• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KOMPONEN HUKUM UTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT - 7. KOMPONEN HUKUM UTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VI. KOMPONEN HUKUM UTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT - 7. KOMPONEN HUKUM UTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

VI. KOMPONEN HUKUM UTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Dalam kehidupan masyarakat terdapat enam unsure hukum yang utama yaitu: Masyarakat hukum, subjek hukum, Peran dan peranan dalam hukum, peristiwa hukum, hubungan hukum dan objek hukum ( Purnadi Purbacaraka ).

A. Masyarakat Hukum

Masyarakat hukum ialah sekelompok orang-orang tertentu yang hidup Menurut suatu system hukum tertentu. Dengan perkataan lain bahwa masyarakat hukum adalah sekelompok orang-orang yang tunduk pada perangkat hukum dari suatu system hukum atau Menurut system hukum tertentu

1. Tipe masyarakat hukum

Apabila dipandang Menurut tipenya, maka masyarakat hukum dapat dibagi atas: tipe Paguyuban = Gemeinschaft dan tipe Patembayaan = Gesellschaft ( F Ferdinand Toennis; 1855-1936 dalam buku: Gemeinschaft und gesellschaft terbit tahun 1877 di Jerman Timur ). Persamaan kedua tipe masyarakat hukum:

- Terbentuk melalui sikap tindak manusia secara timbal balik. - Diperlukan oleh manusia dalam masyarakat

- Merupakan wujud hasil perjuangan dalam memenuhi segala keperluan hidupnya

- Saling mengisi dan melengkapi antara sama sama lain

- Memberikan kewibawaan,martabat dan harga diri bagi warga masyarakat yang menjadi anggotanya

- Memiliki aturan-aturan tersendiri

- Merupakan wujud dari masyarakat hukum yang tunduk kepada hukum yang sama

Perbedaan kedua tipe masyarakat hukum:

No Tipe Paguyuban Tipe Patembayan

1. Pembentukan dilandasi oleh kemauan yang lebih didomi-nasi oleh perasaan sehingga cenderungan lebih kearah kebersamaan dan keakraban

(2)

2. Hubungan antar warga lebih kearah kekeluargaan dan iklim kepamrihan hampir tidak tampak

Hubungan antar warga lebih pada suasana kerja/usaha dan iklim kepamrihan sangat terasa

3. Anggota lebih merasakan adanya ikatan kekeluargaan

Anggota lebih merasakan aqdanya keterpisahan dan kepentingan masing-masing 5. Kolektivisme dan perasaan

senasib sepenanggungan sangat mendominasi

Individualisme dan egoisme yang disertai kepamrihan sangat mendominasi penarikan garis Keturunan darah atau system penarikan silsilah yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Apabila dipandang menurut sistemnya maka masyarakat dapat dibagi dalam: system patrilinial dan system matrilineal ( Unilateral ) dan system bilateral ( parentral )

Sistem masyarakat ini sangat diperhatikan dalam hukum adat dan sangat besar pengaruhnya bagi system hukum keluarga dan system hukum waris yang dianut oleh orang yang bersangkutan.

(3)

Masyarakat patrilinial adalah suatu masyarakat hukum yang menganut system penarikan garis Keturunan darah dari pihak ayah. Masyarakat Matrilinial adalah suatu masyarakat hukum yang menganut system penarikan garis Keturunan darah dari pihak ibu. Masyarakat unilateral adalah suatu hukum yang menganut system penarikan garis Keturunan darah hanya dari satu garis saja ( ayah saja atau ibu saja ). Masyarakat bilateral adalah suatu masyarakat hukum yang menganut system penarikan garis Keturunan darah dari kedua belah pihak, yakni dari pihak ayah maupun ibu.

3. Status masyarakat hukum

Apabila ditinjau dari sudut statusnya maka masyarakat hukum dapat dibedakan atas: Masyarakat sebagai subjek hukum dan masyarakat bukan sebagai subjek hukum.

a. Masyarakat dalam status sebagai subjek hukum

Yaitu masyarakat yang merupakan kelompok social tertentu yang memiliki hak dan kewajiban serta kekuasaan dan ketaatan sehingga kelompok masyarakat ini memiliki hak dan kewajiban serta kekuasaan terhadap pihak yang berada diluar kelompok . Contoh:

- Kelompok masyarakat yang terwadah dalam sebuah Negara - Kelompok masyarakat yang terwadah dalam sebuah Lembaga

Sosial dan Lembaga lainnya yang telah ditentukan sebagai Badan hukum

b. Masyarakat dalam status bukan sebagai subjek hukum

Yaitu masyarakat yang meskipun berupa kelompok social namun tidak memiliki hak, kewajiban, kekuasaan dan ketaatan. Jadi warga masyarakat ini hanya merupakan himpunan orang-orang yang berkumpul hanya untuk suatu maksud tertentu saja. Contoh:

- Kelompok arisan

- Kelompok atau persekutuan dagang/toko dan lain-lain yang tidak berbadan hukum

4. Sifat masyarakat hukum

Bila ditinjau dari sifat masyarakat hukum maka dapat dibedakan menjdai masyarakat yang ketat/tetap dan masyarakat yang longgar/berubah-ubah

(4)

dikurangi. Contoh: Kelompok arisan jumlahnya harus tetap dan tidak boleh berubah dalam satu putaran.

Masyarakat yang longgar/berubah-ubah, yaitu masyarakat yang hitungan jumlahnya boleh berubah-ubah setiap saat, sehingga warga baru bisa setiap saat masuk dan warga lama bisa setiap saat keluar. Contoh: Kelompok masyarakat dalam satu rukun warga tertentu, dapat bertambah dan keluar setiap saat

B. Subjek hukum

Subjek hukum adalah setiap pihak yang memiliki atau yang bisa memiliki hak dan kewajiban dalam bidang hukum. Subjek hukum dapat dipandang dari dua sudut pandang yaitu hakikat dan status. Subjek hukum dari sudut hakikat dapat dipandang sebagai: pribadi kodrati/manusia ( natuurlijkeperson), pribadi hukum ( reschtsperson) dan pejabat/ambtenar. Sedangkan subjek hukum dari sudut statusnya dapat dipandang sebagai: subjek mandiri, subjek terlindungi dan subjek perantara.

1. Hakikat subjek hukum

a. Sebagai pribadi kodrati ( manusia )

Yaitu pribadi yang Menurut kodratnya otomatis menjadi subjek hukum yang dalam hal ini adalah setiap orang/manusia. Dikatakan demikian oleh karena manusia sejak lahir hingga maninggal tanpa kecuali adalah sebagai subjek hukum

b. Sebagai pribadi hukum

Yaitu suatu pihak yang bisa dianggap sebagai pribadi tertentu sehingga mempunyai hak dan kewajiban tertentu dalam budang hukum dan menurut peraturan hukum yang berlaku menjadi berkedudukan sebagai subjek hukum juga meskipun bukan manusia melainkan berwujud suatu badan atau lembaga

c. Sebagai pejabat ( ambtenar )

Pejabat dipandang sebagai subjek hukum karena ia adalah fungsionaris dan pemangku serta penaggungjawab dari pelaksanaan fungsi sebuah jabatan tertentu. Jadi dalam hal ini yang dilihat adalah fungsinya dan bukan siapa orangnya

(5)

Yaitu subjek hukum yang mampu bersikap tindak hukum sehingga mampu mengurus segala kepentingannya sendiri tanpa perlu dibantu atau diwakili oleh subjek hukum lainnya. Contoh: orang dewasa yang sehat akal dan pribadi hukum/badan hukum

b. Subjek hukum terlindung

Yaitu subjek hukum yang tidak mampu bersikap tindak hukum sehingga tidak mampu mengurus segala kepentingannya sendiri, melainkan memerlukan bantuan dan perlindungan subjek hukum lain yang mandiri

c. Subjek hukum perantara

Yaitu subjek hukum mandiri yang sudah menjadi perantara atau penghubung antara subjek-subjek hukum lainnya yang tidak saling berhubungan secara langsung

C. Peran dan Peranan dalam hukum 1. Peran

Adalah kedudukan tertentu yang dimiliki oleh suatu subjek hukum tertentu dalam Lingkungan tertentu.

Contoh: Peran Pak Joni

Dirumah tangga: Sebagai suami dari seorang istri dan sebagai seorang ayah dari keempat anaknya

Dikeluarga: Anak tertua dari tujuh bersaudara, seorang paman dari 17 keponakan, seorang kakek dari 27 cucunya

Dikantor: Sebagai seorang staf direksi Dilingkungan: sebagai Ketua RW Di Organisasi: Sebagai Ketua Umum 2. Peranan

Adalah suatu fungsi tertentu yang dimiliki oleh subjek hukum sehubungan dengan peranannya pada suatu lingkungan tertentu. Fungsi tertentu tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi asli dan dimensi turunan ( derivat )

a. Dimensi asli

Dalam dimensi asli maka peranan dapat berwujud sebagai hak dan kewajiban.

(6)

menggunakan haknya atau tidak menggunakan haknya maka tidak ada orang lain yang dapat memaksanya

2). Kewajiban adalah suatu peranan yang harus dilakukan dalam hal berwujud sebagai perintah atau harus tidak dilakukan bila berwujud suatu larangan. Dalam hal ini seseorang/suatu pihak bisa dipaksa, digugat atau dituntut untuk menunaikan kewajibannya bila ia belum melaksanakannya. Sebaliknya seseorang/suatu pihak bisa ditegur, diberi sangsi yuridis atau diancam apabila ia melakukan pelanggaran atas larangan untuk tidak dilakukan.

b. Dimensi turunan ( derivat )

Dalam dimensi turunan ( derivat ) maka peranan dapat berwujud sebagai kekuasaan dan ketaatan

1). Kekuasaan yaitu campuran atau pembauran antara hak dan kewajiban yang telah menyatu sehingga sulit dipisahkan atau dibedakan mana yang dikatakan hak dan mana yang dikatakan kewajiban. Contoh: Hak untuk menagih hutang dan kewajiban untuk membayar hutang, hak untuk meminta bantuan dan kewajiban untuk memberikan bantuan. Contoh lain: Kekuasaan orang tua untuk memberikan pemeliharaan dan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya, sebab hal ini disamping merupakan hak juga merupakan kewajibannya.

2). Ketaatan yaitu peran khusus yang berfungsi sebagai dasar dan penunjang setiap kekuasaan. Oleh sebab itu dikatakan bahwa dimana ada kekuasaan disitu pasti ada ketaatan dan sebaliknya dimana ada ketaatan disitu pasti ada kekuasaan. Apabila ketaatan sudah tidak ada maka kekuasaan itu otomatis akan gugur dengan perkataan lain bahwa ketaatan itu merupakan bukti dan sekaligus sumber kewibawaan yang memberikan legitimasi tersendiri bagi kekuasaan. Contoh: Jatuhnya kekuasaan Raja Perancis Louis XVI segera setelah hilangnya ketaatan rakyat dan serdadu-serdadu Perancis kepadanya.

D. Peristiwa hukum

(7)

Perguruan Tinggi, hal ini merupakan akibat hukum yang hanya berlaku bagi Budi. Sedangkan peristiwa hukum yang menimbulkan akibat hukum bagi semua orang misalnya: Harun dan Siti menikah, maka hal ini akan menimbulkan akibat hukum bagi semua orang tanpa kecuali untuk menghormatinya dan tidak mengganggu rumah tangga mereka.

1. Sifat dan gejala peristiwa hukum a. Alamiah

Hal ini didasari pada hukum alam/kodrat yang tidak mungkin dihindari oleh manusia. Contoh: Terjadinya pergantian siang dan malam, terjadinya bencana alam yang menimbulkan kerusakan dan kerugian setempat, terjadinya kematangan kejiwaan dan kematangan berfikir pada anak usia 16 tahun

b. Sosial

Hal ini didasari menurut Keadaan social/Keadaan kehidupan masyarakat yang telah terjadi sebagai peristiwa dalam kenyataan yang bear-benar menimbulkan akibat hukum, apalagi bila telah diketahui oleh masyarakat umum. Contoh: Peristiwa huru-hara tanggal 11-14 Mei 1998 di Jakarta, Peristiwa MALARI tanggal 15 Januari 1974 di Jakarta, Peristiwa Trisakti, Peristiwa Semanggi I dan Peristiwa Semanggi II dan lain-lain

2. Kejadian-kejadian peristiwa hukum

Berupa kejadian-kejadian tertentu yang sudah pasti menimbulkan akibat hukum

Contoh: Kelahiran seseorang, meninggalnya seseorang, dibubarkannya sebuah badan hukum, berdirinya sebuah organisasi atau perkumpulan yang berbadan hukum dan lain-lain

3. Sikap tindak peristiwa hukum a. Sikap tindak menurut hukum

Merupakan sikap tindak yang tidak melanggar ketentuan hukum manapun melainkan justru mentaatinya. Contoh: membayar barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan tariff atau harga yang telah ditetapkan dan disepakati

(8)

1). Penggunaan kekuasaan yang melebihi batas ( Exess De Pouvoir ). Misalnya kekuasaan seorang Presiden yang melebihi kekuasaan seorang Raja

2). Penyalahgunaan wewenang ( Detournement De Pouvoir ). Contoh: Seorang kasir Kas Negara yang menggunakan uang Negara

3). Penyelewengan dalam bidang Hukum Perdata ( Onrecht Matigedaad ). Contoh: Sikap debitur yang tidak mau membayar hutangnya kepada kreditur

4). Perbuatan yang dapat/patut dihukum ( Srafbaafeit ). Contoh: Tindak pidana ( Prof Mr Satochid Kartonegara ) dan perbuatan pidana ( Prof Mr Moeljatmo )

E. Hubungan hukum

Adalah hubungan antar subjek hukum yang menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu baik bagi mereka yang berhubungan hukum tersebut maupun bagi pihak lain. Macam hubungan hukum dapat dibedakan berdasarkan: asal atau sumber, kedudukan, sifat dan jaringan

1. Hubungan hukum berdasarkan asal atau sumber

a. Hubungan hukum alamiah: Yaitu hubungan hukum yang secara otomatis ada dan hal ini tidak terlepas dari keberlakuan hukum alam / hukum kodrat yang tidak dapat disangkal oleh manusia. Contoh: hubungan darah atau hubungan hukum orang tua dan anak, kakek/nenek dengan cucu, bersaudara sepupu dan lain-lain b. Hubungan hukum karena sebab hukum: Dapat dibedakan

menjadi dua hal yaitu:

1). hubungan hukum atas perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja dan memang bertujuan untuk mengadakan hukum tersebut. Contoh: Pernikahan oleh sepasang suami-isteri

2). Hubungan hukum karena peristiwa yang tidak disengaja. Contoh: Akibat tabrakan kendaraan bermotor yang menimbulkan perikatan atau hubungan hukum antara kedua belah pihak baik yang bersalah maupun yang tidak bersalah

(9)

Berdasarkan kedudukan maka hubungan hukum dapat di-bedakan menjadi hubungan hukum yang sederajat ( nebenainander ) dan hubungan hukum yang beda derajat ( nachainander )

a. Hubungan hukum sederajat:

Yaitu hubungan hukum antara subjek-subjek hukum yang berkedudukan sederajat atau sama tinggi sama rendah. Contoh: 1). Pasangan suami istri menurut Konsepsi UU No. 1 tahun 1974, tentang perkawinan dan mempunyai hubungan hukum sederajat 2). Hubungan hukum antara penggugat dan tergugat

3). Hubungan hukum antara kreditur dengan debitur

4). Hubungan hukum antara Fisioterapis dengan pasien/klien b. Hubungan hukum beda Derajat

Yaitu hubungan hukum antara subjek-subjek hukum yang berkedudukan tidak sederajat. Contoh:

1). Hubungan hukum orang tua dengan anak

2). Hubungan suami istri dalam hukum adat ( Nyalindung Kegelung pada hukum adat sunda, Manggih kaya pada hukum adat Jawa ) 3. Hubungan hukum berdasarkan sifat

Apabila dipandang dari sudut sifatnya maka hubungan hukum dapat dibedakan atas: hubungan hukum yang bersifat timbal-balik dan hubungan hukum yang tidak timbal balik.

Hubungan hukum timbal balik adalah hubungan hukum dimana antara kedua belah pihak masing-masing memiliki hak dan kewajiban terhadap pihak lain. Contoh: Hubungan antara suami-istri, hubungan antara pembeli – penjual, hubungan antara fisioterapis – pasien/klien

Hubungan hukum tidak timbal balik adalah hubungan hukum antara dua pihak dalam hal salah satu pihak hanya memiliki hak saja dan pihak lain hanya memiliki kewajiban saja. Contoh: hubungan hukum antara penerima hadiah dan pemberi hadiah, hubungan hukum antara Pemerintah/Negara dengan fakir miskin/gelandangan 4. Hubungan hukum berdasarkan jaringan

Apabila dipandang dari sudut jaringannya maka hubungan hukum dapat dibedakan atas: Hubungan hukum searah dan hubungan hukum jamak arah

(10)

tertuju kepada pihak pasangannya masing-masing secara timbal balik. Contoh: hubungan hukum antara sepasang suami-istri, hubungan hukum tunggal antara dua perusahaan dalam suatu monopoli barang/jasa tertentu

Hubungan hukum jamak arah adalah hubungan hukum yang terjadi antar para pihak yang tidak terbatas jumlahnya. Contoh: hubungan hukum antara PLN dengan jutaan pelanggannya, hubungan hukum sebuah universitas dengan mahasiswanya.

F. Objek hukum

Objek hukum ialah sesuatu yang menjadi kepentingan subjek hukum dan masyarakat hukum yang keberadaannya diatur berdasarkan hukum. Demi objek hukum ini pula masing-masing subjek hukum melaksanakan berbagai sikap tindak hukum menurut peranan dan berdasarkan perannya masing-masing.

Objek hukum dapat dibedakan dalam dua criteria yaitu criteria hukum dan kriteria ekonomi

1. Kriteria hukum

Dari kriteria hukum, maka objek hukum dibedakan menurut wujud, hakikat keberadaan dan cara perolehan

a. Objek hukum menurut wujud.

Menurut wujudnya objek hukum dapat dibagi menjadi objek hukum materiel dan objek hukum immaterial. Objek hukum materiel adalah segala objek hukum yang bersifat bendawai atau berwujud benda, misalnya tanah, dan segala sesuatu yang ada diatasnya, kapal, saham, mobil, obligasi dan berbagai surat berharga lainnya. Sedangkan objek hukum immaterial adalah segala objek hukum yang tidak bersifat bendawi atau tidak berwujud, misalnya nama baik/goodwill, hak cipta dan hak patent.

b. Objek hukum menurut hakikat keberadaan

Menurut hakikat keberadaannya, objek hukum yang berwujud dibagi menjadi benda tetap ( tidak bergerak ) dan benda tidak tetap ( bergerak )

c. Objek hukum menurut cara perolehan

(11)

Objek hukum yang diperoleh secara Cuma-Cuma misalnya ikan dilaut, pasir dipantai, air disungai, sinar matahari, udara, sarang burung walet dalam goa karang dibawah tebing, air di sumur sendiri yang diambil dengan timba, sinar IR dan UV dari matahari, hibah warisan dan lain-lain. Sedangkan objek hukum yang diperoleh tidak secara Cuma-Cuma misalnya ikan di pasar, pasir di toko material, sarang burung walet di toko, air PAM/ledeng gas untuk memasak, tenaga listrik, sinar infra merah dan ultra violet dari mesin/alat dan lain-lain

2. Kriteria ekonomi

Menurut kriteria ekonomi, maka objek hukum dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya dan hakikat penggunaannya. a. Objek hukum menurut tujuan penggunaannya

Menurut tujuan penggunaannya maka objek hukum dapat dibagi menjadi objek hukum/benda konsumsi dan objek hukum/benda produksi. Objek hukum konsumsi misalnya sandang pangan, papan dan sebagainya. Sedangkan objek hukum/benda produksi misalnya kendaraan umum, bioskop, pabrik dan sebagainya b. Objek hukum menurut hakikat penggunaannya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat berkesimpulan bahwa Lampiran Angka I huruf DD angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Studi mengenai kinerja perusahaan telah banyak dilakukan oleh para peneliti dengan berbagai ukuran rasio keuangan maupun model analisis yang dapat digunakan dalam

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Prodi Asal : Pendidikan

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan penalaran, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan

Pada kegiatan pembelajaran anak usia dini, penggunaan media pembelajaran menjadi sesuatu hal yang penting terhadap pencapaian tujuan dari pembelajaran untuk

Hasil sidik ragam terhadap berat volume ta- nah, porositas tanah total menunjukkan bahwa dengan perlakuan kompos (P1, P2, P3, dan P4) berpengaruh nyata untuk memperbaiki BV dan

Tripodal extraction reagent with three phosphoric acid groups, together with the corresponding monopodal molecule has been prepared to investigate some metals extraction behavior,

Program ini merupakan penerus dari Program Karya Alternatif Mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1997, yang lalu berganti menjadi Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2001