• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sur veilans Pus Andalas Waldi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sur veilans Pus Andalas Waldi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama lintas program, lintas sektor, antar daerah, bahkan antar Negara. Beberapa penyakit menular yang yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaaan, dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes meilitus, kecelakaan, dan sebagainya1. Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun 2010, Indonesia bahkan mencatatatkan angka jumlah kematian tertinggi untuk wilayah ASEAN, sebanyak 1.137 jiwa2.

Pada Puskesmas Andalas, tidak berbeda dengan Indonesia pada umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian penyakit DBD, sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2001 – 2010 angka kejadian DBD tidak pernah hilang dari data surveilans Puskesmas Andalas, dengan begitu, berdasarkan kajian epidemiologi Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dikategorikan sebagai wilayah endemis DBD3. Disamping itu, di Puskesmas Andalas juga masih terdapat beberapa penyakit yang terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Bisaa (KLB) ataupun sporadik.

(2)

intervensi agar suatu penyakit (menular) dapat dicegah dan menghilangkan angka kesakitan secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit endemis di wilayah kerja Puskesmas Andalas yang telah telah memiliki sistem surveilans yang seharusnya, berdasarkan fungsinya dapat mencegah kejadian tersebut, menjadi suatu pintu pembahasan yang menarik untuk mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas dan permasalahan yang ada.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1.4 Metode Penulisan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Surveilans

Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari Center of Disease Control

(CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan berhati-hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan untuk penanggulangan yang efektif5.

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, menyebut bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan1.

Dari kedua definisi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan bahwa kegiatan-kegiatan dalam surveilans adalah sebagai berikut5:

- pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus

- pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk menghasilkan informasi

- penyebarluasan informasi yang dihasilkan kepada orang-orang atau institusi yang dianggap berkepentingan, dan

- menggunakan informasi yang dihasilkan dalam manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian.

(4)

Masing-masing tingkat organisasi kesehatan ini dapat menyebarluaskan informasi yang dihasilkannya kepada orang atau organisasi yang dianggap berkepentingan, dan sekaligus menggunakan informasi itu untuk kepentingan manajemen pelayanan/program kesehatan.

Sementara itu, ada juga yang dikenal dengan Sistem Surveilans Epidemiologi. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat6.

2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.

(5)

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra6.

2.3 Jenis Penyelenggaraan Kegiatan Surveilans

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan satu cara atau kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktifitas pengumpulan data dan pola pelaksanaannya.

1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan

b. Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi khusus kesehatan

c. Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas

d. Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan

(6)

a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

b. Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan

a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana

b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana

4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan

a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan

b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya6.

2.4 Surveilans Epidemiologi Terpadu Penyakit

Surveilans Terpadu Penyakit (STP) adalah pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(7)

2.4.1 STP Puskesmas

(1). Pengumpulan dan Pengolahan Data

Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data. Untuk temuan penyakit Kejadian Luar Bisaa ( KLB) atau potensial KLB dicatat di formulir KLB (W1). Temuan ini harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten (DKK) dalam waktu 1 x 24 jam. Dapat menggunakan berbagai sarana komunikasi. Temuan dalam formulir W1 ini wajib untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Untuk beberapa penyakit khusus, seperti campak, digunakan formulir khusus (C1).

(2). Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut

Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk table menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu,maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(3). Umpan Balik

Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.

(8)

Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB (W2). Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STPBP). Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir1.

Gambar 1. Prinsip umum surveilans8 2.4.2 Manajemen STP1

Puskesmas, Puskesmas Sentinel, Rumah Sakit, Rumah Sakit Sentinel, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM & PL Depkes melaksanakan manajemen surveilans.

a. Advokasi dan Sosialisasi

Ditjen PPM&PL Depkes, Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan advokasi untuk mendapatkan dukungan para pengambil keputusan dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit.

b. Pembentukan Kelompok Kerja

(9)

data dan kelompok pelaksana analisis & rekomendasi yang didukung oleh tenaga profesional epidemiologi, entomologi, statistisi, dokter dan tenaga profesional lain sesuai kebutuhan.

c. Menyusun Rencana Kerja

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes menyusun rencana kerja tahunan program Surveilans Terpadu Penyakit. Rencana kerja tersebut mendukung terlaksananya kegiatan teknis surveilans epidemiologi sesuai dengan peran unit surveilans dan mekanisme kerjanya dan mendukung upaya memperkuat kemampuan unit surveilans dengan melaksanakan manajemen surveilans.

d. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Surveilans

Sumber Daya Manusia sebagai komponen penting dalam Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit, oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes meningkatkan kemampuan sumber daya manusiamelalui pendidikan, pelatihan, seminar, asistensi dan supervisi.

e. Pembinaan dan Pengawasan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di Kabupaten/Kota, termasuk Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di Propinsinya. Direktur Jenderal PPM&PL Depkes melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit diseluruh Indonesia.

f. Pertemuan Berkala Surveilans Epidemiologi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan berkala unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, termasuk Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel. Dinas Kesehatan Propinsi mengadakan pertemuan berkala unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Ditjen PPM&PL Depkes mengadakan pertemuan berkala unit surveilans Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi.

(10)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Ditjen PPM&PL Depkes menerbitkan media informasi epidemiologi dalam bentuk jurnal, buletin epidemiologi atau bentuk lain, secara berkala. Sasaran distrubusi buletin epidemiologi nasional adalah unit surveilans dan unit program terkait di lingkungan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan sektor terkait. Sasaran distribusi bulletin epidemiologi Propinsi adalah unit surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penerbitan buletin epidemiologi Kabupaten/Kota adalah unit surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, termasuk Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel.

h. Penyusunan Pedoman

Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyusun pedoman yang bersifat lebih teknis operasional sesuai dengan kebutuhan di lapangan, termasuk penambahan jenis penyakit dan variabel datanya. Pedoman dimaksud ditetapkan dengan ketetapan Gubernur untuk daerah Propinsi dan dengan ketetapan Bupati/Walikota untuk daerah Kabupaten/Kota.

i. Membangun Jejaring Surveilans Epidemiologi

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen PPM&PL membangun dan menjaga terlaksananya jejaring surveilans epidemiologi.

j. Mengembangkan Perpustakaan dan Referensi

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen PPM&PL mengembangkan perpustakaan untuk menyimpan data, informasi, hasil kajian dan seminar serta melengkapi bahan referensi untuk memperkuat kemampuan analisis dan rujukan.

k. Mengembangkan Komunikasi dan Konsultasi Ahli

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans di Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen PPM&PL mengidentifikasi, komunikasi dan konsultasi dengan para ahli berbagai bidang keilmuan, baik setempat, nasional maupun internasional sebagai rujukan ahli.

(11)

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes, serta unit-unit sumber data, melengkapi unitnya dengan sarana komputer, modem, telepon dan faksimili untuk pengolahan, analisis dan pengiriman data serta mengembangkan perangkat lunak komputer yang diperlukan.

m. Dukungan Anggaran Pembiayaan

Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT daerah Kabupaten/Kota bersumber dari anggaran belanja daerah kabupaten/kota dan sumber pembiayaan lainnya.

Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu PenyakitDinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT daerah Propinsi bersumber dari anggaran belanja daerah Propinsi dan sumber pembiayaan lainnya. Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Ditjen PPM-PL Dep Kes, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT Pusat bersumber dari anggaran belanja Pusat dan sumber

pembiayaan lainnya.

2.5 Tujuan Surveilans1,4

1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit pada suatu wilayah

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas masalah kesehatan.

Minimal ada tiga persyaratan untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk mengatasi masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. Dengan data surveilans yang layak dapat diketahui besaran masalah dari setiap masalah kesehatan yang ada dan keefektifan dari sebuah metode yang digunakan.

(12)

4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Bisaa (KLB).

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu6. Setiap kasus gizi buruk juga diperlakukan sebagai KLB. Salah satu penyakit yang dapat diimunisasi yang dapat menimbulkan KLB adalah campak, yang harus dilaporkan oleh puskesmas ke DKK. Bila puskesmas melakukan pengolahan dan analisa setiap minggu, maka ini merupakan kewaspadaan dini untuk mengetahui minggu keberapa frekuensi kasus campak lebih meningkat dari bisaanya.

5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan dirumuskan dan intervensi dilakukan, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya intervensi tersebut dari data surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit tersebut.

2.6 Manfaat Surveilans8

1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya 2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit

3. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat 4. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya

5. Deteksi perubahan layanan kesehatan yang terjadi 6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis 7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya

8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan di masa datang.

(13)

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Situasi

3.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2dengan batas-batas sebagai berikut9:

 Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji

 Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan

 Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat

 Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh Peta Wilayah terlampir.

3.1.2 Keadaan Demografi

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah9 :

Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

NO KELURAHAN JUMLAH

7 Kelurahan Kubu Marapalam 7124 8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 11754 9 Kelurahan Parak Gadang Timur 8831 10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 11775

Jumlah 88895

3.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan

(14)

1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat 2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah 3. Puskesmas Pembantu Tarandam 4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan 5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung 6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak 7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam 8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian 9. Poskeskel Kubu Marapalam

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas mempunyai :

 1 buah kendaraan roda empat ( Puskel )

 5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu :

 Rumah Sakit Pemerintah : 3

 Rumah Sakit Swasta : 6

 Klinik Swasta : 6

 Dokter Praktek Umum : 51 Orang

 Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang

 Bidan Praktek Swasta : 30 Orang

 Dukun Terlatih : 2 Orang

 Kader aktif : 352 Orang

 Pos KB : 12 Pos

 Posyandu Balita : 88

 Posyandu Lansia : 8

(15)

Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian : 51 orang PNS, 8 orang tenaga PTT, 6 orang tenaga volunteer/honor.

Tabel 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

NO JENIS KETENAGAAN PNS PTT HONOR JML

1. Dokter Umum 4 4

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan penyakit menular dan degenerative di Puskesmas Andalas

(16)

Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Andalas terlihat bahwa ruang lingkup kegiatan surveilans di Puskesmas hanya pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak menular. Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan prilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.

Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas, secara umum, tujuan-tujuan tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para ahli, tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan oleh penulis tidak semua tujuan tercapai. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

3.2.2 Sumber Daya Surveilans

a. Sumber Daya Manusia ( Petugas Surveilans )

Puskesmas Andalas saat ini memiliki satu orang petugas surveilans dengan latar belakang belakang pendidikan Diploma III (AmK). Merujuk kepada Kepmenkes Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan tenaga surveilans pada tingkat puskesmas adalah seorang epidemiolog terampil. Petugas ini mulai bekerja di Puskesmas Andalas menjadi pemegang program surveilans semenjak tahun 2010. Sudah lama tidak mengikuti pelatihan surveilans.

Berdasarkan keterangan petugas yang dimaksud jumlah petugas yang menggawangi program surveilans saat ini tidak menjadi kendala dalam menjalankan kegiatan program surveilans. Untuk pelatihan surveilans dirasakan memang sangat dibutuhkan, sebagai penyegaran ilmu dalam menjalankan tugas.

b. Sarana Pendukung

(17)

3.2.3 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data surveilans di Puskesmas Andalas sebagian besar menggunakan metoda surveilans pasif. Petugas surveilans hanya menunggu laporan kasus baru/lama dari tenaga medis/para medis di balai pengobatan, pustu, posyandu, atau tempat pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Petugas surveilans hanya tinggal mencatat dan menjumlahkan saja.

Metoda surveilans pasif relatif tidak akurat, walaupun dalam format pelaporan yang dibuat sudah diuraikan tentang definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan, tetapi seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak merasakan kepentingannya untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan surveilans, sehingga sering terjadi perbedaan persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih murah11.

Apabila penyakit yang dilaporkan ditulis di formulir W1 (KLB/potensial KLB), maka wajib hukumnya dalam waktu 1 x 24 jam dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Pada proses pengumpulan data ini, relatif tidak ditemukan masalah yang berarti. Pemegang program menjalankan kordinasi yang baik dengan petugas terkait lainnya dalam mengumpulkan data. Pencatatan juga dilaksanakan dengan baik dan rapi di formulir pencatatan yang telah ditentukan.

3.2.4 Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data

Berdasarkan pedoman STP Puskesmas, untuk data yang sudah berhasil dikumpulkan, petugas surveilans melakukan pengolahan dan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan serta menginterpretasikan analisis tersebut dalam bentuk kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya intervensi oleh pihak yang berwenang.

(18)

Di Puskesmas Andalas, petugas surveilans tidak menjalankan fungsi ini dengan memuaskan. Pengolahan data hanya berhenti pada proses pencatatan. Analisis dilakukan hanya dengan membaca data yang tercatat didalam formulir pencatatan tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam bentuk tabel, grafik, ataupun peta sebaran. Analisis seperti ini akan membingungkan dan dengan memasukan faktor kapasitas petugas yang bukan merupakan seorang epidemiolog terampil maka bisa diperkirakan hasil interpretasi yang dihasilkan tidak tajam.

3.2.5 Pelaporan dan Advokasi

Sebagai UPTD Dinas Kesehatan, puskesmas wajib memberikan laporan surveilans kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota (DKK) secara berkala. Untuk laporan KLB (formulir W1) harus dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam. Laporan ini bisa menggunakan berbagai media komunikasi, seperti kurir, telepon, fax, email, bahkan media SMS. Laporan wabah mingguan (formulir W2) dilaporkan setiap minggunya pada hari selasa. Laporan bulanan Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STPBP) di laporkan setiap bulannya diakhir bulan. Untuk laporan tahunan juga dibuat dan dilaporkan pada akhir tahun atau awal tahun baru.

Pelaporan formulir W1, W2, dan STBP kepada DKK oleh unit surveilans sudah berjalan dengan baik, > 90%. Sementara untuk laporan tahunan, semenjak tahun 2010 tidak ada lagi pembuatan laporan tahunan program surveilans. Pemegang program surveilans hanya mengumpulkan data bulanan kepada bagian tata usaha.

Advokasi, kegiatan ini sebagian kecil sudah dilaksanakan oleh unit surveilans Puskesmas Andalas. Advokasi terbatas hanya pada lintas program. Melihat dari kinerja unit surveilans pada tahap Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data, bisa disimpulkan advokasi yang dilakukan tidak kuat untuk mempengaruhi pemegang wewenang dalam merumuskan intervensi.

3.3 DBD Sebagai Penyakit Endemis di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Penyakit DBD dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak pernah hilang dari wilayah kerja Puskesmas Andalas, Kecamatan Padang Timur.

(19)

No Kelurahan Tahun Total 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Sawahan 23 8 7 6 21 9 17 7 12 7 117

Jumlah 119 98 56 66 144 95 217 102 138 138 1107

Dengan demikian, Kecamatan Padang Timur Adalah daerah endemis malaria.

Jikalau ditilik dari fungsi surveilans Puskesmas Andalas seperti yang telah dibahas diatas, hal ini bisa terjadi karena kelemahan fungsi surveilans pada tahap Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data. Pengolahan data yang terbatas menyebabkan analisis tidak sempurna, dan interpretasi yang diciptakanpun tidak tajam bahkan mungkin bisa salah. Kekurangan diatas belum termasuk dari faktor kapasitas petugas.

(20)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di unit pelayanan kesehatan perifer, puskesmas, sangat dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya dibutuhkan dalam mengetahui trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi dari penyakit tersebut sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau bahkan menghilangkan angka kejadiannya.

(21)

epidemiologi dari penyakit, begitu pula tahap Advokasi yang menjadi lemah karena memang berangkat dari tahap sebelumnya. Hal ini bisa dicontohkan pada kasus DBD yang menjadi penyakit endemis di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Kegiatan surveilans yang tidak prima ikut menyumbang keadaan ini.

4.2 Saran

Melihat paparan diatas ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan,

a. DKK sebagai pihak yang berkompeten, sebaiknya secara rutin melakukan pelatihan bagi petugas surveilans untuk meningkatkan kapasitas petugas

b. kepala puskesmas agar sebaiknya secara rutin pula melakukan evaluasi secara internal pada kegiatan surveilans yang berlangsung

c. DKK atau puskesmas sendiri agar mengadakan sarana perangkat computer bagi unit surveilans agar memudahkan petugas mengolah data

d. petugas surveilans agar dapat lebih mengembangkan sasaran advokasi, melibatkan lintas sektoral

e. unit surveilans agar mengembangkan metoda pengumpulan data Surveilans Aktif yang mempunyai tingkat presisi data lebih tinggi dibandingkan metoda Surveilans Pasif yang bisaa digunakan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2003

2. Anonim. Kasus DBD Indonesia Tertinggi di ASEAN. Diakses dari: http://megapolitan.kompas.com/read/2011/02/19/07163187/Kasus.DBD.di.Indonesia. Tertinggi.di.ASEAN 17 Oktober 2011. 18.00 WIB

(22)

4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Ed.17. Jakarta: Depkes RI; 2007

5. Buchari, Lapau. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2003

7. Wuryanto, Arie M.KM. Surveilans Epidemiologi. Diakses dari: http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/category/epidemiologi-s1_fkm-undip/

surveilans-epidemiologi/ 6 Oktober 2011. 17.00 WIB

8. Kasjono, Heru Subaris. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009

9. Puskesmas Andalas. Laporan Puskesmas Andalas Tahun 2010. Padang: Puskesmas Andalas; 2010

10. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program Surveilans Tahun 2008. Padang: Puskesmas Andalas; 2008

(23)
(24)

Gambar

Gambar 1. Prinsip umum surveilans8
Tabel 1.  Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan
Tabel 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen

data-link layer protocol—Fiber Distributed Data Interface (FDDI)—was available at the same time and uses the same type of fiber optic cable at 100 Mbps, 10 times the speed of

Pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar di Kota Pangkalpinang belum dilaksanakan dalam hal ini mengakibatkan tidak adanya perlindungan hukum dan kepastian

Setelah program ini diimplementasikan dalam studi kasus absensi karyawan perusahaan Mentari Rajut maka program aplikasi ini dapat dikatakan berhasil dengan memberikan

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TENTANG PEMBERIAN IZIN KEGIATAN PEKERJAAN BAWAH AIR KEPADA PT.. KETIGA : Kapal kerja yang digunakan dengan

Contoh sikap yang tidak sesuai dengan konsep berserikat dan mengeluarkan pendapat dalam demokrasi Pancasila adalah .... penuh semangat sehingga disenangi

Banyak pihak berpendapat bahwa aset perusahaan terpenting merupakan sumber daya manusia (human capital), karena human capitallah yang mengendaliakan aset lain yang

Koentjaraningrat (1984) menambah- kan model pengasuhan yang biasa dilaku- kan para orang tua Jawa pada anak-anak- nya, yaitu: (1) “menyuap” anak dengan menjanjikannya