• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN

NGAWI TAHUN 2002-2010

SKRIPSI

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh :

DANANG KUSBIANTORO

F 117039

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

Narimo ing pandum

Kita yang menentukan Tuhan yang merencanakan, selalu dalam rencana Tuhan

Kalau aku harus menunuk itu karena aku harus sudah melewati rekaat ke dua

hidupku dari berdiri, ruku, sampai sujud. Dan itu harus demi keselamatan kanan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul judul “ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR

EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI

KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010”. Penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. DRS. Mulyanto, ME selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia

membagi waktu, pikiran, pengetahuan, nasehatnya dengan penuh

kesabarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Riwi Sumantio, SE selaku pembimbing akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu

pengetahuan sehingga dapat menunjang selesainya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ngawi beserta Staf atas

(6)

commit to user

vi

8. Bapak, Ibu, dan adikku tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, doa dan

pengorbanannya.

9. Teman-temanku EP Non Reguler 2007, mas amin mas Jenggot, mas Anton,

mas Adi Grand, mas Cimpluk, mas Kampret, mas Kebo, mas Lampung, mas

Bekasi, mas Gondrong, mas Soni, mas Lendra, mas Acong, mas Simbah, mas

Jhon, Bang Baron, mas Ajik, mas Putra, mas Pras, Mbak Janti, Mbak Suci,

Mbak Lupita, Mbak Selly, Mbak Lia, Mbak Dian, Mbak Anjela, Mbak Tari,

Mbak Ella, Mbak Nindya, Mbak Cesa, Mbak Fornia, Mbak Fani, Mbak Tania,

Mbak Reni, Mbak Anisa terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang

telah tercipta.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, juli 2012

Penulis

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pembangunan Ekonomi Daerah ... 9

B.Kebijakan Otonomi Daerah ... 11

C.Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1. Teori Basis Ekonomi ... 15

(8)

commit to user

viii

3. Teori Lokasim ... 17

4. Teori Lokasi ... 18

5. Teori Kausasi Kumulatif ... 18

6. Model Daya Tarik (attraction) ... 19

D.Teori Transformasi Dan Perubahan Struktur Wilayah ... 19

E.Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah ... 21

F. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1. Pendekatan produksi ... 24

2. Pendekatan pendapatan ... 24

3. Pendekatan pengeluaran ... 25

4. Metode alokasi ... 25

G.Penelitian Terdahulu ... 26

H.KerangkaPemikiran ... 30

I. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A.RuangLingkupPenelitian ... 34

B.Jenis Dan Sumber Data ... 34

C.Definisi Operasional Variabel ... 35

D.MetodeAnalisis Data 1. Analisis LQ (Location Quotient) ... 37

2. Analisis Shift Share ... 39

(9)

commit to user

ix

4. Matrik Potensi ... 44

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Daerah penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Ngawi ... 46

2. Topografi ... 48

3. Iklim ... 48

4. Penduduk ... 48

5. Kenagakerjaan ... 49

6. Pendidikan ... 51

7. Keadaan Ekonomi ... 52

B.Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis LQ (Location Quotient) ... 55

2. Analisis Shift Share ... 58

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 67

4. Matrik Potensi ... 70

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kontribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2002-2005-2007-2010 (Juta Rupiah) ... 5

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sktoral Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2002-2005-2007-2010 (Juta Rupiah) ... 6

Tabel 3.1 Matrik Potensi ... 45

Tabel 4.1 Tingkat kepadatan penduduk kabupaten ngawi tahun 2010 ... 49

Tabel 4.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi Tahun

2006-2010 ... 50

Tabel 4.3 Jumlah Sekolahan Dan Murid Di Kabupaten Ngawi Tahun

2010 ... 51

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Atas

Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah) . 53

Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi Ngawi dan Jawa Timur Tahun

(11)

commit to user

xi

Tabel 4.6 Hasil Analisis Location Quotient di Kabupaten Ngawi Tahun

2002-2010 ... 56

Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Ngawi Tahun 2002-2010

(Jutaan Rupiah) ... 59

Tabel 4.8 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten

Ngawi Tahun 2002-2010 ... 68

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 32

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi jawa timur Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun

2002-2010 (Juta Rupiah) ... 81

Lampian 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2010

(Juta Rupiah) ... 82

Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun

2002-2010 (Juta Rupiah) ... 83

Lampiran 4. Hasil Olah Data Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2000) Tahun 2002-2010 ... 84

Lampiran 5. Hasil Olah Data Analisis Shift Share Kabupaten Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun

2002-2010 ... 35

Lampiran 6. Hasil Olah Data Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Ngawi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2000) Tahun 2002-2010 ... 86

Lampiran 7. Hasil Analisis Matrik Potensi Kabupaten Ngawi Tahun 2002-2010

(14)

commit to user

(15)

commit to user

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2002-2010

Oleh

Danang Kusbiantoro NIM. F1107039

Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi. Kedua, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi. Ketiga, untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Ngawi. Keempat, untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur selama tahun 2002-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share (SS), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis Matrik Potensi.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Location Quotient, yang termasuk sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kedua, berdasarkan analisis Shift Share, Kabupaten Ngawi mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor ekonomi, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Ketiga, berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, di Kabupaten Ngawi tidak ditemukan adanya sektor ekonomi yang dominan pertumbuhan, namun sebagian besar sektor ekonomi masuk dalam kualifikasi sektor ekonomi yang menonjol ditingkat propinsi tetapi kurang menonjol ditingkat kabupaten. Keempat, berdasarkan analisis Matrik potensi, sektor ekonomi di Kabupaten Ngawi sebagian besar dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu pemerintah daerah hendaknya membuat perencanaan kebijakan pembangunan yang lebih efektif, pemerintah daerah hendaknya mempertahankan dan mempromosikan sektor ekonomi unggulan keluar daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu membuat suatu strategi pengembangan yang tepat sasaran dalam pengembangan kegiatan sektor ekonomi yang potensial dan perencanaan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang prima dan potensial.

(16)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan masyarakat merupakan komponen yang sangat penting

dalam kemajuan suatu negara. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat maka peningkatan taraf hidup harus selalu di upayakan. Seperti

halnya tujuan pembangunan nasional yang harus dicapai yaitu meningkatkan

taraf hidup di daerah melalui pembangunan yang serasi, terpadu antar sektor

dengan perencanaan efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian

daerah.

Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir yang

merupakan proses transformasi yang membawa perubahan dalam alokasi

sumbersumber ekonomi, distribusi manfaat dan akumulasi yang membawa

peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan. Dalam rangka

mewujudkan pembangunan nasional yang ada di Indonesia agar tepat sasaran,

maka pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dan pembangunan

nasional yang diarahkan untuk pengembangan daerah. Perencanaan merupakan

pijakan awal untuk menentukan arah pembangunan nasional melalui penetapan

kebijakan dan program yang tepat serta dengan mengoptimalkan sumber daya

dan melibatkan pelaku pembangunan nasional. Bagi bangsa Indonesia,

perencanaan pembangunan memiliki itu tujuan yang sangat strategis dan vital

yaitu untuk menentukan arah perjalanan kehidupan bangsa ke depan (RPJMN

(17)

commit to user

Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai dengan pembangunan, terutama

pembangunan ekonomi baik di tingkat nasional maupun daerah. Pembangunan

ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,

1999: 108). Penyelenggaraan pembangunan daerah diarahkan untuk mencapai

pembangunan nasional, merupakan perwujudan dari wawasan nusantara.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

diarahkan untuk mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antar

daerah, antar sektor serta pembukaan dan percepatan pembangunan yang akan

disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah bersangkutan yang diwujudkan

dalam pola pembangunan (Arsyad, 1999: 109).

Pembangunan suatu daerah harus memperhatikan sektor-sektor yang ada

pada suatu daerah. Salah satu penentu keberhasilan pembangunan daerah

adalah semakin meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat daerah

tersebut. Dengan adanya pembangunan di bidang ekonomi maka diharapkan

taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik, tingkat kemakmuran semakin

tinggi, kesempatan kerja semakin luas dan kualitas sumberdaya manusia

semakin membaik.

Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang

(18)

commit to user

pemerintah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah,

khususnya daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pembangunan dan

mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian sektor-sektor yang

memberikan andil besar dalam rangka mensukseskan pembangunan daerah

harus dipacu untuk terus berusaha mengambil peran yang lebih besar sehingga

pemerintah daerah mampu menjalankan pembangunan tanpa harus bergantung

pada pemerintah pusat, walaupun beberapa hal memang masih menjadi

kewenangan pusat.

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan

otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masyarakat

Ngawi tidak berharap terlalu besar kepada pemerintah pusat karena

pembangunan tidak lagi dikendalikan secara ketat oleh pemerintah pusat, tetapi

akan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota sehingga keberhasilan

pembangunan di Kabupaten Ngawi akan ikut menentukan keberhasilan

pembangunan di tingkat nasional. Oleh karena itu, masyarakat Ngawi dituntut

untuk mencari dan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menopang

keberlanjutan di Kabupaten Ngawi dan diharapkan masyarakat Ngawi bisa

merasa lebih baik karena dapat mengatur sendiri urusan di daerahnya. Dalam

hal ini masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi sendirilah yang

tahu apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Kabupaten Ngawi, sehingga

perumusan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan di bidang

pertanian dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan tersebut serta

(19)

commit to user

terbatas dapat diperoleh output yang optimal, yang pada akhirnya akan

memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian dan pembangunan

wilayah.

Berdasarkan kontribusinya sektoral PDRB atas dasar harga berlaku di

Kabupaten Ngawi tahun 2002, 2005, 2007, dan 2010 sektor yang memberikan

kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor pertanian pada tahun 2002

berkontribusi 39,79%, tahun 2005 berkontribusi 37,17% tahun 2007

berkontribusi 37,31% dan di tahun 2010 berkontribusi 36%. Sedangkan sektor

ekonomi dengan kontribusi terkecil di Kabupaten Ngawi tahun 2002, 2005,

2007, dan 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya

memberikan kontribusi pada tahun 2002 sebesar 0,55%, tahun 2005 sebesar

0,56%, tahun 2007 sebesar 0,58% dan tahun 2010 sebesar 0,56%, selanjutnya

(20)

commit to user

Tabel 1.1 Kontribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2005-2007-2010 (Juta Rupiah)

No Sektor

2002 2005 2007 2010

Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi nilai Kontribusi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pertanian 1.038.440,27 39.79 1.365.944,90 37.17 1.843.370,50 37.31 2.654.359,37 36.70

2

Pertambangan dan

Penggalian 14.422,45 0.55 20.444,39 0.56 27.821,13 0.58 36.518,40 0.56

3 Industri Pengolahan 164.765,35 6.31 223.402,92 6.08 306.568,98 6.17 455.258,87 6.29

4

Listrik, Gas dan Air

Minum 15.695,73 0.60 27.322,24 0.74 36.199,99 0.56 60.369,81 0.61

5

Konstruksi 109.604,99 4.20 162.033,04 4.41 243.130,70 4.42 360.181,25 4.35

6

Perdagangan, Hotel

dan Restoran 674.151,41 25.83 1.010.123,88 27.49 1.412.591,98 28.26 2.076.707,35 29.57

7

Jasa-jasa 381.067,87 14.60 547.434,44 14.9 726.849,17 14.19 994.551,07 13.22

Jumlah 2.609.743,09 100.00 3.674.371,83 100.00 5.031.428,99 100.00 7.245.842,42 100.00 Sumber: BPS Kabupaten Ngawi

Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten

Ngawi pada tahun 2002, 2005, 2007 dan 2010 menunjukan adanya suatu

tingkat pertumbuhan yang positif. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi tahun

2002 adalah sektor listrik, gas dan air minum sebesar 7,83%, tahun 2005

adalah sektor kontruksi sebesar 6,55%, tahun 2007 adalah sektor penangkutan

dan komunikasi sebesar 7,31%, dan tahun 2010 adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 8,82%. Sedangkan sektor dengan pertumbuhan

terendah pada tahun 2002 adalah sektor pertanian sebesar 0,17%, tahun 2005

adalah sektor industri pengolahan sebesar 2,26%, tahun 2007 adalah sektor

jasa-jasa sebesar 3,11%, dan tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan

penggalian sebesar 3,19%, selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 1.2 di bawah

(21)

commit to user

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sktoral Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2002-2005-2007-2010 (Juta Rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Ngawi

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian

ini mengambil judul “ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGAWI

TAHUN 2002-2010 ”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka diambil

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi tahun

2002-2010 ?

2. Bagaimanakah perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi tahun

2002-2010 ?

(22)

commit to user

3. Bagaimanakah kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten

Ngawi tahun 2002-2010 ?

4. Bagaimanakah gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral

di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010 ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi

tahun 2002-2010

2. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi tahun

2002-2010.

3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten

Ngawi tahun 2002-2010.

4. Untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

sektoral di Kabupaten Ngawi tahun 2002-2010.

D.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kontribusi sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan

memperdalam masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk

(23)

commit to user

3. Diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran

kepada instansi terkait dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan

(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembangunan Ekonomi Daerah

Pengertian pembangunan ekonomi daerah yang dijadikan pedoman

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka

panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999: 6).

Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi

berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang

bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi.

Adanya proses pembangunan itu di diharapkan adanya kenaikan pendapatan

riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Para ahli banyak

memberikan pengertian mengenai pembangunan ekonomi daerah, di

antaranya adalah pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu

proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber

daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja

baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999: 298).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan

pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development)

denganmenggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan

(25)

commit to user

inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

kegiatan. Selain itu, Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses.

Proses adalah proses mencakup pembentukan institusi-institusi alternatif

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan

jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan

dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Pada hakekatnya

pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan pelaksanaan pembangunan

nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik,

sosial ekonomi regional tersebut serta tunduk pada peraturan tertentu

(Arsyad, 1999: 107-108). Menurut Arsyad (1999: 107-108) Pembangunan

ekonomi apabila dilihat dari sisi kegiatan ekonomi dan dari sudut

penyebarannya ada 3 (tiga) adalah :

1. Daerah Homogen

Daerah homogen adalah daerah yang dianggap sebagai ruang di

mana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam pelosok ruang terdapat

sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat-sifat-sifat tersebut antara lain dari segi

pendapatan per kapita, sosial-budayanya, geografinya dan sebagainya.

2. Daerah Nodal

Daerah nodal adalah daerah yang dianggap sebagai suatu ekonomi

ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi

(26)

commit to user

dimana pengaruh dari satu atau beberapa pusat kegiatan-kegiatan

ekonomi digantikan dengan pengaruh dari pusat lainnya.

3. Daerah Perencanaan

Daerah perencanaan adalah daerah administrasi dimana dalam

daerah yang bersangkutan juga merupakan suatu ekonomi ruang yang

berada di bawah suatu daerah adminstrasi tertentu (seperti Provinsi,

kabupaten kota dan sebagainya). Jadi pengertian daerah di sini

lebihditunjukan pada pembagian daerah yang adminstratif suatu wilayah.

B.Kebijakan Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dengan ditetapkannya Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah, maka daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai perundang-undangan. Sejalan dengan adanya

Undang-undang Otonomi Daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban

pemerintah daerah untuk menangani potensi wilayah yang berada dalam

ruang lingkup pemerintahannya.

Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai

(27)

commit to user

ekonomi daerah dan meningkatkan demokratisasi di seluruh strata

masyarakat di daerah. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah penyerahan

wewenang segala urusan pemerintah ke kabupaten, sehingga diharapkan

pemerintah kabupaten dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

(lebih lancar, lebih mudah, dan lebih cepat). Sehingga hanya masyarakat

sendiri yang dapat menilai berhasil tidaknya otonomi daerah di suatu daerah

(Mubyarto, 2001).

Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar bisa

melaksanakan optimalisasi semua sumber dayanya. Oleh karena itu, tiap

daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah

setempat supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka

meningkatkan pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu

yang berbeda dengan daerah lain sehingga daerah perlu melakukan

antisipasi dengan menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan

kemungkinan bisa dikembangkan pada masa yang akan datang (Suyatno,

2000).

Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan berperan aktif dalam

upaya meningkatkan ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi

tersebut dengan memperhatikan beberapa azas berikut ini: (i)

mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing

daerah sesuai dengan potensi sumber daya spesifik yang dimilikinya, serta

(28)

commit to user

kebijakan yang terbuka dalam arti menyelaraskan kebijakan ketahanan

pangan nasional, (iii) mendorong terjadinya perdagangan antar daerah, (iv)

mendorong terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan (Sudaryanto dan

Erizal, 2002).

C.Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan

pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada

beberapa teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami

arti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya, inti dari

teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang

metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang

membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi

suatu daerah tertentu (Arsyad, 1999: 114).

Pengembangan analisis untuk mengembangkan perekonomian suatu

daerah penting sekali kegunaanya sebagai sarana mengumpulkan data

tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses

pertumbuhannya. Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat

dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan apa yang harus

diambil guna mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Akan tetapi di pihak

(29)

commit to user

Beberapa faktor yang sering menjadi penghambat dalam melakukan

analisis perekonomian di antaranya:

1. Data tentang daerah

Data tentang daerah kadang sangat terbatas terutama kalau daerah

dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).

2. Data tidak sesuai

Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang

dibutuhkan untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara

nasional.

3. Data perekonomian daerah

Data perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab

perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan

perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran

aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.

4. Data bagi negara sedang berkembang

Bagi negara sedang berkembang, disamping kekurangan data

sebagai kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang

kurang akurat dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga

menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang

(30)

commit to user

Adapun beberapa teori dalam pembangunan daerah yang berhubungan

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung

dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999:

116). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya

lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan

persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat

menghasilkan ekspor.

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha

menjalankan perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan

antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori

yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic

base theory).

Teori basis ekonomi membagi kegiatan ekonomi kedalam dua

sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan sektor basis

merupakan kegiatan suatu masysrakat yang hasilnya berupa barang dan

jasa yang ditujukan untuk ekspor keluar, regional, nasional, dan

(31)

commit to user

masyarakat yang menghasilnya berupa barang dan jasa yang

diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan

ekonomi Masyarakat tersebut. (Hendayana, 2003: 3).

Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi

menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana

keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis

ekonomi. Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah

arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah

permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, yang akibatnya

akan menambah volume kegiatan bukan basis dan begitu juga untuk

sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan

permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti

berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan.

Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak

utama.

Inti dari teori basis ekonomi ini adalah karena industri basis

menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar

daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan

menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadi arus pendapatan

dari luar daerah yang menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan

investasi di daerah tersebut, selanjutnya pada saat gilirannya akan

menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru (Arsyad,

(32)

commit to user

2. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi neo Klasik tidak terlalu besar dalam

menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak

memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini

memberikan 2 (dua) konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah

yaitu keseimbangan (equlibrium) dan mobilitas faktor produksi artinya

sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika

modal mengalir tanpa restriksi (pembatasan) oleh karena itu modal akan

mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah

rendah (Arsyad, 1999: 115).

3. Teori Lokasi

Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor

yang mempengaruhi petumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi!

Pernyataan tersebut masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan

kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya

dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk

mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa

lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku

dengan pasar.

Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas

atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi,

ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan serta

(33)

commit to user

sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan

kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu,

seringkali masyarakat berusaha untuk memanipulasi biaya dari

faktor-faktor tersebut untuk menarik beberapa perusahaan-perusahaan industri

(Arsyad, 1999: 116-117).

4. Teori Lokasi

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada

hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh

sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya industri

dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman

yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan

ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan.

Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah

yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah

penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai wilayah

pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat

membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional

mereka dalam sistem ekonomi daerah (Arsyad, 1999: 117).

5. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah disekitar kota yang semakin buruk

menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative

(34)

commit to user

memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus

terbelakang). Daerah maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif

dibanding daerah-daerah lainnya (Arsyad, 1999: 117).

6. Model Daya Tarik (attraction)

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang

paling banyak digunakan masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya

adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya

terhadap industrialiasi dengan cara melalui pemberian subsidi dan

insentif (Arsyad, 1999: 118).

D.Teori Transformasi dan Perubahan Struktur Wilayah

Teori perubahan wilayah diturunkan dari kenyataan bahwa

pertumbuhan ekonomi wilayah akan terkait dengan perubahan-perubahan

dalam struktur ekonomi, misalnya perubahan produksi sektoral, distribusi

pendapatan dan pengembangan spasial. Dalam jangka panjang perubahan

struktur ekonomi akan mempengaruhi spasialisasi produksi dan aktivitas

perdagangan yang menentukan distribusi penduduk dan perubahan ekonomi

ruang.

Transformasi struktural tak selamanya mempunyai efek positif dalam

pembangunan, ada pula sisi negatifnya, karena biasanya sektor industri

biasanya ada di daerah perkotaan maka akan terjadi arus urbanisasi dari desa

ke kota, yang akibatnya pendapatan hanya akan terjadi di sektor modern

(35)

commit to user

akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat, sehingga jurang

pemisah antara perkotaan dengan pedesaan semakin melebar.

Berkaitan dengan teori pembangunan ekonomi daerah yang lain

Todaro (2000) mengemukakan tentang teori perubahan struktural. Teori ini

menitikberatkan pada mekanisme transformasi perekonomian yang bersifat

subsistem (sektor pertanian) dan kemudian diubah menuju struktur

perekonomian modern yang didominasi sektor industri. Teori ini merupakan

kombinasi dari teori migrasi yang dikemukakan oleh Arthur Lewis dan

Hollis Chenery dengan teori transformasi struktural.

Dalam teori migrasi Lewis menjelaskan bahwa, migrasi yang terjadi

merupakan proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tenaga output

(Lewis, 1986). Dalam perekonomian suatu negara pada dasarnya akan

terbagi menjadi dua yaitu: Pertama, Perekonomian Tradisional (di pedesaan)

dimana diasumsikan mengalami surplus tenaga kerja yang erat kaitannya

dengan basis utama perekonomian yang berada pada kondisi subsisten

akibat perekonomian yang bersifat subsisten pula. Kedua, Perekonomian

Industri di daerah perkotaan dimana tingkat produktivitas yang tinggi dari

(36)

commit to user

E.Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan

Daerah

Menurut Arsyad (1999: 108) permasalahan pokok dalam

pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan- kebijakan

pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan

(endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya

manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif

yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk

menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi.

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi

regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan

mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan

sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya

alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan

perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam

tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu

daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat

dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang

memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di

(37)

commit to user

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain

berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh

pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pada Pengertian sektor unggulan dasarnya dikaitkan dengan suatu

bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional

maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul

jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan

negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat

dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu

mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah

lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di

mana daerah kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang

sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi

daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu

menjadi sektor prioritas, yakni (i) sektor tersebut harus menghasilkan

produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju

pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (ii)

karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi

produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas;

(38)

commit to user

sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (iv)

sektor tersebut harus berkembang,sehingga mampu memberi pengaruh

terhadap sektor-sektor lainnya.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk

mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu

wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB,

maka dapat ditentukannyasektor unggulan (leading sector) di suatu

daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang

mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di

suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan

pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama

dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi

di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan

indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan

dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat

dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor

pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal,

pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi

(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan

dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah

(39)

commit to user F. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistika (2002: 3) adalah

jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam

suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung

PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang

digunakan (BPS, 2002: 5-6) yaitu :

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi adalah pendekatan untuk mendapatkan nilai

tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang

dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu

tahun.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan pendapatan adalah pendekatan yang dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,

meliputi:

a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

(40)

commit to user

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah model pendekatan dengan cara

menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta

yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.

c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

4. Metode Alokasi

Metode alokasi adalah pendekatan yang digunakan apabila tidak

memungkinkan menghitung data pendapatan regional dengan metode

langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode lokasi atau

metode tidak langsung.

Sebagai contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat

dan kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor

cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan

rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi hal itu

penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan metode

alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh kantor pusat

dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan

seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang terhadap kantor pusat.

(41)

commit to user

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yaitu semua agregat

pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing

tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun

pada penilaian komponen nilai PDRB.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan yaitu semua agregat

pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat

pendapatan dari tahun ke tahun semata mata karena perkembangan

produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) dengan judul “Analisis

Potensi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008”. Dengan

alat analisis Location Quotient LQ dapat disimpulkan bahwa sektor

perekonomian Kabupaten Sragen yang menjadi sektor basis selama tahun

penelitian (2004-2008) yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas Dan Air

Bersih, Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan, Serta Sektor

Jasa-Jasa. Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) yang menjadi

sektor berpotensi berkembang selama tahun penelitian (2004-2008) yaitu:

Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri

Pengolahan, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih, Sektor

Bangunan/Konstruksi; Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Persewaan

(42)

commit to user

gabungan analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient

(DLQ) yang menjadi sektor unggulan selama tahun penelitian (2004-2008)

yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih; Sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor

perekonomian yang menjadi sektor andalan selama tahun penelitian

(2004-2008) yaitu: Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri

Pengolahan, Sektor Bangunan/Konstruksi. Hasil analisis SWOT yang

berhubungan dengan pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sragen

untuk pelaku usaha: Memanfaatkan sarana dan prasarana untuk

meningkatkan hasil pertanian, peningkatan kemampuan tentang masa tanam

atau merubah tanaman yang cocok pada iklim tersebut, mengoptimalkan

sumber dana dan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha, memenuhi

permintaan pasar dan memperluas pasar, memanfaatkan adanya kelompok

tani dan koperasi untuk modal dan penambahan modal petani,

memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan hasil pertanian,

meningkatan kemampuan manajemen dan pemasaran sebagai kompetensi

kewirausahaan di kalangan pelaku usaha, tingkatkan kualitas dan kuantitas

pertanian menghadapi persaingan, menanggulangi serangan hama/ penyakit

ternak. Untuk Pemerintah daerah: Prioritas utama pembangunan ekonomi,

pemberdayaan petani melalui penerapan teknologi pertanian, Program

bantuan serta pembinaan dan pendampingan pertanian, penguatan

kelembagaan dan modal usaha pertanian, perbaikan fasilitas sarana

(43)

commit to user

pemberian akses pasar, tingkatkan produktivitas dengan menciptakan iklim

yang konduksif bagi para petani, memberi solusi atau mengadakan

penelitian untuk memberantas hama/penyakit ternak, pemerintah

berkerjasama dengan Badan meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) memberi info agar para petani mengadaptasikan dirinya pada

perubahan iklim.

Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2010) dengan judul “Analisis

Perubahan Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan Di

Kabupaten Magetan Tahun 1997-2008”. Dengan menggunakan alat analisis

Shift Share (SS), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) dan analisis Matrik Potensi. Dari hasil analisis dapat

disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Shift Share, Kabupaten Magetan

mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor

ekonomi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pertanian Serta

Sektor Jasa-Jasa adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi

kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi perubahan

struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Kedua, berdasarkan

analisis Location Quotient, yang termasuk sektor basis di Kabupaten

Magetan adalah Sektor Pertanian, Sektor Konstruksi dan Sektor Jasa-Jasa.

Ketiga, berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, di Kabupaten

Magetan tidak ditemukan adanya sektor ekonomi yang dominan

pertumbuhan, namun sebagian besar sektor ekonomi masuk dalam

(44)

commit to user

menonjol ditingkat kabupaten. Keempat, berdasarkan analisis Matrik

potensi, sektor ekonomi di Kabupaten Magetan sebagian besar

dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2008) dengan judul

“Sektor-Sektor Ekonomi Potensial Di Wilayah Papua”. Dengan menggunakan

metode Location Quotient (LQ), statik dan dinamik, menunjukan terdapat

empat kabupaten di Papua yang dikategorikan relatif tertinggal dimana tidak

terdapat sektor ekonomi yang menjadi basis sekaligus memiliki potensi

unggulan. Daerah ini adalah kabupaten Jayawijaya, Nabire, Asmat dan

Worpen. Proses pembangunan dengan pemilihan sektor ekonomi kunci

menjadi sulit untuk diterapkan. Alternatif terbaik bagi empat daerah ini

adalah dengan memperhatikan pada sektor non-basis tetapi menunjukkan

potensiunggulan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ropingi (2004) dengan judul “Peran

Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Boyolali

Berdasarkan Teori Basis Ekonomi”. Dengan menggunakan metode Location

Quotient (LQ) dan analisis pengganda pendapatan dan tenaga kerja dapat

disimpulkan bahwa Sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali selama

periode 1997-2001 yang tergolong kedalam sektor basis adalah Sektor

Pertanian, Sektor Perdagangan, Transportasi serta Sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor pertanian di Kabupaten Boyolali

yang tergolong kedalam sektor basis pada periode 1997-2001 adalah

(45)

commit to user

dalam perekonomian wilayah Kabupaten Boyolali dilihat dari pengganda

pendapatan terlihat bahwa rata-rata setiap perubahan pendapatan Rp 1 dari

Sektor Pertanian dapat meningkatkan pendapatan total Rp 3,18. Rata-rata

perubahan pendapatan total wilayah Kabupaten Boyolali pada tahun

1997-2001 sebesar Rp 11.717.453,26 akibat dari penambahan pendapatan Sektor

Pertanian. Peran Sektor Pertanian dalam perekonomian dalam wilayah

Kabupaten Boyolali dilihat dari pengganda tenaga kerja terlihat bahwa

setiap terjadi penambahan satu tenaga kerja di Sektor Pertanian dapat

menambah tenaga kerja total wilayah Kabupaten Boyolali rata-rata

sebanyak 1,7 orang. Pada tahun 2001 perubahan tenaga kerja di Sektor

Pertanian sebesar 7.557 orang dapat menambah tenaga kerja total wilayah

Kabupaten Boyolali sebesar13.569 orang.

H.Kerangka Pemikiran

Pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting untuk

meningkatkan dan mengembangkan perekonomian suatu daerah. Sebagian

integral dan merupakan penjabaran pembangunan nasional, pembangunan

daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan

serta meningkatkan hasil pembangunan daerah untuk masyarakat secara adil

dan merata yang diindikasikan dengan, (i) terciptanya lapangan pekerjaan,

(ii) terciptanya stabilitas ekonomi, (iii) terciptanya basis diversifikasi

aktifitas ekonomi yang luas, (iv) peningkatan ketersediaan serta perluasan

(46)

commit to user

peningkatan standar hidup, dan (vi) perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan

sosial bagi setiap individu serta daerah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan peran pemerintah,

yaitu sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan entreprenuer, dalam

upaya meningkatkan pembangunan daerah. Seiring dengan meningkatnya

pembangunan daerah maka peran masing-masing sektor juga akan

mengalami perubahan, yang pada akhirnya mengubah struktur

perekonomian daerah. Salah satu indikator dalam menilai terjadinya

perubahan struktur ekonomi di suatu daerah dapat dilihat melalui Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya nilai PDRB yang berhasil

dicapai merupakan refleksi dari kemampuan daerah dalam mengelola

sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dengan melihat

pergeseran kontribusi tiap-tiap sektor dalam PDRB akan bisa dilihat

bagaimana perubahan struktur ekonomi yang terjadi di daerah tersebut.

Dengan menganalisis PDRB maka dapat kita identifikasi pergeseran

struktur ekonomi yang meliputi pengaruh pertumbuhan nasional,

keunggulan kompetitif, dan bauran industri serta sektor yang menjadi basis

dan sektor potensial untuk lebih dikembangkan di Kabupaten Ngawi

sehingga pemerintah daerah dapat mengambil suatu kebijakan yang tepat

dan terarah, guna meningkatkan pertumbuhan daerah dan mensukseskan

(47)

commit to user

Untuk melakukan identifikasi hal tersebut maka digunakan alat

analisis Location Quotient (LQ) untuk mengetahui sektor basis ekonomi,

kemudian untuk mengetahui perubahan struktur ekobomi digunakan alat

analisis Shift Share (SS), sementara Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

digunakan untuk menetahui melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang

potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi, dan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral daerah

digunaka alat analisis Matrik Potensi.

(48)

commit to user I. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disajikan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi diduga mengalami

perubahan tahun 2002-2010.

b. perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Ngawi diduga mengalami

perubahan tahun 2002-2010.

c. kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Ngawi diduga

mengalami perubahan tahun 2002-2010.

d. Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Ngawi

(49)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berbentuk survei atas data-data variabel ekonomi

(khususnya PDRB beserta komponen-komponennya) tahun 2002-2010 yang

telah dikumpulkan oleh suatu badan atau instansi tertentu (survei atas data

sekunder). Sedang ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada variabel PDRB

beserta komponen-komponennya di daerah Kabupaten Ngawi dan juga

PDRB Provinsi Jawa Timur.

B.Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang merupakan data runtut waktu (time series) yang diperoleh dari Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ngawi dan Provinsi Jawa

Timur selama kurun waktu 2002-2010. Data sekunder adalah data yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data diperoleh dari beberapa sumber, seperti Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Ngawi dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur serta

studi pustaka yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil

data-data statistik yang telah ada beserta data-data-data-data lain yang terkait dan yang

(50)

commit to user C.Definisi dan Operasional Variabel

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Nilai tambah semua barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh

suatu daerah dala suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu,

diukur dengan satuan rupiah.Terdapat dua jenis PDRB, yaitu:

a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit

produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu,

dinilai dengan harga tahun dasar.

b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Jumlah nilai narang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit

produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu

yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku saat ini.

2. Laju pertumbuhan sektor

Laju kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB yang

diukur dalam satuan persen.

3. Pertumbuhan ekonomi

Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah)

untuk menyediakan lebih banyak barang-barang ekonomi kepada

penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan

(51)

commit to user

4. Nilai tambah sektor

Nilai sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB yang dihitung

dalam satuan rupiah.

5. Kondisi perekonomian

Tingkat perekonomian suatu daerah berdasarkan perbandingan

pendapatan dan pertumbuhan ekonomi daerah studi dengan daerah

referensi.

6. Pembangunan ekonomi daerah

Pembagunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya

yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah

dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut.

7. Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan

pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang.

8. Sektor basis

Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi

atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah

(52)

commit to user

9. Sektor potensial

Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat

pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB

relatif kecil.

D.Metode Analisis Data

1. Analisis LQ (Location Quotient)

Dengan teknik kuantitatif ini, kita dapat menentukan kapasitas

ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor.

Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2

golongan, yaitu (Widodo, 2006: 116):

a. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di

luar daerah yang bersangkutan. Industri ini dinamakan industry basic.

b. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah

tersebut. Jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.

Formula yang digunakan untuk menggunakan analisis LQ ini

adalah berikut (Arsyad, 1999: 142):

Dimana:

………... (3.1)

Keterangan:

vi = pendapatan dari sektor i Kabupaten Ngawi

vt = pendapatan total di Kabupaten Ngawi

Vi = pendapatan sektor i di Provinsi Jawa Timur

(53)

commit to user

Terdapat 3 (tiga) kategori dari hasil perhitugan LQ dalam

perekonomian suatu daerah:

a. Jika LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten

lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di tingkat

Provinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten

memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor

basis.

b. Jika LQ = 1, maka bisa dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan

baik di tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat Provinsi memiliki

tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.

c. Jika LQ < 1, maka dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan di

tingkat kota /kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang dominan

dibandingkan di tingkat Provinsi. Sektor ini dalam perekonomian

daerah di kota/kabupaten dikategorikan sebagai sektor non basis.

Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan.

Kelebihan analisis LQ antara lain merupakan alat analisis sederhana

yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan

industri substitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa

dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial

(sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya antara

lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan

sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini

(54)

commit to user

daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa

dikembangkan di setiap daerah.

2. Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa

digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif

terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi

sebagai pembanding atau referensi.

Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu

sama lain yaitu (Widodo, 2006: 112):

a. Pertumbuhan ekonomi referensi Provinsi atau nasional (national

growth effect) yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan

ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift) menunjukkan perubahan

relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang

sama di referensi Provinsi atau nasional. Pergeseran proporsional ini

disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini

memungkinkan kita untuk dapat mengetahui apakah perekonomian

yang terkonsentrasi pada industri tumbuh lebih cepat ketimbang

perekonomian yang dijadikan referensi.

c. Pergeseran diferensial (differential shift), yang menunjukkan tingkat

kekompetitifan suatu sektor tertentu di suatu daerah dibanding tingkat

Provinsi. Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan

kompetitif. Formula yang digunakan untuk menggunakan analisis shift

(55)

commit to user

1) Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah atau hasil penjumlahan

dari pengaruh pertumbuhan Provinsi:

Dij = Nij + Mij + Cij ………..………... (3.2)

2) Pengaruh Pertumbuhan ekonomi referensi Provinsi atau nasional

(national growth effect):

Nij = Eij x rn ……….……….. (3.3)

3) Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran

industri (industry mix):

Mij = Eij (rin - rn) ………...……… (3.4)

Bila Mij mempunyai tanda (+) berarti bahwa variabel yang

dianalisis mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dari tingkat

pertumbuhan keseluruhan, begitu juga sebaliknya apabila

mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.

4) Pergeseran diferensial (differential shift) atau pengaruh keunggulan

kompetitif:

Cij = Eij (rij - rin) …………...……… (3.5)

Bila Cij bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai

kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor yang sama di

tingkat nasional. Sebaliknya, bila bertanda negatif (-) berarti sektor

i mempunyai kecenderungan menghambat pertumbuhan

(56)

commit to user

Keterangan :

Dij : dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah

Nij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi

Mij: Pengaruh bauran industri

Cij : Keunggulan kompetitif

Eij : PDRB dari sektor i di wilayah Kabupaten Ngawi

rij : laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Ngawi

rin : laju pertumbuhan sektor i Provinsi Jawa Timur

rn : laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Provinsi Jawa Timur

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

MRP digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang

potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi (Kabupaten Ngawi)

dalam perbandingan dengan daerah referensi (Provinsi Jawa Timur).

Dengan mengkombinasikan keduanya maka dapat diperoleh deskripsi

kegiatan ekonomi yang potensial baik di wilayah studi maupun wilayah

referensi. Pada perhitungan Model Rasio Pertumbuhan akan diperoleh

nilai riil yang selanjutnya perlu dikonversi dengan nilai nominalnya baik

RPs maupun RPr. Bila hasil perhitungan nilai riil > 1 maka nilai

nominalnya positif, sebaliknya jika hasil perhitungan nilai riil < 1 maka

nilai nominalnya negatif. Adapun rumus perhitungan selengkapnya

(57)

commit to user

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i pada wilayah

referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah

referensi

Dimana:

………..………. (3.6)

Keterangan:

ΔEr = perubahan pendapatan di wilayah referensi (Provinsi Jawa

Timur) awal tahun dan akhir tahun penelitian

ΔEir = perubahan pendapatan sektor i di wilayah referensi (Provinsi

Jawa Timur) pada awal dan akhir tahun penelitian.

Er = pendapatan di wilayah referensi (Provinsi Jawa Timur) pada

awal tahun penelitian

Eir = pendapatan sektor I di wilayah referensi (Provinsi Jawa

Timur) pada awal tahun penelitian.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i wilayah studi

dengan laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi.

Dimana:

………...……… (3.7)

ΔEij = perubahan pendapatan sektor i di wilayah studi (Kabupaten

Gambar

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sktoral Produk Domestik Regional Bruto
Tabel 4.8 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Ngawi  ...........................................................
Tabel  1.1 Kontribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, sebab Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka.. (kaum laki-laki) telah

[r]

Selama periode tahun 2003-2015, tutupan lahan di Kabupaten Tapanuli Utara mengalami perubahan tutupan lahan paling dominan adalah perubahan lahan pertanian lahan kering campur

Skema bagan alir dalam tahapan penelitian tentang analisis kualitas website terhadap kepuasan pengguna dengan metode webqual 4.0 pada Rumah Wisata Keramik

4.7.3 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja PNS pada Biro SDM Polda Jabar ... Pengaruh Tidak Langsung antara pelatihan terhadap Kinerja PNS Polda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara metode pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa dan hasil belajar dengan metode Think Pair

Terkait dengan hasil penelitian ini sebaiknya bank menjaga dan meningkatkan manfaat relasional kepada nasabahnya dengan menekankan pentingnya memberikan perlakukan

[r]