PLENO PEMICU 1
PEMICU
Liputan6.com, Jakarta Bukan pertama kalinya SUMANTO, sebut saja demikian makan bawang putih. Pria 40-an tahun ini sudah beberapa kali sebelumnya makan bumbu dapur yang rasanya getir dan panas menyengat saat dikunyah. Namun, kali ini Anto mencoba menguatkan hati untuk mengonsumsi bumbu yang baunya juga menyengat ini setiap hari.
Hingga kini, setidaknya sudah sebulan Anto makan bawang putih setiap hendak beranjak tidur. Rasanya luar biasa. Suatu kali, perutnya bisa panas dan terasa bergejolak karena sebelumnya makan sambal. Setelah itu, perut berasa adem, panas mengurang dan nyaman. Yang biasanya sakit gara-gara sambal, sekarang sudah tidak lagi.
Di lain waktu, bawang putih yang dikunyah itu berasa menyengat di mulut apalagi ada sariawan yang sedang diderita. Satu dua hari terjadi, setelah itu sariawan sembuh.
Demi mengurangi rasa panas menyengat di mulut dan perut, Anto mencoba mencincang bawang lalu ditambahnya air jeruk nipis sesendok makan. Didiamkan sepuluh menit baru diminum. Kadang bawang yang dicincang itu dicampur air panas ditambah madu, lalu diminum setelah sepuluh menit. Pernah juga bawang putih disajikan tanpa cincang tapi dimakan langsung setelah digeprek."Wah, rasanya panas sekali!"serunya.
Rasa dan bau yang kurang enak itu rupanya sepadan dengan khasiat yang dihasilkannya. Bawang putih membuat gairah seksual Anto juga kembali. Bahkan perut Anto mulai kembali normal. Sebelum rutin mengonsumsi bawang putih, sembelit sering dialaminya. Sebaliknya, semenjak bawang putih jadi makanan rutin setiap hari, sembelit itu sudah sangat jarang dialaminya. "Bahkan meskipun makan daging atau nasi bersantan, saya tak lagi kesulitan buang air besar,"ujar Anto.
Para ilmuwan dari Universitas Maryland Medical Center, Amerika Serikat pernah menayangkan satu hasil penelitian di tahun 2013. Disebutkan, bawang putih bisa membantu menurunkan risiko kanker paru bila dikonsumsi dua kali seminggu. Bawang putih bahkan membantu mencegah penyakit kanker usus besar (kolon) dan pankreas.
Sebelumnya di tahun 1991, Jurnal Postgraduate Medicine pernah menayangkan satu hasil penelitian atas para mahasiswa kedokteran yang
mengonsumsi 10 gram bawang putih setiap hari selama dua bulan. Hasilnya menyebutkan, bawang putih mampu menurunkan kadar kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik.
Sebuah penelitian yang ditayangkan di Jurnal 'Food and Chemical Toxicology' pada Agustus 2013 juga menemukan manfaat bawang yang mampu mengurangi peradangan bila Anda mengonsumsinya mentah. Kandungan allicin di dalamnya yang jadi penunjang kesuksesan itu.
KLARIFIKASI DAN DEFINISI
-KATA KUNCI
Pria, 40 tahun
Khasiat bawang putih yang dirasakan:
Meredakan panas dalam perut
Menyembuhkan sariawan
Meningkatkan gairah seksual
Mengurangi sembelit
Khasiat bawang putih berdasarkan penelitian:
Menurunkan resiko kanker paru
Mencegah kanker pankreas dan usus besar
Menurunkan kadar LDL
Meningkatkan kadar HDL
Mengurangi peradangan
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peranan obat tradisional dan herbal dalam berbagai masalah
HIPOTESIS
Obat tradisional dan herbal belum dapat cukup uji klinis dan masyarakat
LEARNING ISSUES
1. Sejarah dan perkembangan obat tradisional
2. Macam-macam pengobatan tradisional di KalBar
3. Jelaskan mengenai uji klinis tanaman obat!
4. Jelaskan mengenai jamu, obat herbal terstandar, dan ftofarmaka!
5. Bawang Putih Taksonomi Morfologi
Komponen kimia dan bioaktif Efektivitas (manfaat)
Toksisitas
Prosedur lisensi obat oleh BPOM
6. Macam-macam tanaman obat di KalBar
7. Jelaskan mengenai Evidence Based Medicine!
8. Pandangan dokter terhadap obat tradisional
9. Bumbu dapur sebagai obat
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL
Berdasarkan catatan sejarah, penelitian mengenai tumbuh-tumbuhan herbal
sudah dimulai sejak 5,000 tahun yang lalu pada bangsa Sumerian.
Penggunaan pengobatan secara herbal untuk penyembuhan juga sudah dilakukan
oleh bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno
Perkembangan pengobatan herbal berlanjut pada abad pertama sesudah masehi
dengan adanya tulisan dari Dioscorides. Dioscorides menulis suatu ringkasan dari lebih 500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17 yang
merupakan hal yang sama pentingnya bagi ahli pengobatan herbal serta ahli tumbuhan
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk
MACAM-MACAM PENGOBATAN TRADISIONAL DI KALBAR
UJI KLINIS TANAMAN OBAT
Uji klinik adalah suatu pengujian khasiat obat baru pada manusia, dimana
sebelumnya diawali oleh pengujian pada binatang atau uji pra klinik. Pada dasarnya uji klinik memastikan efektivitas, keamanan dan gambaran efek samping yang
sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat.
Uji klinik terdiri dari 4 fase, yaitu uji klinik fase I, uji klinik fase II, uji klinik fase III dan
uji klinik fase IV.
Uji klinik fase I dilakukan pada manusia sehat, bertujuan untuk menentukan dosis
tunggal yang dapat diterima. Uji klinik fase II, dilakukan pada 100-200 orang penderita untuk melihat apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I
JELASKAN MENGENAI JAMU, OBAT HERBAL TERSTANDAR,
DAN FITOFARMAKA
Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi.
Fitofarmaka
BAWANG PUTIH
Jenis : Allium sativum
Morfologi
Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. morfologinya antara lain:
1. Daun
2. Batang
3. Akar
BAWANG PUTIH (CONT)
Komponen kimia dan bioaktif
Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram adalah: Alisin 1,5%
merupakan komponen penting dengan efek antibiotik, Protein sebesar 4,5
gram, Lemak 0,20 gram, Hidrat arang 23,10 gram, Vitamin B 1 0,22
miligram, Vitamin C 15 miligram, Kalori 95 kalori, Posfor 134 miligram,
BAWANG PUTIH (CONT)
Efektivitas
Pada Metabolisme Lemak dan Kolesterol Terhadap Proses Oksidasi Sel Kanker Terhadap Sistem Kardiovaskular
Terhadap Tulang dan Sendi Kemampuan antibakteri
Toksisitas
PROSEDUR LISENSI OBAT OLEH BPOM
Persyaratan dan kriteria meliputi (Pasal 2):
Obat tradisional, obat herbal terstandar dan ftofarmaka yang dibuat dan atau diedarkan di
wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala BPOM.
Untuk memperoleh izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
pendaftaran.Dikecualikan dari ketentuan Pasal 2 terhadap :
1. obat tradisional, obat herbal terstandar dan ftofarmaka yang digunakan untuk penelitian;
2. obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas;
3. obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran dalam jumlah terbatas;
4. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong;
EVIDENCE BASED MEDICINE
Evidence based medicine
merupakan pengintegrasian antara:
(a) Bukti ilmiah beupa hasil penelitian terbaik dengan
(b) Kemampuan klinis dokter serta
PANDANGAN DOKTER TERHADAP OBAT TRADISIONAL
Masyarakat pada umumnya menganggap obat-obatan herbal berasal dari tumbuhan sehingga obat-obatan tersebut tidak akan memiliki efek samping. Namun, justru faktanya obat-obatan herbal dapat saja berbahaya dan memiliki efek buruk jika kualitas obat-obatan herbal sangat rendah. Dunia medis
sesungguhnya menolak penggunaan obat-obatan herbal akibat belum adanya
BUMBU DAPUR SEBAGAI OBAT
Rempah-rempah tidak hanya memberikan efek kelezatan rasa makanan, tetapi banyak diantaranya telah terbukti berkhasiat dalam pengobatan masyarakat
berbasis herbal. Antioksidan yang terkandung dalam rempah-rempah adalah adalah salah satu aspek yang saat ini banyak didalami dalam pengembangan ilmu
kesehatan manusia.
Berikut adalah beberapacontoh bumbu dapur yang dapat dijadikan obat herbal
Pala (Myristica fragrans)
Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
Kayu manis (Cinnamon)
Kunyit, (Curcuma longa L)
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN
FITOFARMAKA
Dalam rangka pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi obat herbal
terstandar dan ftofarmaka, standarisasi dan persyaratan mutu simplisia obat tradisional merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Standarisasi tidak saja diperlukan pada simplisia,tetapi juga pada metode
pembuatan sediaan termasuk pelarut yang digunakan dan standardisasi sediaan jadinya.
Untuk pengembangan obat tradisional menjadi obat herbal terstandardisasi dan
KESIMPULAN