• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFERENSI PIMPINAN WILAYAH (KONPIWIL) IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) SE-INDONESIA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONFERENSI PIMPINAN WILAYAH (KONPIWIL) IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) SE-INDONESIA TAHUN 2011"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

TANFIDZ

KONFERENSI PIMPINAN WILAYAH

(KONPIWIL)

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM)

SE-INDONESIA TAHUN 2011

Ternate, 27 – 30 Oktober 2011

(2)

Tim Materi

Agus Suroyo

Dzulfikar Ahmad Tawalla Danik Eka R.

Indra Jaya Sikumbang

Sampul & Layout : Tim gramasurya

Penerbit

Pimpinan Pusat

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jl. KHA. Dahlan No. 103 Yogyakarta Telp./Fax. 0274-411293

Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta Telp./Fax. 021-3103940

email. sekretariat@ipm.or.id web. www.ipm.or.id

Dicetak oleh gramasurya

Jl. Pendidikan No. 88 Sonosewu Yogyakarta Telp/Faks : 0274 - 413 364

(3)

KATA PENGANTAR

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Ketua Umum PP IPM __ iii Daftar Isi __ V

Keputusan Induk Konpiwil IPM Se-Indonesia Tahun 2011 1

Tanfidz Konpiwil Ikatan IPM Se-Indonesia Tahun 2011 __ 5

 Kreatif (Sebuah Strategi Pembumian Gkt) __ 6

Kriteria Calon Ketua Umum, Formatur, dan Anggota PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 11

 Kriteria Calon Ketua Umum PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 12

 Kriteria Calon Formatur PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 15

 Kriteria PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 17

Tata Tertib Pemilihan Formatur PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 19

 Tata Tertib Pemilihan Formatur PP IPM Periode Muktamar XVIII __ 20

Tabulasi Kajian AD/ART IPM __ 31

Anggaran Rumah Tangga IPM Konpiwil 2011 __ 37

(6)

Rekomendasi IPM Konpiwil 2011 __ 75

 Rekomendasi Konpiwil Ipm 2011 __ 76

 Daftar Tim Muktamar __ 79

Berita-Berita IPM Konpiwil 2011 __ 81

 IPM Jadi OKP Terbaik Nasional 82

 Jadi Arena Konpiwil, Ipm Ternate Lakukan Bersih Kota Bersama Dinas Pemerintah 84

 Walikota Lepas Pawai Taaruf Konpiwil IPM di Ternate __ 86

 Pawai Taaruf Konpiwil IPM Berlangsung Meriah 88

 Dahlan Rais: “IPM, Saya Bangga Padamu” 90

 Konpiwil Ikatan Pelajar Muhammadiyah Dibuka Walikota Ternate 92

 Bersama IPM, Ketua KPK Tanda Tangani Gerakan Maluku Utara Bersih 94

(7)

Keputusan Induk

Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil)

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Ipm) Se-Indonesia

Tahun 2011

Ternate, 27 – 30 Oktober 2011

No. 06/Konpiwil/2011

Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) Ikatan Pelajar Muhammadiyah Se-Indonesia Tahun 2011 Setelah:

Menimbang : Tema Konpiwil “Menciptakan Pelajar

Kreatif, Ipm Untuk Indonesia”

Memperhatikan : 1. Amanat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Drs. H. Dahlan Rais M. Hum

2. Sambutan Staff Khusus Menteri Kehutanan R.I

H. Ali Taher Parasong, S.H, Mh 3. Sambutan Walikota Ternate H. Burhan Abdurrahman, Sh, Mm

4. Pidato Iftitah Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

(Ipmawan Slamet Nur Achmad Effendy)

5. Usul Dan Saran Dari Peserta Sidang

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ipm Pasal 29

2. Anggaran Rumah Tangga Ipm Pasal 32

Memutuskan Menetapkan

(8)

Kedua : Mengesahkan Laporan Perkembangan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Se-Indonesia Beserta Tanggapan Atas Laporan Kebijakan Pp Ipm Periode 2010 – 2012

Ketiga : Mengesahkan Hasil Pembahasan Sidang Komisi

Komisi A : Pengkajian Ad/Art Ipm

Komisi B : Kriteria Calon Ketua Umum, Formatur, Dan Pimpinan Pp Ipm Periode Muktamar Xviii, Tata Tertib Pemilihan, Serta Pemilihan Tim Materi, Panlihpus, Dan Tim Verifikasi

Komisi C : Strategi Kreatif Dan Rekomendasi Keempat : Mengesahkan Tim Pendukung Muktamar

Ipm Xviii Sebagai Berikut:

Tim Materi :

(9)

Ditetapkan Di

Auala Hotel Bukit Pelangi Ternate Tanggal 29 Oktober 2011 Pukul__________________

Ketua,

_____________ NBA._________

Sekretaris,

_____________ NBA._________

Anggota,

(10)
(11)

TANFIDZ

KONFERENSI PIMPINAN WILAYAH

(KONPIWIL)

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM)

SE-INDONESIA TAHUN 2011

(12)

KREATIF

(Sebuah Strategi Pembumian GKT)

Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) merupakan sebuah gerakan yang lahir pada muktamar IPM ke XVII di Jogjakarta tahun 2010 silam. Gerakan ini sempat ramai dibicarakan terhitung sejak lahirnya gerakan ini sempat menjadi kontroversi dikalangan elit IPM. Kontroversi ini muncul dikarenakan konsep Gerakan Pelajar Kreatif tidak didesain dengan konsepsi yang jelas sehingga menimbulkan ambiguitas makna dan kebingungan dikalangan elit IPM. Disamping itu sering kali GPK menjadi bermasalah ketika disandingkan dengan GKT (Gerakan Kritis Transformatif) yang menjadi paradigma gerakan IPM sejak muktamar XIV di Bandar Lampung. Permasalahan itu muncul terkait dengan posisi GPK terhadap GKT. Apakah GPK merupakan pengganti GKT yang dengan demikian GPK menjadi paradigma gerakan baru IPM atau GPK hanya sekedar upaya untuk mengimplementasikan GKT agar lebih mudah dipahami ditataran grass root. Perdebatan ini dapat dipahami mengingat dalam konsep GPK hasil muktamar tidak memperjelas posisi GPK tersebut sekalipun di dalam konsepsi tersebut juga dipertegas bahwa GPK merupakan upaya untuk mengimplementasikan GKT dalam tataran real.

(13)

Oleh karenanya, mulai Konpiwil ini GPK dipertegas dengan Istilah Strategi Kreatif Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Penghilangan istilah “GERAKAN” ini selain tidak tepat juga menimbulkan kerancuan dengan GKT (Gerakan Kritis Transformatif)

Dengan adanya strategi perjuangan ini sebenarnya akan memperjelas posisi IPM sebagai gerakan Islam dikalangan pelajar bahwa IPM tidak memperjuangkan nilai-nilai keislaman dengan cara atau strategi radikal dan tidak pula IPM memperjuangkan nilai-nilai Islam dengan jalan politik. Strategi perjuangan IPM adalah strategi Kreatif bukan politis apalagi radikal. Dengan demikian Gerakan Pelajar Kreatif merupakan sebuah gerakan untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam yang diperjuangkan IPM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah dikalangan Pelajar dengan menempatkan kreativitas sebagai sebuah strategi.

(14)

Definisi Kreatif

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi terhadap hal-hal yang sudah ada. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam bentuk atau susunan yang baru.

Dari pemahaman di atas maka Strategi Kreatif IPM adalah sebuah strategi gerakan untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi terhadap hal-hal yang sudah ada dalam rangka memperjuangkan nilai-nilai yang diperjuangkan IPM di kalangan pelajar.

Komponen Strategi Kreatif a. Person

Sosialisasi dan penanaman nilai – nilai perlu ditunjang dengan person (individu) yang kreatif. Indikator person (individu) kreatif adalah sebagai berikut:

1) Keterbukaan kepada pengalaman

2) Kemampuan untuk memberikan penilaian secara internal sesuai dengan kehendak pribadinya.

3) Kemampuan bereksplorasi secara spontan dengan konsep-konsep.

4) Berpikir Out of Box (diluar kebiasaan) dan kombinatif (kemampuan menggabungkan pengalaman-pengalaman dan ide-ide).

(15)

b. Proses

Sosialisasi dan penanaman nilai – nilai juga perlu ditunjang dengan proses yang kreatif.

Proses disini dimaknai sebagai upaya menciptakan suasana yang mendorong personal dan budaya kreatif termasuk memberi kesempatan kepada masing-masing person atau individu untuk menerjemahkan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh IPM dalam bentuk gagasan atau karya yang kreatif. Adapun indikator proses kreatif adalah:

1) Mengembangkan kreativitas personal melalui pemberian kesempatan menyibukkan diri secara kreatif.

2) Memberikan kebebasan kepada individu untuk mengekspresikan diri secara kreatif.

3) Menghargai kreativitas individu

4) Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan konstruktif yang diminati individu.

c. Produk

(16)
(17)

KRITERIA CALON KETUA UMUM,

FORMATUR, DAN ANGGOTA PIMPINAN

PIMPINAN PUSAT

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

(18)

KRITERIA CALON KETUA UMUM

PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XVIII

PASAL 1 : IDEOLOGI

1. Taat mengamalkan ajaran agama Islam berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah

2. Taat pada prinsip-prinsip dasar persyarikatan

3. Setia pada tujuan, perjuangan dan garis kebijakan IPM

4. Mempunyai kemauan dan kemampuan berkidmat pada IPM dengan sungguh-sungguh dengan menjadikan IPM sebagai prioritas pilihan gerakan dan perjuangan dalam ber Islam

PASAL 2 : INTELEKTUALITAS

1. Memiliki pengetahuan yang luas dan wawasan keilmuan yang mendalam.

2. Memiliki visi kepemimpinan di tingkat nasional.

3. Menguasai bahasa asing (Bahasa Inggris atau Arab aktif).

4. Memiliki karya tulis yang telah dipublikasikan baik di media massa maupun penerbitan dibuktikan dengan foto copy tulisan minimal 2 judul

PASAL 3 : PERSONALITAS

1. Siap berkidmat menjalankan amanah dengan profesional dan penuh tanggung jawab.

(19)

3. Mempunyai jaringan yang luas dan mempunyai kemampuan melakukan relasi sosial.

4. Mampu membaca dan memahami Al Qur’an dengan fasih.

5. Memiliki kemampuan bekerja dan membangun team work.

6. Hafal Al-Qur’an minimal 1 Juz.

7. Memahami pola perkaderan IPM dan pernah

mengikuti pelatihan dan atau pertemuan tingkat nasional dan wilayah.

PASAL 4 : ADMINISTRASI

1. Telah menjadi anggota IPM/IRM minimal 7 tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan IPM di mana yang bersangkutan aktif. 2. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPM (KTA IPM)

3. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Pusat atau Wilayah minimal setengah periode dibuktikan dengan SK atau surat keterangan.

4. Telah mengikuti perkaderan Tingkat Paripurna/ Taruna Melati Utama dibuktikan dengan syahadah atau surat keterangan dari penyelenggara.

5. Pada saat berlangsung muktamar yang

bersangkutan berusia maksimal 24 tahun 11 bulan

29 hari dibuktikan dengan fotocopy akte kelahiran.

6. Tidak merangkap kepengurusan di OKP yang bidang garapnya sama dengan IPM dibuktikan dengan surat pernyataan di atas materai 6000.

7. Bersedia berdomisili di tempat kedudukan PP IPM (Yogyakarta/Jakarta) yang dibuktikan dengan pernyataan di atas materai 6000.

(20)

bermaterai 6000).

9. Telah menjadi anggota Muhammadiyah dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM).

(21)

KRITERIA CALON FORMATUR

PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XVIII

PASAL 1 : IDEOLOGI

1. Taat mengamalkan ajaran agama Islam berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah

2. Taat pada prinsip-prinsip dasar persyarikatan

3. Setia pada tujuan, perjuangan dan garis kebijakan IPM

4. Mempunyai kemauan dan kemampuan berkidmat pada IPM dengan sungguh-sungguh dengan menjadikan IPM sebagai prioritas pilihan gerakan dan perjuangan dalam ber Islam

PASAL 2 : INTELEKTUALITAS

1. Memiliki pengetahuan yang luas dan wawasan keilmuan yang mendalam.

2. Memiliki visi kepemimpinan di tingkat nasional

3. Memiliki karya atau prestasi ilmiah dan atau non ilmiah.

4. Menguasai bahasa asing (Bahasa Inggris atau Arab aktif).

PASAL 3 : PERSONALITAS

1. Siap berkidmat menjalankan amanah dengan profesional dan penuh tanggung jawab.

2. Mempunyai kemampuan interpersonalitas, komunikasi keummatan, kebangsaan yang berwawasan multikultural.

(22)

kemampuan melakukan relasi sosial.

4. Mampu membaca dan memahami Al Qur’an dengan fasih.

5. Memiliki kemampuan bekerja dan membangun team work.

6. Memahami pola perkaderan IPM dan pernah mengikuti pelatihan dan atau pertemuan tingkat nasional dan wilayah.

PASAL IV : ADMINISTRASI

1. Telah menjadi anggota IPM/IRM minimal 6 tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan IPM di mana yang bersangkutan aktif. 2. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPM (KTA IPM)

3. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Pusat atau Wilayah minimal setengah periode dibuktikan dengan SK atau surat keterangan.

4. Minimal telah mengikuti perkaderan Tingkat Madya/ Taruna Melati III dibuktikan dengan syahadah atau surat keterangan dari penyelenggara.

5. Pada saat berlansung muktamar yang bersangkutan berusia 24 tahun 11 bulan 29 hari.

6. Tidak merangkap kepengurusan di OKP yang bidang garapnya sama dengan IPM dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai 6000.

7. Bersedia berdomisili di tempat kedudukan PP IPM (Yogyakarta/ Jakarta) yang dibuktikan dengan pernyataan di atas materai 6000.

8. Tidak merangkap kepengurusan di partai politik baik pada saat dipilih maupun sesudah dipilih hingga akhir jabatan di IPM (dibuktikan dengan pernyataan bermaterai 6000).

(23)

KRITERIA PIMPINAN

PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XVIII

PASAL 1 : IDEOLOGI

1. Taat mengamalkan ajaran agama Islam berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah

2. Taat pada prinsip-prinsip dasar persyarikatan

3. Setia pada tujuan, perjuangan dan garis kebijakan IPM

4. Mempunyai kemauan dan kemampuan berkidmat pada IPM dengan sungguh-sungguh dengan menjadikan IPM sebagai prioritas pilihan gerakan dan perjuangan dalam ber Islam

PASAL 2 : INTELEKTUALITAS

1. Memiliki pengetahuan yang luas dan wawasan keilmuan yang mendalam.

2. Memiliki visi kepemimpinan di tingkat nasional dan berpengalaman dalam kepemimpinan di IPM/IRM minimal 5 tahun.

3. Menguasai bahasa asing Bahasa Inggris atau Arab (pasif).

PASAL 3 : PERSONALITAS

1. Siap berkidmat menjalankan amanah dengan profesional dan penuh tanggung jawab.

2. Mempunyai kemampuan interpersonalitas, komunikasi keummatan, kebangsaan yang berwawasan multikultural.

(24)

4. Mampu membaca dan memahami Al Qur’an dengan fasih.

5. Memiliki kemampuan bekerja dalam team work

PASAL IV : ADMINISTRASI

1. Telah menjadi anggota IPM/IRM minimal 5 tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan IPM di mana yang bersangkutan aktif. 2. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPM (KTA IPM)

3. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Pusat atau Wilayah minimal setengah periode dibuktikan dengan SK atau surat keterangan.

4. Minimal telah mengikuti perkaderan Tingkat Madya/ Taruna Melati III.

5. Pada saat berlansung muktamar yang bersangkutan berusia 24 tahun 11 bulan 29 hari.

6. Tidak merangkap kepengurusan di OKP yang bidang garapnya sama dengan IPM dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai 6000.

7. Bersedia berdomisili di tempat kedudukan PP IPM (Yogyakarta/ Jakarta) yang dibuktikan dengan pernyataan di atas materai 6000.

8. Tidak merangkap kepengurusan di partai politik baik pada saat dipilih maupun sesudah dipilih hingga akhir jabatan di IPM (dibuktikan dengan pernyataan bermaterai).

(25)

TATA TERTIB

PEMILIHAN FORMATUR

PIMPINAN PUSAT

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

(26)

TATA TERTIB PEMILIHAN FORMATUR

PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH PERIODE MUKTAMAR XVIII

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengaturan

Tata tertib Pemilihan Formatur Pimpinan Pusat IPM adalah seperangkat ketentuan, sistem, dan tata cara pemilihan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode Muktamar XVIII.

Pasal 2 Penyelenggara

Ayat 1

Penyelenggara Pemilihan Formatur dilakukan oleh Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) Muktamar XVIII.

Ayat 2

Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) adalah Panitia Pemilihan Formatur Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode Muktamar XVIII sejumlah 7 orang, terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 5 (lima) orang anggota. Mereka terdiri dari 3 (tiga) orang dari Pimpinan Pusat IPM ditambah 4 (empat) orang anggota dari Pimpinan Wilayah yang ditetapkan oleh Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) pada tanggal 27 s.d. 30 Oktober 2011 di Ternate, Maluku Utara.

Ayat 3

Susunan Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) adalah sebagai

(27)

1. Ketua : PP IPM

Hak dan wewenang Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) Muktamar XVIII antara lain:

1. Mendapat fasilitas dan anggaran dari Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Melakukan verifikasi dan menetapkan uji kelayakan kepada semua calon Formatur

3. Melakukan prosesi pemilihan Formatur PP IPM periode Muktamar XVIII

4. Memutuskan sanksi bagi para kandidat dan pemilih bila diketahui menyalahi ketentuan yang sudah diatur 5. Seluruh susunan Panlihpus tidak masuk daftar calon Muktamar XVIII yang dicalonkan oleh PP IPM dan atau PW IPM dengan ketentuan jumlah sebagai berikut :

a. PP IPM mencalonkan maksimal 8 orang calon formatur b. PW IPM mencalonkan maksimal 7 orang calon formatur

Ayat 2

(28)

Ayat 3

Hak dan kewajiban calon formatur:

1. Mendapat perlakuan yang sama oleh Panlihpus dan berhak mengikuti seluruh rangkaian acara Muktamar XVIII sebagai peninjau

2. Berkewajiban memenuhi seluruh persyaratan yang telah ditetapkan oleh Panlihpus

3. Menjunjung tinggi tata tertib dan hasil pemilihan

BAB III PEMILIH DAN SAKSI

Pasal 4 Pemilih Ayat 1

Pemilih adalah peserta Muktamar XVIII yang terdiri dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah yang sah berdasarkan AD/ART IPM dan yang dimandatkan oleh institusinya menjadi peserta muktamar.

Ayat 2

Peserta yang mewakili Pimpinan Daerah atau Pimpinan Wilayah sebagai peserta aktif dalam Muktamar, sedangkan Pimpinan Daerah tersebut belum di SK kan dan juga belum terdaftar secara sah di Pimpinan Pusat IPM, maka dari itu kepesertaanya dianggap gugur.

Ayat 3

Tiap pemilih memiliki satu hak suara (one man one vote)

Ayat 4

(29)

Ayat 5

Daftar Pemilih Tetap ditetapkan Panlihpus 1 hari sebelum

pemilihan

Pasal 5

Saksi

Ayat 1

Saksi adalah perwakilan yang diutus untuk menyaksikan dan memantau jalannya proses pemungutan suara

Ayat 2

Saksi yang ditetapkan adalah perwakilan 2 orang per regional meliputi regional Sumatera, Jawa, dan KTI dan disampaikan

kepada Panlihpus

BAB IV

PEMILIH DAN PROSESI PENCALONAN FORMATUR Pasal 6

Prosesi Pencalonan Ayat 1

1. Panlihpus menyurati kepada PP IPM dan seluruh PW IPM untuk mengirim usulan calon formatur sementara melalui surat tertulis yang pengirimannya dilakukan secara langsung atau melalui pos, email, dan Faksimili.

2. Surat sebagaimana poin di atas dilengkapi dengan klausul batasan tanggal pengembalian berkas usulan yang penetapannya ditetapkan oleh panlihpus.

3. Setiap Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat berhak menggunakan haknya dan berkewajiban menyerahkan blanko pencalonan yang ditetapkan oleh Panlihpus

(30)

tersebut dan berkewajiban menyampaikan keputusnnya kepada panlihpus, selambat-lambatnya satu bulan sebelum dilangsungkan Konpiwil pra-Muktamar.

5. Pengembalian pernyataan kesediaan apabila melebihi batas yang telah ditentukan dinyatakan tidak diterima atau ditolak.

6. Calon formatur yang memenuhi syarat akan ditetapkan pada saat konpiwil pra muktamar.

Ayat 2

Jika ada kecurangan ditemukan dalam proses pemilihan, calon formatur dapat menyampaikan keberatannya kepada Panlihpus disertai dengan bukti kecurangan dan berita acara, dan Panlihpus akan memproses kecurangan ini maksimal waktu 24 jam setelah pungutan suara.

BAB V

SISTEM DAN TATA CARA PEMILIHAN Pasal 7

Proses Pemilihan

Proses pemilihan berlangsung dalam agenda Muktamar XVIII yang diikuti oleh seluruh peserta yang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Pasal 8

Tata Cara Pemilihan Formatur Ayat 1

Jumlah anggota formatur yang akan dipilih berjumlah 9 (sembilan) orang

Ayat 2

(31)

Ayat 3

Apabila hanya terdapat 9 (Sembilan) orang orang yang memenuhi syarat sebagai calon anggota formatur maka secara otomatis akan menjadi anggota formatur periode Muktamar XVIII.

Ayat 4

Apabila tidak ada calon formatur yang memenuhi syarat sebagai formatur atau calon yang memenuhi syarat kurang dari 9 (Sembilan) maka panlihpus akan meminta pertimbangan kepada PP IPM

Ayat 5

Proses pemilihan Formatur adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pemilihan dilaksanakan secara LUBER dan JURDIL

b. Tiap pemilih memilih 9 (sembilan) calon anggota Formatur dengan cara mencontreng nama atau nomor urut kandidat pada waktu pemilihan yang telah diberi tanda tangan ketua dan sekretaris Panlihpus serta stampel Panlihpus kemudian dimasukkan ke dalam kotak suara yang telah disediakan.

c. Surat suara dinyatakan batal, jika tidak sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat 5 poin b sebagaimana tersebut di atas.

d. Penghitungan suara dilakukan oleh Panlihpus dengan disaksikan oleh saksi

e. Apabila dalam proses pemungutan suara terdapat

jumlah suara yang sama yang melebihi kuota formatur

maka untuk menentukan Formatur PP IPM dilakukan

(32)

Ayat 6

Apabila ada Formatur Terpilih mengundurkan diri sebelum penetapan rapat pleno formatur, maka suara terbanyak urutan

dibawahnya (urutan ke-10 dan seterusnya) secara otomatis akan ditetapkan menjadi anggota formatur

Pasal 9

Tugas dan Wewenang Formatur

Ayat 1

Formatur terpilih melakukan pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Jendral dan penyusunan PP IPM Periode Muktamar XVIII

Ayat 2

Pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Jendral dan penyusunan PP IPM Periode XVIII dilakukan dengan aturan sebagai berikut :

a. Pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Jendral, dan Penyusunan PP IPM Periode XVIII dilakukan dengan musyawarah mufakat.

b. Pemilihan Ketua Umum, Sekretaris Jendral, dan Penyusunan PP IPM Periode XVIII berpedoman dengan kriteria pimpinan PP IPM.

c. Penyusunan dihadiri oleh seluruh anggota Tim Formatur dan dipimpin oleh Ketua Tim Formatur.

d. Ketua Tim Formatur adalah formatur yang memiliki jumlah suara terbanyak

e. Ketua dan Sekretaris tim formatur melaporkan hasil rapat formatur kepada Sidang Pleno Muktamar XVIII, minimal sudah menentukan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PP IPM serta melengkapinya paling lambat satu bulan setelah berakhirnya Muktamar XVIII.

(33)

sebelumnya yang akan menyelesaikannya dengan musyawarah mufakat.

BAB VI

SANKSI PANLIHPUS, PEMILIH, CALON FORMATUR, SAKSI

Pasal 10

Sanksi Panlihpus

Ayat 1

Jika terdapat anggota Panlih terbukti melakukan penyalahgunaan wewenang sehingga menghambat proses

pemilihan serta merugikan salah satu calon Formatur maka

keanggotaannya sebagai panlihpus dicabut oleh PP IPM.

Ayat 2

Keanggotaan panlihpus yang telah dicabut oleh PP IPM, maka hak dan wewenang yang melekat pada dirinya dinyatakan gugur.

Ayat 3

Mengingat keanggotaan panlihpus bersifat institusi (keterwakilan PP dan PW) maka PP IPM akan meminta kepada institusi yang bersangkutan untuk mengganti anggota Panlihpus dengan usulan nama yang baru sesuai dengan anggota Panlihpus

Pasal 11

Sanksi Calon Formatur

Ayat 1

Jika terdapat calon formatur terbukti melakukan kecurangan

sehingga menghambat proses pemilihan serta merugikan

salah satu calon formatur maka haknya sebagai calon formatur

(34)

Ayat 2

Calon Formatur yang telah dicabut haknya oleh Panlihpus maka PW IPM atau PP IPM yang mencalonkannya tidak dapat mengganti dengan nama baru

Pasal 12

Sanksi Pemilih

Ayat 1

Jika terdapat calon pemilih yang terbukti melakukan

kecurangan sehingga menghambat proses pemilihan serta

merugikan salah satu calon formatur maka haknya sebagai

pemilih dicabut oleh Panlihpus.

Ayat 2

Calon Pemilih yang telah dicabut haknya oleh Panlihpus maka PP, PW atau PD IPM yang memberi mandat sebagai peserta tidak dapat mengganti dengan nama baru

Pasal 13

Sanksi Saksi

Ayat 1

Jika terdapat saksi yang terbukti melakukan kecurangan

sehingga menghambat proses pemilihan serta merugikan

salah satu calon formatur maka haknya sebagai saksi dicabut

oleh Panlihpus.

Ayat 2

Saksi yang telah dicabut haknya oleh Panlihpus, maka hak dan wewenang yang melekat pada dirinya dinyatakan gugur.

Ayat 3

(35)

BAB VII ATURAN TAMBAHAN

Pasal 14 Aturan Tambahan

Hal-hal teknis yang belum diatur dalam tata tertib proses pemilhan ini menjadi hak dan wewenang bagi Panlihpus untuk

mengaturnya

Ditetapkan di Ternate Pada tanggal, 29 Oktober 2011

Pimpinan Sidang

Ketua Sidang ttd (Susanna)

(36)
(37)
(38)

32

TABULASI KAJIAN AD/ART IPM

Tanfidz Muktamar XVII Yogyakarta

(Hasil KONPIWIL di Ternate)

No Pasal Asumsi Fakta OPSI

1. AD Pasal 23 ayat 1 (periodesasi)

Dengan periodesasi yang singkat, sosialisasi tidak bisa massif hingga ke ranting. Disebabkan oleh :

1) Sosialisasi jenjang struktur yang sangat panjang 2) Masa periodesasi hanya

sekedar untuk sosialisasi kebijakan, atau mengejar target program.

3) Tidak ada range masa aksi organisasi yang matang

Banyak ranting-ranting yang masih menggunakan kebijakan sebelumnya, karena kebijakan yang baru masih belum sampai atau tersosialisasikan dengan baik. Kebijakan tidak bisa dipahami secara mendalam, hal ini bertentangan dengan ART pasal 18-20 dimana kebijakan yang dihasilkan oleh tingkat kepemimpinan tertentu harus berdasarkan kebijakan garis kepemimpinan di atasnya.

1. Penambahan periodesasi 2. Periodesasi tetap efektifitas

di tambah

(39)

TA

Harus ada pengaturan pada BAB IX : Permusyawaratan.

Pasal 17 ayat 1 (menentukan kebijakan berdasarkan muktamar dan konpiwil) tentunya juga akan melahirkan kebijakan-kebijkan instant karena deadline masa yang cepat. Tidak ada proses pemantapan kebijakan, pilot project dan evaluasi. Yang ada hanya membuat-menetapkan-evaluasi-membuat, begitulah seterusnya....

- tidak ada adanya poin yang jelas mengatur tentang selambat-lambatnya waktu pelaksanaan permusyawaratan setelah permusyawaratan diatasnya dilaksanakan, menjadi salah satu penyebab periodesasi dan kebijakan yang tidak sejalan terstruktur. Dan inilah awal mula massifikasi gerakan IPM sulit terwujud hingga ke basis gerakan (ranting).

2. AD Pasal 24 ayat 1 (rangkap jabatan di struktur IPM)

Security organisasi tidak bisa berjalan dengan baik, karena ada dualisme jabatan.

Tidak ada pemihakan terhadap institusi kepemimpinan.

Banyak terjadi di wilayah-wilayah dalam struktur pimpinannya juga merangkap jabatan di daerah, dan seterusnya...

Butuh ketegasan tentang rangkap untuk jabatan (reward dan punishmennya)

3. AD Pasal 41 (sumber keuangan)

ART Pasal 44

Kebijakan yang hanya menjadi pepesan kosong

(40)

34 2 (laporan tentang perkembangan keanggotaan yang diserahkan kepada PW oleh PD)

Laporan progress report rutin (berkala) ke pimpinan di atasnya sebagai sebuah alat ukur progressifitas dan tindakan prefentif.

Tidak berjalan. Karena tidak ada mekanisme yang mengatur, serta tidak ada sanksi tindakan (reward and punnishment).

5. BAB XV : Perubahan AD

AD Pasal 46 ayat 1

AD Tidak tersosialisasikan karena masa yang terlalu cepat, hal ini merupakan irisan masalah dari periodesasi Muktamar yang memiliki kewenangan dalam merubah AD sangat singkat. Sehingga hampir tiap muktamar terjadi perubahan AD tanpa memiliki efek yang massif untuk IPM hingga ke ranting.

Perubahan-perubahan yang terjadi atas dasar kepentingan (pragmatisme gerakan). Event Muktamar pembahasan AD selalu tidak matang karena ketertarikan agenda lebih banyak ke arah suksesi pimpinan.

6. ART Pasal 12 Syarat daerah didirikan minimal

memiliki berapa cabang?

Tidak disebutkan

7. ART Pasal 30-39 Konsekuensi LPJ ditolak atau

diterima tidak ada, sehingga LPJ hanya sekedar formalitas semata. Apabila ada tanggapan pun hanya berhenti pada

(41)

TA

8. Redaksional ART Pasal 10

Dua, seharusnya Dua kali

Lain-lain yang belum diatur dalam AD/ART

No. Tema Deskripsi Konsekuensi

1. Pimpinan diatasnya kurang memiliki peran pada permusyawaratan di tingkat pimpinan di bawahnya

Pimpinan diatasnya yang hadir pada permusyawaratan tingkat di bawahnya hanya sekedar undangan atau peninjau yang tidak memilik hak suara dan pengambilan wewenang apabila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam permsyawaratan. Misalnya : agenda permusyawaratan tidak dipenuhi, kampanye tidak sehat, ikut serta dalam voting, dll.

1. Pimpinan diatasnya tidak memiliki pengaruh aktif dalam proses permusyawaratan.

Jika berlebih bisa menjadi sebuah bentuk intervensi struktural

2. Quota peserta permusyawaratan berdasarkan progressifitas gerakan dan kaderisasi

Para event permusyawaratan banyak lahir institusi struktural baru yang tidak ada kualifikasi yang jelas, SK yang jelas. Inilah yang menyebabkan IPM besar secara struktural namun miskin gerakan. Karena kelahiran institusi struktural tersebut hanya berbasis kepentingan suksesi saja, apakah ide atau

1. Wilayah kepemimpinan yang memiliki banyak struktur kepemimpinan di bawahnya belum tentu bisa mengirim banyak jumlah peserta apabila tidak memiliki raport prograssifitas gerakan dan kaderisasi.

(42)

Catatan tambahan :

1. Pasal tentang permusyawaratan perlu dipertegas. 2. Adanya pasal khusus tentang sanksi organisasi

(43)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

(44)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 1

Keberadaan Organisasi

Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 Miladiyah dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta. Pernah mengalami perubahan menjadi IRM pada tanggal 22 Jumadilula 1413 Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 18 November 1992 Miladiyah dan kini kembali lagi menjadi IPM pada tanggal 28 Syawal 1429 Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 28 Oktober 2008 pada Muktamar di Surakarta.

Pasal 2

Kedudukan Pimpinan Pusat

Pimpinan Pusat IPM berkedudukan di Yogyakarta. Sedangkan penyelenggaraan aktivitasnya berada di dua kantor yaitu di Yogyakarta dan Jakarta.

Pasal 3 Lambang

(45)

2. Makna Lambang IPM adalah:

a. Bentuk segi lima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi bentuk pena.

b. Warna kuning berarti keagungan dan ketuhanan; putih berarti kesucian; merah berarti keberanian, Warna hijau menunjukan agar ilmu yang didapatkan dapat mempertebal iman.

c. Gambar matahari yang berwarna kuning yang menunjukan bahwa IPM adalah keluarga besar Muhammadiyah.

d. Di tengah bulatan matahari terdapat gambar buku berarti pengetahuan. Atau bisa juga berarti Al-Qur’an yang suci (putih).

e. Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-quran, surat Al Qalam ayat 1 yang berbunyi “Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun” (dalam tulisan arab). Artinya: Nuun, Demi pena dan apa yang dituliskannya. f. Tulisan Al-Quran tersebut ditulis dengan menggunakan

huruf Arab, warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna merah dengan kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif menyampaikan dakwah Islam karena IPM mengemban tugas sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

Pasal 4 Bendera

(46)

2. Warna kuning dalam dasar bendera berarti keagungan dan ketuhanan yang menggambarkan kejayaan dan keluhuran budi

3. Ketentuan lain tentang lambang dan bendera ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 5

Pengajuan Menjadi Anggota

1. Pengajuan menjadi anggota diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Ranting atau cabang atau Daerah.

2. Pimpinan Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali melaporkan tentang keanggotaan di daerah Kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat.

3. Bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan menjadi anggota, berhak mendapatkan kartu anggota.

4. Ketentuan pelaksanaan dan pembuatan KTA diatur oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 6

Kewajiban dan Hak Anggota

1. Setiap anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah wajib untuk: a. Setia pada perjuangan IPM.

b. Taat pada keputusan dan peraturan IPM.

c. Menjaga nama baik IPM, dan menjadi teladan utama sebagai pelajar muslim.

(47)

e. Membayar Uang Pangkal dan Iuran Anggota yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM.

2. Hak Anggota:

a. Memiliki kartu tanda anggota IPM.

b. Memberikan saran dan menyatakan pendapat demi kebaikan organisasi.

c. Mendapatkan pengkaderan dari IPM.

d. Berhak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada level pimpinannya

Pasal 7

Kewajiban dan Hak Kader 1. Kewajiban Kader:

a. Setia pada perjuangan IPM.

b. Taat pada keputusan dan peraturan IPM.

c. Menegakkan dan menjunjung nama baik IPM dan Muhammadiyah.

d. Menjadi teladan yang utama sebagai pelajar muslim. e. Turut mendukung dan melaksanakan kebijakan dan

amal perjuangan IPM.

f. Menjadi penggerak dalam melaksanakan kebijakan dan amal perjuangan IPM.

2. Hak Kader:

a. Menyatakan pendapat didalam dan di luar permusyawaratan.

b. Memilih dan dipilih didalam permusyawaratan pada level kepemimpinannya

c. Mendapatkan pembinaan secara terus menerus dari IPM.

Pasal 8

Pemberhentian Anggota 1. Anggota berhenti karena:

(48)

b. Meminta berhenti atas kehendak sendiri.

c. Diberhentikan atas persetujuan Pimpinan di atasnya d. Menurut pasal 10 ayat 2 AD, yang sudah habis masa

keanggotaannya.

2. Bagi anggota yang usianya lebih dari 24 tahun tetapi masih aktif menjabat sebagai pimpinan IPM dapat melangsungkan kepemimpinannya hingga akhir masa jabatannya.

3. Anggota diberhentikan oleh Pimpinan karena:

a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perjuangan IPM.

b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik organisasi.

c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan pengadilan.

4. Anggota yang diberhentikan berhak mengajukan keberatan kepada struktur yang memberhentikan. Apabila struktur yang bersangkutan menolak maka anggota yang diberhentikan berhak naik banding kepada struktur di atasnya.

5. Putusan pemberhentian anggota harus diumumkan.

Pasal 9 Susunan Organisasi

Susunan Organisasi terdiri dari: 1. Ranting

(49)

2. Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai: a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya

dua dalam sebulan

b. Pengajian umum secara rutin sekurang-kurangnya dua dalam sebulan

c. Memiliki sekolah atau masjid/mushalla sebagai pusat kegiatan

d. Pimpnan ranting terdiri atas sekurang-kurangnya 10 orang

3. Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dengan surat keputusan.

4. Pembina IPM di sekolah Muhammadiyah tingkat SMP/ sederajat dan atau SMU/sederajat adalah Kepala Sekolah atau orang yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah.

5. Pembina IPM di ranting non sekolah adalah Pimpinan Ranting Muhammadiyah/Ketua Panti Asuhan.

6. Syarat Pembina IPM Ranting adalah alumni IPM dan atau Angkatan Muda Muhammadiyah.

Pasal 11 Cabang

1. Cabang didirikan atas rekomendasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan atau Musyawarah Cabang IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditembuskan kepada PD, dan PP IPM serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat.

3. Cabang adalah kesatuan ranting atas sekurang-kurangnya 2 (dua) ranting yang berfungsi:

(50)

b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan sekolah Muhammadiyah

c. Perencanaan program dan kegiatan

4. Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mempunyai: a. 2 (dua ) Pimpinan Ranting

b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam sebulan

c. Pengajian umum secara rutin tingkat Cabang sekurang-kurangnya dua dalam sebulan

d. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam

e. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Cabang 5. Cabang membawahi Ranting.

Pasal 12 Daerah

1. Daerah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan atau Musyawarah Daerah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditembuskan kepada PW IPM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat.

3. Daerah adalah kesatuan Cabang di tingkat Kabupaten/Kota yang berfungsi:

a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Cabang dan atau ranting

b. Perencanaan program dan kegiatan

4. Syarat pendirian Daerah sekurang-kurangnya mempunyai: a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya

dua kali dalam sebulan

(51)

c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam

d. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Daerah 5. Daerah membawahi Cabang dan Ranting.

Pasal 13 Wilayah

1. Wilayah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau Musyawarah Wilayah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 diterbitkan oleh PP IPM, dan ditembuskan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

3. Wilayah adalah kesatuan daerah di tingkat provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) Daerah yang berfungsi

a. Membina dan berkoordinasi dengan Daerah b. Marencanakan program dan kegiatan

4. Syarat pendirian Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai: a. 3 (tiga) Pimpinan Daerah

b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam sebulan

c. Pengajian umum secara rutin tingkat Daerah sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan

d. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam

e. Pelatihan kader pimpinan tingkat Wilayah 5. Wilayah membawahi Daerah, Cabang, dan Ranting.

Pasal 14 Pusat

(52)

2. Pusat membawahi Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.

Pasal 15 Sifat Kepemimpinan

Kepemimpinan IPM bersifat kolektif-kolegial. Artinya, dalam melaksanakan dan memutuskan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama dengan penuh pertimbangan.

Pasal 16 Susunan Pimpinan

Susunan Pimpinan terdiri dari : 1. Pimpinan Pusat

2. Pimpinan Wilayah 3. Pimpinan Daerah 4. Pimpinan Cabang 5. Pimpinan Ranting

Pasal 17 Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat menentukan kebijakan IPM berdasarkan keputusan Muktamar dan Konferensi Pimpinan Wilayah serta pedoman atau petunjuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2. Pimpinan pusat mentanfidzkan permusyawaratan tingkat

pusat, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan IPM.

3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Pusat membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar anggota Pimpinan Pusat.

4. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Pusat berkewajiban konsultasi dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

(53)

6. Personal pimpinan Pusat harus berdomisili di Yogyakarta dan atau Jakarta

Pasal 18 Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah menentukan kebijakan IPM dalam wilayahnya berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan wilayah.

2. Pimpinan Wilayah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan wilayah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.

3. Pimpinan Wilayah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau instruksi Pimpinan Pusat di wilayahnya. 4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan

Wilayah membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personil Pimpinan Wilayah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.

5. Pimpinan Wilayah membimbing dan meningkatkan kegiatan daerah dalam wilayahnya.

6. Dalam melaksanakan kebijaksanaan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Wilayah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.

7. Pimpinan Wilayah dapat membentuk Perwakilan Pimpinan Wilayah sesuai dengan keputusan Musyawarah Wilayah. 8. Personal Pimpinan Wilayah berdomisili di tempat kedudukan

Pimpinan Wilayah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam permusyawaratan tingkat Wilayah.

Pasal 19 Pimpinan Daerah

(54)

2. Pimpinan Daerah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan daerah, memimpin, dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.

3. Pimpinan Daerah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau instruksi Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.

4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal Pimpinan Daerah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.

5. Pimpinan Daerah membimbing dan meningkatkan amal usaha atau kegiatan cabang dan atau ranting dalam daerahnya.

6. Dalam melaksanakan kebijaksanaan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Daerah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah.

7. Personal Pimpinan Daerah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Daerah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam permusyawaratan tingkat Daerah.

Pasal 20 Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang menentukan kebijakan IPM dalam cabangnya berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan cabang.

2. Pimpinan Cabang mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan cabang, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.

3. Pimpinan Cabang memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.

(55)

wewenang antar personal Pimpinan Cabang atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.

5. Pimpinan Cabang membimbing dan meningkatkan amal usaha/kegiatan ranting-ranting dalam cabangnya.

6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Cabang berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah. 7. Personal Pimpinan Cabang berdomisili di tempat kedudukan

Pimpinan Cabang, dan apabila tidak demikian maka harus dapat mendapatkan persetujuan dalam permusyawaratan tingkat cabang.

Pasal 21

Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting menentukan kebijakan IPM dalam rantingnya berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan musyawarah ranting.

2. Pimpinan Ranting mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan ranting, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.

3. Pimpinan Ranting memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang.

4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Ranting membuat pedoman kerja dan pembagian tugas wewenang antar personal Pimpinan Ranting atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.

5. Pimpinan Ranting membimbing anggota dalam amalan kemasyarakatan dan hidup beragama, meningkatkan kesadaran berorganisasi dan beragama serta menyalurkan aktivitas dalam amal usaha IPM sesuai bakat, minat, dan kemampuannya.

(56)

berkonsultasi dengan kepala sekolah/Pimpinan Ranting Muhammadiyah/ Pengelola Panti Asuhan.

7. Pimpinan Ranting di perguruan Muhammadiyah tingkat SMP/sederajat dan atau SMA/sederajat dibina oleh kepala sekolah dan atau yang dimandati oleh kepala sekolah untuk membantunya dalam upaya menggerakan IPM ranting di sekolah yang bersangkutan.

8. Pimpinan Ranting yang berkedudukan di luar sekolah Muhammadiyah, pembinaan dilakukan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah/Pengelola Panti Asuhan.

Pasal 22 Pemilihan Pimpinan

1. Pemilihan Pimpinan dilakukan dengan memilih Formatur. 2. Pemilihan formatur dilakukan secara langsung.

3. Pedoman tata tertib pemilihan Pimpinan dibuat oleh Pimpinan setingkatnya, sesuai dengan hasil keputusan musyawarah.

4. Untuk pemilihan pimpinan dibentuk panitia pemilihan: a. Untuk Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Konferensi

Pimpinan Wilayah atas usul Peserta konpiwil

b. Untuk Pimpinan Wilayah, Daerah, dan Cabang ditetapkan oleh musyawarah masing-masing atas usul Pimpinan IPM yang bersangkutan.

c. Untuk Pimpinan Ranting ditetapkan dalam rapat pleno Pimpinan.

5. Syarat untuk dapat dicalonkan sebagai anggota Pimpinan IPM

a. Telah menjadi kader IPM dan mengamalkan ajaran Islam sesuai Al-quran dan Assunnah

b. Setia pada maksud dan tujuan serta perjuangan IPM. c. Taat pada garis perjuangan IPM.

d. Cakap dan berkemauan menjalankan tugasnya.

(57)

f. Memenuhi syarat-syarat Administrasi.

g. Syarat mutlak hafal akan janji pelajar muhammadiyah.

Pasal 23

Pergantian Pimpinan

1. Pergantian Pimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting disesuaikan dengan pergantian pimpinan seperti yang dimaksud dalam pasal 22 Anggaran Dasar.

2. Pimpinan IPM yang telah habis masa jabatannya, tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya

3. Setiap pergantian pimpinan IPM harus menjamin adanya peningkatan kualitas kepemimpinan.

Pasal 24 Batas Umur Pimpinan

Batas maksimal umur :

1. Pimpinan Pusat IPM adalah 24 tahun berjalan pada saat Muktamar.

2. Pimpinan Wilayah IPM adalah maksimal 24 tahun berjalan pada saat Muswil.

3. Pimpinan Daerah IPM adalah 22 tahun berjalan pada saat Musyda.

4. Pimpinan Cabang IPM adalah 20 tahun berjalan pada saat Muscab.

5. Pimpinan Ranting IPM adalah 18 tahun berjalan pada saat Musran.

Pasal 25

Pemberhentian Personal Pimpinan 1. Personal Pimpinan dinyatakan berhenti karena:

a. Meninggal dunia.

(58)

2. Personal pimpinan diberhentikan oleh pimpinan bersangkutan.

3. Peronal pimpinan diberhentikan karena:

a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perjuangan IPM.

b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik organisasi.

c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan pengadilan.

4. Personal pimpinan yang diberhentikan dapat mengajukan banding pada pimpinan diatasnya.

5. Keputusan pemberhentian pimpinan harus diumumkan. 6. Personal Pimpinan Pusat diberhentikan melalui rapat pleno

dan mendapat persetujuan dalam permusyawaratan tingkat Pusat.

Pasal 26 Pedoman Kerja

Untuk ketertiban jalannya pimpinan, maka Pimpinan Pusat IPM membuat pedoman umum kerja.

Pasal 27 Ketua bidang, Sekretaris Umum, Sekretaris Bidang, Bendahara Umum, dan Anggota Bidang.

Pasal 28 Bidang–Bidang

(59)

Pasal 29 Lembaga IPM

1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM.

2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan operasional program.

3. Batas wewenang dan kedudukan lembaga IPM seperti yang dimaksud ayat 1 di atas ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang bersangkutan.

4. Lembaga IPM bertanggung jawab kepada Pimpinan IPM yang bersangkutan.

5. Personal lembaga IPM direkrut dari anggota IPM, simpatisan atau pelajar muslim lain yang dianggap dapat mengemban amanah lembaga dan diberi tanggung jawab oleh masing-masing pimpinan.

6. Pimpinan IPM dapat membubarkan lembaga IPM atau merubah susunan anggota pengurusnya.

7. Pimpinan IPM membuat kaidah umum lembaga IPM yang disyahkan dalam permusyawaratan di tingkatannya.

8. Pimpinan IPM berhak dan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga khusus di tingkatan yang bersangkutan.

Pasal 30

Muktamar

1. Muktamar diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat. 2. Undangan, acara dan materi muktamar minimal telah sampai

kepada yang bersangkutan dua (2) bulan sebelumnya. 3. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri peserta

muktamar dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.

(60)

a. Peserta Penuh:

1) Ketua Umum Pimpinan Pusat dan anggota pimpinan pusat yang terpilih sebagai formatur pada Muktamar sebelumnya.

2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 4 orang utusan Pimpinan Wilayah. 3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang

mewakilinya dan 3 orang utusan Pimpinan Daerah. b. Peserta Peninjau:

1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Muktamar.

2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah.

5. Setiap Peserta Penuh Muktamar berhak satu suara.

6. Isi dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan berdasarkan keputusan Konpiwil pertama 7. Acara pokok dalam Muktamar:

a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat: 1) Kebijakan Pimpinan Pusat.

2) Organisasi dan administrasi.

3) Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Konpiwil sebelumnya

4) Keuangan

b. Pandangan umum Pimpinan Wilayah. c. Penyusunan program periode berikut. d. Pemilihan Pimpinan Pusat.

e. Masalah-masalah IPM yang bersifat urgen / penting f. Rekomendasi.

8. Ketentuan tata tertib Muktamar diatur oleh Pimpinan Pusat dan disahkan dalam Konpiwil.

9. Keputusan Muktamar mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut kembali oleh Muktamar berikutnya.

(61)

menyampaikannya pada pimpinan pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah IPM, dan Pimpinan Daerah IPM se-Indonesia

11. Pada waktu berlangsungnya Muktamar dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Muktamar.

12. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggaraan Muktamar.

Pasal 31

Muktamar Luar Biasa

(MLB)

1. Muktamar Luar Biasa diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat berdasarkan desakan 50% + 1 dari jumlah Pimpinan Wilayah.

2. Muktamar Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri Peserta Muktamar Luar Biasa dengan tidak memandang jumlah yang hadir asalkan undangan secara sah telah disampaikan kepada yang bersangkutan.

3. Peserta Muktamar Luar Biasa terdiri dari: a. Peserta Penuh:

1) Ketua Umum Pimpinan Pusat dan anggota pimpinan pusat yang terpilih sebagai formatur pada Muktamar sebelumnya.

2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 4 orang utusan Pimpinan Wilayah. 3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang

mewakilinya dan 3 orang utusan Pimpinan Daerah. b. Peserta Peninjau:

1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Muktamar.

2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat. 4. Setiap peserta penuh Muktamar berhak atas satu suara. 5. Isi dan susunan acara Muktamar Luar biasa disesuaikan

(62)

6. Keputusan Muktamar Luar Biasa mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut oleh Muktamar berikutnya.

7. Selambat-lambatnya dua minggu setelah Muktamar Luar Biasa, Pimpinan Pusat harus menyampaikan hasil keputusan Muktamar Luar Biasa kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pemberitahuan.

8. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa.

Pasal 32

Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil)

1. Konferensi Pimpinan Wilayah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.

2. Undangan, acara, dan materi Konferensi Pimpinan Wilayah minimal sampai kepada yang bersangkutan 1 (satu) bulan sebelum acara konpiwil diselenggarakan.

3. Konferensi Pimpinan Wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri peserta Konferensi Pimpinan Wilayah dengan tanpa memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.

4. Peserta Konferensi Pimpinan Wilayah terdiri dari: a. Peserta Penuh:

1) Ketua Umum Pimpinan Pusat dan anggota Pimpinan Pusat yang terpilih sebagai formatur pada Muktamar sebelumnya.

2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan utusan Pimpinan Wilayah masing-masing 4 orang.

b. Peserta Peninjau:

1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Konpiwil.

(63)

5. Setiap peserta penuh Konferensi Pimpinan Wilayah berhak atas satu suara

6. Isi dan susunan acara Konferensi Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

7. Acara pokok dalam Konferensi Pimpinan Wilayah. a. Laporan kebijakan Pimpinan Pusat.

b. Evaluasi dan menyusun kembali gerakan IPM secara Nasional

c. Masalah penting yang tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar.

d. Masalah yang oleh Muktamar diserahkan kepada Konferensi Pimpinan Wilayah.

e. Mempersiapkan acara-acara Muktamar yang akan datang.

8. Sebelum Muktamar dapat diselenggarakan Konpiwil dengan agenda khusus Persiapan Muktamar dan masalah penting. 9. Ketentuan tata tertib Konferensi Pimpinan Wilayah

ditentukan oleh Pimpinan Pusat dan disahkan dalam sidang pleno Konferensi Pimpinan Wilayah.

10. Keputusan Konferensi Pimpinan Wilayah mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat.

11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konferensi Pimpinan Wilayah, keputusan harus sudah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat menyampaikannya pada pimpinan pusat Muhammadiyah, Pimpinan wilayah IPM, dan Pimpinan Daerah IPM se-Indonesia.

12. Pada waktu berlangsungnya Konferensi Pimpinan Wilayah dapat diselenggrakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konferensi Pimpinan Wilayah. 13. Agenda Pokok Konpiwil Pra Muktamar:

a. Pembacaan dan penetapan tata tertib Konpiwil dan Muktamar

(64)

14. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggraan Konferensi Pimpinan Wilayah.

Pasal 33 Musyawarah Wilayah

(Muswil)

1. Musyawarah wilayah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Wilayah.

2. Muswil diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 bulan setelah akhir periode kepemimpinan PP IPM dan dikeluarkannya keputusan induk muktamar

3. Undangan, acara dan materi musyawarah wilayah minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya. 4. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh

Peserta Musyawarah Wilayah dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.

5. Peserta Muswil terdiri dari: a. Peserta Penuh :

1. Ketua Umum Pimpinan Wilayah dan anggota Pimpinan Wilayah yang terpilih sebagai formatur pada Musyawarah Wilayah sebelumnya.

2. Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 4 orang utusan Pimpinan Daerah.

3. Utusan Pimpinan Cabang masing-masing 3 orang. b. Peserta Peninjau :

1. Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta musyawarah wilayah.

2. Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah. 6. Setiap peserta penuh Musyawarah Wilayah berhak atas satu

suara.

(65)

8. Acara pokok dalam Musyawarah Wilayah:

a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah: 1) Kebijakan Pimpinan Wilayah.

2) Organisasi dan administrasi.

3) Pelaksanaan Keputusan Musyawarah Wilayah dan Konpida serta instruksi Pimpinan Pusat.

4) Keuangan.

b. Penyusunan Program IPM berikutnya. c. Pemilihan Pimpinan Wilayah.

d. Masalah urgen dalam Wilayah. e. Rekomendasi.

9. Ketentuan Tata Tertib Musyawarah Wilayah diatur oleh Pimpinan Wilayah dan disahkan dalam Konferensi Pimpinan Daerah.

10. Keputusan Musyawarah Wilayah mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Wilayah berikutnya.

11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Muswil, Pimpinan Wilayah harus menyampaikan hasil keputusan Musyawarah Wilayah kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Pusat untuk mendapat pengesahan.

12. Apabila sampai dua minggu sesudah penyerahan hasil Musyawarah Wilayah tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka keputusan tersebut dianggap sah. 13. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Wilayah dapat

diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Wilayah.

(66)

Pasal 34

Konferensi Pimpinan Daerah (Konpida)

1. Konferensi Pimpinan Daerah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Wilayah.

2. Undangan, acara dan materi Konferensi Pimpinan Daerah minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.

3. Konferensi Pimpinan Daerah dinyatakan sah apabila dihadiri peserta Konferensi Pimpinan Daerah dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.

4. Peserta Konferensi Pimpinan Daerah terdiri dari: a. Peserta Penuh :

1) Ketua Umum Pimpinan Wilayah dan anggota Pimpinan Wilayah yang terpilih sebagai untuk formatur pada Musyawarah Wilayah sebelumnya. 2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili

dan 3 orang utusan Pimpinan Daerah. b. Peseta Peninjau:

1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta Konpida.

2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah. 5. Setiap peserta penuh Konferensi Pimpinan Daerah berhak

atas satu suara.

6. Isi dan susunan acara Konferensi Pimpinan daerah ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah

7. Acara Pokok dalam Konferensi Pimpinan Daerah : a. Laporan Kebijakan Pimpinan Wilayah.

b. Masalah Urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Wilayah

c. Masalah yang oleh Muswil diserahkan kepada Konferensi Pimpinan Daerah.

(67)

8. Sebelum Muswil dapat diselenggarakan Konpida dengan agenda khusus Persiapan Muswil dan masalah urgen

9. Ketentuan tata tertib Konferensi Pimpinan Daerah ditentukan oleh Pimpinan Wilayah dan disahkan dalam sidang pleno Konferensi Pimpinan Daerah.

10. Keputusan Konferensi Pimpinan Daerah mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah.

11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konferensi Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah harus menyampaikan hasil keputusan Konferensi Pimpinan Daerah kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Pusat IPM untuk mendapat pengesahan.

12. Apabila sampai dua minggu sesudah penyerahan hasil keputusan Konferensi Pimpinan Daerah tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka keputusan tersebut dianggap sah.

13. Pada waktu berlangsungnya Konferensi Pimpinan Daerah dapat diselenggakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konferensi Pimpinan Daerah. 15. Agenda Pokok Konpida Pra Muswil:

a. Pembacaan dan penetapan tertib Konpida dan Muswil b. Pembacaan hasil kerja Konpida sebelumnya (pertama),

seperti Panitia pemilihan, Tata Tertib, Panitia Muswil, dll.

14. Pimpinan Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Konferensi Pimpinan Daerah.

Pasal 35 Musyawarah Daerah

(Musda)

(68)

2. Musda diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 bulan setelah akhir periode kepemimpinan PW IPM dan dikeluarkannya keputusan induk muswil.

3. Undangan, acara, dan materi Musyawarah Daerah minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya. 4. Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Peserta

Musyawarah Daerah dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah sampaikan kepada yang bersangkutan.

5. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari: a. Peserta Penuh :

1) Ketua Umum Pimpinan Daerah dan anggota Pimpinan Daerah yang terpilih sebagai formatur dalam Musyawarah Daerah sebelumnya.

2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakili dan 3 orang utusan Pimpinan Cabang.

3) Utusan Pimpinan Ranting masing-masing 3 orang. b. Peserta Peninjau :

1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Musyawarah Daerah.

2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah. 6. Setiap peserta penuh Musyawarah daerah berhak atas satu

suara.

7. Isi dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dengan berdasarkan keputusan Konpicab sebelumnya.

8. Acara pokok Musyawarah Daerah:

a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Daerah. 1) Kebijakan Pimpinan Daerah.

2) Organisasi dan administrasi.

3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah dan Konpicab sebelumnya serta instruksi Pimpinan di tingkat atasnya.

(69)

b. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya. c. Pemilihan Pimpinan Daerah.

d. Masalah IPM yang urgen dalam Daerahnya. e. Rekomendasi.

9. Ketentuan tata tertib Musyawarah Daerah diatur oleh Pimpinan Daerah.

10. Keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Daerah sampai diubah atau dicabut kembali oleh Musyawarah Daerah berikutnya. 11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musda Pimpinan

Daerah harus menyampaikan hasil keputusan Musda kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada pimpinan wilayah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat.

12. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil Musyawarah Daerah tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan tersebut dianggap sah. 13. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Daerah dapat

diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Daerah.

14. Pimpinan Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Daerah.

Pasal 36

Konferensi Pimpinan Cabang (Konpicab)

1. Konferensi Pimpinan Cabang diselenggakan atas undangan Pimpinan Daerah.

2. Undangan, acara, dan materi Konferensi Pimpinan Cabang minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.

(70)

memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.

4. Peserta Konferensi Pimpinan Cabang terdiri dari: a. Peserta Penuh :

1) Ketua Umum Pimpinan Daerah dan anggota Pimpinan Daerah yang terpilih sebagai formatur dalam Musyawarah Daerah sebelumnya.

2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakili dan 4 orang utusan Pimpinan Cabang.

b. Peserta Peninjau :

1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Konferensi Pimpinan Cabang.

2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah. 5. Setiap peserta penuh Konferensi Pimpinan Cabang berhak

atas satu suara.

6. Isi dan susunan acara Konferensi Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.

7. Acara Pokok Konferensi Pimpinan Cabang: a. Laporan Kebjijakan Pimpinan Daerah

b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai Musda.

c. Masalah yang oleh Musda diserahkan kepada Konferensi Pimpinan Cabang.

d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program e. Mempersiapkan acara-acara Musda berikutnya.

8. Ketentuan tata tertib Konferensi Pimpinan Cabang ditentukan oleh Pimpinan Daerah dan disahkan dalam rapat pleno Konferensi Pimpinan Cabang.

9. Keputusan Konferensi Pimpinan Cabang mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Daerah.

(71)

dan kepada Pimpinan Wilayah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat. 11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil keputusan

Konferensi Pimpinan Cabang tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan tersebut dianggap sah.

12. Pada waktu berlangsungnya Konferensi Pimpinan Cabang dapat diselenggarakan acara pendukung atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konferensi Pimpinan Cabang.

13. Agenda Pokok Konpicab Pra Musda:

a. Pembacaan dan penetapan tata tertib Konpicab dan Musda

b. Pembacaan hasil kerja Konpicab sebelumnya (pertama), seperti Panitia pemilihan, Tata Tertib, Panitia Musda, dll. 14. Pimpinan Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

Konferensi Pimpinan Cabang.

Pasal 37 Musyawarah Cabang

(Muscab)

1. Musyawarah Cabang diselenggarakan atas undangan Pimpinan Cabang.

2. Muscab diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 bulan setelah akhir periode kepemimpinan PD IPM dan dikeluarkannya keputusan induk Musda.

3. Undangan, acara dan materi Musyawarah Cabang minimal sampai kepada yang bersangkutan dua minggu sebelumnya. 4. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh

peserta Musyawarah Cabang dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan sudah disampaikan secara sah kepada yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

Simaya Warnet / Net Game adalah produk sambungan/koneksi internet yang dapat diandalkan dan efisien, terdiri dari berbagai pilihan sesuai dengan kebutuhan untuk

Hasil daripada kajian ini, secara keseluruhannya didapati hasil maklum balas daripada pensyarah dan pelajar yang terlibat dalam penilaian formatif iaitu terdiri

Hasri anallsrs regresi logistik multinomial didapatkan hasil yang tidak signifikan antara profil klinis maupun laborabris terhadap luaran kemoterapi fase induksi

Jenis tanah yang menjadi bidang gelincir tanah longsor adalah Jenis tanah yang memiliki nilai resistivitas paling rendah yaitu tanah lempung yang terdiri dari

India Kacang Tanah, Bawang Merah, Bawang Bombay, Bawang Putih, Beras, Cabai, Kurma, Kismis, Kacang Hijau, Jagung Manis, Jagung, Tepung Jagung, Seledri, Teh Hijau, Teh

Perlu Bimbingan 4 3 2 1 1 Kejelasan suara dan ketepatan bahasa yang digunakan (KD BI 4.3) Membaca dengan suara yang lantang dan tidak ada kesalahan ejaan Membaca

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang menerapkan metode ceramah bervariasi berbantu game puzzle pada kelas 2 di SDN

Memiliki sikap dan pola pikir untuk mengerjakan segala sesuatu dengan benar harus menjadi prioritas utama kita� Untuk melakukan ini, Anda harus memastikan bahwa Anda memahami