliti masalah ini perlu diangkat dan dikaji lebih dalam, sehingga

ditarik judul “

Peran Humas Dalam Membangun Citra PDAM Jayapura.” Dengan tujuan

mengetahui sejauh mana peran humas dalam membangun citra

perusahaan.

(2)

manusia atau pengetahuan pribadi yang sangat diyakini kebenarannya.

Metode

yang digunakan adalah deskriptif dengan memaparkan situasi dan peristiwa.

Hasil penelitian menyatakan bahwa peran humas PDAM mampu

mengangkat citra perusahaan dengan cara menanamkan kepercayaan

kepada

pelanggan melalui memberian pelayanan yang profesional.

Key words: human relations, citra

2

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Public Relations yang ada dan dikenal pada saat sekarang ini, secara

sederhana

disebut Hubungan Masyrakat atau disingkat dengan Humas. Public relations

muncul

karena adanya tuntutan kebutuhan. Artinya menjadi hal yang utama bagi

public

relations untuk mampu menjalankan salah satu fungsi dan tugasnya yaitu

membina hubungan yang harmonis antara pimpinan manajemen dengan

para

karyawan dan antara pimpinan dengan pemilik perusahaan atau sebaliknya.

Begitu

juga kemampuannya untuk menjembatani atau membangun komunikasi

dengan

masyarakat luar sebagai publik yang pada akhirnya dapat menentukan

sukses

atau tidaknya tujuan dan citra yang hendak dicapai oleh perusahaan.

Cita-cita yang telah dirumuskan dalam UUD 1945 dan Visi Indonesia 2020,

penggalangan segala potensi patut kita berdayakan. Salah satu diantaranya

mengoptimalkan penggunaan air sesuai dengan amanat psal 33 UUD 1945

ayat (3)

yaitu ” Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Perangkat

hukum lainnya yang mengatur pemanfaatan air juga dituangkan dalam UU

No.32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962 Tentang

BUMD

(3)

Suplai Air

Bersih, Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM.

Salah satu upaya untuk mempengaruhi percepatan kesejahteraan

masyarakat

di republik ini tersedianya air bersih. Sebab air adalah urat nadi dan sumber

kehidupan atau materi yang paling essential didalam kehidupan umat

manusia.

Tegasnya, tidak ada satupun mahluk hidup yang berada diplanet bumi ini

yang tak

membutuhkan air.

Pertumbuhan penduduk dan industri mempertinggi kesenjangan antara

permintaan dan penawaran air, khususnya terhadap air bersih. Dengan

bertambahnya penduduk konsumsi terhadap air bersihpun akan semakin

meningkat.

Dimasa lalu manusia membutuhkan air bersih hanya untuk keperluan mandi,

minum

dan pertanian. Akan tetapi saat ini kebutuhan air sudah mencakup untuk

kebutuhan

industri. Konsumsi air bersih rata-rata disebuah kota besar yang modern

diperkirakan

sekitar 2000 liter perkapita per hari, yang meliputi konsumsi untuk keperluan

publik

dan keperluan industry.

Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya

Air dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan

Air

Minum. Pada pasal 46 ayat (3) dalam PP ini secara tegas dikatakan “Bahwa

partisipasi

swasta bisa dilakukan dalam keseluruhan tahapan penyediaan air minum”,

artinya

privatisasi air minum di Indonesia semakin terbuka. Kebijakan regulator ini

merupakan peluang sekaligus ancaman untuk berkompetisi. Penyediaan air

bersih

terutama yang memenuhi syarat higienis akan dapat memperbaiki

kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat. Penyediaan air bersih umumnya dilakasanakan

oleh

pemerintah. Perusahaan penyediaan air minum memerlukan biaya yang

cukup besar,

(4)

(Large Scale

of Production).

3

PDAM Papua Jayapura sebagai salah satu perusahaan potensial negara yang

juga merupakan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang jasa dan

pelayanan

yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura yang memberikan jasa

air

bersih. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih ini tentu

termasuk

kedalam salah satu usaha Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura

dalam

meningkatkan citra perusahaannya di mata masyarakat.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jayapura merupakan salah

satu badan usaha milik Daerah yang bergerak dibidang pelayanan dan jasa

air bersih,

sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan dan jasa,

perusahaan tersebut dituntut untuk menjaga mutu pelayanan dan kualitas

jasa

kepada pengguna jasa perusahaan tersebut yang bertujuan agar citra

perusahaan

tetap terjaga, sehingga kepercayaan pengguna jasa perusahaan tersebut

tetap

terjaga pula. PDAM mengambil pasokan air bersih tersebut dari pegunungan,

sungai

dan danau. Dengan menggunakan alat-alat laboraturium sehingga air

tersebut dapat

di konsumsi oleh warga atau hiegenis.

Berdasarkan definisi di atas, apabila dikaitkan dengan peran dan fungsi

Humas

Perusahaan Daerah Air Minum

(

PDAM) Jayapura adalah mengadakan upaya

pelayanan yang baik, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan

dan

membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayak dengan

selalu

membina hubungan yang harmonis serta menciptakan komunikasi dua arah

timbal

balik dengan menyebarkan informasi kepada publik eksternal, sehingga

terwujud

(5)

Peranan humas kadangkala tidak dipakai oleh suatu instansi. Didalam suatu

instansi terkadang ada yang masih melekatkan profesi humas atau suatu

badan

humas dengan badan atau bagian struktur perusahaan yang lain. Seringkali

peranan

humas juga tidak dipakai oleh suatu instansi. Peranan humas belum berjalan

dengan

baik apabila tidak mempunyai struktur tersendiri.

Publik sasaran didalam humas terbagi menjadi dua, yaitu : Publik internal

dan

publik eksternal. Publik Internal adalah khalayak yang bergiat didalam

organisasi yang

ada pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan public eksternal

adalah mereka

yang berada di luar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organiasai.

Bertolak

dari tugas pokok Humas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura

diatas,

pada penelitian ini juga ada hubungan Hubungan Masyarakat dengan publik

eksternal yaitu masyarakat pelanggan yang ada di Jayapura sebagai suatu

bukti

fenomena permasalahan perusahaan yang terjadi.

Peran dan fungsi humas dalam sebuah perusahaan sangatlah penting demi

kemajuan perusahaan. Selain itu ditunjukan pula dengan tugas seorang

humas yang

harus mengabdi pada kepentingan publik, memelihara komunikasi yang baik

antara

publik intern maupun ekstern serta menjalankan fungsinya yang dititik

beratkan

kepada moral dan tingkah laku yang baik sehingga akan memberikan citra

yang

positif terhadap perusahaan.

Penilaian masyarakat terhadap sebuah perusahaan tentu tidak muncul

secara

otomatis, hal ini membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. Salah

satu

contoh perusahaan yang bergerak di bidang jasa misalnya, tentu akan

mendapat

(6)

4

yang di butuhkan oleh masyarakat, apakah air sudah mengalir sampai

kerumah

warga, apakah air PDAM itu tercemar dan apakah masih ada pencurian air.

Tentunya

masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh

perusahaanperusahaan atau intansi-intansi di Indonesia.

Citra Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jayapura dimata

masyarakat Jayapura dimana saat peneliti melakukan pra penelitian

memang tidak

dapat disimpulkan selalu baik, masyarakat Jayapura sering mengeluh

terhadap

pelayanan yang diberikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten

Jayapura.

Dari berbagai fenomena saat peneliti melakukan pra penelitian dapat

diketahui bahwa banyak permasalahan yang berhubungan dengan kesediaan

air

bersih yang merupakan keluhan dari masyarakat Jayapura, diantaranya :

1. Adanya saluran air yang tidak lancar bahkan tidak berjalan sama sekali,

2. Sering air tercemar pada saat disalurkan pada pengguna.

3. Air yang disalurkan terasa kaporit dan tidak enak diminum.

4. Masih terdapat pencurian air, karena pipa yang disalurkan pada

masyarakat sering

macet, dan masyarakat melakukan penyambungan liar dari pipa induk

penyaluran

air bersih .

5. Tagihan air tidak sesuai dengan meter.

Dengan masalah tersebut maka sedikitnya mempengaruhi citra perusahaan

tersebut, sehingga menjadi kurang baik citra PDAM Papua di mata

masyarakat.

Untuk mengatasi masalah-masalah dengan pihak eksternal, salah satunya

meningkatkan citra perusahaan agar dapat terus terpelihara. Di instansi

pemerintah

maupun swasta memiliki bagian khusus yang bertugas menangani masalah

tersebut,

yaitu bagian Humas. Demikian juga dengan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM)

Jayapura agar perusahaannya tetap terjaga, Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM)

(7)

Bertolak dari latar belakang masalah diatas, dan dalam menangani masalah

tersebut pasti akan menemukan hambatan dalam proses menyelesaikan

masalah.

Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang PERANAN HUMAS DALAM

MEMBANGUN CITRA PDAM JAYAPURA. Penulis memilih judul ini dimaksudkan

untuk

mengetahui sejauh mana peranan humas dalam membangun citra

perusahaan.

DVI. Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations.

Simbiosa,

Bandung.

Arifin Anwar, 1998, Strategi Komunikasi, Armico, Bandung.

Alston, Margareth and Wendy Bowles. 1998. Research for social workers : An

introduction to methods. Australia: Allen and Unwin.

Hadari, Nawawi, 1998, Metode Penelitian Sosial, Gadjah Mada University

Press,

Yogyakarta.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Citra

Aditya Bakti: Bandung. 2003.

Jefkins Frank, 2003. Public Relations 2003. Erlangga. Jakarta.

Kustadi Suhandang, 2004, Public Relations Perusahaan (Kajian Program

Implementasi), Nuansa. Bandung.

Liliweri Alo, 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

May Rudy, Teuku. 2005, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

Internasional, PT. Refika Aditama, Bandung.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: UGM Press.

Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relations : Strategi Public Relations

Menghadapi

Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi

Perusahaan. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Rakhmat , Jalaludin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi (Dilengkapi dengan

contoh dan analisis statistic). PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ruslan Rosady, 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(8)

Widjaja. W. A., 1986, Komunikasi: dan Hubungan Masyarakat, Bina Aksara,

Jakarta.

Sumber data lain :

UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962

Tentang

BUMD (PDAM)

Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987 Tentang Desentralisasi Suplai Air

Bersih,

Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM.

Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air dan Peraturan

Pemerintah

No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum

UUD No.207/Tahun 2002 tentang Keputusan Menteri Kesehatan.

A. MASALAH

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian ( Tuckman, 198 ).

Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu

mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang

(9)

sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam

penelitian tindakan.

Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti (teacher as researcher in his/ her classroom).

B. SUMBER MASALAH

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan

apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi.

Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif, maka masalah penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil refleksi atau masalahnya sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga riset.

Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk menolong mencari fokus permasalahan.

• Apa yang sekarang sedang terjadi?

• Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan? • Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?

• Saya ingin memperbaiki . . .

• Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . .. • Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?

Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran seperti:

• Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. • Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian. • Buku teks yang tidak mendukung.

(10)

• Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang.

Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah sistem penilaian yang kurang tepat sehingga mengganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa sistem penilaian itu perlu diperbaiki.

Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari permasalahan dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa contoh:

1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasilbelajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD.

2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui pendekatan cooperative learning

3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara melalui pembelajaran isu-isu kontroversial

4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya untuk menigkatkan proses belajar mengajar dan prestasi akademik mahasiswa

Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara terinci terus dikembangkan menjadi fokus permasalahan.

Sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996):

1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)

Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan "saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita "goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu "kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :

• Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system • Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa

2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)

Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.

3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)

Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh,

(11)

teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah merupakan kesenjangan antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.

Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi

kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri.

Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian. Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam bab lain. Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah.

Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a. Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ?

(12)

D. BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

a. Rumusan masalah Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

Contoh rumusan masalah deskriptif :

1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?

2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ? 3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ?

4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan ?

5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ?

6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia ?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).

Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.

b. Rumusan Masalah Komparatif

Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Contoh rumusan masalah komparatif :

1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )

2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ? ( satu variable dua sampel )

(13)

4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel )

5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel )

6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu variable dua sampel )

c. Rumusan Masalah Asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :

1. Hubungan Simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.

Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut :

a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud sekolah ? ( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.

b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ? c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?

2. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh :

a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen)

b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen)

c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ?

3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh :

a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.

b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

(14)

1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein ( apa yang ada)

2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.

3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness, credibility, dll.

4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :

a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, internet, dll. b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll.

c. Pernyataan pemegang otoritas d. Pengamatan

e. Pengalaman f. Intuisi, dll

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan :

1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau untuk kepentingan praktis 2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia

3. Bekal kemampuan teknis

4. Penguasaan metode yang diperlukan

Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan : 1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya

2. Hendaknya informasi (pada makna)

3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya

Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:

1. aspek substansi; 2. aspek formulasi; dan 3. aspek teknis.

Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang dapat bebas dan tidak sendiri, kritis namun tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian dari kesatuan umat manusia, dengan itu manusia dapat

Tanaman yang tumbuh pada suatu lahan dapat mencirikan kondisi dari suatu lahan tersebut apakah mempunyai kualitas sifat tanah yang baik atau tidak.. Tanaman

Hasil evaluasi secara langsung menyatakan bahwa Dana Desa cukup mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan yang memadai,

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila

³ Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam siswa kelas IV SD Negeri 010 Banjar Panjang Kecamatan

Kesimpulan penelitian ini adalah Celebrity Endorser dan Electronic Word of Mouth berpengaruh terhadap purchase decision pada pelanggan Tokopedia dengan persentase

Ayat tersebut dapat menjadi landasan hukum jual beli online dalam Islam. Selain itu, jual beli yang tidak tunai heknaknya segera ditulis agar.. terhindar dari kesalahpahaman

Jadi yang dimaksud dengan pengaruh dalam proposal ini adalah suatu daya yang timbul dari model pembelajaran cooperative learning MURDER (Mood, Understand, Recall,