• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEGERA KELOLA DAS KITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SEGERA KELOLA DAS KITA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

SEGERA KELOLA

DAS KITA

SINERGI

SOSIALISASI RPDAS TERPADU

PADANG DAS PADANG

27,35 % HUTAN PRODUKSI

PENANGANAN DAS

HARUS ‘ONE RIVER

ONE MANAGEMENT

DAERAH ALIRAN SUNGAI

PADANG WAJIB

KITA KELOLA

N 1978 - 8080 N

O

M

O

R 129 T

AHUN 2013 T

(2)

KETUA PENGARAH :

Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )

WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI : H. Johan Samose Harahap, SH, MSP

(Sekdako Tebing Tinggi Deli )

PENANGGUNG JAWAB : Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum )

PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)

REDAKSI :

Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda BENDAHARA : Jafet Candra Saragih KOORDINATOR LIPUTAN :

Drs Abdul Khalik, MAP SEKRETARIS REDAKSI :

Dian Astuti

LAYOUT DESAIN GRAFIS Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST

FOTOGRAFER :

Sulaiman Tejo Chairul Fadhli

KOORDINATOR DISTRIBUSI

RIDUAN

LIPUTAN DAN REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak

mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

Tulisan dikirim ke alamat redaksi :

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi

Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli Eimail : sinergi@tebingtinggikota.go.id

SALAM REDAKSI

Pembaca budiman…

Ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan publik, kenapa penanggulangan banjir di kota Tebingtinggi sepertinya jalan di tempat. Selalu ada upaya untuk menanggulangi banjir. Tapi setiap upaya itu dilakukan, setiap itu pula banjir datang. Korban banjir juga tak jauh-jauh dari lokasi, yakni mereka yang bera-da di bantaran sungai, terutama pabera-da bera-daerah-bera-daerah cekungan tepian sungai. Namun, satu hal yang jadi pertanyaan, kenapa banjir yang sering menimbul-kan kerugian kepada warga yang terdampak banjir, tak pernah mau belajar dari pengalaman. Warga bukannya menghindari daerah-daerah banjir, tapi justru berkecenderungan mendatanginya dengan membangun pemukiman-pemukiman baru di tepian sungai. Menjadi fakta, ketika setiap tahun, angka rumah tangga yang terkena dampak banjir kian meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Kecenderungan itu menunjukkan kian ramainya warga meman-faatkan lahan di bantaran sungai sebagai tapak perumahan.

Menyoroti soal itu, SINERGI edisi Nopember 2013 ini mencoba memaparkan bagaimana rencana penanggulangan banjir yang dilaksanakan oelh sejum-lah instansi. Pada laporan utama kali ini, ada tulisan tentang apa sebenarnya DAS (daerah aliran sungai) itu. Sama tidak antara DAS dengan bantaran atau tepian. Jika tidak sama, lalu apa bedanya. Lalu bagaiaman kebijakan pengelo-laan DAS Padang tempat di mana sebagian besar anak Tebingtinggi berada di atasnya.

Ada pula soal kebijakan Bappeda Pemprovsu dalam soal pelestarian DAS di Sumut. Tulisan ini diambil dari diskusi yang dllaksanakan BPDAS Wampu-Ular di Tebingtinggi beberapa waktu lalu. Kemudian, laporan ini dilengakpi dengan pernyataan Wali Kota Tebingtinggi soal penanganan DAS Padang.

Kami juga melengkapi laporan kali dengan sejumlah tulisan dari beberapa re-kan. Misalnya, rubric ekonomi, coba menyoroti keberadaan pedagang lemang di perbatasan kota Tebingtinggi, tepatnya di kebun Rambutan. Untuk halaman kesehatan, satu tulisan menarik dipaparkan penulis lepas dari Dinas Per-hubungan. Judulnya ‘Interaksi Bahan Pangan dengan Kemasan,’ yang mencoba menyoroi dampak negative kemasan terhadap kualitas pangan di dalamnya. Sebuah makalah yang ditulis Kaban Kesbang Linmas Amas Muda, SH, juga kami munculkan dalam edisi kali ini, Makalah inimenyoroti soal ‘empat pilat kebangsaan’ yang pemahamannya belakangan ini mulai memudar khususnya di kalangan generasi muda. Ada pula kolom agama, terkait dakwah Islam melalui seni nasyid.

Sejumlah artikel dari dua penulis juga kami muat, dengan judul ‘Para Pahla-wan Lahir dan Pergi’ juga Jangan takut mengejar impian. Di halaman social ditulis rekan kita, ada laporan soal Pileg yang memanas. “Dua calon sudah mendatangi penulis,’ begitu judulnya. Majalah ini ditutup dengan tulisan renungan yang biasa ditulis rekan kita. Judulnya ‘Malala’ tak jelas apa pesan yang ingin disampaikan. Tapi saran saya nikmati sajalah, pasti ada man-faatnya.

Kami berharap edisi SINERGI kali ini bisa menambah pengetahuan kepada pembaca sekalian. Paling tidak memberikan pemahaman baru atas berbagai masalah yang ada. Pemred.

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI

NO.480.05/286 TAHUN 2002

(3)

DAFTAR ISI

SINERGI EDISI 130 NOPEMBER 2013

4. MOMENTUM

8. SINERGITAS

• Daerah Aliran Sungai

9. UTAMA

• Sosialisasi RPDAS Terpadu Padang DAS

Padang 27,35 % Hutan Produksi

• Penanganan DAS Harus ‘One River One

Management’

• Daerah Aliran Sungai Padang Wajib Kita

Kelola

• Banjir Di Kawasan Pertanian Jln Amd Di

Kel Bulian Kecamatan Bajenis

18. PENDIDIKAN

• Menuju Kota Pelajar, Mulai Desember,

Tebingtinggi Wajib Belajar

19. KESEHATAN

• Idi Tebingtinggi Gelar Symposium

Management Emergency Care

• Interaksi Bahan Pangan Dengan Kemasan

23. EKONOMI

• Pedagang Lemang Perbatasan Kota Butuh

Penataan

24. LINGKUNGAN HIDUP

• Walikota Tebing Tinggi Sidak Proyek Nor

-malisasi Sei Bahilang

• HMPI dan BMN di Tebing Tinggi Dinas

Pertanian Bagikan 2.300 Bibit Pohon

28. HUKUM

• EMPAT PILAR KEBANGSAAN

30. PEMKO KITA

• Tebing Tinggi Terima Penghargaan Kota

Tertib Ukur 2013

• Majalah Sinergi Pemko Tebing Tinggi Raih

Juara Iii Anugerah Media Humas

Menkominfo

• Pwi Tebing Tinggi Gelar Lomba Karya

Tulis Pelajar

• Dirjen IKP Gelar Dialog Interaktif Asean

Comunity 2015

• I-Gist Bandung Tawarkan Kerjasama

Penghijauan Di Tebing Tinggi

• Ribuan Umat Muslim Hadiri Tabligh Akbar

Muharam 1435 H

40. LENSA PEMKO

44. AGAMA

• Kader KAHMI Diminta Kawal Proses UU

Halal

• BKAG dan MUI Sepakat Berantas Judi dan

Narkoba

47. OLAH RAGA

• 858 Atlit Tebing Tinggi Bertarung di Porkot

2013

• Kejurcab Tenis Meja Dibuka Wawako

Tebing Tinggi

49. WANITA

• Hj Sutias Gatot Pujonugroho Kukuhkan

Bunda Paud Tebing Tinggi

50. SOSIAL

• Bulan Bakti Karang Taruna Tebingtinggi

Diawali Donor Darah

• Dua Calon Sudah Mendatangi Penulis

52. SASTRA

Menyampaikan Dakwah Islam Melalui Seni

Nasyid

53 . INFO NASIONAL

• Bencana Mewabah di Tanah Karo

57.

RAGAM PLURALIS

Emporium Barus, Warisan Peradaban Dunia

Yang Merana

58. OPINI

59. TEPIAN

Redaksi JUANDA

Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi

DIAN ASTUTI Pimpinan Redaksi

AHDI SUCIPTO.SH

Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH

Redaksi RIZAL SYAM Koordinator Liputan

Drs.ABDUL KHALIK.MAP

Distributor RIDWAN

Foto Grafer Sinergi FADHLI Layout Desain Grafis

EDI SUWARDI.S.Sos Layout Desain Grafis

ASWIN NAST.ST

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

SINERGITAS

Daerah Aliran Sungai

Sekarang sungai sudah menjadi kotor. Bahkan ada yang berwarna hitam pekat dan menjijikkan. Inti sungai sudah terce-mar. Berbabagai bahan -mulai dari sampah masyarakat sampai bahan industri yang berbahaya- berkumpul menjadi satu. Di sekitar sungai bukan hanya rumah-rumah masyarkat yang berdiri, tapi juga tumbuh industri-industri yang setiap hari menu-angkan limbah beracun ke dalam sungai. Hal ini tentu saja menjadi masalah utama. Ke depan bila dibiarkan akan menjadi momok yang menakutkan.

Tetapi sekarang, sungai juga tetap menjadi penting karena berfungsi menampung air curah hujan. Dan berguna menjaga stabilitas air yang ada di daratan. Tapi kita mafhum, bahwa di sungai ada yang disebut dengan Daerah Aliran Sungai disingkat DAS. Pengertian DAS ialah air yang

mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air terse-but berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui sungai.

Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air itu akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup. Batas wilayah DAS diukur dengan cara meng-hubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan

yang lain. Dari titik inilah kita senantiasa memperhatikan keberadaan sungai agar tetap terawat dan dapat dimanfaatkan sam-pai ke anak cucu.

Terlepas dari itu, menjaga keberadaan daerah air sungai agar tetap lestari menjadi pekerjaan rumah dari setiap kita. Sungai-sungai dirawat dengan cara tidak mencemari dan diambil pasirnya secara terus menerus. Menjadi perhatian siapa pun, bahwa upaya membuat sungai dapat membangun ekonomi masyarakat tentu saja tidak mengeksplorasi habis-habisan daerah aliran sungai, apalagi dengan cara membabi buta. Ingat itu! (khairul hakim)

Dahulu, sungai masih asri dan airnya tanpa ragu sedikit pun bisa diteguk

langsung manakal kita sedang kehausan. Tak dipungkiri, waktu itu sungai

merupakan satu wilayah cukup penting bagi masyarakat.

Pada sungai ada ekplorasi hasil alam, di sungai menjadi pusat kegiatan lalu

lintas transportasi, dan di sungai juga terjadi proses jual beli atau pertukaran

barang yang membangun struktur ekonomi masyarakat.

(9)

U T A M A

Sosialisasi RPDAS Terpadu Padang

DAS Padang 27,35 % Hutan Produksi

Keterangan gambar :

DISKUSI “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan melakukan diskusi dengan sejumlah stakeholder pada acara so-sialisasi RPDAS Terapadu Padang yang digelar BPDAS Wampu Sei ular di Tebingtinggi”.

Kondisi hutan

di Daerah Aliran Sungai (DAS) Padang semakin mempri-hatinkan, hal itu ditunjukkan dengan luas penggunaan lahan hutan kering sekunder sebesar 6,77 persen dari luas total DAS Padang. Sedangkan berdasarkan status kawasan hutannya, DAS Padang memiliki 27,35 persen hutan produksi terdiri dari hutan lindung (0,83%) dan hutan produksi terbatas (0,76%).

Hal itu dikatakan kepala BPDAS Wampu Sei Ular, Ahmad Syofyan pada Sosialisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAS T) Padang yang digelar Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Wampu Sei Ular, Senin (4/11) di gedung Hj Sawiyah Nasution Jalan Sutomo Tebingtinggi.

Sosialisasi yang melibatkan tiga daerah kabupaten/kota yakni Tebingtinggi, Ser-dang Bedagai dan Kabupaten Simalungun itu menghadirkan pembicara Prof Dr Ir Abdul Rauf MS, Drs Abdul Khalik MAP MIKom (Sekretaris Forum DAS Padang) dan Kepala Bappeda Provsu.

Tampak hadir Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM, Bupati

Sergai, Bupati Simalungun, Kepala Bap-peda Tebingtinggi H Gulbakhri Siregar, Kepala Bappeda Kabupaten Sergai, Kepala Bappeda Kabupaten Simalungun dan para tamu undangan dari berbagai Stakeholder. Lebih lanjut dikatakan Ahmad Syofyan, bahwa hutan memiliki peranan penting dalam DAS, berdasarkan amanat peraturan perundang-undangan No.41 Tahun 1999 pasal 18, maka luas hutan dan penutupan lahan hutan minimal 30 persen untuk setiap DAS yang harus dipertahankan. Diakui, rusaknya hutan dibagian hulu DAS Padang akan berdampak pada respon DAS secara keseluruhan, seperti meningkatnya frekuensi banjir yang terjadi, ”Kejadian banjir yang melanda kota Tebingtinggi pada akhir Oktober lalu mengakibatkan terendamnya sejumlah lahan pertanian dan pemukiman penduduk”, kata Ahmad Syofian.

Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan saat membuka sosialisasi menga-takan, kegiatan sosialisasi diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi kita semua dan stakeholder terkait dalam penataan DAS Padang agar memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. “Aparatur dan masyarakat harus dapat memahami betapa pentingnya DAS Padang untuk dijaga, dilestarikan dan dikelola dengan baik, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk men-jamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat social ekonomi nyata bagi masyarakat”, katanya.

Diakui Walikota bahwa kejadian banjir di DAS Padang yang secara rutin terjadi khususnya pada musim hujan, merupakan salah satu pertanda terjadinya degradasi lahan di daerah DAS Padang. Degradasi lahan tersebut berdampak pada rusaknya fungsi hidrolis DAS dan kapasitas infiltrasi DAS menurun serta koefisian aliran per-mukaan meningkat.

(10)

U T A M A

Penanganan DAS Harus ‘One River One Management’

Pengelolaan daerah aliran sungai

(DAS) harus menggunakan prinsip

‘one river one management.’ Dalam

artian harus ada lembaga yang

me-miliki otoritas khusus terhadap

pen-gelolaan DAS, sekaligus berfungsi

mengatasi berbagai hambatan lintas

sektoral dan daerah yang dialiri oleh

suatu sungai.

Usulan itu disampaikan Wali Kota Tebingtinggi Ir. H. Umar Zunaidi Ha-sibuan, MM, baru-baru ini, di acara ‘Sosialisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) DAS Padang,’ dilaksanakan BPDAS Wampu-Ular di kota Tebingtinggi. Sebagai pem-bicara, Kepala Bappeda Provsu Ir.H.Riadil Akhir Lubis, MSi, pakar lingkungan Fak. Pertanian USU Prof. Dr.Ir.H.Abdul Rauf, MS serta dari Drs. Abdul Khalik, M.AP, M.I.Kom Forum DAS Padang.

Ditegaskan Wali Kota, pengelolaan DAS

Padang misalnya, tidak bisa hanya dilakukan oleh institusi tertentu, karena dalam pengelolaannya menyangkut banyak fak-tor. Dalam kawasan DAS Padang, tambah Umar Z Hasibuan, ada Pemkab Simalungun di hulu dan Pemkab Sergai dan Pemko Tebingtinggi di tengah dan hilir sungai. “Kalau cuma satu atau dua daerah saja yang peduli, dipasti-kan penanganannya tidak maksimal,” tegas Wali Kota.

Wali Kota berharap ada upaya sinergitas antar Pemkab di DAS Padang melalui semacam MoU dalam pengelolaan DAS. “Keinginan ini bisa terwujud jika instansi di atas, seperti BPDAS menjembatani pendekatan ke arah itu,” ujar Umar Z Hasibuan.

Ka. Bappeda SU Ir. H. Riadil Akhir Lubis, MSi, dalam pemaparannya, menyatakan Pemprovsu sangat mendukung program pengelolaan DAS sekaligus pemanfaatan DAS secara berkesinambungan. Gubsu telah mengesahkan enam naskah RU PDAST di Sumut. Yakni, RU PDAST Pa-dang, Wampu, Deli, Asahan, Batang Gadis dan Muzoi.

Ditegaskan, kebijakan RU PDAST mengi-kuti kebijakan nasional, di mana setiap provinsi harus menerbitkan Perda Pen-gelolaan DAS. “Saat ini melalui Badan Legislasi DPRD Provsu sudah menginisiasi pembentukan Perda Pengelolaan DAS yang kini dalam penyempurnaan,” ujar Riadil.

Pakar lingkungan USU Prof. Dr.Ir.H.Abdul Rauf, MS, dalam pemaparannya, menya-takan umumnya perusahaan perkebunan yang berada di DAS Padang menjadi sumber terjadinya kerusakan DAS. Salah satu contoh sumbangan terbesar bagi

keru-sakan DAS adalah dominasi lahan kelapa sawit dan karet. Hal itu menyebabkan penurunan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi) dan menahan air (intersepsi) serta penyimpanan air (holding capacity) akibat tanah yang lebih padat dan lapisan serasah.

Guru besar Fak. Pertanian USU itu, mengusulkan adanya peraturan tertentu yang mengatur bagaimana perkebunan mengelola lahannya secara aman dan ramah lingkungan. “Umumnya perusa-haan perkebunan kan BUMN dan BUMD dan sebagian kecil PMA, kegiatan mereka harus di atur meminimalisir kerusakan DAS,” tegas Rauf.

Sebelumnya, Kepala BPDAS Wampu-Ular Achmad Syofyan, SE, menyebutkan, luas DAS Padang secara keseluruhan mencapai 110.671 Ha, berada di tiga wilayah admin-istrasi yakni Kab. Simalungun, Serdang Bedagai dan kota Tebingtinggi. Dari luas DAS Padang itu, sekira 895,48 Ha meru-pakan daerah sangat rawan banjir. Daerah rawan banjir seluas 1.658,29 Ha, agak rawan 1.138,23 Ha. “Umumnya daerah rawan banjir berada di kota Tebingtinggi,” papar Syofyan.

(11)

U T A M A

Daerah Aliran Sungai Padang

Wajib Kita Kelola

Daerah Aliran Sungai (DAS)

sesuai Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2012, didevinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sam-pai daerah perairan yang masih terpen-garuh aktifitas daratan.

Umumnya masyarakat masih belum memahami pemaknaan DAS secara benar, karena selama ini DAS dimaknai sebagai bantaran atau pinggiran sungai. Padahal, DAS memiliki pengertian yang luas, dapat dicontohkan berupa wilayah berbentuk kuali dari ujung hingga ke dasar, di mana dasar kuali adalah sungai dan tepian kuali sebagai batas DAS.

Ditengah pemahaman yang berbeda antara peraturan dengan masyarakat, muncul kekhawatiran kian rusaknya DAS. Hal itu

ditandai dengan bencana banjir yang tidak lagi bersifat periodik, tapi berlangsung terus menerus. Demikian pula dengan kian dangkalnya aliran sungai akibat erosi dan sedimentasi, sehingga merusak habitat dan biota sungai, ditambah kualitas air sungai sebagai bahan baku air minum, yang kian buruk.

Pemerintah kemudian membuat sejumlah regulasi guna melindungi dan mengu-rangi kerusakan DAS yang terus berlanjut dengan membuat sejumlah undang-undang. Tercatat misalnya, UU No.7/2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang atau yang terbaru UU No.18/2013 tetang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Seluruh ketentuan ini selanjutnya memiliki peraturan turunan dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Permen hingga Perda dan Pergub.

Provinsi Sum. Utara, terkait perlindungan

DAS, termasuk daerah yang terlambat dalam pengesahan peraturannya, dis-banding daerah lain, misalnya NTT, Bali, Jambi, Sum. Barat dan beberapa provinsi lain. Namun, meski terlambat Gubsu H. Gatot Pujo Nugroho, ST, MSi, telah mengesahkan Rencana Umum Pengelolaan DAS Terpadu. Termasuk di dalamnya RU PDAST Sungai Padang yang melintasi kota Tebingtinggi.

Paling tidak sudah ada delapan naskah RU PDAST se Sumut yang sudah disah-kan Gubsu hingga Maret 2013. Yakni, DAS Padang (No.611/1775/2013), DAS Wampu (611/1776/2013), DAS Deli (No.611/1778/2013). DAS Toba Asahan (No.611/1774/2013), DAS Batang Gadis (No.611/1779/2013) dan DAS Muzoi (No.611/1777/2013). Sedangkan dua DAS lain, yakni DAS Besitang dan DAS Lepan disahkan Bupati Langkat.

(12)

Ringkasan

I. KONDISI UMUM.

Pengelolaan DAS Terpadu merupakan upaya pengelolaan sumber daya yang menyangkut berbagai pihak yang punya kepentingan berbeda-beda, sehingga keberhasilannya ditentukan oleh banyak pihak, tidak semata-mata oleh pelak-sana langsung di lapangan, tetapi oleh pihak-pihak yang berperan sejak peren-canaan hingga monitoring dan evaluas-inya. Masyarakat merpakan unur pelaku utama, sedangkan pemerintah merupakan unsr=ur pemegang otoritas kebijakan dan fasilitator. Selain itu, masih ada LSM yang turut mendukung keberhasilan pengelo-laan DAS.

Sasaran pengelolaan RU PDAST Padang, adalah keseluruhan kawasan DAS seluas 110.671,85 Ha, meliputi tujuh kawasan sub DAS, yaitu sub DAS Bahilang 9.451,12 Ha, sub DAS Bah Kuliat 12.803,10 Ha, sub DAS Bah Sumbu 11.008,44 Ha, sub DAS Sei Kelembah 4.360,15 Ha, sub DS Sei Padang 30.275,87 Ha, sub DAS Sei Padang Hilir 17.677,27 Ha dan sub DS Sibarau 25.005,89 Ha.

Wilayah DAS Padang secara geografis terletak di antara 020 57 25,56 s/d 030 29 15,83 LU dan 980 48 59,60 s/d 990 17 42,83 BT. Secara administrative DAS Padang berada di dua wilayah kabupaten, yaitu Simalungun dan Serdang Bedagai serta 1 wilayah kota, yakni Tebingtinggi. Batas satuan DAS hamper selalu tidak sesuai dengan batas administrasi pemer-intahan, sehingga koordinasi dan integrasi antar pemerintah otonom dan instansi sektoral sangat penting. DAS Padang bagian hulu mencakup tiga pemerintahan, sehingga koordinasi dan integrasi kegiatan dilakukan antar daerah otonom terkait, juga Pemprovsu.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, khu-susnya untuk mengkoordinasikan peran pemerintah pusan dan daerah provinsi dan kabupaten/kota, instansi seperti BPDAS Wampu-Ular sangat penting. Menjadi partner instansi sejawat. Kebijakan pen-gelolaan sumberdaya hutan, air dan lahan harus dirumuskan dengan memperhatikan isu-isu penting yang dirasakan masyarakat dengan masukan dari berbagai pihak. Standar, criteria dan indicator kinerja penyelenggaraan RHL dan perlindungan kualitas air dalam pengelolaan DAS perlu

disusun bersama secara partisipatif oleh pihak terkait, baik birokrasi pemerintah maupun lembaga lainnya. Dan disepakati bersama sebagai rencana tindak yang dituangkan dalam bentuk Perda provinsi ata Peraturan Gubernur maupun Perda ditingkat kabupaten/kota. Sebagai lan-dasan penilaian akuntabilitas Pemkab dan Pemprov.

II. PERMASALAHAN.

Berdasarkan identifikasi , kajian dan ana-lisis masalah yang telah dilakukan, maka permasalahan DAS adang, baik aspek biofisik, social maupun kelembagaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Banjir.

Banjir di DAS Padang umumnya terjadi pada saat perkebunan melaksanakan replanting yang bersamaan dengan musim hujan. Perkebunan membuka lahan den-gan menggunakan alat berat , denden-gan lua-san lahan yang lua-sangat s]luas. Kondisi ini menyebabkan aliran permukaan dari areal planting cepat terkonsentrasi ke parit dan menuju ke sungai dengan membawa sedi-men. Perlu regulasi pengaturan replant-ing dalam dan antar perkebunan sawit dan karet yang ada di DAS Padang. Hasil identifikasi terhadap HGU perkebunan besar yang ada di DAS Padang, ditemukan setidaknya ada 10 perkebunan.

Beberapa perkebunan diperkirakan yang melakukan tindakan demikian, adalah Kebun Gn Pamela, Kebun Gn. Monako, Kebun Nagaraja, Kebun Pabatu, Kebun Bandar Bejabu, Kebun Rambutan, Kebun Gnung Para serta beberapa kebun lain yang posisinya agar ke hilir, seperti Kebun Paya Pinang, PT Lonsum Kebun Sibulan, dan PT Nusa Pusaka Kencana (NPK). . Semua perkebunan BUMN, BUMD dan PMA itu merupakan perusahan yang menguasai lahan DAS Padang. Umumnya, perkebunan in berada di wilayah Kec. Sipispis dan Tebingtinggi, Kab. Sergai dan beberapa lainnya berada di wilayah Kab. Simalungun, juga melakukan hal sama, misalnya PT Bridgestone Dolok Ilir serta beberapa perkebunan swasta di perbatasan kedua kabupaten, khususnya di Kec. Raya Kahean.

Dalam rangka mengurangu resiko bahaya banjir di DAS Padang, maka koordinasi pengaturan luasan dan waktu replanting di antara perkebunan menjadi hal yang mutlak dilakukan. Jika tidak upaya

mengu-rangi resiko banjir menjadi suatu yang sia-sia.

2. Erosi dan Sedimentasi.

Besaran sedimentasi yang terbawa aliran sungai Padang tergolong besar, terutama di musim hujan. Sumber dari sedimentasi di sungai Padang tidak hanya berasal dari perkebunan besar perilaku masyarakat di sekitar perkebunan pun jadi salah satu factor penting penyumbang kerusakan. Terutama masyarakat yang berada di kaki pegunungan Simbolon serta masyarakat pengguna lahan di bantaran sungai. Umumnya, mereka menjadikan bantaran sebagai kebun yang jenias tumbuhan dan pola tanamnya sama dengan perkebunan. Sedangkan kegiatan perladangan juga mengabaikan aspek keseimbangan ling-kungan , terutama pertanian yang sejajar dengan lereng.

3. Kualitas Air

Kualitas air terutama di Kota Tebingtinggi kea rah hilir mulai tercemar oleh limbah pabrik. Beberapa pabrik menjadi sumber pencamaran sungai Padang, diantaranya PT ADEI Jalan Imam Bonjol, PT Batang-hari Tebing Pratama Jalan Lintas Medan-Kisaran serta sejumlah pabrik tapioka yang juga melakukan pencemaran sungai, misalnya UD Tapioka di Jalan Ir.H. Juanda. Beberapa perusahaan sudah punya komit-men kuat untuk membuat instalasi pengo-lahan limbah (Ipal), seperti PT ADEI yang mengalokasikan dan Rp4 milyar untuk pembuatan Ipal dalam jangka waktu 1,5 tahun sejak 2009. Mengingat masi banyak laporan masyarakat soal pencemaran, perlu pengawasan yang ketat terhadap perusahan-perusahaan yang jadi sumber pencemar air sungai.

4. Perambahan Hutan dan Lahan Kritis. Hasil identifikasi di Desa Nagur, Kec. Sip-ispis (desa kawasan sekitar hutan register) sekira 50 persen penduduk desa dan pen-duduk desa sekitar pegunungan Simbolon, menggunakan area register sebagai lahan berkebun dan bercocok tanam. Sebagian besar area register itu untuk tanaman sawit dan tanaman keras lainnya. Bahkan, ada di antaranya yang menanam tanaman se-musim. Area register itu juga banyak yang sudah dipandang sebagai lahan pribadi se-hingga diperjual belikan di antara sesame penduduk.

(13)

U T A M A

Perda Provsu No.7/2003 tentng Tata Ruang Provinsi Sum. Utara 2003-2018 dan Surat Keputusan Menteri Kehu-tanan No.44/2005, merupakan salah satu penyebab kerusakan DAS Padang. Keten-tuan itu telah menetapkan pegunungan Simbolon sebagai hutan produksi, padahal sebelumnya status hutan pegunungan Sim-bolon adalah hutan lindung. Alih fungsi hutan yang terjadi dalam dua ketentuan itu mengakibatkan terjadi pernjarahan besar-besaran terhadap hutan, mulai dari kaki hingga lereng pegunungan Simbolon. Bah-kan, pemukiman penduduk juga sudah ada di lereng pegunungan. Misalnya Dusun Huta Baru, Desa Nagur. Dusun yang telah dihuni sekira 25 kepala keluarga, lokasinya berada di lereng gunung dan mereka men-diami kawasan itu sejak 10 tahun terakhir. Hal itu, menyebabkan kondsi DAS Padang bagian hulu sudah ditanami sawit, sehing-ga menimbulkan ketidak seimbansehing-gan eko system di DAS Padang.

5. Kelembagaan Terkait Pengelolaan DAS. Dari sisi kelembagaan isu-isu pengelolaan DAS yang perlu mendapat perhatian ada-lah sebagai berikut :

1. Pemahaman Masyarakat Yang Keliru Terhadap Devinisi DAS

Hasil pertemuan dengan masyarakat men-unjukkan gambaran bahwa pemahaman masyarakat terhadap devinisi DAS masih keliru. Sebagian besar masyaraka mema-hami bahwa DAS adalah sempadan sungai (10 meter sebelah kiri dan kanan sungai). Kondisi itu menyebabkan penyusunan rencana pengelolaan DAS hanya sebatas bagaimana mengelola sempadan sungai. 2. Lemahnya Kelembagaan Pengelolaan DAS

Kelembagaan pengelolaan DAS dirasa-kan kurang mantap. Hal itu ditunjukdirasa-kan dengan lemahnya koordinasi antar pihak yang terkait pengelolaan DAS, kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan pengawasan yang lemah. Koordinasi tampaknya menjadi titik penting kelema-han dalam pengelolaan DAS, yang beraki-bat pada perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan DAS secara terpadu tidak ter-laksana. Koordinasi lmemah diakibatkan oleh permasalahan yang cukup mendasar, antara lain karena kentalnya ego sektoral yang menyebabkan persepsi , visi dan misi pengelolaan DAS tidak sama.

3. Tata Ruang Yang Tidak Mantap

Permasalahan tidak mantapnya tata ruang wilayah menyebabkan penggunaan lahan seringkali tidak sesuai atau tidak mengi-kuti ketentuan yang ada. Perubahan status kawasan hutan pegunungan Simbolon dari hutan lindung menjadi hutan produksi telah merubah mindset masyarakat dari kawasan yang harus dilindungi menjadi kawasan yang bisa diolah lahannya. Tata ruang yang tidak mantap juga menyebab-kan perencanaan program rehabilitasi hutan dan penghijauntidakmantap pula. Koordinasi antar 3 daerah (Simalungun, Sergai, Tebingtinggi) dalam perencanaan tata ruang masih rendah. Wilayah yang seharusnya menjadi areal lindung beralih menjadi areal budidaya. Selain itu, be-lum ada upaya mekanisme ‘pembayaran jasa lingkungan’ yang mana daerah hilir memberikan dana kepada pihak hulu guna menjaga dan merehabilitasi lahannya, sehingga daerah hilir menikmati kondisi lingkungan yang baik.

4. Kurangnya Penegakan Hukum. Penegakan hukum adalah dalam rangka mendapatkan kepastian hukum atas segala aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Penegakan hukum yang kurang bisa dilihat dari terus berlangsungnya illegal logging., perambahan hutan dan bentuk-bentuk pelanggaran lingkungan. Kondisi itu, tentu berakiba disintensif bai masyarakat dalam rangka menjaga dan memperbaiki lingkungan DAS yang rusak. Selain itu perlu peningkatan taraf ekonomi masyarakat sekitar hutan dengan penng-katan sumber pendapatan dari usaha non pertanian dan kehutanan.

5. Kurangnya Pendekatan Sosial Budaya.

Kurangnya pendekatan social budaya cukup dirasakan dalam perencanaan reha-blitasi lahan. Pendekatan bersifat top-down di mana aspirasi bawah kurang tersahuti. Kurangnya peran serta masyarakat dalam perencanaan menyebabkan masyarakat merasa tida berkewajiban atau tidak perlu dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan penghijauan kawasan DAS. Perlu sosial-isasi berkelanjutan dan peningkatan ket-erlibatan masyarakat dalam perencanaan rehabilitasi, mulai dari penentuan jenis dan model penghijauannya.

6. Kurangnya Sosialisasi Program Kurangnya sosialisasi program juga dira-sakan banyak kalangan, khususnya di level tengah dan bawah masyarakat. Akibatnya, muncul ketidak samaan persepsi, visi dan

misi serta program di antara sesama pihak terkait, sehingga terjadi ketidak samaan terhadap manfaat penghijauan.

7. Sumberdaya Manusia

Rendahnya kualitas SDM dapat menyebab-kan permasalahan lainnya muncul. Perlu peningkatan kapasitas masyarakat dalam memahami DAS serta manfaatnya dalam kehidupan. Hal itu jadi syarat mutlak bagi tercapainya peran masyarakat yang lebih besar.

8. Kurangnya Pertimbangan Ekonomi Program rehabiltasi lahan dan penghijauan sangat mempertimbangkan masalah teknis biologis, tapi kurang mempertimbangkan masalah ekonomi. Pertimbangan ekonomi dalam program rehabilitasi sangat menen-tukan dan menjadi pendorong/motivator bagi masyarakat untuk kegiatan rehabilitasi lahan dan penghijauan. Beberapa pertim-bangan ekonomi perlu jadi pemikiran, antara lain pemilihan tanaman komersial dan disukai masyarakat, diversifikasi usaha, dukungan pasar dan hasil kegiatan penghijauan melalui penyediaan atau per-baikan infrastruktur dan stabilisasi harga III. RENCANA DAN STRATEGI PENGELOLAAN DAS

Permasalahan umum DAS Padang adalah banjr, erosi dan sedimentasi, pertanian tidak/kuang menerapkan kaidah kon-servasi tanah dan air, perambahan kawasan hutan dan kelembagaan pengelolaan DAS. Sesuai rumusan masalah , maka perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat men-gurangi banjir, erosi dan sedimentasi, per-ambahan kawasan hutan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan DAS. Sehingga kualitas, kuantitas dan kontinui-tas airan air sungai Padang serta anak-anak sungainya dapat terjaga, sekaligu mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahter-aan masyarakat di kawasan DAS Padang. Strategi pencapaian tujuan dalam pengelo-laan DAS Padang, meliputi tiga (3) factor, yaitu :

1.Merumuskan factor pemungin dalam pengelolaan DAS Padang Terpadu, meli-puti :

• Merumuskan bentuk pengelolaan DAS yang aspiratif.

• Optimalisasi lembaga pengelola DAS yang sudah ada.

(14)

U T A M A

• Dukungan finasial dari APBN, APBD maupun sumber lain untuk menjamin kelangsungan program.

2.. Merumuskan aturan kelembagaan dalam pengelolaan DAS Padang harus memiliki :

• Semacam organisasi /forum/lembaga yang bersifat lintas sektoral dan ber-peran sebagai koordinator stakehold-ers yang ada dalam pengelolaan DAS.

• Melalui organisasi/forum/lembaga ini dapat diterapkan aturan main bagi semua stakeholders yang ada dalam DAS Padang, sehingga masing-masing yang berkepentingan dengan DAS dapat berperan lebih jelas.

3. Merumuskan instrument pengelolaan DAS Padang, meliputi :

• Perencanaan pengelolaan DAS Ter-padu, dikombinasikan dengan RTRW, pengelolaan dan penilaian resiko ling-kungan, ekonom dan social dengan partisipasi masyarakat.

• Instrumen erubahan perilaku social melalui perumusan kurikulum pen-didikan berbasis pengelolaan DAS.

• Instrumen ekonomi menjadikan DAS punya nilai ekonomi melalui mekan-isme jasa lingkungan.

• Instrument regulasi untuk mengontrol kualitas air, distribusi jumlah air, perencanaan penggunaan lahan dan perlindungan lingkungan.

• Resolusi konflik melalui menajemen konflik dan pembiasaan consensus.

• Pertukaran data dan informasi antar stakeholders.

Penjelasan atas ketiga jenis kegiatan itu dapat diterangkan sebagai berikut : a. Kegiatan vegetative, merupakan ben-tuk kegiatan uben-tuk meresapkan air hujan ke dalam tanah melalui media tanaman sehingga sejulah air menjadi limpasan permukaan akan berkurang sampai jumlah yang diinginkan. Kegiatan ini dilakukan jika lahan tersedia sesuai untuk dilakukan penanaman. Termasuk dalam kegiatan ini, vegetasi tetap, penghijauan, agroforestry, strip rumput dan penghijauan di kanan kiri sungai.

b. Kegiatan sipil teknis berbasis lahan. Termasuk kegiatan ini adalah pembuatan rorak di kawasan pemukiman, pembuatan teras gulud, parit buntu/rorak, biopori dan embung.

c. Kegiatan sipil teknis berbasis alur sungai

terutama di ordo sungai bagian hulu. Merupakam kegiatan menhan/menam-pung air di badan air untuk waktu terten-tu, sehingga sedimen dan air punya waktu untuk meresap. Juga membuat pengaturan air, melalui pembuatan bending, gully plug, dam penahan, dam pengendali, dan kegiatan penahan dan memperpanjang waktu tempuh air menuju muara.

IV. KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

1. 1. Kegiatan Pemulihan Hutan dan Lahan Dengan Metode Vegetatif. Ren-cana pemulihan hutan dan lahan DAS Padang dan sekitarnya meliputi tiga kabupaten/kota. Rencananya dilaku-kan pada kawasan hutan baik hutan produksi maupun hutan lindung serta penghijauan/hutan rakyat di luar kawasan hutan. Rencananya, reboisasi hutan meliputi areal seluas 36.555,41 Ha dan penghijauan seluas 11.533,52 Ha.

2. 2.Kegiatan Pengendalian Erosi dan Sedimentasi dan Pengembangan Sumberdaya Air Penerapan teknik konservasi tanah secara sipil berupa pembuatan bangunan dam pengen-dali, dam penahan, dan sumur resa-pan. Sedangkan biopori diharapkan dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

3. Kegiatan Pengembangan Kelemba-gaan.Dalam kegiatan pengembangan kelembagaan, maka perlu dikemban-gakkn fungsi, koordinasi dan sinkro-nisasinya, a.l :

• Bappeda Provinsi, bertugas meng-koordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensinergikan seluruh lembaga terkait di provinsi.

• Dinas Kehutanan Provsu, merupakan institusi kepanjangan tangan dari Gubsu dalam melaksanakan tugas bidang kehutanan.

• Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), bertugas memfasili-tasi pelaksanaan program pengelolaan DAS d wilayah kerjanya.

• Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, di mana DAS termasuk dalam bagian dari wilayah sungai (WS). Untuk WS Belawan-Ular-Pa-dang masuk wilayah strategis nasional

, karena memiliki irigasi lebihbesar dari 10.000 Ha. Pengelolaan SDAnya berada dalam wewenang Kementerian PU diberi kewenangan kepada BWSS II.

4. Lembaga Tingkat Kabupaten/Kota, meliputi :

• Bappeda Kabupaten/kota

• Dinas Kehutanan Kabupaten/kota

• LSM dan Perguruan Tinggi

• Lembaga Penyuluh

• Perkebunan Swasta BUMN/ BUMD.

V. RENCANA IMPLEMENTASI

PROGRAM KEGIATAN

Total rencana pembiayaan dari

kegiatan pengelolaan DAS Padang

sektor kehutanan, berdasarkan

kegiatan termaktub d muka

menca-pai Rp130.953.320.00 (seratus tiga

puluh miliar Sembilan ratus lima

puluh tiga juta tiga ratus dua puluh

ribu).

Biaya ini meliputi :

Total Rencana Pemulihan

Hu-tan dan Lahan

Rp.116.278,120

Total Rencana Biaya

Pengenda-lian Erosi, Sedimentasi

dan Konservasi SDA

Rp.2.830,200

Total Rencana Pengembangan

Kelembagaan Rp.18.645.000

VI. REKOMENDASI

1. Perlu peyadaran masyarakat

dalam hal pemahaman

terha-dap pentingnya menjaga

kele-starian ekosistem berbasis DAS

termasuk DAS Padang.

(15)

U T A M A

3. Dibutuhkan strategi dan peningkatan peran kapasitas kelembagaan antara lain dengan membentuk forum komu-nikasi yang intensif (Forum DAS). 4. Perlu adanya data dan informasi yang

lengkap tentang inventarisasi terha-dap kerusakan, manfaat, inventarisasi potensi komponen ekosistem, anca-man terhadap kepunahan komponen ekosistem, serta pengetahuan lain yang belum lengkap.

5. Perlu pendekatan persuasive, karena banyak permasalahan yang terkait lahan milik.

6. Pendekatan rehabilitasi DAS harus didasari program untuk meningkat-kan pendapatan masyarakat (income generating)

7. Kepemimpinan dan dorongan politik (political will) menjadi penentu keberhasilan kegiatan ini di lapangan, sehingga diperlukan leadership yang kuat dari bupati/walikota, kepalda dinias terkait, BPDAS, untuk men-dorong pelaksanaan menyeluruh dan memahami tanggung jawab masing-masing dengan mengedepankan

fungsional dibandingkan kewenangan yang dimiliki

8. Rencana yang disusun harus disepa-kati sebagai rencana bersama, se-hingga pelaksanaannya ada sinergi dan koherensi yang meliputi penilaian, pelaksanaan RHL dan social kelemba-gaan, monitorning dan evaluasi serta dukungan pendanaanuntuk keber-langsungan kegiatan pengelolaan DAS Padang.

9. Ada keberlanjutan jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh pergan-tian personil di lembaga pemangku kepentingan

10. Perlu adanya penyadaran public tentang pola penggunaan lahan yang lestari, ramah lingkungan dan secara ekonomi menguntungkan perlu men-dapat dukungan nyata.

11. Perlu ada model-model demplot dan model pendekatan DAS mikro sebagai contoh untuk direplikasi petani. 12. Perlu pendampingan dan pelatihan

melibatkan perguruan tinggi dalam mendampingi Pemda dan masyarakat menjadi salah satu factor keberhasilan

kegiatan.

13. Pemberdayaan Forum DAS yang telah terbentuk beranggotakan seluruh perwakilan pemangku kepentingan, berfungsi merumuskan pengelolaan terpadu DAS Padang. Forum ini bersi-fat ad hoc.

14. Perlu penegakan hukum yang kuat. Rencana Umum Pengelolaan DAS Ter-padu Padang ini, telah dipresentasikan oleh BPDAS Wampu-Ular pada, Senin (4/11) lalu, di gedung Hj. Sawiyah, Jalan Sutomo, dihadiri Wali Kota Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM. Para pembicara menghadirkan sejumlah pakar, yakni Ir. H. Riadil Akhir Lubis, Msi (Kepala Bappeda Provsu) Prof. Dr. Ir.H. Abdul Rauf, MS (guru besar Fak. Pertanian USU), Muhammad Syofyan, SE (Kepala BPDAS Wampu-Ular) dan Drs. Abdul Khalik, MAP, M.I.Kom (Forum DAS Padang).

15. RU PDAST Padang ini, akan menjadi acuan dalam pengelolaan DAS Padang dalam 20 tahun ke depan dan dihara-pkan bisa jadi bue print pengelolaan DAS Padang bagi tiga daerah dilintasi

Banjir Di Kawasan Pertanian Jln Amd

Di Kel Bulian Kecamatan Bajenis

PENGELOLAAN DAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Dasar Hukum Pengelolaan DAS 1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3

2. UU No. 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosis-temnya

3. UU No. 42/1992 tentang penataan ruang

4. UU No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan Hidup

5. UU No 41/1999 tentang kehutanan 6. UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya

Air

7. UU No. 25/2004 tentang Sistem Peren-canaan Pembangunan Nasional 8. Peraturan Pemerintah no. 25/2000

tentang Kewenangan Provinsi dan Kewenangan Derah

9. Peraturan Pemerintah No. 20/2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah 10. Peraturan Pemerintah No. 37/2012

tentang Pengelolaan DAS

11. Keputusan Pemerintah No. 32/1990 tentang kawasan lindung.

Arti Pentingnya Pengelolaan DAS 1. Terdapat keterkaitan antara berbagai

kegiatan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam.

2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang tidak selalau saling mendukung 3. Meliputi daerah hulu, tengah dan hilir

yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam bentuk daur hidrologi

Komponen Pengelolaan DAS

1. Pemgembangan Sumber Daya Alam : Lahan. Hutan dan Air

2. Tindakan pengendalian untuk memi-nimumkan laju degredasi dan mem-perbaiki sumber daya alam

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam : Lahan, Hutan dan Air

4. Diversifikasi Mata Pencaharian Ruang Lingkup Pengelolaan DAS 1. Pengelolaan ruang melalui usaha

pengaturan penggunaan lahan ( lan-duse ) dan konservasi tanah dalam arti yang luas

2. Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi , pengembangan , penggu-naan dan pengendalian daya rusak air. 3. Pengelolaan vegetasi yang meliputi

pengelolaan hutan dan jenis vegetasi darat lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.

(16)

Banjir di kawasan pertanian Jln AMD di kel Bulian kecamatan Bajenis

Permasalahan

Secara umum berdasarkan identifikasi , kajian dan analisis masalah , permasalahan pada DAS :

1. Lahan kritis ( penyebab, luas dan distribusi )

2. Kondisi Habitat ( daerah perlindun-gan keanekaragaman hayati )

3. Sedimentasi ( sumber , laju , dampak ) 4. Kualitas air ( sumber polutan, kelas,

waktu )

5. Masalah penggunaan air tanah dan air permukaan

6. Daerah rawan bencana ( banjir , long-sor )

7. Masalah sosial, ekonomi dan kelem-bagaan

8. Masalah tata ruang dan penggunaan lahan

9. Permasalahan antara hulu dan hilir 10. Konflik pemanfaatan sumber daya

Strategi Pengelolaan DAS

1. Merumuskan bentuk pengelolaan DAS yang aspiratif, mengingat stake-holder yang terkait sangat banyak 2. Optimalisasi lembaga pengelolaan

DAS yang sudah ada

3. Kebijakan dan regulasi di tingkat stakeholder terkait yang berwawasan lingkungan

4. Dukungan finansial dari APBN , APBD ataupun sumber lainnya 5. Diperlukan penggalian sumber

pen-danaan dari pihak-pihak swasta

Kunci keberhasilan dalam pengelolaan DAS

1. Perlu penyadaran mesyarakat dalam hal pentinnya menjaga kelestarian ekositem berbasis DAS

2. Pelibatan masyarakat sejak dini dalam kegiatan perencanaan

3. Dibutuhkan strategi peningkatan dan peran kelembagaan dalam mengaktif-kan forum DAS

4. Perlu adanya data dan informasi yang lengkap tentang inventarisasi keru-sakan, manfaat, potensi komponen ekosistem, ancaman terhadap kepuna-han komponen ekosistem

5. Diperlukan pendekatan persuasive karena banyak permasalahan yang terkait lahan milik

6. Pendekatan rehabilitasi DAS harus didasari program-program untuk meningkatkan/ menciptakan penda-patan masyarakat

7. Kepemimpinan dan political will 8. Rencana yang disusun disepakati

sebagai rencana bersama

9. Ada keberlanjutan kebijakan jangka panjang yang tidak terpengaruh oleh pergantian personil

10. Perlu adanya penyadaran public tentang pola penggunaan lahan yang lestari, ramah lingkungan dan secara ekonomi menguntungkan

11. Perlu adanya model-model demplot dan model pendekatan DAS mikro ( sub DAS ) senagai contoh direplikasi oleh petani

12. Perlu pendamping dan pelatihan dengan melibatkan perguruan tinggi dalam mendampingi pemda dan masyarakat

13. Pemberdayaan Forum DAS 14. Perlu penegakan hukum

(17)

U T A M A

Kondisi DAS di Provinsi Sumatera Utara Kondisi DAS di Provinsi Sumatera Utara sudah sangat perlu untuk ditangani, hal ini diakibatkan :

• Banyaknya perizinan Pengelolaan Sumber Daya Air ( PSDA ) tidak mempertimbangkan aspek ekologis dan lingkungan

• Penyusunan RTRW provinsi dan kabupaten / kota belum sepenuhnya berbasis DAS

• Keterpaduan antar berbagai sektor

dan wilayah yang sangat kurang

• Kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat minim

• Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak sesuai dengan kaidah dan teknik konservasi tanah dan air

• Konservasi hutan menjadi non hutan berupa perambahan yang terus ber-lanjut

Salah satu permasalahan yang timbul akibat pengelolaan DAS yang tidak tepat adalah makin luasnya lahan kritis pada setiap DAS.

Berdasarkan SK.328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2012 tentang Peneta-pan DAS Prioritas dalam rangka RPJM tahun 2010 – 2014 di Provinsi Sumatera Utara kategori DAS yang dipulihkan daya dukungnya, yang merupakan DAS priori-tas I diantaranya adalah :

DAS Prioritas I di Sumatera Utara dengan kondisi kekritisan Lahan

No Nama DAS Kelas Kekritisan Lahan Total

Sangat Kritis Kritis Agak kritis Potensial kritis Tdk kritis

1

Deli

- 1,395.88 9,048.74 7,514.82 29,338.82 42,298.01 2 Ular 1,908.05 12,986.76 44,372.27 33,783.35 38.409.76 131,460.19

3

Wampu

8,258.83 20,650.78 58,194.00 171,038.89 158,032.68 416.175.19 4 Lepan - 3,448.40 14,026.44 14,478.36 25,410.27 57,363.46 5 Besitang - 5,115.73 29,034.05 27,781.00 34,830.30 96,761.08 6 Asahan Toba 9,799.29 11,757.38 23,230.71 70,235.66 184,568.140 299,591.180 7 Batang Gadis 32,156.15 42,178.85 146,074.8 123,708.18 138,788.32 482,906.3 8 Nias 3,716.48 23,881.73 35,893.18 5,037.21 9,295.78 77,824.38

Kebijakan Pengelolaan DAS di Provinsi Sumatera Utara ( Aspek Legal )

• Sesuai dengan amanat PP 37 Tahun 2012 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Tahun 2013 tentang Inven-tarisasi Data dan PERDA mengenai DAS, bahwa setiap Provinsi di Indone-sia wajib menerbitkan PERDA tentang Pengelolaan DAS.

• Provinsi Sumatera Utara melalui Badan Legislatif DPRD Provsu mengi-nisiatifkan pembentukan PERDA Pengelolaan DAS yang saat ini dalam penyempurnaan.

• PERDA pengelolaan DAS tersebut nantinya sebagai pedoman dalam pengelolaan DAS di Sumatera Utara sekaligus sebagai Payung Hukum yang mengikat semua pihak : Pemerintah Daerah, Masyarakat luas dan dunia usaha.

• Program – program Pengelolaan DAS

yang terdapat pada Naskah Rencana Umum Pengelolaan DAS yang telah disahkan Gubernur Sumatera Utara telah diinternalisasikan ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2014 – 2018.

8 ( delapan ) Naskah Rencana Umum Pen-gelolaan DAS Terpadu yang telah disahkan oleh Gubernur Sumatera Utara :

6 ( enam ) DAS lintas Kabupaten/ Kota yang telah disahkan pada tanggal11 Maret 2013 oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu : 1. DAS Padang ( No. 611/1775/2013) 2. Wampu ( No. 611/1776/2013 ) 3. Deli ( No. 611/1778/2013)

4. Asahan Toba ( No. 611/1774/2013 ) 5. Batang Gadis ( No. 611/1779/2013 ) 6. Muzoi ( No. 611/1777/2013 )

2 ( dua ) DAS yang berada di kabupaten Langkat disahkan pada bulan Desember 2012 oleh Bupati Langkat : DAS Besitang

dan DAS Lepan.

• Naskah Rencana Umum Pengelo-laan DAS yang telah disahkan oleh Gubernur tersebut terdapat Rencana Aksi memuat kegiatan-kegiatan yang mendukung keberlanjutan kemam-puan daya dukung dan daya tamping DAS di Sumatera Utara.

• Rencana Aksi tersebut melibatkan semua pihak, instansi baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota , dunia usaha dan masyarakat dalam pengelo-laan DAS

(18)

Hakikat Kehidupan

Oleh Khairul Hakim

Bagi peminat psikologi, teori psikologi analisa dari Sigmund Freud, sudah tak asing lagi. Ia mengemukakan beberapa hal menarik dalam perkembang manusia. Ia memulainya dari “id”. Semasa anak-anak, orang akan bertindak secara impulsif. Tak ada kendali di sini. Anak-anak akan mengerjakan apa saja yang diinginkannya. Mereka mengejar kesenangan, mereka menjadi budak nafsu.

Tahap kedua, itulah yang disebutnya dengan “ego”. Sampai anak-anak besar, ia mulai memperhatikan hukuman dan ganja-ran dari lingkungan sekitarnya. Prilakunya dipengaruhi kontrol dari luar. Perilakunya hanya mengarah pada kesenangan dan menghindari apa saja yang mengakibatkan kesusahan.

Tahap ketika, Freud menyebutnya dengan “super ego”. Semakin bertambah usianya, anak-anak mulai mengembangkan kontrol dari dalam. Ia mengikat dirinya dengan nilai, moral, dan etika masyarakat. Ia sudah berpikir, bahwa perbuatan yang dilaku-kannya bukan karena takut hukuman atau mengharap ganja-ran. Ia bersikap karena apa yang “seharusnya” ia lakukan. Orang dewasa, bila mencoba menentang superego-nya, atau setiap kali ia melakukan pelanggaran hukum atau menyimpang dari nilai-nilai etika dan moral (atau dalam bahasa agama: melakukan dosa), maka ia akan mengalami kegelisahan atau kecemasan.

Perasaan persalahan (berdosa) akan menimbulkan luka psikologis yang akan mengendap di alam bawah sadar. Per-asaan ini secara kejiwaan akan memunculkan kelemahan fisik dan psikologis. Para psikolog menyebutnya dengan anxiety disorder.

Rata-rata orang yang mendapat gangguan anxiety disorder akan mengalami:

1. Setiap persoalan akan selalu memicu detak jantung. 2. Masalah kecil saja sudah sangat mengganggu rangsangan

syaraf.

3. Seringkali merasa takut tanpa alasan.

4. Kecemasan yang terus menerus menyebabkan perasan putus asa.

5. Kegalauan akan mengakibatkan kelelahan dan menguras tenaga.

6. Sulit mengambil keputusan. 7. Takut akan segala hal.

8. Senantiasa merasa nervous, kaku dan tegang. 9. Tak mampu mengatasi kesulitan.

10. Terus menerus merasa tertekan.

Seiring dengan gangguan psikologis ini, orang yang mengalami anxiety disorder juga mengalami penderitaan fisik seperti tidak fokus, keluar keringat dingin, sulit tidur, jantung berdegub ken-cang, sering ke kamar kecil untuk buang air dan sebagainya.

Salah satu penyebab dari semua ini ada perasaan bersalah. Perasaan bersalah muncul karena kita seringkali mel-akukan kejelekan atau perbuatan dosa. Agar kita tidak merusak diri terlalu dalam, maka hidarilah perbuatan jelek dan dosa. Bila ingin mengentikan perbuatan jelek dan dosa, maka per-banyaklah amal kebaikan. Itulah hakikat kehidupan.

Untuk mensukseskan program menuju kota pelajar, mulai De-sember 2013 di Kota Tebingtinggi akan diterapkan wajib belajar malam bagi seluruh siswa yang ada di kota itu dan pihak Dinas Pendidikan akan melakukan razia di malam hari agar anak-anak tidak berkeliaran dan lebih focus untuk belajar dirumah.

Hal ini dikatakan Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan bersama Kadis Pendidikan Drs H Pardamean Siregar MAP saat melakukan kunjungan kerja Jumat Keliling (Jumling), Jumat (22/11) di Jalan Bani Hasyim Kelurahan Tebingtinggi Kecamatan Padang Hilir Kota Tebingtinggi.

Menyikapi persoalan pendidikan di Kota Tebingtinggi, Kadis Pendidikan H Pardamean Siregar mengatakan bahwa para siswa dikota itu diwajibkan belajar pada malam hari. “Hal ini merupa-kan program pendidimerupa-kan di Kota Tebingtinggi yang memberlaku-kan jam belajar malam diwajibmemberlaku-kan tidak keluar malam sejak jam 19.00 wib hingga 22.00 wib kecuali malam liburan”, jelasnya. Ditambahkannya, penerapan siswa wajib belajar malam tersebut, selain mendukung program wajib belajar 12 tahun juga sebagai langkah Kota Tebingtinggi menuju Kota Pendidikan dan Kota Pelajar.

Sementara Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan kepada warga Kelurahan Tebingtinggi mengatakan bahwa Pemerintah Kota Tebingtinggi sesuai program pemerintah pusat akan memberikan beasiswa kepada warga pra sejahtera, dimana khusus tingkat SD akan diberikan beasiswa sebesar Rp 250 ribu pertahun, siswa SMP sebesar Rp 450 ribu pertahun, tingkat SLTA atau SMA sebesar Rp 750 ribu pertahun, begitu juga bea siswa bagi anak kuliah atau mahasiswa.

Selain itu, Pemko Tebingtinggi menurut walikota, telah menam-bah armada transportasi bus sekolah yang dikhususkan bagi anak sekolah yang orang tuanya berpenghasilan rendah. “Jadi saya protes dan siap melawan ke mana saja jika ada armada angku-tan kota (angkot) yang melakukan aksi unjuk rasa hanya karena penambahan armada transportasi bus sekolah yang diperuntuk-kan bagi siswa miskin, saya berharap angkot tidak menjadidiperuntuk-kan hal tersebut sebagai persoalan bisnis”, pinta Umar Hasibuan.**. (aliyustono)

Menuju Kota Pelajar,

Mulai Desember, Tebingtinggi Wajib Belajar

Keterangan gambar :

KOTA PELAJAR “Kadis Pendidikan Tebingtinggi Drs H Pardamean Siregar MAP menjelaskan kepada warga Kelurahan Tebingtinggi bahwa untuk menuju Kota Pelajar, mulai Desember 2013 Kota Tebingtinggi akan menerapkan wajib belajar malam bagi seluruh siswa”.

(19)

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tebingtinggi menggelar Sym-posium Management Emergency Care, Jumat (29/11) di gedung Balai Pertemuan Kartini Jalan Imam Bonjol kota setempat. Acara yang diikuti 230 orang tenaga medis (dokter) dan para medis (perawat) itu menghad-irkan narasumber Prof dr Adril Arsad Sp.S Sp.Bs (K) koordinator devisi bedah saraf RSUP HAM dengan materi ‘Trauma Kepala’ serta dr M Iqbal Sp.P dari RSUD Kumpulan Pane Tebingtinggi dengan topik ‘Eksasaerbasi Akut’.

Symposium sehari penuh yang dibuka Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Hasibuan MM itu juga diikuti beberapa dokter dari Kabupaten Serdang Bedagei, Simalungun. Kepada para dokter, Walikota Tebingtinggi mene-kankan supaya dalam melaksanakan profesinya dokter bertindak profe-sional, dengan mematuhi SOP yang diperuntukan bagi seorang dokter.

Diingatkan pula para dokter-dokter harus menyiapkan diri menghahapi Asean Cominity 2015 yang waktunya semakin dekat, “Mau tidak mau dokter maupun tenaga non medis harus terus menambah ilmu yang dimiliki, agar mampu bersaing dengan tenaga dokter yang berada diluar negeri, indikasi itu akan terlihat apabila semakin sedikit orang Indonesia yang berobat ke luar negeri”, ujar Umar Hasibuan.

Sementara Ketua IDI Cabang Tebingtinggi dr H Nanang Fitra Aulia Sp.Pt menyatakan, pelaksanaan Symposium ini diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan dari dokter-dokter secara umum dan sekaligus mem-buka wawasan betapa semakin berkembangnya ilmu kodekteran saat ini yang harus dikuasai seorang dokter.

Perkembangan Ilmu Kodokteran ini sejalan dengan perkembangan jaman, semakin banyaknya berbagai penyakit yang dahulunya tidak dikenal, dan lebih dari itu kini seorang dokter juga harus menggunakan HT karena alat-alat kedokteran juga semakin canggih yang harus dapat dimanfaatkan oleh seorang dokter, ujar dr Nanang.

Menurut dr Nanang, sesuai dengan harapan Walikota supaya kegiatan semacam ini terus dilakukan secara teratur, IDI Cabang Tebingtinggi katanya, akan berupaya melakukannya dengan berbagai topik masalah kedokteran secara spesialis, “Kedepannya kami berupaya pula menambah ilmu pengetahuan umum dokter tentang kasus-kasus pelanggaran hukum yang disesuaikan dengan etik kedokteran, agar jangan sampai terjadi seperti kasus dr Ayu, jika perlu kami akan melakukan kerja sama dengan pihak penegak hokum”, kata dr Nanang.**.(juanda)

IDI Tebingtinggi Gelar Symposium

Management Emergency Care

Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) menuju Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Rumah Sakit ‘Go Publik’ milik pemerintah daerah, RSUD Dr H Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi melakukan kerjasama dengan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik dalam Bidang Pendidikan Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta. Direktur RSU dr Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi dr H Nanang Fitra Aulia kepada wartawan, Senin (25/11) diruang kerjanya mengatakan, kerjasama di Bidang Pendidikan dan Penelitian guna peningkatan Sum-ber Daya Manusia itu merupakan yang pertama di Sumut dan sasaran yang dituju adalah peningkatan kualitas pelayanan dengan mengembang-kan peningkatan potensi sumber daya manusia secara optimal, melalui pelatihan-pelatihan khusus.

Naskah penandatanganan kerjasama antar Pemerintah Kota Tebingtinggi dengan universitas negeri tertua di Indonesia yang didirikan pada tanggal 19 Desember 1949 itu dilaksanakan di Pusat Study Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Jogyakarta dan dihadiri Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada, A Tony Pra-sentiatono Phd, sementara perwakilan Pemko Tebingtinggi diwakili dr H Nanang Fitra Aulia Sp PK selaku Diretur Rumah Sakit Umum Daerah dr Kumpulan Pane didampingi Kabid Perencanaan Susila SKM dan Kasie Penunjang Medis M Siddik SN. Sabtu (23/11).

“Sejalan dengan visi RSUD dr Kumpulan Pane, untuk menjadikan Rumah Sakit milik warga kota ini menjadi rumah sakit yang terpercaya, pro-fesional, terkini, aman, nyaman dan terjangkau oleh masyarakat Kota Tebingtinggi dan sekitarnya pihak RSUD akan terus melakukan pening-katkan mutu sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelati-han yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan ilmu kesehatan dan teknologi secara terus menerus”, jelas Nanang.

Saat ini, RSUD Dr H Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi masih men-jadi pilihan bagi masyarakat kabupaten di luar Kota Tebingtinggi untuk tempat rujukan. Terbukti dengan tingginya tingkat kunjungan pasien yang berasal dari luar Kota Tebingtinggi, sementara dari segi pelayanan dan peralatan kedokteran rumah sakit ini masih lebih unggul dari rumah sakit swasta yang ada di Kota Tebingtinggi.

Sementara Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM menyambut baik kerjasama yang telah dilakukan pihak RSUD dr Kumpu-lan Pane yang mengatas-namakan Pemerintah Kota Tebingtinggi dengan Pusat Study Ekonomi dan Kebijakan Publik Antar Universitas UGM Jogyakarta.

“Kita berharap bentuk kerjasama yang merupakan kerjasama antar lem-baga yang pertama di Sumut dalam Bidang Pendidikan, Penelitian dalam rangka peningkatan SDM ini mampu meningkatkan potensi SDM para pekerja medis yang ada di rumah sakit ini dengan terus meningkatan kualitas pelayanan secara optimal”, tegas Umar Zunaidi.(juanda)

T

ingkatkan Potensi SDM, RSUD Kumpulan Pane Gandeng UGM Jogyakarta

(20)

K E S E H A T A N

A. PENYIMPANGAN MUTU

Penyimpangan mutu adalah penyusu-tan kualitatif dimana bahan mangalami penurunan mutu sehingga menjadi tidak layak dikonsumsi manusia. Bahan pangan yang rusak mengalami perubahan cita rasa, penurunan nilai gizi atau tidak aman lagi untuk dimakan karena mengganggu kesehatan. Pada kondisi ini maka makanan sudah kadaluarsa atau melewati masa simpan (shelf life). Penyusutan kuantitatif mengakibatkan kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian, dan ini disebabkan oleh penanganan yang kurang baik atau karena gangguan biologi (proses fisi-ologi, serangan serangga dan tikus). Susut kuantitatif dan susut kualitatif ini penting dalam pengemasan, dan susut kualitatif lebih penting dari susut kuantitatif. Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui:

1. Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer plastik, timah putih, korosi),

2. Perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpin-dahan uap air dan O2.

B. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAHAN PANGAN

Bahan pangan akan mengalami peruba-han-perubahan selama penyimpanan, dan perubahan ini dapat terjadi baik pada bahan pangan segar maupun pada bahan pangan yang sudah mengalami pengola-han. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan biokimia, kimia atau migrasi unsur-unsur ke dalam bahan pangan.

• Perubahan Biokimiawi. Bahan-bahan pangan segar (belum terolah) mis-alnya biji-bijian, sayuran, buah-bua-han, daging dan susu akan mengalami perubahan biokimia setelah bahan-bahan ini dipanen atau dipisahkan dari induknya. Bahan-bahan segar ini umumnya mengandung air yang

cukup tinggi sehingga memungkinkan adanya akifitas enzim dan menyebab-kan terjadinya perubahan warna, tekstur, aroma dan nilai gizi bahan. Contoh perubahan biokimiawi yang terjadi pada bahan pangan adalah pencoklatan pada buah yang memar atau terkupas kulitnya, atau daging segar yang berubah warna menjadi hijau dan berbau busuk.

• Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-Unsur. Perubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangan disebabkan oleh penggunaan antiok-sidan, fungisida, plastisizer, bahan pewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan. Pengemasan dapat mecegah terjadinya migrasi bahan-bahan ini ke dalam bahan pangan.

1. Keracunan Logam.

Logam-logam seperti timah, besi, timbal dan alumunium dalam jumlah yang besar akan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Batas maksimum kandungan logam dalam bahan pangan menurut FAO/WHO adalah 250 ppm untuk timah dan besi dan 1 ppm untuk timbal. Logam-logam lain yang mungkin mencemari bahan pangan adalah air raksa (Hg), kadmiun (Cd), arsen (Ar), anti-moni (At), tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang dapat berasal dari wadah dan mesin pengolahan atau dari campuran bahan kemasan. Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosi dapat me-nyebabkan pencemaran logam ke dalam bahan pangan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan pereduksi, penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan pela-pis (enamel). Keracunan yang diakibatkan logam-logam ini dapat berupa keracunan ringan atau berat seperti mual-mual, mun-tah, pusing dan keluarnya keringat dingin yang berlebihan.

2. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan

Pangan

Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer, stabilizer dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dengan kemasan plastik dan mengakibatkan kera-cunan. Monomer plastik yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan manusia adalah vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene. Monomer vinil klorida dan akrilonitril berpotensi untuk menyebabkan kanker pada manusia, karena dapat bereaksi dengan komponen DNA yaitu guanin dan sitosin (pada vinil klorida) sedangkan denin dapat bereaksi dengan akrilonitril (vinil sianida). Me-tabolit vinil klorida yaitu epoksi kloretile-noksida merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik. Tetapi metabolit ini hanya dapat bereaksi dengan DNA jika adenin tidak berpasangan dengan sitosin. Vinil asetat dapat menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati pada hewan. Vinil klor-ida dan vinil sianklor-ida bersifat mutagenik terhadap mikroba Salmonella typhimu-rium. Akrilonitril dapat membuat cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. Monomer akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa turunannya seperti vinil ase-tat, polivinil klorida (PVC), kaprolaktan, formaldehida, kresol, isosianat oragnik, heksa-metilendiamin, melamin, epidik-lorohidrin, bispenol dan akrilonitril dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencer-naan terutama mulut, tenggorokan dan lambung. Plastisizer seperti ester posporik, ester ptalik, glikolik, chlorinated aromatik dan ester asam adipatik dapat menyebab-kan iritasi. Plastisizer DBP (Dibutil Ptalat) pada PVC termigrasi cukup banyak yaitu 55-189 mg ke dalam minyak zaitun, min-yak jagung, minmin-yak biji kapas dan minmin-yak kedele pada suhu 30oC selama 60 hari kontak. Plastisizer DEHA (Di 2-etilheksil adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang dibungkusnya (yang men-gandung kadar lemak 20-90%) sebanyak 14.5-23.5 mg/dm2 pada suhu 4oC selama

INTERAKSI BAHAN

(21)

72 jam. Plastisizer yang aman untuk kemasan bahan pangan adalah heptil ptalat, dioktil adipat, dimetil heptil adipat, di-N-desil adipat, benzil aktil adipat, ester dari asam sitrat, oleat dan sitrat. Stabilizer yang aman digunakan adalah garam-garam kalsium, magnesium dan natrium, sedangkan antioksidan jarang digunakan karena bersifat karsinogenik. Laju migrasi monomer ke dalam bahan yang dikemas tergantung dari lingkungan. Konsentrasi residu vinil klorida awal 0.35 ppm termi-grasi sebanyak 0.020 ppm selama 106 hari kontak pada suhu 25oC.

Monomer akrilonitril keluar dari plastik dan masuk ke dalam makanan secara total setelah 80 hari kontak pada suhu 40oC. Se-makin tinggi suhu maka seSe-makin banyak monomer plastik yang termigrasi ke dalam bahan yang dikemas. Oleh karena itu perlu penetapan tanggal kadaluarsa pada bahan yang dikemas dengan kemasan plastik. Batas ambang maksimum dari monomer yang ditoleransi keberadaannya di dalam bahan pangan ditentukan oleh hasil tes toksisitas (LD 50) serta jumlah makanan yang dikonsumsi/hari. Di Belanda toleransi maksimum yang diizinkan adalah 60 ppm migran dalam makanan atau 0.12 mg/cm2 permukaan plastik. Di Jerman toleransi maksimum yang diizinkan adalah 0.06 mg/cm2 lembaran plastik. Batas toleransi untuk monomer vinil klorida £ 0.05 ppm (di Swedia 0.01 ppm). Kantong plastik polietilen dan polipropilen mempunyai daya toksisitas yang rendah yaitu den-gan ambang batas maksimum 60 mg/kg bahan pangan. Metode dan alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan men-ganalisa migrasi komponen plastik dalam bahan pangan adalah pelabelan radioaktif, termogravimetri, spektrofotometer, Gas Chromatography (GC), High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS), yang dapat mendeteksi migran dengan kadar 10-20 gram - 10-6 gram. Selain monomer plastik, timah putih (Sn) juga dapat bermigrasi pada makanan kaleng dengan batas maksimum 250 mg/ kg. Sn merupakan mineral yang secara alami terdapat pada bahan pangan yaitu sebesar 1 mg/kg dan dibutuhkan oleh ma-nusia dalam jumlah kecil. Dosis racun dari Sn adalah 5-7 mg/kg berat badan. Sn dapat

mengkontaminasi bahan pangan melalui wadah/kaleng dan peralatan pengolahan.

C. KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS

Bahan kemasan seperti logam, gelas dan plastik merupakan penghalang yang baik untuk masuknya mikroorganisme ke dalam bahan yang dikemas, tetapi penutup kemasan merupakan sumber utama dari kontaminasi. Kemasan yang dilipat atau dijepret atau hanya dilapisi ganda meru-pakan penutup kemasan yang tidak baik. Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan

pangan adalah :

• kontaminasi dari udara atau air mela-lui lubang pada kemasan yang ditutup secara hermetis;

• Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna;

• Panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik tidak cukup karena sealer yang terkontaminasi oleh produk atau pengaturan suhu yang tidak baik.

• Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan.

Kemasan bahan pangan sangat mempen-garuhi sterilitas atau keawetan dari bahan pangan yang sudah disterilisasi, diira-diasi atau dipanaskan dengan pemanasan ohmic. Permeabilitas kemasan terhadap gas akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, terutama terhadap mik-roorganisme yang anaerob patogen. Untuk melindungi bahan pangan yang dikemas terhadap kontaminasi mikroorganisme, maka perlu dipilih jenis kemasan yang dapat melindungi bahan dari serangan mikroorganisme. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis kemasan yang baik untuk mencegah kon-taminasi mikroba adalah :

1. Sifat perlindungannya terhadap produk dari masuknya mikroorgan-isme dari luar kemasan.

2. Kemungkinan berkembang biaknya mikroorganisme di ruangan antara produk dengan tutup (head space). 3. Serangan mikroorganisme terhadap

bahan pengemas.

D. KERUSAKAN MEKANIS

Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak

bahan-bahan hasil pertanian segar dan bahan pangan olahan adalah :

1. Stress/tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena jatuh atau oleh adanya gesekan;

2. Vibrasi/getaran, yang dapat mengaki-batkan kerusakan pada bahan atau ke-masan selama dalam perjalanan atau distribusi. Untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan anti getaran.

Jenis perlindungan yang dapat diberi-kan kepada bahan pangan atau kemasan bahan pangan untuk mencegah kerusa-kan mekerusa-kanis tergantung dari model dan jumlah tumpukan barang atau kemasan, jenis transportasi (darat, laut atau udara) dan jenis barang. Kemampuan kemasan untuk melindungi bahan yan dikemasnya dari kerusakan mekanis tergantung pada kemampuannya terhadap kerusakan akibat tumpukan di gudang atau pada alat transportasi, gesekan dengan alat selama penanganan, pecah atau patah akibat tubrukan selama penanganan atau geta-ran selama tgeta-ransportasi. Beberapa bahan pangan misalnya buah-buahan yang segar, telur dan biskuit merupakan produk yang sangat mudah rusak dan memerlukan tingkat perlindungan yang lebih tinggi untuk mencegah gesekan antara bahan, seperti penggunaan kertas tissue, lem-baran plastik, kertas yang dibentuk sebagai kemasan individu (misalnya karton untuk telur, wadah buah dan lain-lain). Bahan-bahan pangan lain, dilindungi dengan cara mengemasnya dengan kemasan yang kaku dan pergerakannya dibatasi dengan dengan kemasan plastik atau stretch/ shrink film yang dapat mengemas produk dengan ketat. Peti kayu atau drum logam merupakan kemasan dengan perlindungan mekanis yang baik. Kemasan ini sekarang sudah digantikan dengan bahan komposit yang lebih murah yang terbuat dari kotak serat (fiberboard) dan polipropilen.

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu nilai optimum pada uji daya hambat kombinasi tanah Aluvial steril kedalaman 60 cm

Sehubungan hal tersebut, diminta Saudara membawa Dokumen kualifikasi dan salinannya (Data Administrasi, Akte Pendirian, Ijin Usaha, NPWP, Bukti Pelunasan Pajak SPT

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri- ciri yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian

2. Asesi menilai contoh respon kepala sekolah yang dicantumkan dalam skenario berdasarkan kategori „kurang memuaskan‟, „memuaskan‟, dan „sangat memuaskan‟. Hasil

Misalnya,pantangan yang harus dilaksanakan sewaktu memutus kaji (ilmu). Si murid dipantangkan untuk bertemu dengan sang guru dalam masa ter- tentu. Jika pantarigan ini

Karena itu Muhammadiyah menyeru kepada semua elemen umat, bangsa, dan masyarakat luas untuk bekerjasama dalam gerakan pencerahan menuju terciptanya tatanan kehidupan yang

Node monitoring terdiri atas beberapa hardware yang membantu kerja sistem diantaranya baterai sebagai sumber daya, sensor LM35 sebagai alat yang bekerja mengukur