• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pengertian Imu Pengetahuan Alam (IPA) sudah banyak para ahli yang mengemukakan, antara lain menurut Purnell's : Concise Dictionary of Sience (1983) dalam Winanto & Khristina (2014:2) yang menyatakan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan melalui observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.

Pusat Kurikulum (2006:4), IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsi-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dari kedua pendapat tentang IPA di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu dengan cara memahami dan mencari tahu tentang alam semesta secara sistematik melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen, serta mengembangkan pemakaham ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya. IPA pada hakikatnya bukan sekedar kumpulan pengetahuan berupa fakta, hukum, konsep, prinsip, maupun teori, melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

(2)

Depdikbud (dalam Hawa, 2016:1-3-1-4) pengertian pembelajaran merujuk pada KBBI yaitu sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh ilmu atau kepandaian, perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Hamalik (2011:57) menyatakan "Pembelajaran adalah sebuah kombinasi yang disusun atas unsur-unsur manusiawi, material. fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran".

Menurut Oemar (2011:57) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun atas unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelejaran. Sedangkan menurut Mulyasa E (2005: 69) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang berkaitan.

Kesimpulan dari pengertian tentang pembelajaran yang dikemukakakan para ahli diatas, pembelajaran adalah proses menciptakan lingkungan secara sengaja, sehingga individu tersebut terlibat di dalamnya dan terjadi proses belajar yang menghasilkan respon tertentu yang tersusun atas unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosesdur yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Sadiman (2009: 21) mengemukakan belajar adalah sebagian rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif dan psikomotor. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:112) menyatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan dalam perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 102) menyatakan belajar adalah suatu proses pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan.

(3)

nilai-nilai, pengetian, sikap-sikap, apresiasai dan ketrampilan. Sudjana (2016:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Slameto dan Winanto (2012:107) hasil belajar mencakup kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Jadi kesimpulannya belajar adalah proses mental yang terjadi pada diri seseorang yang meiputi jiwa raga, fisik maupun kemampuan berpikir sesorang menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya menibulkan sterjadinya perubahan atau membaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sedangkan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan kettrampilan yang yang dimiliki yang mencakup aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik siswa setelah menerima pengalaman belajarnya

2.2 Model Problem Based Leardning (PBL) 2.2.1 Pengertian PBL

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Menurut Riyanto (2009:288) PBL difokuskan kepada siswa agar siswa terlibat secara langsung di dalam kelompok. PBL adalah model pembelajaran yang akan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri, terlibat secara aktif dalam pembelajaran. PBL juga membantu siswa mengembangkan keterapilan dalam memberikan alasan dan berpi//kir ketika mereka mencari data atau informasi supaya bisa mendapatkan solusi memecahkan masalah. Suyanto (2008:21). PBL bisa dijadikan salah satu strategi mengajar yang berasosiasi dengan pembelajaran yang kontekstual. PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir lebih kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran (Nurhadi dkk, 2009:16).

(4)

bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Kesimpulannya, model pembelajaran PBL merupakan pembelajaran yang difokuskan pada siswa agar siswa dapat terlibat aktif dalam suatu kelompok untuk mengembangkan keterampilan dalam memberikan alasan saat mendapatkan suatu informasi supaya mendapatkan solusi memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara kritis, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dalam pembelajaran.

2.1.2 Karakateristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Problem Based Learning (PBL) Menurut Wina Sanjaya (2010: 214-215) terdapat tiga ciri utama PBL. Pertama, PBL merupakan rangkain aktivitas pembelajaran, artinya dalam pelaksanaanya ada terdapat sejumlah aktivitas kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian mengahfal materi pembelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan diakhiri dengan menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran ditujukan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dalam pembelajaran. Artinya, tanpa masalahtidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, PBL dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara ilmiah. Berpikir dengan metode ilmiah sebagai proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris.

Menurut Ngalimun (2013: 90) menyatakan, karakteristik model PBL sebagai berikut :

a. Belajar dimulai dengan suatu masalah.

b. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

c. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu.

(5)

dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. e. Menggunakan kelompok kecil.

f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari. Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu memilih bahan pembelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahakan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitarm dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemansyarakatan.

2.1.3 Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning

Model PBL mempunyai beberapa langkah pada pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Ada 5 langkah dalam model PBL menurut Mustaji (2006:76), adalah sebagai berikut :

1. Mengorientasikan siswa pada masalah

Pada awal pembelajaran, terlebih dahulu menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada siswa bagaimana cara melaksanakannya. Berdasarkan masalah tersebut, siswa akan dilibatkan secara aktif untuk memecahkan, menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan seterusnya.

2. Mengorientasikan siswa untuk belajar

PBL membutuhkan keterampilan pengembangan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hal ini akan membatu merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu perlu adanya kelompok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu diperhatikan didalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah adalah siswa dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 3. Memandu penyelidiki secara mandiri ataupun kelompok

(6)

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merancanakan dan menyiapkan karya sesuai dengan laporan yang ada, dan membantu untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap akhir PBL meliputi membantu siswa untuk menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir secara mandiri sebagaimana kegiatan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan dalam mencapai hasil dari memecahkan masalah, selama tahap ini guru menugaskan siswa untuk menyusun kembali hasil dari pemikiran dan kegiatan mereka pada setiap tahap pembelajaran.

2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

model PBL memiliki kelemahan dan kelebihan yang perlu dicermati guna keberhasilan penggunaanya. Menurut Warsono dan Haryanto (2012:152) sebagai berikut :

1. Kelebihan PBL

a. Siswa terbiasa menghadapi suatu masalah (Problem Posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari (Real World).

b. Memupuk solidaritas sosial dengan membiasakan diri berdiskusi antar siswa.

c. Semakin mengakrabkan guru dengan siswa. d. Siswa akan terbiasa melakukan eksperimen. 2. Kelemahan PBL

a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah.

b. Memerlukan biasa yang cukup besar danw aktu yang panjang. c. Aktivitas siswa sulit dipantau.

(7)

meminimalisir kekurangan yang ada. Jika guru dapat memaksimalkan kelebihan metode ini tentu akan tercipta Aktivitas Belajar IPA yang optimal.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga mirip dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain:

a. Eni Wulandari (2012) Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Kecamatan Purworejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V dengan menerapkan Model PBL. Penelitian ini merupaka Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam tiga siklus. dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan. dan tindakan, observasi, dan refleksi dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Mudal yaitu 73.02%. b. Silviana (2013) Penggunaan Model PBL dalam Meningkatkan Hasil

belajar IPA Kelas IV SD X Tanah Datar. Penelitian ini dilatar belakangi oleh pembelajaran yang selama ini masih bepusat pada guru, sehingga pembelajaran tidak memprelihatkan keaktifan siswa. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran. pada siklus I didapat rata-rata 67% meningkat pada siklus II menjadi 87.50%.

(8)

dari 66.33 pada siklus I, menjadi 81.67 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL dalam mata pelajaran IPA kelas IV SDN 8 Kesiman dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

2.5 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Hasil Observasi/ pengamatan

Guru dalam melakukan proses

pembalajaran belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif,

- Belum sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

- Belum sesuai dengan karakteristik siswa SD

Guru masih menggunakan metode ceramah yang terpusat pada guru

Siswa belajar dengan penuh antusias

dengan membentuk kelompok

observasi dan menjadikan

pembelajaran menarik siswa menjadi semakin aktif dalam pembelajaran

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah

Hasil belajar IPA meningkat

Proses pembelajaran dengan

menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

(9)

Pada skema kerangka pikir di atas diketahui bahwa pada tahap observasi atau pengamatan, guru dalam melaksanakan proses pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, belum sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan belum sesuai dengan karakterisik siswa SD kelas V, guru masih menggunakan metode ceramah, masih berpusat pada guru, sehingga saat proses pembelajaran siswa masih cenderung pasif, cepat merasa bosan, dan tidak antusias terkadap pembelajaran. Hal itu membuat hasil belajar siswa dibawah rata-rata nilai ketuntasan. Selanjutnya, untuk kegiatan pembelajaran yang aktifitasnya berpusat pada siswa, maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan model Problem Based Learning (PBL). Penggunaan Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong siswa dapat terlibat secara aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pemilihan topik, serta cara mengamati sampai dengan pernarikan kesimpulan berkolaborasi dengan guru. Penerapan model PBL dengan mengamati terjun secara langsung pada suatu objek atau masalah membuat siswa menjadi lebih kritis, logis, dan analitis dalam berpikir, sehingga dalam aktifitas pembelajaran, siswa akan semakin aktif dan lebih antusias. Dengan antusias dan aktifnya siswa dalam aktifitas pembelajaran, maka hasil belajar IPA akan meningkat.

2.5 Hipotesis Tindakan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui

Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan perubahan temperatur .Dengan demikiantetapan kalorimeter(kapasitas panas

Setelah itu melakukan percobaan system tiga komponen dimana kloroform ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml kemudian di titrsai dengan asam asetat glacial.. Asam

[r]

Dari premis kedua, “Semua siswa di Indonesia, baik yang belum maupun telah berumur 17 tahun, memiliki Nomor Induk Siswa (NIS)”, dapat disimpulkan bahwa “Semua orang Indonesia

Namun peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai penerjemahan teks sastra khususnya puisi dengan menggunakan berbagai pendekatan diantaranya adalah Zainab

 BANGKA

Dengan melihat pentingnya discharge planning pada pasien Diabetes Melitus dan keluarganya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat