• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi 2.1.1.1. Evaluasi Model CIPP - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kec

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi 2.1.1.1. Evaluasi Model CIPP - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Total Quality Management Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SDN Tambangan 01 Kec"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Evaluasi

2.1.1.1.Evaluasi Model CIPP

Model evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain atau konstelasi evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi yang diharapkan. Salah satu model evaluasi dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP (Contacxt, Input, Proces, Product).

(2)

10

Dari uraian di atas peneliti beranggapan bahwa model CIPP merupakan model evaluasi terbaik karena bersifat mendasar, menyeluruh, dan terpadu. Bersifat mendasar, karena mencakup objek-objek inti penelitian yaitu tujuan, materi, proses pembelajaran, dan evaluasi itu sendiri. Bersifat menyeluruh karena evaluasi juga difokuskan pada seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan dan pengimplementasian Total Quality Management. Bersifat terpadu karena proses evaluasi ini melibatkan seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan terutama siswa.

2.1.1.2. Jenis Evaluasi Model CIPP

Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan

(a decision oriented evaluation approach structured).

Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) dalam membuat keputusan. Menurut Daniel Stufflebeam, (2009: 118) mengungkapkan bahwa, “the CIPP approach is based on the view that the most important

purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep

tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi: context, input, process, product.

1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation).

(3)

11 sampel yang dilayani, dan tujuan proyek (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin).

2) Evaluasi Input (Input Evaluation).

Evaluasi masukan ini ialah untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya (Menurut Eko Putro Widyoko).

3) Evaluasi Proses (Product Evaluation).

Evaluasi proses ialah merupakan model CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.

4) Evaluasi Produk (Process Evaluation).

Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan dalam mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah program tersebut dilanjutkan, diakhiri atau ada keputusan lain

Berdasarkan kajian teoritis, CIPP dalam mengevaluasi pembelajaran. Dari segi konteksnya tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik siswa yang semakin berkembang rasa ingin tahunya seiring perkembangan zaman, sehingga mengarahkan guru menjadi fasilitator dan motivator mereka yang profesional.

(4)

12

aturan dan prosedur kerja dalam pembelajaran. Begitu pula sumber belajar yang digunakan tidak hanya berasal dari guru, melainkan siswa dapat menggunakan buku apapun yang relevan untuk membangun pengetahuan mereka. Tentu lebih menarik lagi karena dilengkapi penggunaaan media belajar oleh guru selama pembelajaran berlangsung, walaupun sederhana.

Dipandang dari prosesnya, sudah berjalan dengan baik. Siswa tidak lagi dijadikan obyek belajar yang pasif menerima informasi dan prosedur, melainkan sebagai subyek belajar yang aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya. Selama pembelajaran berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Siswa aktif mencari, menyelidiki, merumuskan, membuktikan, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. Ini berakibat tidak hanya pengetahuan kognitif yang dibangun, tetapi siswa juga dilatihkan beberapa keterampilan sosial, seperti bekerja mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, bersikap kritis, kreatif, konsisten, berpikir logis, sistematis, menghargai pendapat, jujur, percaya diri, dan bertanggung jawab. Selama pembelajaran guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dalam menerima pelajaran siswa tidak lagi merasa didoktrin, melainkan dapat belajar tanpa paksaan dan itu lebih bermakna bagi mereka.

(5)

13 pembelajarannya, guru tidak hanya menilai kognitifnya saja melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik. Dalam hidup bermasyarakat, siswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan kognitif melainkan juga nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran matematika humanistik.

CIPP dalam mengevaluasi pembelajaran sudah mencakup keseluruhan aspek penting dalam evaluasi. Keberlanjutan informasi dan evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan program pembelajaran. Meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata program pembelajaran sudah memadai, namun pemberian umpan balik, pemodifikasian, dan penyesuaian tetap diperlukan, sebab sekolah selalu menghendaki adanya perubahan yang signifikan ke depannya.

2.1.1.3.Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP

Langkah-langkah evaluasi CIPP tersebut dilakukan oleh evaluator untuk memudahkan pengukuran keberhasilan suatu program, yaitu:

1) Menetapkan keputusan yang akan diambil 2) Menetapkan jenis data yang diperlukan 3) Pengumpulan data

4) Menetapkan kriteria mengenai kualitas

5) Menganalisa dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria

(6)

14

keputusan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. (Tyler dalam Arikunto, 2009: 5).

Selanjutnya menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Secara umum terdapat 3 tahap dalam pelaksanaan evaluasi program sebagaimana dikemukakan oleh Gary (2009) sebagai berikut

1) Pre-Evaluation Phase: a). evaluator preparation to

conduct an evaluation, b). initial contact, c). evaluation planning, and d). evaluation

contracting

2) Active Evaluation Phase: a). initial evaluation implementation, b). evaluation data collection, c). evaluation judgment, and d). evaluation reporting

3) Post-Evaluation Phase: a). promoting evaluation use, b). evaluation reflection

Langkah-langkah penerapan model CIPP dalam mengevaluasi Implementasi Total Quality Management di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan evaluasi

(7)

15 baik penetapan struktur organisasi, ruang lingkup tugas dan tanggung jawab maupun pendelegasian kewenangan, serta 4). waktu mulai dari perencanaan evluasi serta pelaporan dan perekomendasian hasil. 2. Pelaksanaan evaluasi

Pada tahap ini, pelaksanaan evaluasi tersebut mencakup beberapa hal, yaitu: 1). pemfokusan

terhadap fenomena yang akan dievaluasi 2). pengumpulan Informasi 3). pengorganisasian

Informasi 4). penganalisisan Informasi. 3. Tindak lanjut hasil evaluasi

Tindak lanjut hasil evaluasi sangat diperlukan dalam pengembangan Implementasi Total Quality Management meskipun berdasarkan hasil evaluasi ternyata Implementasi Total Quality Management tersebut sudah memadai, namun pemberian umpan balik, pemodifikasian, dan penyesuaian tetap diperlukan sebab berbagai kekuatan yang mempengaruhi sekolah selalu menghendaki adanya perubahan.

2.1.2. Total Quality Management

2.1.2.1 Pengertian Total Quality Management

(8)

16

Quality Management diartikan sebagai “perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasrkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas serta kepuasan pelanggan dengan melibatkan

seluruh anggota organisasi”. Sedangkan menurut Fandy

Tjiptono, Total Quality Management merupakan “suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, proses dan

lingkungannya” (Tjiptono, 2001: 4).

Filosofi Total Quality Management dalam dunia pendidikan, memandang bahwa pendidikan sebagai jasa dan bukan lini produksi, oleh karena itu Total Quality Management tidak berbicara tentang masukan, atau siswa, dan keluaran atau lulusan, sebagaimana umum berpendapat, tetapi berbicara tentang berbagai kebutuhan dalam masyarakat dan dunia usaha yang membutuhkan.

Lebih jelasnya mengenai pengertian dan konsep TQM menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Hashmi (2004: 1), TQM adalah filosofi manajemen yang mencoba mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan, desain, rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dan sebagainya), terfokus untuk memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi.

(9)

17 produktivitas organisasi (kinerja kuantitatif), meningkatkan kualitas (menurunkan kesalahan dan tingkat kerusakan), meningkatkan evektifitas pada semua kegiatan, meningkatkan efisiensi (menurunkan sumberdaya melalui peningkatan produktivitas), dan mengerjakan segala sesuatu yang benar dengan cara yang tepat.

3. Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling menguntungkan dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen.

4. Crosby berpendapat TQM adalah strategi dan integrasi sistem manajemen untuk meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan keterlibatan seluruh manajer dan karyawan, serta menggunakan metode kuantitatif (Bhat dan Cozzolino: 106-107).

5. Direktorat Bina Produktivitas merumuskan TQM sebagai suatu sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas dengan menggunakan pengendalian kualitas dalam pemecahan masalah, mengikut sertakan seluruh karyawan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.

2.1.2.2 Prinsip Total Quality Management

(10)

18

jasa dan bukan proses produksi, oleh karena itu Total Quality Management tidak berbicara tentang masukan, atau siswa, dan keluaran atau lulusan, tetapi berbicara tentang berbagai kebutuhan.

Pendapat umum menyatakan bahwa lulusan adalah produk pendidikan, lulusan yang telah menyelesaikan pendidikannya adalah perilaku yang sesungguhnya, bukan saja oleh ilmu dan ketrampilan pada waktu sekolah, melainkan juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan lingkungan. Oleh sebab itu Total Quality Management menganggap produk usaha pendidikan sebagai industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan yang sesuai dengan standar mutu tertentu.

Prinsip Total Quality Management dapat dibedakan menjadi empat prinsip utama, yaitu:

1. Kepuasan Pelanggan.

Konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas, tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifik-spesifik tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.

2. Respek terhadap setiap orang.

Setiap orang dipandang sebagai individu yang mempunyai talenta dan kreativitas tersendiri yang unik.

3. Managemen berdasarkan fakta.

(11)

19 4. Perbaikan berkesinambungan.

Perlu melakukan proses secara sistematis dalam meaksanakan perbaikan berkesinambungan.

2.1.2.3 Implementasi Total Quality Management

Dalam implementasinya Total Quality Management bukanlah suatu pendekatan yang sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap, tetapi membutuhkan suatu proses yang sistematis yang dikemas dalam fase-fase tertentu. Banyak pakar yang mengemukakan mengenai fase-fase atau tahap-tahap implementasi Total Quality Management, Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Total Quality Management, ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan Total Quality Management, yaitu:

1) Komitmen dari Manajemen Puncak;

2) Komitmen atas Sumber daya yang dibutuhkan; 3) Organization-Wide Stering Committee;

4) Perencanaan dan Publikasi;

5) Instruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan. (Fandy Tjiptono, (2011: 332-334).

Pada tahapan pelaksanaan Total Quality Management dibagi menjadi tiga tahapan, tahap persiapan, tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan, dimana masing-masing tahapan memerlukan waktu penerapannya. Tahapan Implementasi Total Quality Management menurut Fandy Tjiptono, (2011: 343-348) meliputi:

(12)

20

Management, menyusun visi, misi, dan strategi program kegiatan, menyusun tujuan umum sebagai sasaran jangka panjang, komunikasi dan publikasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengidentifikasi pro dan kontra program, memperkirakan sikap karyawan, mengukur kepuasan pelanggan;

2) Tahap perencanaan. Terdiri langkah-langkah implementasi sebagai sasaran jangka pendek tahun pertama, identifikasi proyek, komposisi Tim, pelatihan Tim;

3) Tahap Pelaksanaan. Terdiri langkah-langkah, menggiatkan Tim, Umpan balik pada pada pelanggan, karyawan, memodifikasi infrastruktur.

Sedangkan Tahap Pelaksanaan Total Quality Management menurut Depdikbud adalah:

1) Tahap Persiapan

a. Menyampaikan informasi pada guru staf administrasi dan orang tua siswa;

b. Menyusun Tim pengembang, Terdiri dari guru, Kepala sekolah, dan pakar;

c. Melatih Tim Evaluasi Sekolah;

d. Menentukan focus aspek yang akan dievaluasi beserta indikatornya;

e. Menentukan secara random subyek sumber informasi dan sample responden.

2) Tahap Implementasi

a. Pengumpulan informasi; b. Pengolahan informasi;

c. Penyusunan draf laporan dan rekomendasi; d. Penyampaian laporan dan rekomendasi. 3) Tahap tindak lanjut

a. Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa mempelajari hasil evaluasi;

b. Menyusun skala prioritas;

c. Menerapkan sasaran dan target sekolah; d. Menyusun program kerja untuk

(13)

21 2.1.2.4 Faktor-faktor yang dapat Menyebabkan Kegagalan

Total Quality Management

Dalam implementasi Total Quality Management tidak satupun cara tertentu yang berlaku secara universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam segala kondisi. Agar implementasi Total Quality Management dapat berjalan dengan baik perlu mempelajari semua informasi yang tersedia, baik mengenai implementasi yang berhasil ataupun yang gagal. Kemudian mengadaptasi pendekatan yang paling sesuai untuk memberikan hasil yang baik

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implemtasi Total Quality Management sebagaimana menurut Fandy Tjiptono dalam buku Total Quality Management adalah sebagai berikut:

1) Delegasi dan Kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.

Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.

2) Team mania.

(14)

22

tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah.

3) Proses Penyebaran (deployment).

Pengembangan kualitas tanpa berbarengan mengembangkan rencana untuk melibatkan seluruh pihak, maka keberhasilan akan sulit tercapai.

4) Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.

Tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh pakar-pakar kualitas yang merupkan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan program-program kualitas dengan kebutuhan mereka masing-masing.

5) Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis,

Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu untuk mendiidik, mengilhami dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas.

6) Empowerment yang bersifat prematur

(15)

23 diberi wewwenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik karyawa tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah sesuatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebetulnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas, sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu.

2.1.3. Mutu Pendidikan

2.1.3.1 Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu dalam kamus Bahasa Indoneisa berarti “kualitas,

taraf atau derajat” (1984: 665). Lebih lanjut Fandy Tjiptono

dalam Total Quality Manajemen mengartikan “kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan” (2001: 4).

Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal tersebut berarti mutu dalam pendidikan merupakan sesuatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang makin keras (Sallis 2006: 30)

(16)

24

Nasional adalah: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. Kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

2.1.3.2 Pentingnya Mutu Pendidikan

Pendidikan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Indikasi maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan manusia yang berkualitas lahir maupun batin, maka secara otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tenteram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang dan mengalami kegagalan

(17)

25 (UNDP) tahun 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Dan pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185 negara. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan fakta di lapangan dalam hal rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, khususnya siswa sekolah dasar adalah bentuk evaluasi yang diberikan kepada siswa masih lebih banyak pada aspek kognitif pada tingkat menghafal belum menyentuh pada aspek analisis. Hal ini dapat dilihat dari jenis LKS yang beredar. Dalam LKS jenis ini, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan dalam bentuk uraian atau bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau poin-poin penting saja. Akibatnya, ketika menggunakan LKS ini, siswa cenderung langsung mengerjakan soal-soal, yang pada umumnya berupa soal-soal pilihan ganda. Jika siswa tidak dapat mengerjakan sebuah soal, maka siswa akan mencari jawabannya dalam rangkuman materi pelajaran di LKS tersebut. Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin bahwa kemampuan siswa untuk memahami bacaan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif tidak akan berkembang (Sutrisno: 2013)

(18)

26

yang bermutu pada siswa, aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. Selain peningkatan mutu diperlukan juga kerjasama antara orang tua dan guru serta sikap dan kepercayaan orang tua terhadap pendidikan anak di sekolah, mengingat bahwa guru dan orang tua siswa mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu proses perkembangan anak dengan sebaik-baiknya

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:

Achmad Supriyanto (2011) dalam Implementasi Total

Quality Management dalam Sistem Manajemen Mutu

Pembelajaran di Institusi Pendidikan Pertama, hasil penelitian

(19)

27 mengatasi berbagai hambatan dalam implementasi TQM dilakukan melalui: 1). diklat dan komunikasi, tetapi tidak secara intensif dilaksanakan, 2). pelibatan anggota selalu digunakan, 3). penyediaan fasilitas dan pemberian dukungan diberikan oleh pimpinan unit, namun hal tersebut pada kondisi tertentu tidak dapat diberikan, 4). negosiasi kadang dilakukan, 5). praktik manipulasi dan kooptasi ada terutama terkait dengan pencapaian standar, dan 6). pemaksaaan tidak pernah dilakukan oleh pimpinan unit maupun pelaksana penjaminan mutu. Kelima, hasil-hasil implementasi TQM menunjuk pada dua hal, yaitu: 1). monev pembelajaran, dan 2). draft naskah dokumen penjaminan mutu akademik di institusi pendidikan.

Jam Jami, M. Syukri, Wahyudi (2013) Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di SD Negeri 03 Muara

Pawan Kabupaten Ketapang hasil penelitian yaitu:

1). Perencanaan program yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan (continual improvement) di SD Negeri 03 Kecamatan Muara Pawan diwujudkan dalam bentuk kegiatan: (a). menyusun program, (b). memperbahurui dan melaksanakan program, (c). mencari penghambat dari program yang dilaksanakan, kemudian mencari solusinya,

(d). melakukan tindakan dan penyusunan program. 2). Pelaksanaan program diwujudkan dalam bentuk kegiatan:

(20)

28

memadai, (d). memberikan pengakuan atau reward jika ada peserta didik maupun tenaga pendidik yang berprestasi. 3). Kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi TQM dilaksanakan dengan cara: (a). melakukan perbaikan yang berkelanjutan, (b). memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan pendidikan, (c). pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, (d). mengurangi sisa pekerjaan dan menghindari adanya pengerjaan ulang. 4). Implementasi TQM dilaksanakan dengan cara: (a). mengikutsertakan guru dalam pelatihan dan pengembangan, (b). melakukan pembagian tugas dan tanggungjawab yang jelas dan tepat,(c).melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, (d).

mengkomunikasi-kan tentang tugas dan tanggungjawab mereka, (e). melakukan evaluasi, (f). memberikan pengakuan atau

reward, (g). melibatkan guru dalam penyusunan RAPBS.

5). Implementasi TQM dalam mengurangi sisa pekerjaan dan menghindari adanya pengerjaan ulang dilaksanakan dengan cara: (a). memberikan informasi yang jelas, (b). memberikan imbalan yang lebih kepada tenaga pendidik yang telah

melaksanakan kegiatan remedial atau pengayaan, dan (c). mendorong tenaga pendidik agar memperbaiki cara atau

(21)

29

pengarahan langsung kepada tenaga pendidik, dan (c). melakukan evaluasi dan supervisi pembelajaran.

Candra, I Wayan (2012) Studi Evaluatif Implementasi

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 3

Singaraja, Kabupaten Buleleng Bali hasil penelitian yaitu:

(22)

30

lingkungan kerja yang professional bagi semua personel warga sekolah.

Guili Zhang, ect. (2011) dalam Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a

Comprehensive Framework to Guide the Planning,

Implementation, and Assessment of Service-learning Programs.

membahas tentang 1). eksplorasi akar teoritis evaluasi model CIPP dan aplikasinya, 2). melukiskan empat komponen, dan 3). analisis peran masing-masing komponen. Ini membantu dalam membimbing perencanaan, apelaksanaan dan evaluasi terahadap sebuah program. Tanpa bimbingan Konteks, Input, Process, dan Evaluasi Produk Model, pengawasan atau kegagalan dapat dengan mudah terjadi pada setiap bagian dari proses, yang serius dapat menghambat tujuan program dan mengurangi efektivitasnya

Vikram Singh, Sandeep Grover and Ashok Kumar This

paper is an attempt of demonstrating the importance of TQM in

education setting. The quality dimensions and enablers

identified show the fundamental requirement and their

relationship. The framework developed with the application of

QFD in an educational institute will help in establishing the

present improvement and set priorities for future scope of

improvement. The utmost advantage of implementing the QFD

approach in an educational institution is that it considers both

tangible and intangibles aspects, and results can be utilized to

(23)

31 Dari beberapa hasil penelitian di atas, dapat diketahui beberapa kelebihan dan kelemahan jika dilihat dan dibandingkan dengan model evaluasi lainnya.

1. Kelebihan model CIPP

.

1) Merupakan system kerja yang dinamis.

2) Memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya.

3) Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final. 4) Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi

formatif dan sumatif.

5) Lebih komperenhensif dari model lainnya. 2. Kelemahan Model CIPP.

1) Tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang sedang berlangsung.

2) Kurang adanya modifikasi juga berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi.

3) Cenderung fokus pada rational management dari pada mengakui realita yang ada.

4) Terkesan top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya.

(24)

32

Disamping beberapa kelebihan dan kelemahan tersebut di atas, model CIPP merupakan model evaluasi terbaik karena bersifat mendasar, menyeluruh, dan terpadu. Bersifat mendasar, karena mencakup tujuan, materi, proses pembelajaran, dan evaluasi itu sendiri. Bersifat menyeluruh karena evaluasi juga difokuskan pada seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan dan pengimplementasian Total Quality Managemen. Bersifat terpadu karena proses evaluasi ini melibatkan seluruh pihak yang terkait dalam praktik pendidikan terutama siswa.

Keistemewaan Implementasi Total Quality Management di SDN Tambangan 01 Kecamatan Mijen Kota Semarang dengan menggunakan model CIPP adalah: 1). perencanaan Implementasi TQM lebih berorientasi pada perbaikan yang berkelanjutan sehingga selalu ada evaluasi dan perbaikan 2). pelaksanaan Implementasi TQM membutuhkan anggaran yang lebih sedikit dan waktu yang lebeih pendek. 3). tindak lanjut hasil evaluasi Implementasi TQM dilakukan dengan memberikan umpan balik dan perbaikan program dengan memperhatikan kesesuaian dan kebutuhan sekolah serta kondisi lingkungan masyarakat sekolah.

2.3. Kerangka Fikir

(25)

33 Gambar 2.1.

Kerangka Fikir

E V A L U A S I I M P L E M E N T A S I T Q M D A L A M P E N I N G K A T A N M U T U P E N D I D I K A N D I S D N T A M B A N G A N 0 1 K E C A M A T A N M I J E N

K O T A S E M A R A N G

E V A L U A S I E V A L U A S I E V A L U A S I E V A L U A S I

K O N T E K S I N P U T P R O S E S P R O D U K S

K e b u t u h a n K e s i a p a n P a r t i s i p a s i K i n e r j a g u r u S e k o l a h K e p a l a S e k o l a h K e p a l a S e k o l a h m e n i n g k a t

V i s i , M i s i d a n K e s i a p a n G u r u P e n g u a s a a n d a n P r e s t a s i S i s w a

T u j u a n S e k o l a h k e s i a p a n g u r u m e n i n g k a t

T u j u a n K e s i a p a n P a r t i s i p a s i S i s w a s u d a h

R a n c a n g a n S a r a n a d a n K o m i t e S e k o l a h m e m p e l a j a r i P r o g r a m P r a s a r a n a o r a n g t u a / w a l i h a l - h a l y a n g

S e k o l a h s i s w a b a r u

K e s e s u a i a n

p e n g g u n a a n S a r a n a d a n P r a s a r a n a

(26)

Gambar

Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Skripsi berjudul “Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Angka Kesakitan Malaria: Studi di Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Berdasarkan Uraian di atas maka dalam penelitian ini akan dilakukan pemodelan dan interpretasi permukaan dangkal (Shallow Surface) Pulau Timor dengan teknik

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dilaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan