• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERILAKU HARIAN RUSA SAMBAR Cervus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PERILAKU HARIAN RUSA SAMBAR Cervus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERILAKU HARIAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor)

DI TAMAN WISATA ALAM BUMI KEDATON

Bainah Sari Dewi dan Endang Wulandari

Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145

E-mail: safirafadhilla@yahoo.com

ABSTRACT

Sambar deer (Cervus unicolor) is one of the components in the forest ecosystem which plays an important role in the food chain cycle. However, the overexploitation by human being could decrease the population of this animal in the nature. One of the conservation effort which can be conducted is by ex-situ conservation. This research is then performed to find out the daily behavior of 4 sambar deers at Taman Wisata Alam Bumi Kedaton (TWABK) from 21 July to 3 August 2010. The daily behavior data were obtained by direct observation using scan animal sampling method for 14 days. The result showed that highest daily behavior of the sambar deer (C. unicolor) at TWABK was rest where for deers of A, B, C and D were 4435 min (44%); 4738 min.(47%); 4738 min. (47%) and 4435 min. (44%), respectively. The highest rest time was at 18.00, while the lowest was at 08.00-09.00, the highest moving time was at 12.00-13.00 and 17.00-1800, while the lowest was at 08.00-09.00. The highest feeding time was at 08.00-09.00 and the lowest was at 17.00-18.00.

Keywords: C. unicolor, TWABK, daily behavior, deer captive breeding, scan animal sampling.

ABSTRAK

Rusa sambar (C. unicolor) merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem hutan, yang peranannya sangat penting dalam siklus rantai makanan. Akan tetapi, terjadinya pemanfaatan rusa oleh manusia secara berlebihan dan tidak terkendali dapat mengakibatkan penurunan populasi satwa tersebut di alam. Salah satu upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan penangkaran (konservasi ex-situ). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: perilaku harian empat ekor rusa sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Kedaton pada tanggal 21 Juli s/d 3 Agustus 2010. Data mengenai perilaku harian diperoleh melalui pengamatan langsung dengan menggunakan metode scan animal sampling selama 14 hari pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perilaku harian rusa sambar (C. unicolor) yang ada di dalam penangkaran di Taman Wisata Bumi Kedaton (TWABK) perilaku tertingginya adalah istirahat yaitu rusa A 4435 menit (44%), rusa B 4738 menit (47%), ruisa C 4738 menit (47%), dan rusa D 4435 menit (44%). Waktu istirahat tertinggi pada pukul 17.00-18.00, terendah pada pukul 08.00-09.00, waktu pindah tertinggi pada pukul 12.00-13.00 dan 17.00-18.00 terendah pada pukul 08.00-09.00. waktu makan tertinggi pada pukul 08.00-09.00 terendah pada pukul 17.00-18.00.

Kata kunci: C. unicolor, TWABK, perilaku harian, penangkaran rusa, scan animal sampling

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi, dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia, salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

Manusia memanfaatkannya dengan berbagai cara, dan sering kali menyebabkan terjadinya penurunan populasi mereka, bahkan telah menyebabkan beberapa jenis satwa liar terancam kepunahan1). Ancaman kepunahan dapat diatasi dengan program-program yang tertuang di dalam kegiatan konservasi sumber daya alam. Kegiatan konservasi tersebut meliputi perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan yang lestari (Undang-undang Nomor 5 tahun 1990).

(2)

Menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran (konservasi ex-situ). Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi. Peningkatan produksi dan reproduksi merupakan indikator keberhasilan dari usaha budi daya satwa4). Dalam pembangunan penangkaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan (cover), dan ruang5). Rusa mempunyai adaptasi yang tinggi dengan lingkungannya sehingga mudah untuk ditangkarkan.

Habitat penangkaran berbeda dengan habitat alami. Berdasarkan ciri habitatnya, pada habitat penangkaran terdapat peningkatan nutrisi, bertambahnya persaingan intraspesifik untuk memperoleh makanan, berkurangnya pemangsaan oleh predator alami, berkurangnya penyakit dan parasit serta meningkatnya kontak dengan manusia6). Karakteristik morfologi pada pemeliharaan rusa di suatu penangkaran sangat diperlukan untuk menentukan sistem pemeliharaan rusa7).

Pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan penangkaran. Pakan utama rusa adalah daun-daunan dan rumput-rumputan. Nilai gizi yang terkandung dalam hijauan tersebut, seperti protein dan energi, relatif rendah sehingga perlu ditambahkan pakan konsentrat berupa jagung untuk mencukupi kebutuhan gizi rusa. Pakan konsentrat biasanya disukai oleh rusa dan mengandung cukup energi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan rusa8).

Strategi terbaik bagi pelestarian jangka panjang bagi keanekaragaman hayati adalah perlindungan populasi dan komunitas alami di habitat, yang dikenal sebagai pelestarian in-situ (atau dalam kawasan). Kemampuan spesies untuk menjalankan proses adaptasi evolusi mengikuti lingkungan komunitas mereka yang selalu berubah-ubah hanya dapat berlangsung di alam bebas. Namun, bagi banyak spesies langka yang telah terdesak oleh pengaruh perbuatan manusia, pelestarian in-situ bukan pilihan yang nyata. Kalau suatu populasi sisa/ tertinggal berukuran terlalu kecil, atau bila seluruh individu tersisa hanya ditemukan diluar kawasan-kawasan yang dilindungi, maka pelestarian in-situ mungkin tidak dapat berhasil. Satu-satunya jalan untuk mencegah kepunahan spesies adalah dengan memelihara individu-individu dalam kondisi terkendali, dibawah pengawasan manusia9).

Strategi ini dikenal sebagai pelestarian ex-situ (atau diluar habitatnya). Sejumlah spesies yang punah di alam masih dapat bertahan sebagai koloni-koloni peliharaan, misalnya rusa pere david, elaphurus davidianus. Pohon Franklin yang cantik sekarang hanya hidup di kebun tanaman dan tidak lagi ditemukan di alam bebas.

Upaya-upaya konservasi ex-situ merupakan bagian terpenting bagi strategi konservasi terpadu untuk melindungi satwa terancam punah10) strategi-strategi konservasi secara ex-situ dan in-situ merupakan pendekatan yang menunjang11). Individu-individu dari populasi ex-situ dapat dilepas di alam secara berkala untuk memperbesar upaya konservasi yang sedang berjalan. Penelitian pada hewan tangkaran dapat mengungkapkan ekologi dasar suatu spesies dan dapat pula memberikan arah untuk membentuk strategi-strategi konservasi yang baru untuk populasi-populasi in-situ. Populasi-populasi ex-situ yang bertahan secara mandiri juga dapat mengurangi tuntutan untuk mengoleksi individu-individu dari alam demi keperluan pendidikan ataupun penelitian. Pada akhirnya hewan-hewan tangkaran yang dapat di tonton masyarakat dapat membantu pendidikan masyarakat tentang pentingnya melestarikan spesies, dalam rangka melindungi anggota lain dari komunitas tempat spesies tersebut ditemukan di alam. Sementara itu, pelestarian spesies secara in-situ amat penting bagi kelangsungan hidup spesies yang sulit di tangkar (misalnya badak, maupun bagi kelanjutan kebun binatang, akuarium, dan kebun raya agar dapat menampilkan spesies-spesies baru. Konservasi ex-situ tidaklah murah, biaya pemeliharaan badak hitam dan gajah dari afrika di kebun binatang mencapai 50 kali biaya perlindungan individu-individu kedua spesies tersebut di alam12).

Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Bumi Kedaton. Taman Wisata Bumi terletak di Kampung Batu Putuk-Teluk Betung Bandar lampung. Penelitian ini dilakukan karena Rusa sambar (C. unicolor) merupakan sumberdaya alam hayati yang dilindungi, banyak brmanfaat bagi ilmu pengetahuan dan hiburan serta mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku harian empat ekor rusa sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Kedaton.

2. METODE PENELITIAN

(3)

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah empat ekor rusa sambar yang berada di Taman Wisata Bumi Kedaton. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) kamera untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi, (2) Jam tangan sebagai penunjuk waktu.; (3) Tally Sheet.; (4) Alat Tulis.

2.3. Jenis Data yang Dikumpulkan 2.3.1. Data primer

Data primer pada penelitian ini berupa perilaku harian dengan parameter yang diamati meliputi perilaku makan, perilaku istirahat, dan perilaku berpindah tempat.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang tersedia dari instansi-instansi terkait dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), pihak pengelola Taman Wisata Alam Bumi Kedaton(TWABK), jurnal dan artikel.

2.4. Metode Analisis Data 2.4.1. Perilaku harian

Data mengenai perilaku harian rusa sambar (Cervus Unicolor) diperoleh dari pengamatan langsung dengan metode scan sampling. Dengan metode ini dilakukan pencatatan terhadap perilaku rusa sambar dengan interval waktu tertentu. Pengamatan dilakukan 14 hari, dengan interval waktu mulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00WIB. Interval waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 menit.

Tabel 1. Contoh hasil pengumpulan data.

Waktu Perilaku Keterangan

Makan Istirahat Pindah

Perilaku yang diamati selam pengamatan adalah :

1. Perilaku makan, yaitu perilaku yang dilakukan rusa sambar untuk mengunyah, ruminansia, dan memasukan makan kedalam mulut.

2. Perilaku perpindahan tempat, seperti jalan, berkeliaran, berlari, dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan perpindahan tempat.

3. Istirahat, yaitu keadaan atau perilaku rusa sambar saat tidak melakukan perpindahan tempat dan perilaku makan, seperti tidur, duduk dan lain-lain.

2.4.2. Analisis data

Data yang diperoleh selama dua minggu pengamatan dirata-rata dan dipersentasekan untuk mengetahui persentase perilaku harian setiap hari dan interval waktu perjam.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola perilaku harian ditunjukkan oleh masing-masing rusa sambar pada penangkaran di Taman Wisata Bumi Kedaton memiliki perilaku yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dideskripsikan pada pada Gambar 1 dan Tabel 2.

(4)

Perilaku istirahat biasanya dilakukan sebagai perilaku yang menyelingi perilaku makan, yang dilakukan dengan berbaring di bawah pohon sambil memamah biak. Perilaku ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Sedangkan perilaku bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman akibat ada gangguan.

Perilaku istirahat atau resting memiliki beberapa kategori. Menurut Semiadi et al.13) perilaku istirahat adalah perilaku selain makan dan memamah biak. Namun demikian definisi ini tidak menjelaskan pada posisi apa perilaku iatirahat itu dilakukan. Bisa jadi berpindahnya seekor rusa dari satu tempat ketempat lain disebut istirahat karena tidak sedang melakukan perilaku makan atau memamah biak14). Sama seperti pada rusa A pada rusa B pun perilaku tertinggi yaitu perilaku istirahat yaitu sebanyak 47%.

Perilaku istirahat pada pagi hari (06.00-7.00) dilakukan di daerah dekat pepohonan sebelum melakukan perilaku makan bersama-sama. Kondisi ini ditandai dengan perilaku istirahat bergerombol dengan jarak tiap individu yang tidak berjauhan. Perilaku yang dilakukan selama istirahat seringkali adalah memamah biak. Siang hari (10.00-13.00) setelah perilaku makan. Hal ini berbeda pada sore hari (15.00-18.00) dimana individu-individu beristirahat dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan satu sama lain.

(5)

kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan satu sama lain selain memamah biak beberapa diantaranya tidur untuk satu atau dua jam.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Semiadi et al.13) terhadap rusa sambar diketahui bahwa perilaku istirahat dilakukan pada antara pukul 08.00-10.00 dan 13.00- 15.00. Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan iklim antara tropis dan sub tropis (New Zealand), namun demikian perilaku istirahat pada pagi hari menampakkan kesamaan yang jelas.

Rusa D menunjukkan perilaku tertinggi adalah perilaku istirahat yaitu 44%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan alokasi waktu untuk setiap perilaku harian dari rusa sambar di kawasan penangkaran Taman Wisata bumi Kedaton pada setiap periode perilaku yakni pagi, siang dan sore hari. Sebagian besar alokasi waktu digunakan untuk istirahat (44 %), selanjutnya perilaku ingesti atau makan-minum (43 %) sebagai perilaku utama untuk memenuhi kebutuhn hidup (energi), dan diikuti, bergerak (6,12%).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tenyata persentase perilaku tertinggi yang dilakukan rusa sambar adalah perilaku istirahat. Hasil pengamatan selama 12 jam untuk setiap harinya, didapatkan hasil ternyata rusa sambar tidak hanya berperilaku di tempat drop in pakan saja, tetapi juga berperilaku di sekitar kandang secara merata untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Besarnya intensitas makan, pindah, dan istirahat dari keempat rusa sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Alam Kedaton dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase perilaku rata-rata dalam interval waktu per jam dari Rusa A, Rusa B, Rusa C dan Rusa D.

Gambar 2 dapat dilihat persentase makan tertinggi ada pada pukul 08.00-09.00 dan 13.00-14.00. Hal ini dikarenakan pada jam tersebut adalah jam pemberian makan rusa. Menurut Takatsuki 1980, perilaku makan dari cervus nipon di kepulauan Kinkazan Jepang memiliki komposisi pakan yang berbeda dengan perbedaan habitat yang ada. Menurut riset Takatsuki15), perilaku pakan seekor rusa akan berbeda berdasarkan komposisi pakan dan perbedaan tipe habitat.

Tabel 2. Menu harian rusa di TWABK

(6)

20 Juli'10 menyatakan bahwa lama waktu makan dipengaruhi oleh bahan kering pakan yang diberikan, bentuk fisik dan komposisi kimia pakan. Menurut Semiadi18) tingkat kesuksesan penangkaran rusa Sambar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pemberian air susu, dan perawatan harian rusa tersebut. Hasil penelitian Ismail19) mendeskripsikan bahwa lama waktu makan rusa Jawa di Cariu 192,67±59,88 menit per 12 jam, sedangkan di penangkaran Ranca Upas perilaku makan 341,80±141,51 menit per 12 jam. Perbedaan lama perilaku makan rusa yang diperoleh dalam penelitian ini dibandingkan dengan rusa pada dua daerah penangkaran tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan jenis (rusa Sambar vs rusa Jawa), perbedaan bobot badan (rusa Sambar memiliki bobot badan lebih tinggi) dan jenis bahan pakan yang diberikan. Bahan pakan pada penelitian Afzalani dkk16) adalah daun cabe-cabe, rumput Kumpai, rumput Lapang, rumput Kolonjono. Menurut Wulandari dan Dewi20) bahan pakan rusa Sambar di TWBK adalah rumput, dedak, wortel, ubi, dan kecambah. Menurut Wirdateti dkk21) penangkaran rusa di Taman Safari Indonesia memberikan pakan rumput Raja, gulma kebun, ubi jalar dan wortel, serta pakan konsentrat komersial. Nusa Tenggara Timur, pakan yang biasa diberikan pada rusa Timor di dalam penangkaran antara lain rumput gajah (P. purpureum), rumput raja (P. purpureopoidhes), turi (Sesbania grandiflora), lamtoro (Leucaena leucocephala), beringin (Ficus benjamina) dan Kabesak (Acacia leucocephala). Menurut Wirdateti22)jenis tumbuhan yang disukai atau dimakan rusa tercatat ada sekitar 40 suku. Jenis tumbuhan ini dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu; jenis rumput-rumputan, perdu, semak, dan pohon. Jenis yang terbanyak adalah pada suku Euphorbiaceae, Leguminoceae, Fabaceae, Poaceae, dan Convolvulaceae. Di samping itu jenis-jenis tumbuhan yang berdaun tebal seperti daun coro (Ficus, sp), berdaun pahit seperti kapuraca (Calophylum inophyllum), dan berdaun yang berbau menusuk seperti daun kayu sirih (Piper aduncum) tidak disukai.

(7)

matahari pada siang hari untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Sedangkan aktivitas bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, berjalan, dan berlari. `

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku harian rusa sambar (Cervus unicolor) yang ada di dalam penangkaran di Taman Wisata Bumi Kedaton Provinsi Lampung perilaku tertingginya adalah istirahat yaitu rusa A 44%, rusa B 47%, ruisa C 47%, dan rusa D 44%. Sehingga perlu disarankan agar pengelola hendaknya menanam tanaman yang rindang untuk menaungi rusa pada saat beristirahat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alikodra, H.S.1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid I. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

2. Ma’ruf, A., Atmoko, T. dan Syahbani, I. 2006. Teknologi penangkaran rusa sambar (cervus unicolor) di Desa Api-Api Kabupaten Panajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi 2005 : Halaman 57-68 , 2006

3. Whitehead, G.K. 1994. Encylopedia of Deer. Shrewsbury: Swann Hill Press.

4. Garsetiasih, R. 2000. Bioekologi rusa timor dan peluang pengembangan budidayanya. Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1(1):21-32.

5. Garsetiasih, R dan Mariana. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. 2007

6. Grier, J.W. and Burk, T. 1992. Biology of animal behaviour. Dubuque, IO: W.C. Brown.

7. Pattiselanno, F., Tethool, A.N. dan Yeseray, D.Y. 2008. Karakteristik Morfologi dan Praktek Pemeliharaan Rusa Timor di Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi, 7 (2): 61-67.

8. Garsetiasih, R. 1988. Daya cerna rumput dan campurannyadengan daun beringin, daun kabesak, dan daun turi sebagai pakan rusa (Cervus timorensis). Buletin Santalum 3:17-26.

9. Conway, W.G. 1980. Where we go from here. International Zoo Yearbook, 20 (1): 184-189.

10. Falk, S. 1991: A review of the scarce and threatened flies of Great Britain (part 1).—Research and survey in nature conservation 39. Peterborough, Nature Conservancy Council.

11. Robinson, G. E. 1987. Modulation of alarm pheromone perception in the honey bee: evidence for division of labor based on hormonall regulated response thresholds. Journal of Comparative Physiology A: Neuroethology, Sensory, Neural, and Behavioral Physiology, 160 (5): 613-619,

12. Leader-Williams, N., Albon, S.D. and Berry, P.S.M. 1990. Illegal exploitation of black rhinoceros and elephant populations: patterns of decline, law enforcement and patrol effort in Luangwa Valley, Zambia. Journal of Applied Ecology, 27: 1055-1087.

13. Semiadi, G., Muir, P.D., Barry, T. and Veltman, N. 1993. Grazing patterns of sambar deer (Cervus unicolor) and red deer (Cervus elaphus) in captivity. New Zealand Journal of Agricultural Research, 36: 253-260.

(8)

15. Takatsuki, S. 1980. Food Habits of Sika Deer on Kinkazan Island. The science of the Tohoku University, Fourth series. Biology. XXXVIII (1): 31 pages.

16. Afzalani, Muthalib, R.A, dan Musnandar, E. 2008. Preferensi Pakan, Tingkah Laku Makan dan Kebutuhan Nutrien Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Usaha Penangkaran di Provinsi Jambi. Media Peternakan, 31 (2): 114-121

17. Firkin, J.L. 2002. Optimizing rumen fermentation. In: Proc. Tri-State Dairy Nutrition Conference, USA.

p.39-53

18. Semiadi, G. 1997. Teknik Perawatan Anak Rusa Tropika Sejak Lahir Hingga Masa Sapih (Hand-Rearing Technique of Tropical Deer From Birth to Weaning Age). Media Konservasi, 2: 77-80.

19. Ismail, D.2001. Kajian tingkah laku dan kinerja reproduksi rusa Jawa (Cervus timorensis) yang dipelihara

di penangkaran. Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.

20. Wulandari, E dan Dewi, B.S. 2011. Studi Suplai Pakan dan Perilaku Makan Rusa Sambar (Cervus unicolor) di Taman Wisata Bumi Kedaton. Skripsi Mahasiswa Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

21. Wirdateti, Farida, W.R. dan Zein, M.S.A. 1997. Perilaku Harian Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penangkaran Taman Safari Indonesia. Biota, 2: 78-81.

Gambar

Gambar 1.  Persentase Perilaku Harian Rusa Sambar A, B, C, dan D selama 14 hari pengamatan di Taman  Wisata Bumi Kedaton
Gambar 2. dan istirahat dari keempat rusa sambar yang ada di Taman Wisata Bumi Alam Kedaton dapat dilihat pada

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung Azolla hasil fermentasi dengan jamur Pleurotus ostreatus (AF) dalam ransum ayam kampung pedaging hingga taraf

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayatul (2013), yang menemukan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara kelembaban udara dalam

Pengguna aplikasi Go-Jek rata-rata bernada positif dan rating aplikasi Go-Jek terus meningkat setiap bulannya pada Google Play dan Apple Store. Ojek online salah satu

Dalam penelitian ini ada tiga hal penting yang diteliti yaitu mengenai latar belakang terjadinya merarik pocol, pelaksanaan adat merarik pocol dan pandangan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Relationship Marketing , Kualitas Produk, dan Layanan Purna Jual terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Mobil

Berdasarkan hasil penelitian berikut adalah sumber limbah padat, timbulan limbah padat, pelaksanaan pengurangan limbah padat dengan kegiatan 3R, dan

Strategi promosi pariwisata pada Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat pasca gempa bumi di pulau Lombok tahun 2018 melalui penjualan personal adalah

"rofesi kedokteran sebagai core business rumah sakit mengacu pada kode etik  kedokteran #K$%K&' sedangkan Keperawatan sebagai petugas yang paling  banyak, paling lama