• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUKUM PERDATA INTERNASIONAL"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

oleh

(2)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 2

Buku wajib 1

 Bayu Seto

 Dasar-dasar Hukum Perdata

Internasional :

 Pengertian, masalah pokok HPI  Sejarah, pranata tradisional.

 Ketertiban umum, persoalan

pendahuluan.

(3)

Buku wajib 2

 Sudargo Gautama

 Hukum Perdata Internasional Indonesia  Status personal, hubungan orang tua

dan anak, adopsi, perkawinan, harta benda perkawinan, perceraian.

(4)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 4

Buku wajib 3

Sudargo Gautama

Hukum Perdata Internasional Indonesia (jilid III bagian 2 buku ke-8) :

- Hukum Perjanjian/kontrak. - Jual-beli Internasional.

- Hukum Acara Perdata Internasional (pengantar ).

(5)

PENGERTIAN HPI

Hukum Perdata yang berlaku secara internasional ?

Hukum internasional yang mengatur persoalan perdata ?

Conflict of Law ?

Hukum Perdata nasional yang ada anasir/unsur asing ?

(6)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 6

SUDARGO GAUTAMA

(Bapak HPI Indonesia)

“…keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku, atau apakah yang

merupakan hukum, jika hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwa antara warga

(-warga) negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan

stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi, dan soal-soal.”

(7)

ANASIR/UNSUR ASING

Kewarganegaraan

Peristiwa Hukum Fakta hukum

Domisili

Letak benda tidak bergerak

Tempat ditandatanganinya kontrak Tempat dilaksanakannya prestasi

(8)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 8

TITIK TAUT

Titik Taut Primer :

untuk menentukan sebuah perkara itu merupakan perkara HPI atau tidak. Titik Taut Sekunder :

fakta hukum, peristiwa hukum…yang

mambantu untuk menentukan hukum mana yang akan dipakai untuk menyelesaikan

perkara HPI (Titik Taut Penentu).

(pembahasan lebih lanjut pada tatap muka yad.)

(9)

KUALIFIKASI

Menata sekumpulan fakta yang dihadapi

(sebagai persoalan hukum), mendefinisikan, dan kemudian menempatkan ke dalam

suatu kategori yuridis tertentu

(pembahasan persoalan kualifikasi pada tatap muka yad.)

(10)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 10

PERSOALAN HPI

Apakah perkara yang dihadapi hakim

merupakan perkara HPI ?

Hakim manakah yang berwenang

untuk mengadili perkara HPI tsb ?

Seberapa jauh hakim (setempat)

(11)

TAHAPAN PENYELESAIAN

PERKARA HPI

1. Hakim menentukan perkara tersebut merupakan perkara

HPI (titik taut primer).

2. Hakim menentukan bahwa ada kewenangan untuk

memeriksa dan mengadili perkara HPI tersebut.

3. Hakim menetukan hukum yang dipergunakan untuk

mengadili/lex causa (titik taut sekunder).

4. Hakim melakukan kualifikasi.

5. Memeriksa dan menyelesaikan perkara dengan

menggunakan kaidah hukum intern dari lex causa. Catatan:

Dalam pemeriksaan perkara HPI ada kecenderungan Hakim menggunakan lex fori (hukum dari hakim) drpd lex causa (hukum yang seharusnya). Mengapa?

(12)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 12

SUMBER HUKUM HPI

Peraturan perundang-undangan Konvensi

Asas-asas hukum umum Kebiasaan Yurisprudensi Keputusan hakim Perjanjian/kontrak Pendapat pakar Dogma/

theory

(13)

Peraturan PerUUan

Konstitusi: …ikut serta dalam tata pergaulan internasional… UU Kewarganegaraan UUPA UUPerkawinan UUPT UUPenanaman Modal

(14)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 14

KONVENSI

Konvensi HPI

Convention on the law applicable to

international sales of goods

Convention concerning recognition of the legal

personality of foreign companies (societes), associations, and foundations.

Convention on the settlement of investment

disputes between states and nationals of other states

Convention on the recognition and

(15)

Asas-asas Hukum Umum

Pacta sunt servanda:

 janji harus dihormati, merupakan

undang-undang bagi para pihak yang telah membuat perjanjian, dan

merupakan rujukan bagi penyelesaian sengketa yang terjadi di antara para pihak.

(16)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 16

Kebiasaan

 Kebiasaan-kebiasaan yang ada dan

berlaku bagi para pihak yang

melakukan kegiatan perdagangan internasional:

Lex Mercantoria ?

(17)

Yurisprudensi

 Keputusan-keputusan hakim dalam

kasus perdata internasional yang

diterima dan diakui secara luas, dan menjadi rujukan bagi penyelesaian kasus HPI yang hampir sama

(keputusan tersebut diikuti oleh hakim lain)

(18)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 18

Keputusan Hakim

 Keputusan Hakim akan memberikan

status personal, hak dan kewajiban bagi para pihak yang bersengketa dalam

(19)

Perjanjian/Kontrak

 Perjanjian/kontrak yang dibuat secara

sah, akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, dan

tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

 Perjanjian/kontrak tersebut

menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik.

(20)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 20

Dogma/Theory

 Teori-teori HPI yang telah diterima

secara luas.

 Pendapat-pendapat pakar tentang

persoalan-persoalan HPi yang telah diterima secara luas.

(21)

KUALIFIKASI

Memasukkan fakta/ peristiwa hukum ke dalam “kotak” pada sebuah sistem

hukum.

Beberapa sistem hukum menggunakan terminologi hukum yg sama tetapi

untuk pengertian yg berbeda.

Beberapa sistem hukum mengenal

konsep/lembaga hukum tertentu tetapi tidak dikenal dalam sistem hukum lain.

(22)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 22

KUALIFIKASI

Fakta hukum secara faktual sama

tetapi dgn menetapkan kategori yuridis berbeda.

Menetapkan syarat yg berbeda

untuk menetapkan peristiwa

hukum yg pada dasarnya sama.

Proeses/prosedur berbeda untuk

hasil/status hukum yg pada dasarnya sama.

(23)

KULIFIKASI LEX FORI

 Kulaifikasi harus dilakukan berdasarkan

hukum dari hakim/pengadilan yang mengadili perkara.

(24)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 24

KUALIFIKASI LEX CAUSA

 Kualifikasi dilakukan sesuai dengan

sistem serta ukuran-ukuran dari keseluruhan sistem hukum yang berkaitan dengan perkara HPI.

(25)

KUALIFIKASI BERTAHAP

 Tahap pertama:Kualifikasi

lex fori.

 Menetapkan

lex causae.

 Tahap kedua: kualifikasi berdasarkan

kaidah hukum intern dari

lex causae

yg akan digunakan utk menyelesaikan

(26)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 26

KUALIFIKASI OTONOM

 Kualifikasi berdasarkan konsep-konsep

hukum yang khas dan dapat berlaku

secara umum, serta mempunyai makna yang sama di manapun di dunia.

(27)

KUALIFIKASI HPI

 Kualifikasi berdasarkan tujan HPI

tertentu:

 Keadilan

 Kepastian hukum

 Ketertiban  Kelancaran

(28)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 28

RENVOI

Penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut oleh kaidah HPI oleh kaidah HPI lex fori.

Penunjukan diarahkan ke kaidah HPI

asing yg dianggap rfelevan dgn perkara yg sedang dihadapi.

Agar perkara dapat diputuskan dgn cara yg seharusnya perkara diadili

Agar tercipta keseragaman dlm penyelesaian perkara HPI.

(29)

HAK-HAK YANG DIPEROLEH

Hak dan kewajiban hukum yg terbit berdasarkan hukum asing.

Apakah hak dan kewajiban hukum yg dimiliki seseorang berdasarkan kaidah hukum atau sistem hukum asing

tertentu, harus diakui atau tidak oleh Hakim Lex Fori.

Hak dan kewajiban hukum akan diakui sepanjang tidak bertentangan dgn

(30)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 30

KETERTIBAN UMUM

 Seberapa jauh pengadilan

memperhatikan, mentaati, dan

mengakui berlakunya hukum asing/hak-hak yg diperoleh.

 Hak-hak yg dieroleh dapat

dikesampingkan dgn alasan demi ketertiban umum.

(31)

KETERTIBAN UMUM

 Jika pemberlakuan hukum

asing/hak-hak yg telah diperoleh dapat

menimbulkan akibat-akibat berupa pelanggaran terhadap sendi-sendi pokok hukum setempat.

 Semua kaidah hukum setempat yg

dibuat untuk melindungi kesejahteraan umum harus didahulukan.

(32)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 32

KETERTIBAN UMUM

Pelanggaran thdp prinsip-prinsip keadilan yg mendasar

Bertentangan dgn kesusilaan yg baik Bertentangan dgn tradisi yag sudah

mengakar.

(versi khusus: perbuatan yg

mengganggu persahabatan dgn negara lain, bertransaksi dgn musuh

(33)

FUNGSI

 Positif: menjamin aturan tertentu

lex

fori

tidak disimpangi.

 Negatif: menghindarkan pemberlakuan

kaidah hukum asing apabila akan

menyebabkan pelanggaran thdp konsep dasar

lex fori.

(34)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 34

PERSOALAN PENDAHULUAN

 Persoalan/masalah HPI yg harus

diselesaikan lebih dahulu sebelum

putusan thdp masalah HPi yg menjadi pokok perkara diperiksa dan diputus oleh hakim.

 Putusan thdp pokok perkara akan

tergantung pada penetapan hukum atas persoalan hukum lain yg harus

(35)

CARA MENYELESAIKAN

PERSOALAN PENDAHULUAN

 Absorption: mencari

lex causae,

selanjutnya persoalan pendahulan

diselesaikan dgn berdasarkan

lex causa.

Repartition

: penyelesaian dgn cara

lex

fori.

(36)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 36

PENYELUNDUPAN HUKUM

 Menggunakan hukum asing, untuk

memperoleh hak-hak tertentu, dengan cara menghindari hukum nasional yang wajib berlaku terhadapnya.

 Hak-hak yang telah diperoleh krn

penyelundupan hukum, tidak diakui/batal demi hukum.

(37)

PILIHAN HUKUM

 HPI…

Conflict of Law

 Dalam hukum kontrak ada kebebasan

para pihak untuk memilih hukum mana yg akan dipergunakan dlm pelaksanaan kontrak maupun penyelesaian sengketa para pihak (

partij autonomie

).

(38)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 38

PILIHAN HUKUM

 Batas:

 Tidak boleh bertentangan dgn

ketertiban umum

 Tidak boleh menjadi penyelundupan

hukum

 Tidak boleh lebih dari satu sistem

(39)

PILIHAN HUKUM

Secara tegas (dicantumkan dlm pasal kontrak)

Secara diam-diam (sikap para pihak dan isi kontrak)

Pilihan hukum yg dianggap (tidak

menggunakan hukum adat, dianggap

memilih hukum Eropa..Hindia Belanda ). Pilihan hukum secara hipotetis (dipilih

(40)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 40

STATUS PERSONAL (SP)

Madzab Itali: statuta realia, statuta

personal, statuta mixta.

Statuta Personal: kaidah-kaidah yang mengikuti seseorang di mana pun

berada, tidak terbatas pada teritorial negara tertentu saja.

Kedudukan hukum seseorang

ditentukan oleh hukum dari negara di mana ybs dianggap terikat secara

(41)

SP Konsepsi Luas

Wewenang/hak-hak secara umum. Permulaan dan berakhirnya

kepribadian.

Kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum.

Perlindungan kepentingan perseorangan.

Hubungan kekeluargaan dalam pengertian luas (perkawinan,

(42)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 42

SP Konsepsi Sempit

 Nama, domisili, nasionalitas, status

perdata, hubungan-hubungan famili.

 Kedewasaan, perwalian.

 Kondisi hukum seseorang dalam

masyarakat yang diberikan negara agar dapat melindungi masyarakat dan

(43)

Hukum Yang Dipergunakan

utk SP

 Aliran

Personnalistes

: Hukum Nasional.  Aliran

Teritorialistes

: Hukum Domisili

seseorang.

 Sistem Kompromis : campuran.

 Yurisprudensi Indonesia : Hukum

Nasional mereka sepanjang

(44)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 44

Diskusi/tugas:

 Apakah Hukum Waris termasuk SP?

 Apakah Hukum Harta Benda

Perkawinan termasuk SP ?

 Apakah perceraian termasuk masalah

SP ?

 Apakah perwalian anak termasuk

masalah SP ?

(45)

HUKUM PERKAWINAN

Perkawinan antara seorang WNI

dengan WNA dilaksanakan di Indonesia (Perkawinan Campuran).

Perkawinan antara WNI dgn WNI dilaksanakan di Luar Negeri.

Perkawinan antara WNI dgn WNA dilaksanakan di Luar Negeri.

Perkawinan antara WNA dgn WNA dilaksanakan di Indonesia.

(46)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 46

Hukum utk Perkawinan

 Sepanjang mengenai syarat-syarat

(materiil) berlaku Hukum dari masing-masing calon mempelai.

 Sepanjang berkaitan dengan formalitas

perkawinan, berlaku Hukum di tempat perkawinan tersebut dilangsungkan (

lex

(47)

Syarat Materiil:

 Kemampuan untuk melangsungkan

perkawinan : umur.

 Adanya ketentuan halangan/penundaan

perkawinan.

 Adanya ketentuan mengenai larangan

perkawinan.

(48)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 48

Syarat Formal:

 Pemberitahuan kehendak perkawinan.

 Pengumuman kehendak perkawinan.

 Pelaksanaan perkawinan.  Pencatatan perkawinan.

(49)

Perkawinan Campuran

 Perkawinan antara dua orang yang di

Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan

(50)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 50

Perkawinan di luar Indonesia

 Perkawinan yg diselenggarakan di luar

Indonesia antara dua orang WNI dgn WNA adlh sah bilamana dilakukan

menurut hukum yg berlaku di negara di mana perkawinan itu dilangsungkan

dan bagi WNI tidak melanggar

ketentuan UU No.1 tahun 1974 ttg Perkawinan.

(51)

Diskusi:

 Apa akibat hukum perkawinan

campuran thdp kewarganegaraan para pihak ?

(52)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 52

Akibat Hukum “perkawinan

internasional”

 Memperoleh kewarganegaraan dari

suami/isterinya.

 Dapat kehilangankewarganegaraan.

 Kewarganegaraan yg diperoleh sebagai

akibat perkawinan menentukan hukum yg berlaku, baik mengenai hukum

(53)

Akibat Hukum “perkawinan

internasional”

Ada kecenderungan menggunakan hukum

suami.

Faham bhw harta benda perkawinan adlh

benda tdk bergerak (lex rei sitae)

Benda bergerak berdasarkan hukum domisili

suami isteri.

Harta benda perkawinan mrpkn status

personal..kesatuan harta.

Harta benda perkawinan mrpkn

(54)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 54

ADOPSI INTERNASIONAL

 Motif:

 Awal sejarahnya bermacam-macam

motif.

 Saat ini: hanya dibenarkan

semata-mata demi kesejahteraan anak yang diadopsi.

(55)

HUKUM YG DIPERGUNAKAN

 Persyaratan : hukum dari domisili

senyatanya sehari-hari dari anak yang diadopsi.

 Pernyataan adopsi dan akibat adopsi:

hukum dari orang tua yang mengadopsi.

(56)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 56

PERSYARATAN

 Pihak yg akan diadopsi:  Umur,

 Ijin orang tua dan/atau keluarga,  Ijin Pemerintah/pejabat yang

berwenang,

 Anak berada dlm yayasan /badan

(57)

PERSYARATAN

 Pihak yg akan mengadopsi:

 Kemampuan untuk mensejahterakan

anak yg akan diadopsi,

 Persetujuan anggota keluarga yg lain,  Berkelakuan baik (sosial),

(58)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 58

PENERAPAN asas ultimum

remedium oleh HAKIM

Hakim akan mencari seluruh keluarga dari anak yang akan diadopsi, apakah masih ada kemungkinan yang dapat mensejahterakan.

Hakim akan memeriksa dengan

seksama kemampuan ekonomi, sosial dan psikologis orang tua yang akan mengadopsi dengan cara melakukan korespondensi dengan pihak yang

berkompeten di negara asal calon orang tua yang akan mengadopsi …

(59)

Diskusi :

(60)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 60

Tugas

 Rangkum Konvensi Adopsi Den Haag

(61)

Indonesia ?

 SEMA No.6 th 1983.

 SK Mensos No.58/HUK/1985, tim

pertimbangan perijinan pengangkatan anak oleh WNA.

 SK Mensos 13/HUK/1993, petunjuk

pelaksanaan pengangkatan anak.

 Peraturan Pemerintah No.54 th 2007 ttg

(62)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 62

PERCERAIAN

 Aliran: mudah

 Perceraian dgn TALAK (Islam)  Uni Soviet (boleh sepihak)

 USA (Nevada: los angeles, Reno:

sangat mudah)

 Mexico (sangat mudah, bahkan

dikomersilkan)

(63)

Aliran sangat sukar:

 Italia, Spanyol, Portugal, Paraguay

(bahkan diupayakan untuk tidak dapat bercerai…sesuai ajaran Katolik)

 Aliran perceraian dengan alasan yang

sangat terbatas:

 New York (perceraian hanya

dimungkinkan dengan alasan telah terjadi perzinahan).

(64)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 64

INDONESIA ?

 Menganut prinsip mempersulit

perceraian (lihat PP no.9/1975).

 Menentukan syarat: perceraian harus

berdasarkan alasan yang diatur dalam peraturan perUUan

 Formalitas: perceraian harus dilakukan

berdasarkan prosedur yang diatur peraturan perUUan.

(65)

HUKUM mana untuk

perceraian ?

Ada kecenderungan untuk menggunakan LEX FORI

Ada negara yang menentukan bahwa warga negaranya hanya dapat bercerai di hadapan hakim-hakimnya sendiri

(Uni Soviet, Hongaria, Polandia, Turki) Komulatif: hukum dari para pihak yang

bercerai..apabila ada pengaturan syarat yang berbeda, diambil syarat yang

(66)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 66

Konvensi Den Haag ttg

Perceraian/1968

 Sistem komulatif:

 Hukum nasional para pihak + LEX FORI

 (

national law and the law of the place

(67)

BADAN HUKUM

 Sama seperti orang, memiliki status

personal: dapat melakukan perbuatan hukum sejak didirikan sampai

dibubarkan/likuidasi.

 Hukum: memberi status personal

(syarat: anggaran dasar, tujuan, pengurus, pengelolaan).

(68)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 68

HUKUM yang berlaku

Common law: place of incorporation

(hukum dari tempat didirikannya badan hukum)

Civil law: legal seat

(hukum dari negara

di tempat pusat manajemen badan hukum berkedudukan.

(69)

BENTUK badan hukum

 USA:

 Badan hukum yang mempunyai

kehidupan (sendiri) sebagai subyek hukum (BUMN, BUMD, Asosiasi,

Yayasan)

 Asosiasi yang tidak berbadan hukum

(asosiasi dagang).

(70)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 70

EKSISTENSI badan hukum

Teori inkorporasi: badan hukum tunduk pada hukum tempat badan hukum

didirikan (common law)

Teori kedudukan statutair: tunduk pada hukum yang ditentukan dalam statuta Teori tempat kedudukan: tunduk pada hukum tempat kedudukan manajemen yang efektif (civil law)

(71)

KONVENSI Den Haag ttg

badan hukum/1951

 Status badan hukum: ditentukan oleh

hukum dari tempat dilangsungkannya formalitas pendiriannya (pendaftaran, pengumuman, dan tempat kedudukan statutairnya)

 Ada pengakuan terhadap negara yang

(72)

September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 72

HUKUM PERJANJIAN

Choise of Law

Lex loci contractus (tempat perjanjian dibuat)

Lex loci solutionis (tempat prestasi dilaksanakan)

The proper law of the contract (maksud sebenarnya para pihak membuat

kontrak)

The most carracteristic connection (prestasi yang paling fungsional)

(73)

UNC Sales of Goods Contract

1980

 Konvensi Jual-beli Barang secara

Internasional

 (makul pilihan : hukum dagang/kontrak

Referensi

Dokumen terkait

Jika ditinjau dari asas lex locus , atau tempat perbuatan hukum dilakukan maka hukum perdata yang digunakan adalah Hukum Perdata Indonesia, karena

 Dalam kamus hukum disebutkan pengertian hukum benda, adalah “keseluruhan dari kaidah-kaidah hk yg mengatur hub2 hk ant subyek hk dengan benda dan hak

kaedah penunjuk dan titik taut) itu adalah lex fori (hukum setempat), maka kualifikasi seakan-akan terdiri dari satu macam perbuatan saja yaitu karena penggolongan kaedah-kaedah

 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain

Sedangkan untuk menentukan hukum yang digunakan menyelesaikan perkara tersebut, hakim menggunakan kualifikasi bertahap, pada tahap pertama hakim Lex Fori mengunakan hukum

Pengertian-pengertian hukum yang dihadapi dalam kaidah-kaidah HPI itu harus dikwalifikasikan menu rut sistem hukum negara sang hakim sendiri. J adi apakah telah

Bila tempat kedudukan hukum dari suatu jenis hubungan hukum telah dapat ditentukan, maka Sistem Hukum dari Tempat itulah yang digunakan sebagai Lex Cause... • Setelah tempat

Status personal ditentukan oleh hukum nasional sebuah Negara atau hukum sang hakim lex fori.Untuk menyamakan konsepsi dan keseragaman hukum tentang status personal dalam hukum nasional