• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOVEL BLAKANIS KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: Sebuah Analisis Struktural

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NOVEL BLAKANIS KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: Sebuah Analisis Struktural"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

NOVEL

BLAKANIS

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:

Sebuah Analisis Struktural

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

DAMANG TRI HAPSORO

C0204014

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

commit to user

ii

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:

Sebuah Analisis Struktural

Disusun oleh:

DAMANG TRI HAPSORO C0204014

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Wiranta, M.S. NIP 195806131986011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001

(3)

commit to user

iii

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:

Sebuah Analisis Struktural

Disusun oleh

DAMANG TRI HAPSORO C0204014

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. ………...

NIP 196206101989031001

Sekretaris Asep Yudha Wirajaya, SS. ………...

NIP 132300849

Penguji I Drs. Wiranta, M.S. ………...

NIP 195806131986011001

Penguji II Prof. Dr. Bani Sudardi, M. Hum. ………...

NIP 196409181989031001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

(4)

commit to user

iv

Nama : Damang Tri Hapsoro NIM : C0204014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul, “Novel Blakanis Karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 10 Maret 2010

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

Apabila kita terus menunggu waktu yang tepat “ untuk memulai”, mungkin kita tidak akan pernah memulainya. (N. N.)

Yang paling berat dalam hidup ini bukanlah “bekerja”, melainkan “bila tak ada yang dikerjakan”. (N. N.)

Jadikanlah “kekurangan kita” sebagai motivasi agar kita bisa lebih baik; bukan untuk dimaklumi!

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Ø Ibu dan Bapak tercinta atas kerja

kerasnya serta kasih sayang yang tiada

batas.

Ø Kakak-kakakku yang telah memberikan

penulis pelajaran hidup.

Ø Tasya dan Alvin.

Ø Exel (Rest In Peace).

(7)

commit to user

vii

Puji syukur kepada Yesus Kristus atas segala rencana-Nya yang indah

karena penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul,

“Novel Blakanis Karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural”.

Proses penyusunan skripsi ini tidak luput dari kesulitan dan hambatan. Namun,

berkat bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak dengan disertai usaha

keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Wiranta, M.S., sebagai pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran

dan perhatian senantiasa memberikan bimbingan dan semangat demi

terwujudnya skripsi ini. Sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah

memberikan kemudahan dan membimbing dari awal perkuliahan sampai

terselesaikannya studi di Jurusan Sastra Indonesia.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta, khususnya Jurusan Sastra Indonesia, yang telah memberikan ilmu

dan wawasan yang sangat berguna bagi penulis.

5. Staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan staf UPT Perpustakaan

Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas pelayanannya.

(8)

commit to user

viii

dukungan, dan doa bagi penulis. Semoga Tuhan berkenan memberikan

kesempatan bagi penulis untuk membuat kalian bangga.

7. Para sahabat pencari Tuhan: Siti, Pakdhe, Bento, Tommy, Bay, C-Pot, Aya’,

Joker, Andri Glepung, Arivin, dan Dedi Chomsky. Para sahabat penulis yang

lain: Mas Yudi, Mas Agus, Mas Alfan, Mas Cilik, Mas Waluyo. Terima kasih

untuk semuanya.

8. Teman-teman Sasindo Angkatan 2004, Sasindo Angkatan 2003 dan 2002, dan

keluarga besar Komunitas Musik dan Film (KMF) Fakultas Sastra dan Seni

Rupa atas semua dukungan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Anak-anak Sekre 4-2 dan Scene 13; Kaka, Romhanks, Aldi, Mlekedit, Ciut,

Yoga, Gatot, Mlekenji, Kentung dan semua yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu. Terima kasih telah memberikan warna dan keceriaan bagi

penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat berbagai

kekurangan. Penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca demi

penyempurnaan karya ini.

Surakarta, 10 Maret 2010

Penulis

(9)

commit to user

ix

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka... 12

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 12

2. Landasan Teori ... 15

(10)

commit to user

x

1. Alur ... 16

2. Karakter ... 19

3. Latar ... 21

b. Tema ... 24

1. Tema Sentral ... 25

2. Tema Bawahan ... 25

c. Sarana Sastra ... 25

1. Judul... 26

2. Sudut Pandang ... 26

3. Gaya dan Tone ... 27

d. Hubungan Antarunsur ... 28

B. Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32

B. Pendekatan Penelitian ... 33

C. Objek Penelitian ... 33

D. Sumber Data ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Pengolahan Data ... 34

G. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 35

BAB IV ANALISIS STRUKTURAL A. Fakta Cerita ... 36

(11)

commit to user

xi

a. Tahapan Alur ... 36

b. Kausalitas ... 44

c. Plausibilitas ... 51

d. Konflik dan Klimaks ... 54

2. Karakter dan Penokohan ... 63

a. Karakter Sentral ... 63

b. Karakter Bawahan ... 66

c. Motivasi Karakter... 77

3. Latar ... 79

a. Latar Tempat ... 80

b. Latar Waktu ... 83

c. Latar Sosial... 87

d. Latar Suasana (Atmosfer) ... 90

B. Tema dan Amanat ... 95

1. Tema Bawahan ... 95

2. Tema Sentral ... 100

C. Sarana Sastra ... 101

1. Judul ... 101

2. Sudut Pandang... 102

3. Gaya dan Tone ... 105

a. Gaya ... 105

b. Tone ... 119

(12)

commit to user

xii

1. Hubungan Alur dengan Karakter ... 109

2. Hubungan Latar dengan Alur ... 111

3. Hubungan Karakter dengan Latar ... 112

4. Hubungan Tema, Alur, Karakter, dan Latar ... 112

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 114

B. Saran... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Damang Tri Hapsoro. C0204014. 2010. Novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural. Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana fakta cerita dalam novel Blakanis yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar?, (2) bagaimana tema dalam novel Blakanis?, (3) bagaimana sarana sastra dalam novel Blakanis yang terdiri atas judul, sudut pandang, gaya, dan tone?, (4) bagaimana hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Blakanis?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan fakta cerita dalam novel Blakanis yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, (2) mengungkapkan tema dalam novel Blakanis, (3) mendeskripsikan sarana sastra dalam novel Blakanis yang terdiri atas judul, sudut pandang, gaya, dan tone, (4) mendeskripsikan hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Blakanis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan struktural. Objek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu objek material berupa novel Blakanis dan objek formal berupa unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Blakanis meliputi fakta cerita, tema, sarana sastra. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto dengan tebal 283 halaman, diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada Juni 2008, sebagai cetakan pertama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka. Teknik analisis data dengan memanfaatkan teori struktural Robert Stanton. Teknik penarikan simpulan menggunakan teknik induktif.

(15)

orang-commit to user

xv

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan strukturasi pengalaman manusia. Sastra merupakan

suatu bentuk dari hasil karya cipta seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan

kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar Semi,

1993:8).

Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung

jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model”

kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukan

sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan, oleh karena itu karya

fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga didalamnya tujuan

memberikan hiburan kepada pembaca di samping juga adanya tujuan estetik.

Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk

memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan

kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita

yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap

mempunyai tujuan estetik (Wellek dan Warren, 1995:276).

Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama. Novel,

merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Novel adalah sebuah

karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur-unsur tersebut akan membangun novel secara totalitas dan bersifat artistik.

(17)

commit to user

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan

tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun dan

mengandung alur dan tema cerita, jumlah tokoh lebih dari satu, latar dan suasana

cerita yang beragam pula serta adat budaya yang unik, dan yang melatarbelakangi

cerita dalam novel tersebut. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu

pengalaman hidup yang nyata dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas

mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Oleh karena itu,

novel harus tetap merupakan cerita yang menarik yang mempunyai bangunan

struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Dengan adanya

unsur-unsur estetik, baik unsur-unsur bahasa maupun unsur-unsur makna, dunia fiksi lebih banyak

memuat berbagai kemungkinan dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata.

Semakin tinggi nilai estetik sebuah karya fiksi, secara otomatis akan

mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca.

Blakanis adalah sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto yang

diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada tahun 2008.

Novel inilah yang akan menjadi obyek penelitian. Arswendo Atmowiloto terlahir

di Solo, 26 November 1948, dengan nama lahir Sarwendo. Arswendo dikenal

sebagai penulis dan wartawan yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar.

Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia

'dipenjarakan' karena satu jajak pendapat yang dianggap menghina kaum tertentu.

Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan

artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian

(18)

commit to user

palsu. Karya-karya Aswendo, antara lain berupa naskah drama, cerpen, novel, dan

puisi. Karya pertamanya adalah sebuah cerpen yang berjudul Sleko (1971).

Kemudian muncul karya-karya yang lainnya seperti; Ito (1973), Lawan Jadi

Kawan (1973), Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam 3 Babak (1974),

Sang Pangeran (1975), Sang Pemahat (1976), Dua Ibu (1981), Menghitung Hari

(1993), Oskep (1994), Projo & Brojo (1994), Khotbah di Penjara (1994),

Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995), Kisah Para Ratib (1996), Darah

Nelayan (2001), Keluarga Cemara 1, Keluarga Cemara 2 dan, Keluarga Cemara

3 (2001), Dusun Tantangan (2002), Senopati Pamungkas 1 & 2 (1986/2003),

Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005), Kau

Memanggilku Malaikat (2007), dan Dewi Kawi (2008). Arswendo Atmowiloto

kembali mengeluarkan novel terbarunya, yaitu Horeluya yang terbit April 2008

dan Blakanis yang diterbitkan Juni 2008. Selain masih aktif menulis Arswendo

memiliki sebuah rumah produksi sinetron PT. Atmochademas Persada yang telah

membuat sejumlah sinetron. Sinetronnya Keluarga Cemara memperoleh

Panasonic Award 2000 sebagai acara anak-anak favorit. Tiga kali ia menerima

Piala Vidya untuk Sang Pemahat (1976) dan Menghitung Hari (1993).

Novel Blakanis menceritakan seseorang yang mengedepankan kejujuran

dan menjadikannya sebagai dasar serta ideologi dalam menjalani kehidupannya.

Tokoh utama dalam novel ini bernama Ki Blaka. Lelaki agak tua dengan daun

telinga kecil dan lubang hidung yang besar. Ki Blaka adalah seorang yang nyaris

tanpa prestasi, Ki Blaka ingin jujur dalam segala hal dan untuk segala hal. Banyak

(19)

commit to user

adanya, hidup dengan blaka. Blakanis sendiri adalah sebutan bagi pengikut Ki

Blaka. Dalam buku itu, Arswendo mengungkapkan bahwa kejujuran untuk

menyampaikan segala sesuatu dengan terbuka, apa adanya, tidak selamanya

membawa kebaikan. Ada orang yang tidak menyukai orang lain jujur, apalagi

kejujuran tersebut dapat mengungkap kebohongan orang lain.

Secara struktural, novel Blakanis memiliki unsur-unsur yang cukup kuat.

Unsur-unsur tersebut seperti alur, tokoh, latar, tema dan amanat, gaya penulisan

serta unsur-unsur lain yang menunjang di dalam karya sastra. Alur dalam novel

Blakanis cukup menarik. Semua plot atau alur cerita sudah diceritakan dalam bab

pertama, bahkan akhir cerita atau puncak cerita sudah dapat diketahui oleh

pembaca pada bab pertama ini. Namun keutuhan cerita tersebut belum terlihat

jelas karena dalam bab pertama hanya terdapat beberapa penggalan kisah dari

tokoh-tokoh sentral yang dinarasikan oleh tokoh bawahan dalam novel Blakanis

ini. Selain memiliki alur yang menarik, pengarang juga mampu menghidupkan

karakter dari para tokoh melalui tema yang diangkat oleh pengarang. Selain alur

dan penokohan, gaya penulisan Arswendo dikenal ringan dan mengalir. Bahasa

deskripsi yang tidak rumit dan dialog yang bermakna lugas membuat pembaca

tidak perlu berpikir terlalu dalam.

Terlepas dari uraian tersebut, penulis mengangkat novel Blakanis sebagai

objek penelitian, karena penulis ingin mencoba menjelaskan struktur novel

tersebut. Alasan lain yang mendorong novel Blakanis dijadikan sebagai objek

kajian dalam penelitian ini adalah karena novel Blakanis sebagai sebuah karya

(20)

commit to user

sehingga dapat membentuk sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat

artistik. Unsur-unsur struktural yang membuat novel Blakanis ini menjadi menarik

untuk dibaca dan diteliti adalah sebagai berikut.

Pertama, penyampaian cerita dalam novel Blakanis ini bersifat naratif.

Setiap bab dalam novel Blakanis ini adalah sebuah narasi dari beberapa tokoh

berbeda. Keterjalinan cerita tidak akan terlihat apabila pembaca belum

menyelesaikan cerita dari bab pertama sampai bab terakhir. Setiap bab dalam

novel Blakanis ini mempunyai cerita yang utuh dan berdiri sendiri pada setiap

babnya. Sebagai contoh, pada bab pertama adalah sebuah narasi yang di

ungkapkan oleh salah seorang tokoh yang bernama Mareto. Mareto menyajikan

cerita tentang awal mula kampung Blaka dan tentunya pribadi seorang Ki Blaka

serta pengalamannya bersama Ki Blaka sampai dengan klimaks cerita yaitu

tertangkapnya dan meninggalnya Ki Blaka. Hal yang sama dapat ditemukan pada

bab-bab berikutnya hanya saja penyampaian cerita dilakukan oleh tokoh yang

berbeda dan dengan pokok bahasan yang berbeda pula. Oleh karena itu, pembaca

menjadi penasaran dan bertanya-tanya apabila belum menyelesaikan akhir cerita,

karena setiap bab dari novel ini memiliki korelasi dengan bab lain. Unsur yang

memberikan keterjalinan atau korelasi antara bab yang satu dengan bab yang lain

adalah kehadiran tokoh utama dan beberapa tokoh-tokoh bawahan dalam

penceritaannya. Selain hal-hal tersebut, unsur-unsur lain yang mendukung

keterjalinan adalah alur atau plot dan latar cerita. Alur atau plot dalam novel

Blakanis cukup dinamis, sehingga terdapat beberapa penggalan cerita yang sudah

(21)

commit to user

yang lain. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya ketidakbosanan dan

keingintahuan kepada pembaca.

Kedua, salah satu unsur pembangun dalam novel Blakanis, yaitu

karakterisasi tokoh utama dalam novel ini sangat kuat. Karakterisasi tokoh utama

yang ditonjolkan bukanlah sifat kejujuran, melainkan sifat sederhana dan blaka

dalam segala manifestasinya. Pengarang ingin mencoba memberikan pesan-pesan

moral melalui novel Blakanis ini. Pengarang ingin menyajikan sebuah situasi yang

meliputi kesederhanaan, kejujuran dan yang paling penting adalah sifat blaka (apa

adanya). Situasi itu disajikan pengarang disaat mayoritas orang sedang mengalami

demoralisasi moral atau krisis moral. Berawal dari situasi ini pengarang berusaha

membangun tokoh utama dalam novel Blakanis ini agar benar-benar mampu

membawa pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Ketiga, novel Blakanis mengangkat tema yang mampu menjadikan

perenungan bagi kita. Tema kejujuran sangat cocok dengan situasi yang terjadi di

dalam masyarakat kita yang sedang mengalami keterpurukkan moral. Secara tidak

langsung, novel Blakanis ini memberikan pelajaran hidup dan motivasi kepada

para pembaca dengan memberikan dan menyuguhkan filosofi-filosofi tentang

kejujuran. Alasan lain yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian

terhadap novel Blakanis karena novel tersebut belum pernah diteliti sebelumnya.

Penulis sudah melakukan survey di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan dianalisis dengan

pendekatan struktural. Karena pendekatan struktural lebih terfokus pada struktur

(22)

commit to user

objektif karena hanya berdasarkan karya sastra atau teks itu sendiri, yang

memandang karya sastra sebagai teks mandiri, jalinan antar unsur tersebut akan

membentuk makna yang utuh pada sebuah teks (Suwardi Endraswara, 2003: 53).

Analisis struktural dilakukan untuk membongkar secermat, seteliti, semendetail,

dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan anasir- anasir karya sastra

yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1988:135).

Dari uraian tersebut, maka akan dilaksanakan penelitian yang berjudul:

Blakanis” karya Arswendo Atmowiloto: Analisis Struktural. Analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis alur, karakter, latar, tema serta

sarana sastra.Untuk meneliti novel ini, penulis memanfaatkan teori struktural

Robert Stanton. Buku yang digunakan adalah Teori Fiksi Robert Stanton tahun

2007, terjemahan dari Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad.

Alasan yang mendasari penulis menggunakan teori Stanton, yaitu dalam

teori Stanton tidak ada pemisahan unsur-unsur karya sastra. Sebuah karya sastra

tersusun atas berbagai macam unsur. Semua unsur yang menyusun karya sastra

tersebut memiliki posisi yang sama. Tidak ada unsur yang dianggap berada dalam

karya sastra ataupun yang berada di luar karya sastra.

B.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut dimaksudkan agar

penelitian menjadi lebih fokus dan terarah, sehingga dapat mencapai sasaran yang

diinginkan. Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai

(23)

commit to user

1. fakta cerita yang terdapat dalam novel Blakanis. Fakta cerita tersebut

meliputi alur ( tahapan alur, hubungan kausalitas dan plausibilitas,

konflik internal dan konflik eksternal, dan konflik utama dan klimaks),

karakter (sikap tokoh dan motivasi dalam diri tokoh), dan latar (latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial);

2. tema (meliputi tema bawahan dan tema sentral) dan amanat novel

Blakanis;

3. sarana sastra dalam novel Blakanis. Sarana sastra dibatasi pada judul,

sudut pandang, serta gaya dan tone;

4. hubungan antarunsur dalam novel Blakanis.

C.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fakta cerita yang terdapat dalam novel Blakanis?

2. Bagaimanakah tema dan amanat novel Blakanis?

3. Bagaimanakah gambaran sarana sastra dalam novel Blakanis?

4. Bagaimanakah hubungan antarunsur dalam novel Blakanis?

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

interpretasi terhadap novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto dengan

(24)

commit to user

penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang

dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan fakta cerita, yang meliputi alur, karakter, dan latar

yang terdapat dalam novel Blakanis.

2. Mendeskripsikan tema dan amanat dalam novel Blakanis.

3. Mendeskripsikan sarana sastra yang digunakan oleh pengarang dalam

novel Blakanis yang meliputi judul, sudut pandang, serta gaya dan

Tone.

4. Mendeskripsikan hubungan antarunsur dalam novel Blakanis.

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam

menerapkan teori struktural Robert Stanton. Unsur-unsur struktural

meliputi, fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Hasil dari penelitian ini

diharapkan pula dapat membantu memberikan pemahaman terhadap

struktur pembangun karya sastra, terutama novel. Pemahaman

terhadap struktur novel tersebut diharapkan dapat dijadikan pijakan

bagi penelitian selanjutnya, tentunya dengan kajian yang berbeda,

sehingga penelitian terhadap karya sastra, khususnya novel dapat lebih

(25)

commit to user

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat

menambah pemahaman dan dapat membantu peneliti lain dalam

memperkaya wawasan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sebuah contoh sekaligus sebagai cermin kepada masyarakat umum.

Penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan pemahaman

tentang nilai-nilai yang terkandung dalam novel Blakanis, seperti

sikap jujur dan apa adanya yang dilakukan oleh tokoh utama. Sikap ini

perlu dilakukan mengingat banyaknya kasus manipulasi yang sering

terjadi, baik dalam diri sendiri maupun terhadap orang lain.

F.

Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menyangkut

atau membicarakan alasan mengapa penulis mengambil judul tersebut;

pembatasan masalah yang dalam penelitian ini merupakan unsur penting agar

penelitian tidak menyimpang dari topik; rumusan masalah yang dimaksudkan agar

penelitian lebih terperinci dan terfokus; tujuan penelitian yang berfungsi untuk

menjawab rumusan masalah yang sudah ada; manfaat penelitian yang

memberikan penjelasan tentang apa saja yang dapat diambil dari penelitian ini

baik secara teoretis maupun secara praktis; dan sitematika penulisan yang dalam

hal ini diperlukan untuk memudahkan dalam proses analisis setiap masalah,

(26)

commit to user

Bab kedua Landasan Teori, berisi teori-teori yang mencoba menguraikan

secara mendalam mengenai struktur karya sastra terutama fakta cerita dan tema

serta hubungan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra, sehingga dapat

dicapai tujuan dari pendekatan struktural tersebut, yakni membongkar dan

memaparkan secermat, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan

keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna

menyeluruh.

Bab ketiga Metode Penelitian, berisi metode penelitian yang merupakan

cara kerja dari penelitian; pendekatan yang digunakan dalam penelitian; objek

penelitian yang merupakan kajian utama dalam penelitian; sumber data yang

menjelaskan asal dari data-data penelitian; teknik pengumpulan data yaitu

teknik-teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data; dan teknik-teknik pengolahan

data yang berisi reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan simpulan.

Bab keempat Analisis Data, berisi analisis terhadap novel Blakanis yang

menjadi objek penelitian dengan menerapkan teori Robert Stanton. Penelitian

dilakukan pada fakta cerita yang terdiri atas alur, karakter, dan latar, kemudian

dilanjutkan dengan analisis tema dan hubungan antarunsur.

Bab kelima Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang

tentunya sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan. Dengan adanya

(27)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.

Kajian Pustaka

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini, penulis menemukan beberapa artikel melalui

internet yang membahas tentang novel Blakanis. Artikel tersebut ditulis oleh

Adiwirasta dan diakses oleh penulis pada tanggal 31 Maret 2010. Adiwirasta

menyebutkan bahwa novel Blakanis tidak memiliki ketegangan-ketegangan

seperti dalam novel-novel pop pada umumnya. Novel Blakanis tidak memberi

kita hiburan. Novel ini berupaya untuk membuat kita merenungkan kejujuran

terhadap diri kita sendiri.

Pada bagian awal, buku ini sangat enak dibaca. Penuturannya seperti

seorang sastrawan sedeng yang meracau tidak karuan tapi terarah. Penggunaan

tata bahasanya yang seenaknya, menjadikan buku ini bukan buku yang pantas

untuk ditelaah secara ilmiah oleh peneliti sastra karena tidak ada nilai lebih.

Tetapi secara pemaknaan, buku ini sangat penuh dengan ajaran tentang

kejujuran. Arswendo ingin mengetuk para pemimpin negara ini untuk hidup

blaka alias terbuka dan jujur, sehingga kedamaian di bumi bisa tercipta dan

terjaga hingga akhir hayat. Novel Blakanis ini juga mengajarkan kepada kita

untuk mampu bersabar terhadap rangsangan. Penuturan yang diambil oleh

Arswendo terhadap tokoh utama, Ki Blaka, seperti penuturan Yesus Kristus di

Injil. Penuturan terbagi-bagi ke dalam beberapa bagian, dan masing-masing

(28)

commit to user

bagian menceritakan awal dari dimulainya Ki Blaka hingga akhir dari

kehidupan Ki Blaka yang meledak di atas helikopter.

Terdapat juga artikel lain yang berhubungan dengan novel Blakanis.

Artikel tersebut ditulis oleh Hervin Saputra dan diakses penulis pada 28 Maret

2010. Artikel tersebut menyebutkan ketidakjujuran di dalam kehidupan

masyarakat dikaitkan dengan novel Blakanis. Menurut Hervin Saputra,

Arswendo Atmowiloto berusaha menghadirkan kegiatan untuk memburu

jawaban atas pengertian kejujuran dalam novel Blakanis. Di dalam novel

Blakanis Arswendo mengajak pembaca menjalani “filsafat kejujuran”,

Arswendo menempatkan Ki Blaka sebagai tokoh sentral. Adegan penangkapan

Ki Blaka menjadi kunci dari keseluruhan plot novel ini. Peristiwa ini dapat

dikatakan sebagai klimaks yang ditempatkan di tengah-tengah cerita, bukan di

awal atau di akhir. Lewat klimaks ini Arswendo membuka satu per satu makna

yang hendak disampaikan dari keseluruhan cerita. Dia mencoba memundurkan

waktu untuk melihat apa saja yang terjadi di Kampung Blakan sebelum

akhirnya tempat itu sepi karena penghuninya membubarkan diri.

Arswendo tidak buru-buru memberikan jawaban mengapa Ki Blaka

ditangkap dan apa yang terjadi selanjutnya dengan Kampung Blaka. Dengan

membuka pintu makna satu per satu, pembaca diajak mengikuti kisah seraya

menikmati dialog-dialog tentang filsafat kejujuran. Dialog-dialog yang

menukik ke hakikat kejujuran itu berseliweran dalam setiap peristiwa. Meski

sebagian besar gagasan tentang kejujuran itu bersumber dari Ki Blaka, novel ini

tidak menempatkan Ki Blaka sebagai juru kisah. Pembaca justru diajak

(29)

commit to user

memperoleh perubahan hidup drastis sejak bersentuhan dengan Kampung

Blaka.

Novel ini menggunakan pengakuan (testimoni) sejumlah tokoh di

dalamnya untuk memerinci profil tokoh utama serta gagasan keseluruhan.

Dengan cara ini Ki Blaka, sebagai seorang blaka, tidak dibiarkan

memperkenalkan diri lewat mulut sendiri. Sebab, upaya menjelaskan diri

sendiri rawan tercemar dengan kehendak melebih-lebihkan diri. Dan ini selalu

ditentang oleh Ki Blaka. Dengan cara ini Arswendo membiarkan pembaca

menyerap definisi sosok Ki Blaka dari testimoni pengikutnya yang

mendefinisikan jati diri Ki Blaka. Arswendo tidak hanya menghadirkan Ki

Blaka sebagai seorang jujur yang lugu di hadapan tokoh-tokoh yang menjadi

juru bicara kisah, bahkan melugukan Ki Blaka di hadapan pembaca. Novel ini

bisa disebut sebagai reaksi atas kenyataan zaman yang hadir di hadapan

pengarangnya. Korupsi, budaya ketidakjujuran yang saling bertegangan dengan

idaman akan kejujuran, adalah realitas Indonesia. Sebagai sebuah karya sastra,

Blakanis adalah distorsi atas realitas sedemikian rupa sehingga realitas itu

terasa sebagai imajinasi.

Dengan menangkap pandangan dunia pengarang, diharapkan mendapat

pemahaman terhadap arti sebuah karya sastra sebagai usaha manusia

memecahkan persoalan-persoalan kehidupan sosial yang nyata, dapat

dimengerti secara mendalam. Berdasarkan pengamatan terhadap

penelitian-penelitian terdahulu tersebut maka penulis kemudian berusaha melengkapi

penelitian-penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang lebih lanjut.

(30)

commit to user

sebelumnya dengan melakukan pembahasan yang lebih detail tentang

penerapan teori model Robert Stanton. Selain itu, penelitian ini juga

mengambil objek penelitian baru yang dirasa akan lebih efektif dalam hal

penerapan teori struktural model Robert Stanton. Karena, di dalam novel

Blakanis yang menjadi objek dalam penelitian ini, si pengarang terlihat lebih

ekspresif dalam mengungkapkan unsur-unsur pembangunnya, seperti dalam hal

alur, latar, penokohan, penentuan sudut pandang, dan pemakaian gaya bahasa..

2. Landasan Teori

Teori merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian teori

merupakan suatu alat atau pisau yang digunakan untuk menganalisis sebuah

objek penelitian. Peran teori sangat penting dan spesifik. Setelah melihat objek

yang akan diteliti oleh penulis dan memperhitungkannya secara mendalam

(baik dari segi kerelevansiannya ataupun dari segi-segi yang lainnya), maka

peneliti menjatuhkan pilihannya pada teori fiksi struktural Robert Stanton.

Adapun maksud dari teori fiksi adalah menyajikan pengalaman kemanusiaan

melalui dimensi-dimensi fakta cerita, sarana-sarana sastra dan tema serta

amanat untuk dapat di pahami dan di nikmati (Stanton, 2007:13).

Robert Stanton (2007:97), menyatakan bahwa untuk menganalisis

novel sebaiknya dilihat terlebih dahulu prinsip kepaduan sebuah novel.

Kepaduan di sini berarti seluruh aspek dari karya sastra harus berkontribusi

penuh pada maksud utama atau tema. Dengan demikian, pendekatan struktural

memandang karya sastra sebagai suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari

(31)

commit to user

suatu makna yang menyeluruh dan menyajikan catatan kejadian imajinatif dari

sebuah cerita. Sehingga dinamakan ‘struktur faktual’ cerita.

Robert Stanton menyatakan bahwa struktur karya sastra meliputi 3

kategori, yaitu: fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Tidak semua konsep

Robert Stanton akan diaplikasikan dalam penelitian ini, tetapi hanya beberapa

konsep yang di anggap relevan saja.

Unsur fakta cerita meliputi alur, karakter (tokoh), dan latar. Unsur

dalam sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone,

simbolisme, ironi. Sedangkan pada tema itu meliputi tema minor dan tema

mayor. Alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini

berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum

menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur faktual’ atau ‘tingkatan

faktual’ cerita (Stanton, 2007:22)

a. Fakta-fakta Cerita

Fakta dalam sebuah cerita meliputi alur, karakter, dan latar. Gabungan

ketiga unsur ini sangat menonjol dan terdapat diseluruh bagian cerita (Stanton,

2007:12). Fakta cerita sering disebut sebagai struktur faktual atau tahapan

faktual. Penyebutan demikian karena unsur fiksi tersebut secara faktual dapat

dibayangkan atau memiliki koherensi dengan pengalaman.

1) Alur

Alur merupakan unsur penting dalam sebuah karya sastra. Alur

merupakan keseluruhan peristiwa-peristiwa dalam cerita.

Peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan secara sebab akibat (kausalitas), Peristiwa-peristiwa

(32)

commit to user apabila dihilangkan dapat merusak jalan cerita.

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan dapat dikatakan

bahwa alur lebih penting dari unsur fiksi yang lain. Hal ini dikarenakan alur

menentukan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.

Alur dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur dapat berarti

kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi

yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar

peristiwa-peristiwanya menyebabkan cerita lebih sulit untuk dipahami

(Nurgiyantoro, 2005:110).

Stanton (2007:28) menyatakan bahwa alur dalam cerita fiksi

merupakan tulang punggung cerita. Alur harus memiliki bagian awal,

tengah, dan akhir. Selain itu, alur harus bersifat plausible (masuk akal) dan

logis.

Sebuah cerita dikatakan masuk akal jika karakter-karakter dan

dunianya dapat dibayangkan serta peristiwa-peristiwanya layak terjadi.

Masuk akal juga berarti tindakan-tindakan karakter sesuai dengan

kepribadian atau wataknya serta bertindak sesuai dengan apa yang memang

harus dilakukannya (Stanton, 2007:24-25).

Sebuah cerita dikatakan berkadar plausibilitas jika memiliki

kebenaran untuk dirinya sendiri. Artinya, sesuai dengan tuntutan cerita dan

ia tidak bersifat meragukan. Plausibilitas cerita tidak berarti bahwa cerita

merupakan peniruan realitas belaka, melainkan lebih disebabkan ia

(33)

commit to user

Alur sebuah cerita harus bersifat saling terkait, antara peristiwa

yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan terlebih

dahulu dengan yang diceritakan kemudian, terdapat hubungan dan sifat

saling terkait. Keterkaitan antar peristiwa yang dikisahkan akan

mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang ditampilkan.

Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi yang ruwet dan sulit dikenali hubungan

kausalitas antar peristiwanya menyebabkan cerita menjadi lebih sulit

dipahami.

Stanton membagi alur menjadi dua bagian, yaitu konflik dan

klimaks. Konflik dalam sebuah karya fiksi terdiri atas dua macam, yaitu

konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang

muncul sebagai akibat dari adanya dua keinginan dalam diri sebuah

karakter, sedangkan konflik eksternal adalah konflik antarkarakter atau

antara karakter dengan lingkungannya.

Konflik dan klimaks merupakan hal yang amat penting dalam

struktur alur, keduanya merupakan unsur utama alur dalam karya fiksi.

Konflik demi konflik, baik berupa konflik internal maupun konflik

eksternal inilah jika telah mencapai titik puncak menyebabkan terjadinya

klimaks (Nurgiyantoro, 2005:126).

Dalam sebuah cerita ditemukan banyak konflik. Akan tetapi, hanya

ada satu konflik utama yang menjadi inti struktur cerita dan mampu

membuat alur dapat berkembang. Konflik utama tersebut biasa disebut

dengan konflik sentral. Konflik sentral adalah puncak dari cerita, atau

merupakan inti cerita. Konflik dalam cerita akan menuju satu titik pusat,

(34)

commit to user

keadaan atau lebih yang saling bertentangan dan hal ini berhubungan

dengan bagaimana oposisi tersebut terselesaikan (Stanton, 2007:32).

Berdasarkan uraian-uraian di atas alur merupakan urutan kejadian

atau peristiwa yang mempunyai hubungan kausalitas (sebab-akibat),

peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa

yang lain, dan apabila dihilangkan dapat merusak jalan cerita. Peristiwa

tersebut disusun dan direka, serta bersifat plausible (masuk akal) dan logis.

Dengan kata lain, karakter-karakter dan dunianya dapat dibayangkan serta

peristiwa-peristiwanya layak terjadi. Masuk akal juga berarti

tindakan-tindakan karakter sesuai dengan kepribadian atau wataknya serta bertindak

sesuai dengan apa yang memang harus dilakukannya. Hal tersebut

bertujuan agar mempermudah pemahaman pembaca dan lebih memberikan

daya tarik bagi pembaca.

2) Karakter

Karakter mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah

cerita. Karakter menciptakan tindakan-tindakan tertentu yang mendukung

jalannya cerita. Kehadiran karakter membuat cerita menjadi seolah tampak

lebih hidup.

Seperti halnya alur, karakter juga merupakan unsur penting dalam

karya fiksi. Karakter cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa

dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan

(35)

commit to user

Pengangkatan karakter-karakter nyata, atau hanya berupa bentuk

personifikasinya dapat mengesankan pembaca seolah-olah peristiwa yang

diceritakan bukan peristiwa imajinatif, melainkan peristiwa faktual

(Nurgiyantoro, 2007:169).

Karakter dapat berarti ‘pelaku’ dan dapat pula berarti ‘perwatakan’,

keterkaitan antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimiliki,

memang merupakan suatu kesatuan yang utuh, dapat dikatakan bahwa

seorang tokoh dalam cerita diciptakan bersama dengan perwatakan yang

dimilikinya.

Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama,

karakter merujuk pada individu individu yang muncul dalam cerita.

Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai

kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu

tersebut (Stanton, 2007:33).

Sebagian besar karakter karya fiksi adalah

karakter-karakter rekaan. Meski sebuah karakter-karakter merupakan rekaan atau imajinasi

pengarang, dan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah

cerita, tetapi karakter juga berperan menyampaikan ide, motif, alur, dan

tema. David Daiches menyatakan karakter pelaku dalam cerita fiksi dapat

muncul dari sejumlah peristiwa dan bagaimana reaksi tokoh tersebut pada

peristiwa yang dihadapi, yang terangkai dalam peristiwa menjadi alur

(dalam Fanani, 2000:87). Analisis gambaran karakter pada dasarnya adalah

analisis ciri-ciri fisik, mental, perasaan, dan bermacam-macam keterangan

(36)

commit to user

Stanton (2007:33) menyatakan bahwa dalam sebagian besar cerita

dapat ditemukan satu karakter utama, yakni karakter yang terkait dengan

semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya,

peristiwa-peristiwa tersebut dapat mengubah diri sang karakter ataupun pada sikap

pembaca terhadap diri karakter tersebut. Karakter ini biasa disebut dengan

karakter sentral atau karakter utama.

Dalam kaitannya dengan peristiwa yang dialami oleh karakter,

segala sesuatu yang menjadi dasar atau landasan bagi karakter dalam

mengerjakan sesuatu disebut motivasi. Sikap karakter terhadap karakter

atau tindakan karakter lain disebut motivasi khusus, sedangkan segala

sesuatu yang mengatur karakter mulai dari awal penceritaan disebut

motivasi dasar (Stanton, 2007:34)

3) Latar

Berhadapan dengan sebuah karya fiksi pada hakikatnya berhadapan

dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah

dilengkapi dengan karakter penghuni dan permasalahan. Namun tentu saja

hal itu kurang lengkap sebab karakter dengan berbagai pengalaman

kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup tempat dan waktu,

sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain,

fiksi sebagai sebuah dunia di samping membutuhkan karakter, cerita dan

alur, juga perlu latar (Nurgiyantoro, 2005:216).

Menurut Stanton, yang dimaksud dengan latar cerita adalah

(37)

commit to user

bagiannya adalah latar belakang yang tampak (latar tempat), salah satu

bagian lain dapat berupa waktu (hari, minggu, bulan), iklim, atau periode

sejarah (Stanton, 2007:35).

Latar sama dengan setting. Dalam karya sastra, latar merupakan

suatu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut

akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun latar

dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita,

keberadaan latar pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyatakan di mana,

kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan juga

dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan

masyarakat pada waktu cerita ditulis.

Fungsi latar dalam cerita antara lain untuk memberikan informasi

situasi sosial budaya yang terdapat dalam cerita. Latar akan dapat

memberikan pijakan cerita secara nyata bagi penggambaran suasana

berlangsungnya peristiwa-peristiwa yang ada dalam alur cerita.

Latar biasanya hadir dalam bentuk deskripsi. Kadang-kadang

karakter dapat secara langsung mempengaruhi karakter-karakternya dan

memperjelas tema. Dalam banyak cerita, latar dapat menggugah nada

emosi di sekeliling karakter. Akan tetapi, latar terkadang juga tidak

berkaitan langsung dengan karakter utama, hanya sebatas menggambarkan

lingkungan sosialnya. Di dalam beberapa cerita, latar menggambarkan

warna perasaan atau suasana hati yang menyelubungi sebuah karakter.

Penggambaran warna perasaan itu disebut suasana (Stanton, 1965:19).

(38)

commit to user

dunia mereka. Stanton (1965:12) membagi latar bersama dengan karakter

ke dalam fakta cerita, sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan

diimajinasikan pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Latar

dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Latar Waktu

Latar waktu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu latar waktu

parsial dan latar waktu berdasarkan sejarah. Latar waktu yang bersifat

parsial dibedakan juga menjadi dua jenis, meliputi kata-kata yang

langsung merujuk pada waktu dan kalimat yang diasosiasikan pada

waktu.

2. Latar Tempat

Penggunaan latar tempat dapat diketahui dari nama-nama tempat

terjadinya peristiwa yang ada di dalam sebuah cerita.

3. Latar Sosial

Berfungsi untuk memberikan informasi tentang berbagai situasi

sosial dan budaya yang berhubungan dengan kehidupan sosial

masyarakat tertentu, meliputi berbagai masalah hidup, kebiasaan hidup,

adat istiadat, keyakinan, juga pandangan hidup.

4. Atmosfer (suasana)

Latar dapat menggugah nada emosi di sekeliling karakter. Nada

emosi tersebut tercermin dalam lingkungannya. Atmosfer tersebut

dapat juga merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang

karakter atau sebagai salah satu bagian dunia yang berada di luar diri

(39)

commit to user

Istilah atmosfer mengingatkan pada lapisan udara tempat kehidupan

dunia berlangsung. Manusia hidup karena menghirup udara atmosfer.

Atmosfer dalam cerita merupakan “udara yang dihirup pembaca sewaktu

memasuki dunia rekaan”. Ia berupa deskripsi kondisi latar yang mampu

menciptakan suasana tertentu, misalnya suasana ceria, romantis, sedih,

muram, maut, misteri, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2005:243).

Atmosfer itu sendiri dapat ditimbulkan dengan deskripsi detil-detil,

irama tindakan, tingkat kejelasan dan kemasuk-akalan berbagai peristiwa,

kualitas dialog, dan bahasa yang dipergunakan (Nurgiyantoro, 2005:245).

Jadi, berdasarkan uraian-uraian di atas, latar merupakan gambaran

tentang tempat, waktu, keadaan sosial dan deskripsi-deskripsi

suasana-suasana lain yang diciptakan pengarang untuk menghidupkan cerita.

b. Tema

Tema adalah ide pusat atau ide pokok. Tema merupakan nilai yang

terkandung dalam sebuah peristiwa. Tema tidak hadir secara langsung. Oleh

karena itu, diperlukan pembacaan yang cermat dengan memperhatikan dan

memahami fakta-fakta ceritanya terlebih dahulu. Tema merupakan sebuah

cerita yang berkaitan dengan makna pengalaman hidup yang secara langsung

dialami oleh manusia. Sebuah tema dapat ditafsirkan berdasarkan pada

fakta-fakta yang terdapat dalam sebuah cerita (Stanton, 2007:8).

Untuk menentukan sebuah tema cerita adalah dengan melihat konflik

utama, karena di antara konflik utama dengan tema selalu berhubungan erat.

(40)

commit to user

kejadian utama dalam cerita. Kejadian utama tersebut tentu membawa

pengalaman dan tingkah laku suatu karakter yang memberikan sinyal tentang

hal-hal yang umum dirasakan oleh karakter, seperti sifat-sifat umum manusia.

Berdasarkan pengertian tema dan cara menentukan tema dalam sebuah

karya fiksi, maka dapat disimpulkan bahwa tema mampu memberikan

koherensi dan kepaduan makna pada sebuah cerita (Stanton, 2007:8). Tema

dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni sebagai berikut.

1. Tema Sentral

Tema sentral adalah makna pokok yang menjadi dasar atau

gagasan dari cerita secara keseluruhan. Tema sentral dapat disimpulkan

dari beberapa tema bawahan. Pada dasarnya, tema bawahan tersebut

membangun keberadaan tema sentral, karena antartema bawahan

terdapat keterkaitan yang pada akhirnya membangun tema sentral.

2. Tema Bawahan

Tema bawahan adalah makna sampingan atau makna tambahan

yang mendukung makna pokok dalam sebuah cerita. Tema bawahan

dianalisis berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam suatu

peristiwa. Masalah tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan

antara masalah satu dengan masalah yang lain.

c. Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra merupakan teknik yang digunakan pengarang

(41)

commit to user

Tujuan penggunaan sarana sastra adalah untuk memungkinkan pembaca

melihat fakta sebagaimana yang dilihat oleh pengarang, menafsirkan makna

fakta sebagaimana yang ditafsirkan oleh pengarang, dan merasakan

pengalaman seperti yang dirasakan oleh pengarang (Nurgiyantoro, 2005:22).

Keberadaan sarana sastra adalah untuk mendukung fakta cerita dan

tema. Berbagai detil cerita yang diungkap melalui sarana sastra dapat

menguatkan apa yang telah ada dalam fakta cerita. Detil-detil cerita tersebut

pada akhirnya juga akan mengemban tema.

1) Judul

Judul dalam sebuah karya sastra merupakan suatu petunjuk tentang

apa yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Judul mengisyaratkan makna

cerita yang ditulis oleh pengarang secara keseluruhan. Selain itu, judul juga

memberikan sugesti kepada pembaca untuk memikirkan tentang apa yang

ditulis oleh pengarang dalam karyanya tersebut.

Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga

keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika

judul mengacu pada sang karakter utama atau latar tertentu. Akan tetapi,

harus selalu waspada bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang

tidak menonjol (Stanton, 2007:51).

2) Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan dasar berpijak pembaca untuk melihat

peristiwa dalam cerita. Pengarang sengaja memilih sudut pandang secara

(42)

commit to user

pandang, pembaca memiliki berbagai posisi dan berbagai hubungan dengan

setiap peristiwa dalam cerita, baik di dalam maupun di luar tokoh (Stanton,

2007:53). Stanton membagi sudut pandang menjadi empat tipe yaitu

sebagai berikut.

(1) Orang pertama-utama. Karakter utama mengisahkan cerita dalam

kata-katanya sendiri

(2) Orang pertama-sampingan. Karakter bawahan menceritakan kisahnya

(3) Orang ketiga-terbatas. Pengarang mengacu pada semua karakter dan

memposisikannya sebagai orang ketiga (ia atau mereka), tetapi hanya

menceritakan apa yang dapat dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh

seorang karakter saja

(4) Orang ketiga-tidak terbatas. Pengarang mengacu pada setiap karakter

dan memposisikannya sebagai orang ketiga (ia atau mereka) dan

menceritakan apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa

karakter seolah-olah menceritakan peristiwa tanpa kehadiran karakter.

3) Gaya dan Tone

Gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa (Stanton,

2007:61). Meskipun ada dua penarang yang memakai alur, karakter, dan

latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan

tersebut secara umum terletak pada bahasa (Stanton, 2007:61). Gaya

membuat pembaca dapat menikmati cerita, menikmati gambaran tindakan,

pikiran, dan pandangan yang diciptakan pengarang, serta dapat mengagumi

(43)

commit to user

dengan tujuan cerita. Stanton (2007:61-62) berpendapat bahwa mungkin

pengarang tidak menggunakan gaya yang cocok, tetapi akan menjadi tepat

jika gaya itu mendukung temanya.

Unsur yang terkait dengan gaya adalah tone. Tone merupakan sikap

emosional pengarang yang dihadirkan dalam cerita, bisa berupa sikap

(perasaan) romantis, ironis, misterius, gembira, tidak sabar, atau perasaan

lainnya. Tone dibangun sebagian dengan fakta cerita, tetapi yang lebih

penting adalah pilihan pengarang terhadap rincian-rincian dalam

menggambarkan fakta-fakta itu (Stanton, 2007:63).

d. Hubungan Antarunsur

Semua unsur dalam karya sastra memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lain. Keterkaitan tersebut membangun karya sastra dalam bentuk

yang utuh. Jadi, antara unsur yang satu dengan unsur yang lain tidak dapat

dipisahkan. Novel dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur akan saling

berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan

menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna, hidup. Di

pihak lain, tiap-tiap unsur pembangun itupun hanya akan bermakna jika ada

dalam kaitannya dengan keseluruhannya. Dengan kata lain, dalam keadaan

terisolasi, unsur-unsur tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi (Nurgiyantoro,

2005:31).

Stanton (2007:22), menyatakan bahwa struktur faktual (karakter, alur,

dan latar yang merupakan fakta cerita) bukanlah bagian terpisah dari cerita.

(44)

commit to user

makna totalitas. Begitu juga untuk mengetahui tema sebuah cerita. Diperlukan

pemahaman terhadap unsur-unsur yang lain, seperti fakta cerita. Setiap aspek

cerita turut mendukung kahadiran tema. Oleh karena itu, pengamatan harus

dilakukan pada semua hal, seperti peristiwa-peristiwa, karakter-karakter, atau

bahkan objek-objek yang sekilas tampak tidak relevan dengan alur utama

(Stanton, 2007:43).

Hubungan antarunsur dapat didefinisikan seperti, (1) hubungan alur

dengan karakter. Keberadaan alur tidak dapat lepas dari karakter. Alur terjadi

karena adanya peristiwa, konflik, hingga akhirnya sampai pada klimaks. Semua

hal tersebut dapat terjadi apabila ada karakter karena karakter yang berperan

untuk menggerakkan jalannya cerita. (2) hubungan latar dengan alur. Latar dan

latar memiliki hubungan yang tidak terlalu menonjol. Namun demikian,

hubungan kedua unsur ini tetap ada. Alur dapat ditunjukkan dengan adanya

perpindahan tempat dan waktu. Perpindahan tempat ditandai dengan adanya

ciri-ciri fisik tempat tersebut. (3) hubungan karakter dengan latar. Karakter dan

latar mempunyai hubungan yang bersifat timbal balik. Kondisi latar, baik itu

latar tempat, latar waktu, maupun latar sosial akan berpengaruh pada watak

sang karakter. Demikian juga sebaliknya, watak karakter dapat mencerminkan

latar belakang tokoh tersebut. (4) hubungan tema, alur, karakter, dan latar.

Stanton (2007:43) menyatakan bahwa setiap aspek cerita turut mendukung

kehadiran tema. Tema yang merupakan gagasan dari pengarang, diwujudkan

melalui jalinan alur, karakter dan latar. Tema memberi koherensi dan makna

(45)

commit to user

B.

Kerangka Pikir

Penelitian ini akan menganalisis novel Blakanis karya Arswendo

Atmowiloto dengan pendekatan struktural menurut Robert Stanton. Alur kerangka

pikir dimulai dari pembacaan novel dengan cermat dan teliti, memahami tentang isi

novel Blakanis dan menemukan permasalahan yang ada didalamnya, kemudian

merumuskan permasalahan tersebut. Menentukan teori untuk menganalisis

permasalahan tersebut dengan teori Robert Stanton, yang dapat diuraikan dengan

fakta cerita yang meliputi alur, tokoh, dan latar, serta menggunakan metode untuk

menguraikan fakta cerita tersebut yaitu dengan menggunakan sarana sastra yang

meliputi judul, dan sudut pandang. Setelah diuraikan fakta cerita dan sarana

sastranya, maka akan diperoleh tema yang terkandung dalam novel tersebut.

Menentukan teori yang akan digunakan untuk menganalisis yaitu dengan

menggunakan teori Robert Stanton. Mengolah data yang telah dikumpulkan,

kemudian menarik simpulan. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian

ini, dapat dilihat alur kerangka pikir sebagai berikut.

1. Membaca dan memahami novel Blakanis dengan cermat dan teliti.

2. Menemukan permasalahan yang terdapat dalam novel Blakanis kemudian

merumuskan permasalahan tersebut.

3. Menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu teori fiksi Robert

Stanton yang meliputi fakta cerita, sarana sastra, dan tema.

4. Analisis permasalahan dengan cara memaparkan dan atau menunjukkan serta

menjelaskan yang disertai dengan kutipan-kutipan yang mendukungnya.

5. Simpulan, disajikan pemaknaan penelitian secara terpadu terhadap semua

hasil penelitian yang telah diperoleh.

(46)

commit to user Skema kerangka pikir.

Novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto

Teori Struktural

Fakta Cerita Tema Sarana Sastra

1. Alur

· tahapan alur · hubungan

kausalitas · hubungan

plausibitas

· konflik internal & konflik eksternal · konflik & klimaks

sentral 2. Tokoh

· karakter sentral · karakter bawahan · motivasi tokoh

Hubungan Antarunsur 1. tema

bawahan 2. tema sentral

1. Judul

2. Sudut pandang 3. Gaya & Tone

(47)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai suatu maksud atau tujuan. Metode dipergunakan untuk memudahkan

peneliti dalam mencapai tujuan penelitian. Sebuah penelitian bertujuan untuk

menjawab masalah yang telah dirumuskan, sehingga dicapai tujuan dari

penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata lisan ataupun tertulis

tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan, ataupun gejala dari kelompok tertentu

yang diamati. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif ini, data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, konsep-konsep, gambar, dan bukan

angka-angka. Dengan demikian laporan penelitiannya berisi kutipan-kutipan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Lexy J. Moleong, 1990:6).

Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian disiplin ilmu sastra sastra

merupakan cara kerja yang efektif dan tepat dalam penelitian ini. Karena

penelitian di bidang sastra pada umumnya adalah mengkaji makna-makna yang

tersirat dalam sebuah karya sastra yang akan diteliti. Penjelasan makna-makna

tersebut dapat dikaji melalui penggambaran bahasa, unsur-unsur struktural karya

atau mungkin faktor-faktor pendukung lain yang dapat digunakan sebagai bahan

(48)

commit to user

pengkajian sebuah karya sastra dan kemudian diolah secara rasional berdasarkan

teori yang digunakan dalam penelitian ini.

B.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan cara memandang dan mendekati suatu objek atau

dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendekatan adalah asumsi-asumsi dasar

yang dijadikan pegangan dalam memandang objek (Atar Semi, 1993:63).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

struktural dengan memanfaatkan teori struktural Robert Stanton. Pendekatan

struktural dalam penelitian ini akan membahas beberapa unsur karya sastra, di

antaranya adalah tema serta amanat dan fakta cerita, yang terdiri atas alur,

karakter, dan latar. Unsur-unsur yang lain yang akan dibahas adalah sarana

sastra yang meliputi judul, sudut pandang, dan gaya dan tone.

C.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni objek material dan

objek formal. Objek material berupa novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto,

sedangkan objek formal adalah unsur-unsur struktural yang berupa fakta cerita

(alur, karakter, dan latar), sarana sastra (judul, sudut pandang, serta gaya dan

tone), dan tema serta amanat yang terdapat dalam novel Blakanis karya Arswendo

(49)

commit to user

D.

Sumber Data

Sumber data dalam penelititan ini adalah novel Blakanis karya Arswendo

Atmowiloto yang diterbitkan oleh Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

tahun 2008.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik kajian pustaka. ”Teknik

kajian pustaka adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

sumber-sumber tertulis” (Soediro Satoto, 1996:18). Pengumpulan data melalui teknik

kajian pustaka ini dilakukan dengan membaca novel Blakanis serta mencari,

mengumpulkan, membaca, dan mempelajari buku-buku dan artikel yang berkaitan

dengan penelitian ini.

F.

Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan. dari

tahapan satu ketahapan berikutnya merupakan rangkaian yang berkelanjutan.

Tahapan-tahapan teknik pengolahan data pada penelitian ini sebagai berikut .

a. Tahap deskripsi data, yaitu semua data yang terkumpul dideskripsikan dan

diidentifikasi.

b. Tahap klasifikasi data, yaitu data-data yang telah dideskripsikan kemudian

digolongkan atau dikelompokkan sesuai dengan permasalahannya.

c. Tahap analisis data, yaitu semua data yang telah diseleksi dan

(50)

commit to user

ilmiah dengan teori-teori yang relevan dengan penelitian.

d. Tahap interpretasi. Data-data yang telah dianalisis kemudian

diinterpretasikan atau diadakan penafsiran dan

pembongkaran-pembongkaran untuk pemahaman terhadap analisis data.

G.

Teknik Penarikan Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah

dianalisis pada tahap sebelumnya. Teknik penarikan simpulan dalam

penelitian ini menggunakan teknik induktif. Teknik induktif adalah teknik

penarikan simpulan berdasarkan fakta-fakta yang sifatnya khusus untuk

(51)

commit to user

BAB IV

ANALISIS STRUKTURAL

A

.

Fakta Cerita

Fakta cerita meliputi alur, karakter dan latar. Elemen-elemen ini berfungsi

sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Pembahasan fakta cerita

dalam novel Blakanis sebagai berikut.

1. Alur

Alur yang dipakai dalam novel Blakanis ini adalah menggunakan

teknik alur kilas balik (back tacking), meski secara umum yang tampak adalah

alur maju, tetapi dalam cerita terdapat sisipan-sisipan cerita yang sudah lebih

dulu berlangsung dari alur yang sedang berjalan. Alur mempunyai beberapa

struktur atau bagian yang masing-masing membentuk satu keutuhan cerita.

Alur terdiri dari beberapa peristiwa-peristiwa yang mempunyai hubungan

sebab-akibat. Tahapan alur dalam karya fiksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir (Stanton, 2007:15).

a) Tahapan Alur

(1) Bagian awal

Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Dalam

tahap ini terdapat segala informasi yang menerangkankan berbagai hal

penting yang akan dikisahkan pada tahap selanjutnya. Tahap awal ini

biasanya dimanfaatkan pengarang untuk memberikan pengenalan latar

ataupun pengenalan tokoh yang terdapat dalam novel.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut di atas maka masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana fakta cerita yang meliputi alur, tokoh penokohan, dan latar pada crita

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu(1) Bagaimana fakta- fakta sosial dalam novel Raumannen karya Marianne Katoppo(2) Bagaimana paradigma multikultural

karya Siti Aminah berdasarkan teori fiksi dari Robert Stanton Stanton yaitu fakta- fakta cerita yang meliputi karakter, alur, latar, tema, serta sarana-sarana sastra. yang

Objek penelitian ini adalah unsur struktur novel Midah Simanis Bergigi Emas menurut Robert Stanton yang meliputi fakta cerita dibatasi pada alur, karakter,

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Jepun Negerinya Hiroko yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut

Analisis lebih difokuskan pada tema dan fakta cerita yang meliputi alur, tokoh, dan latar dalam novel Ketanggor karena unsur-unsur tersebut merupakan unsur utama

Simpulan berdasarkan permasalahan pertama dalam penelitian ini, Struktur yang membangun dalam Novel Sing Jodoh yakni tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, insiden,

Simpulan penelitian ini; 1 Novel Gedhong Setan karya Suparto Brata memiliki unsur intrinsik meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, bahasa, dan sudut pandang; sedangkan unsur