% %
&
' ( ) * *
&
( + + ##
(
! " #$%&'( %
'./ 012 12 34
,
- & .
/ 0
/ 1 0 & 0 &
2
/3
!"## $
2
%
/ 0
0 1
5
(
& 0 &
% (
"## $"
%
4 &
+ ##
(
'./ 012 12 34
,
- & .
/ 0
/ 1 0 & 0 &
2
/3
!"## $
2
%
/ 0
0 1
5
(
& 0 &
% (
"## $"
%
4 &
+ ##
(
5
2 /
6
-7 8
/3
!"## $"
- 7
8& % #9& 6
6
- 7 8( +9& 6
6
-7 8( !9& 6 :5
6 - 7
8&
*&
/ * &
( 5 (
( % % ) ; &
&
5 ( 5 %
5 &
< % =
- 7
8 ) &
) ( 5
5
Ç
y
è
9$
#
uρ
∩⊇∪
β
)
z≈|
¡
ΣM}$
#
’∀s9
£z
∩⊄∪
āω
)
t
$
#
(
#
θΖtΒ
#
u
(
#
θ=ϑt
ã
uρ
M
≈y
s
=≈
Á
9$
#
(
#
θ|
¹#
uθs
?
uρ
,y
s
9$
$/
(
#
θ|
¹#
uθs
?
uρ
9Á
9$
$/
∩⊂∪
!
"
5 6
( 1 ( * ( (
' ( ) &
(
6 ' ) > % 9
( ( ( 5 (
&
' &
, ( ( (
5 (
) ( *
&
, ? (
@
) ( ) % (
/ 0 (
& % )
/0( ( ( '
' &
( %
(
) &
( )
&
#& & 1 ( &: &( . / 0 &
+& & 0 ( & &( . /
0 &
!& 6 ( & &( & )&( ,
6 . 3 ( &/ &(
&
$& 6 6 A ( & )&( ( & )&( - ? % (
& )&( ( & &( B 1 A 1( & )& '
& * &
"& C 3 ( & &( - ( C 3 /
( & ( & & - (
3 ( * &
D& C 3 , , 4( & &( C 3 . A ( & &( C 3 B
@
- *
&
& C 3 & ( , C - '
- *
& 2 &
E& 6 &' / / '/
&
' &
F& / %
&
# & , ' < ( ( ( &
5 * &
##& 6 ,<& & * ( ,<& / , ( B)&( C 3 G ( & &(
< & (
( 5 (
? &
#+& , ?
&
#!& , % ' % B :
% ) '% ) &
( &
#$& ? ' < / ,/ 0
) &
#"&
&
( )
1 (
@
/ *
( & / &
( + + ##
! " #$%&'( %
@
<
</B/ / 2C CB HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&
</B/ / :? -/ // ,:/ B / &HHHHHHHHHHHHHHH&&&&
</B/ / : : /</ HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&&
</B/ / / : 6 6 HHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& 5
</B/ / /6 ?/, HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&&& 5
</B/ / HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&&&& & 5
</B/ / :? : 6/</ HHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& 5
</B/ / ,/ / : / /? HHHHHH&&HHHHHHHHHHHH 5
</B/ / /. /? &&HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&H @
</B/ / /. /? B/ ?/ &&HHHHHHHHHHHHHHHHHH @
) HHHHHHHHHHHHHHHHHHH #
/& B 6 HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& #
6& ? HHHHHHHHHHHHHHHHHH&& E
A& HHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& E
& * HHHHHHHHHHHHHHHHHH& E
) HHHHHHHHHHHHHHHHH&&& #
/& , HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&& #
6& , &HHHHHHHHHHHHHHHHH&&& #
#& / HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& #
+& HHHHHHHHHHHHHHH&& &#+
!& HHHHHHHHHHHHHH #$
$& > 9 HHHHHHHHHH& +
"& 6 *+$
& ) ' )
6 HHHHHHHH&& +$
@
HHHHHHHHHHHH +D
) HHHHHHHHHHHHHHHH !"
/& 2 HHHHHHHHHHHHHHHH&HH&&& !"
6& B 0 HHHHHHHHHH&&HHH !D
#& B HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH !D
+& 0 HHHHHHHHHHHHHHHHH&HH&&H !D
A& HHHHHHHHHHHHHHH&HH& !D
& . HHHHHHHHHHHHHHHHHH& !D
:& HHHHHHHH& !
#& HHHHHHHHHHHHHHH& !
+& HHHHHHHHHHH&&H& !E
.& / HHHHHHHHHHHHHHHH&&HHH !F
#& / HHHHHHHHHHHHHHH& $
+& / B HHHHHHHHHHHHHH&H&& $
& , HHHHHHHHHHHHHH $#
5 ) HHHHHHH&& $!
/& , C - >- 9
7 8 HHHHHHHHHHHHHHH&&HHH $!
#& 6 HHHHHHHHHHHHH& $!
+& B * HHHHHHHHHHHHHH& $$
!& I - 7 8 HH&&H $$
$& ( ,
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&& $"
6& < HHHHHHHHHHHHHHHHH&HH& $D
#& ) HHHHHHHHH&&H& $
+& HHHHHHHHH&&H& "!
@ 5
A& HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&HH D#
#& / ) HHHHHHHHHH D+
+& / HHHHHHHHH&H& D$
!& / :5 HHHHHHHHHHHH DE
5 ) 6 HHHHHH&&HH& #
/& HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& #
6& ' HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& +
A& HHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&HH&& !
/. /? C /,/
/. /? B/ ?/
@5
B # 5
B + 0 % )
B !& < 0 % ) # >, 9
B !& < 0 % ) + >, &C & , 9
B !&) < 0 % ) ! > 9
B $
B "
B D
B ? ;B
B E .
B F 2
B # . ?
B ## + > 9
B #+ 5
B #! ,
1 Pendidikan merupakan salah satu komponen yang selalu dijadikan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan suatu bangsa seringkali menjadi indikator maju mundurnya sebuah Negara. Oleh karenanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan sudah selayaknya terus ditingkatkan.
Baik atau buruknya mutu lembaga pendidikan sendiri salah satunya ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Oleh karenanya untuk menciptakan proses pembelajaran yang brkualitas, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 telah menetapakan beberapa point terkait standar proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh para pemangku lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa proses pembelajaran setidaknya memuat tiga tahapan: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga tahapan ini harus dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran berjalan optimal.
Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal guru juga harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan sebuah cara atau trik untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang akan disampaikan. Menurut Hamdani, strategi pembelajaran (belajar mengajar) terdiri atas semua komponen dan prosedur yang digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pengajaran.1 Dengan demikian tepat atau tidaknya suatu strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam hal ini, guru memegang andil yang sangat besar dalam menentukan strategi yang paling sesuai untuk mengoptimalkan kemampuan setiap peserta didik demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan sebagaimana
2 tercantum dalam Undang undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), BAB I pasal 1(1).
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2
Dari kutipan UU Sisdiknas tersebut diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan hendaknya mampu memfasilitasi setiap individu (peserta didik) untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Setiap peserta didik tentunya telah memiliki modal dasar pengetahuan yang berbeda beda. Oleh karenanya, dalam merencanakan pembelajaran sudah seharusnya guru mengetahui kemampuan atau potensi dasar yang telah dimiliki oleh peserta didiknya. Pengetahuan tentang kompetensi awal peserta didik ini yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam usaha melejitkan kemampuan individual setiap peserta didik. Kemampuan yang tersimpan dalam diri seseorang ini,
kemudian sering disebut sebagai kecerdasan ( ).
Abdul Halim Fathani menyatakan bahwa, dalam dunia pendidikan kecerdasan memiliki tempat yang sangat penting, namun seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik.3 Kebanyakan proses pembelajaran yang telah berjalan di dalam kelas, hanya memakai satu strategi atau metode sedangkan gaya belajar dan daya tangkap peserta didik sangat beragam. Dalam sebuah kelas yang besar (30 40 anak) dan heterogen,
hendaknya guru melakukan variasi pembelajaran, sehingga tidak dengan
satu model pembelajaran saja.
2
! "
" # $ " % " & '(Bandung:
Citra Umbara, 2010), hlm. 2
3 Abdul Halim Fathani,
" # #
( #, )** + % + #* $ * ,* -*$.* di akses 15
3 Hal serupa dijelaskan pula oleh Suryosubroto dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Pada umumnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sebagian besar peserta didik (30 40 anak) dalam waktu yang sama, bahan pelajaran yang sama, bahkan metode yang dipakai untuk semua anak sama. Dalam pengajaran klasikal seperti ini guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan ( %), kesiapan
(# %), dan kecepatan belajar yang sama.4
Kebiasaan lama yang sering dilakukan guru semacam itu hendaknya segera ditinggalkan. Memperlakukan anak dalam kelas heterogen dengan pendekatan yang sejenis tentu kurang baik bagi perkembangan individual. Menurut Rasyid Dimas, salah satu kesalahan yang terjadi dalam mendidik anak adalah tidak memperhatikan perbedaan perbedaan individual.5 Perbedaan tersebut bermacam macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara cara merespon atau mempelajari hal hal baru. Demikian pula dalam hal belajar, masing masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan.
Kenyataan di atas menuntut agar peserta didik dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing masing. Oleh karenanya menurut Anang,
dalam bukunya “/ 0 ”, bahwa pembelajaran yang
berlangsung perlu melayani peserta didik secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna pada setiap peserta didik.6 Sebagian peserta didik lebih suka terhadap guru mereka yang mengajar dengan cara menuliskan materi pelajaran di papan tulis. Dengan begitu mereka dapat membaca dan kemudian memahaminya. Akan tetapi, tidak demikian untuk sebagian peserta didik yang lain. Di antara mereka ada yang lebih suka guru mereka mengajar dengan lisan dan mereka mendengarkan agar bisa memahaminya. Sementara
(Pustaka Al Kautsar, 2006), Cet. 3, hlm. 127
6 Anang, /
4 itu, ada pula sebagian kelompok peserta didik yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan permasalahan permasalahan terkait mata pelajaran tersebut.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat, tetapi bakat itu terwujud dengan cara yang berbeda beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika matematika, namun ada juga individu yang cerdas dibidang kesenian.
Pandangan pandangan baru yang terkait keragaman potensi setiap individu ini bertolak dari teori Howard Gardner yang sering pula disebut sebagai teori
kecerdasan majemuk ( ). Teori mengenai intelligensi ini
telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar peserta didik. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui keunikan setiap individu manusia.
Esensi teori # menurut Gardner adalah menghargai
keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini. Sesungguhnya #
muncul dalam diri setiap individu, tetapi masing masing individu akan
memiliki satu atau lebih # yang memiliki tingkat #
teratas. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, sudah selayaknya seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan #
setiap siswa yang diperoleh melalui (MIR).
5
Teori # mendukung adanya kemampuan ganda dalam diri
peserta didik untuk dikembangkan potensinya melalui berbagai proses.7
Matematika merupakan mata pelajaran yang erat sekali berkaitan dengan kehidupan di masyarakat. Berbagai sisi kehidupan sosial maupun ekonomi berhubungan langsung dengan nilai nilai matematika. Oleh karena itu tidak salah jika pemerintah menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, sejak di tingkat Taman Kanak kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT).
Akan tetapi, realita yang muncul di masyarakat, Matematika justru merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Paradigma yang sering muncul didalam benak anak didik, bahwa matematika itu sulit, guru matematika yang kiler, bahkan muncul konotasi matematika = matematian. Munculnya paradigma semacam ini salah satunya disebabkan oleh materi yang relatif abstrak sehingga butuh ketelitian dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Di samping itu, dalam proses pembelajaran masih banyak dijumpai guru yang memakai model konvensional, sehingga peserta didik cenderung bersikap pasif bahkan kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Hal ini menyebabkan sulit tercapainya tujuan pembelajaran, yang salahsatu indikatornya kebanyakan prestasi peserta didik cenderung masih di bawah rata rata.
Melihat realita tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang telah berjalan perlu segera di evaluasi mengingat peran matematika dalam kehidupan demikian besar. Sesulit sulitnya permasalahan (termasuk pembelajaran matematika) yang dihadapi oleh seseorang pasti ada jalan keluarnya. Hal ini sebagaimana sabda rasulullah SAW:
6
43 2 5 2' % 2&
) # # # # ' #
2 # # % # 6 75 #8
Hal ini telah diterangkan pula dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 286 berikut:
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (
) merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu
system pembelajaran ini adalah pembelajaran berbasis .
Strategi pembelajaran berbasis % # (MIS) merupakan
sebuah sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori
Strategi pembelajaran ini mengacu pada keberagaman kompetensi individual peserta didik, selanjutnya dikembangkan untuk mencapai
kemampuan yang optimal. Penerapan % # (MIS)
dalam dunia pendidikan sangat membantu dalam menentukan strategi pembelajaran paling tepat untuk setiap anak.
Untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences, guru atau sekolah terlebih dahulu melakukan
(MIR). MIR biasanya berbentuk kuisioner yang dibuat untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik. Dari hasil MIR akan diketahui gaya belajar setiap anak dan dipakai sebagai referensi dalam meilih strategi paling efektif. Strategi pembelajaran merupakan salah satu variabel yang
8 Imam Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi,
7 mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan pemakaian strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak, akan mempermudah pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah dicapai dan prestasi peserta didik dapat di atas rata rata.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan strategi
pembelajaran matematika berbasis % # (MIS).
Sebagai sebuah strategi pembelajaran, % # hendaknya
melekat dengan sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu keberhasilan penerapan strategi pembelajaran ini sangat ditentukan oleh sistem yang dipakai lembaga pendidikan tersebut.
SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik “< 3 % ”
merupakan salah satu sekolah yang menjadi pelopor pelaksanaan
% # 7 8 dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana
dipaparkan oleh Munif Chatib, mantan direktur sekolah YIMI, pada awalnya SMP YIMI Gresik “< 3 % ” merupakan salah satu sekolah yang
terpinggirkan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini. Hal ini terjadi tidak bisa lepas dari problem keterbatasan fasilitas maupun tenaga pendidik, lantaran harus berbagi dengan Madrasah Ibtidaiyah. Akibatnya sekolah ini hanya diminati oleh peserta didik dari kalangan bawah, tentunya dengan kompetensi apa adanya.
Menyadari problematika tersebut, akhirnya segenap pengurus yayasan sepakat untuk melakukan perombakan sistem. Mereka sepakat untuk memilih
% # (MIS) karena keunikan dan kelebihanya.
Akhirnya upaya tersebut berhasil, melalui penerapan MIS diintegrasikan dengan sistem “< 3 % ”, sekolah yang awalnya terbelakang ini
o
Berdasarkan uraian tentang keunikan % # (MIS)
dan pemanfaatanya tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait
! " # $
%
&' '
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
% #di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”?
2. Bagaimana Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
% # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”?
3. Bagaimana Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran Matematika
berbasis % # di SMP YIMI Gresik “< 3 %
”?
( )' '
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
% # yang berjalan di SMP YIMI Gresik “<
3 % ”.
2. Mengetahui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
% # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”.
3. Mengetahui Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran berbasis
% #di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”.
*
9 a. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penyelenggaraan strategi
pembelajaran matematika berbasis % #
b. Memenuhi salah satu persyaratan untun memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan maupun lembaga lembaga terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Indriana Puji (Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “
! ! "#" $ % &'(')&'((*menunjukkan bahwa
hasil belajar peserta didik dapat meningkat secara aktif dan menikmati proses
pembelajaran. Selain itu, dalam kedua buku Munif Chatib, “Sekolahnya Manusia”
dan “Gurunya Manusia” dipaparkan tentang keberhasilan strategi
# (MIS) untuk meningkatkan prestasi peserta didik di beberapa
sekolah yang menerapkannya.
Berangkat dari beberapa referensi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan kajian serupa, namun dengan fokus yang berbeda. Adapun
fokus yang menjadi penekanan pada penelitian kali ini mengacu pada rumusan
masalah yakni untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika
berbasis # (MIS) di SMP YIMI Gresik “+ , #
""”. Adapun analisis ditekankan untuk mengidentifikasi kelebihan*
kekurangan dan problematika yang muncul dalam penerapan pembelajarannya.
Analisis merupakan kata serapan berasal dari kata bahasa Inggris
#- yang berarti memisah*misahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa
11 peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).1
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis
meliputi:
a) Analisis Pendahuluan
Analisis persiapan atau pendahuluan ini merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui hal*hal yang diperlukan ketika
melakukan tindakan di lapangan. Hal yang perlu diperhatikan pada
tahap ini mencakup latar belakang sekolah, alasan pemakaian
system, penyusunan rencana pembelajaran, maupun latar belakang
kompetensi peserta didik.
b) Analisis Proses atau Tindakan
Analisis tindakan dilakukan saat praktik pembelajaran
dilaksanakan. Hal*hal yang diamati dalam proses ini adalah respon
peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam
melakukan analisis proses atau tindakan ini adalah rencana
pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
c) Analisis Akhir
Analisis akhir dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dan
merupakan simpulan terhadap proses perencanaan sampai
pelaksaan pembelajaran yang berlangsung. Analisis akhir ini
bertujuan untuk memberikan masukan atau solusi terhadap proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan rencana
pembelajaran berikutnya.
Adapun analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
pengamatan lapangan dengan mengidentifikasi permasalahan*permasalahan
1 Suharso dan Ana Retnoningsih,
." , (Semarang: CV. Widya
12 yang muncul dalam penerapan pembelajaran Matematika berbasis
# (MIS) di SMP YIMI Gresik “+ , # ""”.
Hamdani menyatakan secara umum strategi dapat diartikan sebagai
suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada
tujuan.2 Tujuan pembelajaran sendiri terangkum dalam standar kompetensi
yang telah ditentukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar megajar.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan ini tentunya mencakup segala
aktivitas yang akan dilakukan terkait perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi tindakan.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, disebutkan
bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).3 Sebagai sebuah sistem
perencanaan, strategi memiliki peranan penting dalam menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran
yang tepat oleh setiap guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan.
Adapun ciri*ciri strategi menurut Stoner dan Sirait (sebagaimana
dikutip Hamdani), adalah sebagai berikut.
a. / meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan
waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
b. , . Walupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak
langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhir akan
sangat berarti.
2 Hamdani,
0 , hlm. 18
3 Suharso dan Ana Retnoningsih,
13
c. # . Sebuah strategi yang efektif biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap
rentang sasaran yang sempit.
d. " . Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan
keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan*
keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti pola
yang konsisten.
e. . Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang
luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan
operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam
kegiatan*kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi
bertindak secara naluri dengan cara*cara yang akan memperkuat
strategi.4
Menurut Dick dan Carey (sebagaimana dikutib Hamzah B.
Uno) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran,
yaitu:5
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang disampaikan secara menarik akan
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru
memperkenalkan materi pelajaran hendaknya melalui contoh
ilustrasi penerapannya dalam kehidupan sehari*hari. Hal ini akan
menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik mengenai manfaat
belajar. Dalam kegiatan ini setidaknya guru menyampaikan dua hal
penting. , tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan.
. / apersepsi berupa kegiatan yang menunjukkan keterkaitan
antara materi sebelumnya dengan materi baru yang akan dipelajari.
4 1
. , 0 / hlm. 18*19
5 Hamzah B. Uno,
". % " #
14 b. Penyampaian Informasi
Penyampaian materi merupakan kegiatan inti dalam proses
pembelajaran. Dalam penyampaian materi ini, guru berpedoman
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai
peserta didik.
c. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip . ./peserta didik merupakan pusat
dari suatu kegiatan belajar. Dalam hal ini dikenal istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), yang maknanya bahwa proses
pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif
melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Tes
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran.
Serangkaian tes umum yang dilakukan oleh guru ini bertujuan
untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran dan tingkat
penguasaan ketrampilan belajar peserta didik.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan atau sering yang disebut dengan "
hendaknya dilakukan oleh setiap guru. Tindak lanjut ini bisa berupa
remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, atau pengayaan
setelah semuanya dinyatakan tuntas.
! "
Pembelajaran sebagaimana didefinisikan oleh Oemar Hamalik
15 internal material fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.6
Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu proses
yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta
didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.7
Perlu dipahami pula bahwa aktivitas belajar ditekankan pada
terjadinya perubahan tingkah laku manusia, sehingga belajar cenderung
melakukan aktivitas. Belajar berdasar aktifitas secara umum jauh lebih efektif
daripada yang didasarkan presentasi atau ceramah karena peserta didik tidak
sepenuhnya terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Dave Maler, gerakan fisik dapat meningkatkan proses
mental peserta didik sebab otak manusia yang terlibat dalam dalam gerakan
tubuh ( " " " ) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan
untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi
gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal,
sebab melibatkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.8 Kegiatan belajar
dalam proses pembelajaran merupakan subsistem yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lain secara fungsional,sebagaimana firman Allah dalam Al*
qur’an surat An*Nahl ayat 78 berikut:
6 Oemar Hamalik,
. , (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 57
7 Nana Sudjana,
, 0, " / cet. 3 (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995)/ hlm. 29.
8 Dave Maier,
$ . 2 1 . "" , terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Kaifa,
16
Definisi lain terkait belajar menurut Sholeh Abdul Aziz:
Dه FGHIJKLا
Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim
dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.10
Sementara itu Ismail SM dalam bukunya “PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan)”, menyebutkan bahwa
istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal
dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) atau Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).11 Dalam proses pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu
9 Sholeh Abdul Aziz, Abdul Majid, $
# 9 $ 0 . /Juz 1, (Mekka : Darul
Ma’arif, t.th), hlm. 169
10 Amin Suyitno,
". 0 ". . # .
, (Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru*Guru Pelajaran Matematika SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006), hlm. 1.
11 Ismail SM,
17 guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua proses sekaligus,
yaitu mengajar dan belajar ( . ).
Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan kembali bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah laku yang tampak
sebagai hasil dari pengalamannya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa dimaksud dengan
pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar yang terjadi antara guru, peserta didik dan lingkungan sekitar dalam
menguasai beberapa kompetensi terkait matematika.
Mengenai pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang
telah dikemukakan oleh beberapa tokoh. Menurut Abdul Halim Fathani,
“matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan
tentang penalaran yang logika dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan.”12
Sementara itu munurut Johnson dan Myklebust (sebagimana dikutip
oleh Mulyono Abdurrahman), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan*hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Lerner juga mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas.13
12 Abdul Halim Fathani,
. 2" / (Jogjakarta: Ar*ruzz Media, 2009), hlm. 19
13 Mulyono Abdurrahman,
18 Dari beberapa definisi tentang matematika di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur
dan hubungan*hubunganya yang diatur secara terorganisasi menurut urutan
yang logis dan matematis.
Dari berbagai sudut pandang ilmuwan dalam mendefinisikan
matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika
sebagai berikut:14
a. Memiliki objek yang abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memerhatikan semesta pembicaraan
f. Konsisten dalam sistemnya.
Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran matematika di atas,
diantaranya sebagai berikut:
a. Teori Metakognitif
Arends, mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan
pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau
kemampuan untuk menggunakan strategi*strategi belajar tertentu
dengan benar. Sementara itu Howard, menyatakan keterampilan
metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe
aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian
(attention), ingatan (memory), dan pemecahan masalah.15
14 R. Soedjadi,
. . . ." /(Jakarta: Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional, 1990), hlm. 13
15
" . ; " 0 " ; " 0 " " ; " 0
19 Teori metakognitif ini merekomendasikan agar guru mengakui
keragaman kompetensi yang dimiliki setiap individu. Dengan
demikian peserta didik hendaknya diberikan kemerdekaan untuk
memahami pembelajaran sesuai kompetensinya masing*masing yang
cenderung bervariasi.
b. Teori L. Cronbach dan R. Snow
Konsep $ . 0 0 " (ATI) menurut
Cronbach dan Snow bahwa beberapa strategi instruksional berefek dan
berfungsi berbeda*beda pada setiap individu tergantung pada
kemampuan*kemampuan khusus dari individu tersebut. ATI
menyarankan bahwa hasil pembelajaran yang optimal dapat terjadi
apabila metode pengajarannya sesuai dan cocok dengan kemampuan
. dari si anak (individu yang belajar). Hal ini merupakan
kerangka acuan bagi strategi pengajaran yang menggunakan
pendekatan individu.16
c. Teori Spiro, P. Feltovitch dan R. Coulson
Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki fleksibilitas
kognitif, yaitu kemampuan untu menyusun pengetahuan yang
dimilikinya ke dalam berbagai hal yang dilakukan pada proses
adaptasi serta merupakan reaksi dari situasi*situasi yang menuntutnya
untuk berubah. Aplikasi teori ini banyak digunakan di dalam metode
pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada “cara
pemberian/mempresentasikan” konsep dan informasi dari berbagai
16
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., < ,
20 sudut pandang untuk memberikan pemahaman yang baik dalam proses
belajar.17
d. Teori Multiple Inteligences Howard Gardner
Teori ini menjelaskan adanya delapan tipe kecerdasan manusia
yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih strategi
pembelajaran yang tepat. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar
peserta didik, yang memahami apa yang peserta didik mau, dan
memanusiakan manusi.18 Relevansi teori multiple intelligences dengan
pembelajaran matematika adalah penyajian konsep*konsep matematika
akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter (tipikal) masing*
masing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan.
#
atau yang sering dikatakan dengan sistem
kecerdasan majemuk ditemukan pertama kali oleh Howard Gardner, psikolog
dari Harvard University. Gardner menyatakan bahwa, kecerdasan seseorang
dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu kecerdasan linguistik,
kecerdasan logika*matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual*spasial, kecerdasan
kinestetik dan kecerdasan naturalis.19
Teori bertujuan untuk mentransformasikan
sekolah kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap peserta didik dengan
berbagai macam pola pikirnya yang unik. Metode tersebut mendeteksi gaya
belajar peserta didik, yang memahami apa yang mereka mau dan
17
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., < ,
$ " , . . , hlm. 15
18 Munif Chatif,
" # , (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII hlm. 10.
19 Adi Gunawan,
21 memanusiakan manusia. Penjelasan lebih lanjut Setidaknya ada 8 macam
kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner, yaitu:20
1) Kecerdasan Linguistik
Kecerdaran ini mencakup ranah kemampuan seseorang dalam
mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan,
mengembangkan argumen, atau mengungkapkan ekspresi.
2) Kecerdasan Logis*Matematis
Kemampuan untuk menggunakan angka*angka untuk menghitung dan
mendeskripsikan sesuatu dengan konsep matematis, menganalisa
berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari*hari, serta menelaah berbagai permasalahan secara
ilmiah.
3) Kecerdasan Musikal
Kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musical,
merespon terhadap music, menggunakan music sebagai sarana
berkomunikasi, atau menginterpretasikan bentuk dan ide musical.
4) Kecerdasan Spasial
Kemamapuan untuk mengenali pola ruang secara akurat,
menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menerjemahkan pola
ruang secara tepat.
5) Kecerdasan Kinestetik
Kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuh
untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk
mengkonsolidasikan orang lain, dan menggunakannya untuk
menciptakan bentuk ekspresi baru.
20 ****************,
2 #= $ .
22 6) Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan untuk menilai kekuata kelemahan, bakat, ketertarikan diri
sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun
dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan ke
dalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan
menggunakannya untuk mengekspresikan pandangan pribadi.
7) Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati
kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai
jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intense, hasrat,
dan motivasi orang lain.
8) Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali, mengelompokkan dan menggambarkan
berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya.
Temuan terakhir terkait konsep oleh Gardner
adalah munculnya kecerdasan eksistensial. Intelgensi ini menyangkut
kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan*persoalan
terdalam mengenai eksistensi manusia. Pertanyaan*pertanyaan yang sering
muncul kaitannya dengan kecerdasan ini adalah mengapa aku ada, mengapa
aku mati, apa makna hidup, bagaimana manusia sampai pada tujuan hidup.21
Beberapa poin penting dalam teori kecerdasan berganda Gardner yaitu
sebagai berikut:22
1) Setiap orang memiliki tiap*tiap tipe kecerdasan tersebut
2) Kebanyakan orang bisa mengembangkan tiap kecerdasan itu sampai
pada tingkat kompetensi yang mencukupi
21 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,
" . , (Jogjakarta: Ar*ruzz
Media, 2010), Cet. IV, hlm. 152.
22 Diane Ronis,
23
3) Kecerdasan biasanya bekerja bersama dengan cara yang rumit
4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Beberapa poin penting yang termuat dalam pembelajaran berbasis
# tersebut menunjukkan bahwa strategi ini
mengedepankan prinsip*prinsip . " 4 Pendidikan harus
memanusiakan manusia, artinya proses pendidikan harus memperhatikan
keragaman potensi setiap individu.
Haggerty (sebagaimana dikutib oleh Baharudin) mengungkapkan ada
beberapa prinsip untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda, yaitu:23
1) Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak boleh
terpaku hanya pada satu jenis kemampuan saja, sebab satu jenis
kemampuan saja tidak cukup untuk menjawab persoalan*persoalan
manusia secara menyeluruh.
2) Pendidikan harusnya individual. Setiap karakteristik yang dimiliki
peserta didik mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Mengajar
hanya dengan materi, cara, dan waktu yang sama bagi peserta didik
yang memiliki kemampuan tertentu, jelas tidak menguntungkan bagi
siswa lain. Pada setiap proses pembelajaran guru harus memperhatikan
perbedaan yang dimiliki setiap peserta didik.
3) Pendidikan harus dapat memotivasi peserta didik untuk menentukan
tujuan dan program belajar. Proses pembelajaran yang baik adalah
memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan cara
belajar sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peserta
didik juga diberi kebebasan untuk mengevaluasi hasil belajarnya.
23 Diane Ronis,
24 $
Strategi pembelajaran berbasis # *
merupakan sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori
4 Pelopor penerapan teori ke dalam
lembaga pendidikan diantaranya adalah Thomas Amstrong, Diane Ronis
melalui kelas*kelas di Super Camp, California. Sedangkan di Indonesia,
penerapannya dipelopori oleh Munif Chatib, seorang konsultan pendidikan
yang pernah mengkaji di Havard University.
" % & % " '
Sebagai sebuah strategi, # memliki
beragam bentuk metodologi pembelajaran. Munif Chatib dalam bukunya
“Gurunya Manusia”, menyebutkan beberapa contoh metodologi strategi
pembelajaran berbasis # , diantaranya:24
1) Strategi Diskusi
Aktivitas :
Peserta didik diminta mendiskusikan topik/tema tetentu sesuai
dengan indikator yang diharapkan.
$ " : Linguistik dan Intrapersonal
2) Strategi $ " ?
Aktivitas :
Peserta didik diminta untuk membuat hipotesis terhadap materi
terlebih dahulu. Kemudian hipotesis itu dibukktikan dengan
pengumpulan data lapangan, analis, dan berakhir dengan
kesimpulan.
$ " : Matematis*Logis Dan Naturalis
24 Munif Chatib,
25 3) Strategi Analogi
Aktivitas :
Pemahaman konsep dengan membuat persamaan suatu bentuk
dengan bentuk lainnya, yang menunjukkan adanya hubungan di
antara keduanya.
$ " : Matematis*Logis, Spasial*
Visual, Naturalis
4) Strategi Sosiodrama
Aktivitas :
Peserta didik diminta membuat parodi pendek (yang berkaitan
dengan indikator) dan mempraktekannya.
$ " : Linguistik, Kinestetik,
Interpersonal
5) Strategi @ 2
Aktivitas :
Peserta didik bersama guru melakukan kunjunga ke suatu tempat
(fasilitas publik) atau lingkungan tertentu dengan melakukan
pelayanan informasi kepada tempat tersebut.
$ " : Naturalis, Lingustik dan
Intrapersonal
6) Strategi "@ 2
Aktivitas :
Guru bersama peserta didik mengaitkan konsep pembelajaran
dengan tayangan film.
$ " : Spasial*Visual
7) Strategi $ . 2
Aktivitas : Guru bersama peserta didik mencoba mengaitkan
konsep pelajaran dengan manfaatnya untuk kebutuhan sehari*hari.
26 Dalam memilih masing*masing metodologi pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kerangka " dan topik atau materi yang akan
dibahas.
(& (
Dalam bukunya “Sekolahnya Manusia” dan “Gurunya Manusia”,
Menurut Munif Chatib, secara tidak langsung telah menjelaskan langkah*
langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis # :
1) Tahap Perencanaan
a) Melakukan ? (MIR)
? (MIR) adalah instrumen
yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan
kecerdasan seseorang.25 Dari hasil analisis MIR ini, kemudian akan
dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar
ini yang akan dijadikan pedoman guru dalam merencanakan proses
pembelajarannya. Pelaksanaan MIR biasanya ditaruh diawal tahun
(sebelum kegiatan belajar*mengajar dimulai) sebagai bahan
penyusunan " 4
Permasalahan yang muncul dalam melakukan MIR adalah
tidak adanya instrumen baku untuk mengukur kepingan*kepingan
seseoarang. Penyusunan instrumen MIR yang
telah berjalan selama ini biasanya dilakukan oleh tim MIR yang
terdiri dari guru dan konsultan pendidikan yang melibatkan pakar
psikologi. Dalam pembuatan instrument MIR, tim ini dapat
25 Munif Chatib,
27 mengacu pada perilaku*perilaku yang relevan dengan masing*
masing tipe kecerdasan.
Diane Ronis memberikan beberapa contoh aktivitas yang bisa
dilakukan guru/sekolah dalam menyusun MIR dan menerapkan pembelajaran
berbasis # .
Petunjuk untuk delapan tipe kecerdasan: Petunjuk cepat Ronis26
) % '
* ( +
, (
Linguistik a. Memberikan
Perilaku yang
Spasial a. Menciptakan
gambar bayangan
28 c. Tampil secara atletis
a. Menari
Musikal a. Memainkan alat
music
Interpersonal a. Menunjukkan kepekaan terhadap
Intrapersonal a. Membedakan antara emosi yang serupa seperti rasa marah dengan frustasi b. Mengenali motif di
balik perilaku
Naturalis a. Membedakan antara
29
Setiap guru yang menginginkan proses pembelajarannya berjalan
sistematis dan berhasil hendaknya menyusun perencanaan
pembelajaran atau " 4 Dalam penyususunan "
menurut Munif Chatib, setidaknya mengandung beberapa unsur
berikut:27
(1) 1 . atau pembuka terdiri dari identitas dan silabus
(2) >" (isi) terdiri dari:
(3) +"" atau penutup, terdiri dari rubric penilaian dan komentar
oleh guru. Komentar oleh guru bisa berupa masalah, ide baru,
dan momen spesial.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
(1) Rombongan belajar
30 Dalam pembelajaran berbasis multiple inteligences disyarankan
agar jumlah siswa dalam tiap rombongan belajar tidak lebih
dari 30 peserta didik.28 Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Disamping itu, model pengelompokan kelas idealnya secara
homogen. Peserta didik yang memiliki kecenderungan
kecerdasan tertinggi yang sama dikelompokkan ke dalam satu
kelas. Hal ini untuk membantu guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang paling efektif untuk peserta didik. Namun
karena alasan keterbatasan ruang kelas, sekolah menggunakan
model pengelompokan heterogen. Satu kelas terdiri atas
beberapa kelompok anak dengan kecerdasan tertinggi yang
berbeda*beda.
(2) Beban Kerja Guru
Sebagaimana dalam Permendiknas No. 41 tentang standar
proses pembelajaran telah disebutkan bahwa beban kerja guru
minimal adalah 24 jam tatap muka. Adapun dalam penerapan
# , disamping kegiatan tatap guru
juga harus melakukan konsultasi " di luar jam
mengajar.29 Kegiatan pengembangan diri ini biasanya
dilaksanakan setelah kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) selesai dengan seorang konsultan pendidikan.
(3) Buku Teks Pelajaran
Pemilihan buku teks pelajaran sebagaimana pada sekolah lain
umumnya sesuai hasil musyawarah guru dengan pengelola
pendidikan lainnya. Untuk membantu pemahaman peserta
28 Munif Chatif,
" # , hlm. 10
31 didik, sekolah dapat menyediakan beberapa jenis buku teks
pelajaran.
(4) Pengelolaan Kelas
Dalam pengelolaan kelas pembelajaran berbasis
# dapat dibedakan menjadi dua:
(a) Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama
dikelompokkan menjadi satu. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah guru dalam memilih gaya mengajar yang
sesuai dengan peserta didik yang cenderung homogen dari
segi gaya belajarnya.
(b) Kelas dibiarkan heterogen, dan guru cenderung memakai
gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar mayoritas
peserta didik. Dalam konsep ini sekolah juga harus
menyediakan guru pendamping untuk membantu peserta
didik yang masih tertinggal.
Meski demikian, pada dasarnya pengelolaan kelas sepenuhnya
menjadi tanggungjawab guru ketika melakukan pembelajaran.
Hal tersebut karena pengelolaan kelas disesuaikan dengan
metode masing*masing guru. Hal terpenting dalam pengelolaan
kelas berbasis # adalah tidak
mengelompokkan kelas berdasarkan peringkat atau nilai. Hal
ini untuk meghindari munculnya stigma negatif terhadap anak*
anak yang secara akademik sedikit tertinggal.
b) Pelaksanaan Pembelajaran
32 Pada kegiatan pendahuluan atau apersepsi pembelajaran
berbasis # / setidaknya beberapa
langkah yang harus dilakukan guru:
(a)
merupakan tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengantarkan peserta didik memasuki -"
. Tindakan yang dilakukan dapat berupa permainan
singkat yang melibatkan semua peserta didik dalam satu
kelas.
(b)
atau pemanasan adalah mengulang kembali materi
# sebelumnya diajarkan oleh guru.
(c) *
0 adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum
kegiatan inti pembelajaran, yang berupa pengarahan
tentang tatacara menggunakan peralatan, alur diskusi, atau
prosedur yang harus dilakukan siswa sebelum berkunjung
ke suatu tempat.
(d)
adalah aktivitas yang paling dekat dengan
strategi pembelajaran dengan maksud untuk membangun
konsep awal pembelajaran. Contoh seperti
yang dipaparkan Bobbi De Porter dalam bukunya Quantum
Teaching, adalah AMBAK, berarti Apa Manfaatnya
Bagiku. Pada tahap ini guru mulai mencoba
mengkontekstualkan materi yang akan disampaikan
33
(e) .
. merupakan perangkat*perangkat pendukung
yang dipakai guru dalam memilih model atau strategi
pembelajaran. Fungsi utamanya sebagai alat peraga
pembelajaran.
(2) Kegiatan Inti
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007,
secara garis besar kegiatan inti mencakup tiga aspek:
(a) Eksplorasi
Pada tahap ini guru beserta peserta didik mencoba
mengkontekstualkan materi yang akan dipelajari dengan
permasalahan disekitarnya atau mengkaitkan dengan materi
yang lain. Dalam pembelajaran berbasis
# , tahapan eksplorasi melekat pada tahap 4
(b) Elaborasi
Elaborasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta didik
secara penuh dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat berupa diskusi,
mencatat, atau melakukan tugas lain. Tahapan ini dalam
pembelajaran bebrbasis # yang
disebut sebagai prosedur aktivitas.
(c) Konfirmasi
Pada tahap ini guru melakukan umpan balik dari hasil
eksplorasi dan elaborasi.
(3) Kegiatan penutup
Pada tahap ini guru bersama murid melakukan review terhadap
hasil pembelajaran.
34
Dalam pembelajaran berbasis # ,
menggunakan metode penilaian autentik yang sangat berkaitan dengan
aktivitas pembelajaran. Dengan demikian penilaian dilakukan pada
proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran. Penilaian
autentik dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari peserta didik meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Ketiga ranah tersebut secara administratif direkam dalam
sebuah portofolio.30
4) Tahap Pengawasan
Pengawasan dilakukan sejak perencanaan pembelajaran, saat guru
menyusun " 4 Pada tahap ini guru melakukan konsultasi atas
" yang telah dibuatnya dengan pakar atau konsultan yang
dipilih oleh sekolah. Kemudian saat pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, guru juga harus bersedia diamati. Hal ini sebagai bagian dari
supervisi pendidikan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam sekolah yang berbasis
# sudah selayaknya memiliki konsultan yang
menjadi bagian dari tim pengawas bersama kepala sekolah dan
organisasi keguruan.
Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran berbasis
# harus bersifat . .4 Artinya proses
pembelajaran harus berorientasi pada kompetensi dasar dan aktivitas peserta
didik. Oleh karena itu bentuk strategi pembelajaran berbasis
# beragam dan sarat dengan pembelajaran @
maupun "" @ 4
30 Munif Chatib,
35
!
" #
! $
%
! !
& '
%
# ' () & $* * ( +
$
36
0
1
)22 )222
"2 2 3 4 !" 5
$ 6
7 8
- ! $* $* $ 9
!
'
: "2 2;
$ : 9 : "2 2;
< 3 )22 )222;
= % )22 )222
!
!
9 !
!
! "2 2 3 4 !" 5 %
!
!
37
! "
#
% !
<
>
7
$ " !" " %&
!
8 = !
!
!
8
0
'
-
-2
<
38
=
$ ! "
'
2 6
'
! !
+
?
0
0 2 "2 2 3 @ %
2 !
! %
!
"2 2 3 @ %
2 !
7
! !
=
<*/
+
& , ' A (
$**$ $<?
?
" A ' 2(
39
/
!
! %
2
! ! "2 2 3 @ %
7
!
8 = !
! &
% !
!
%
0 !
B
! !
0
& #
0
/
8 ! 2 # ' # .B.
?
B
40
.
&
! 0
!
& !
8
&
7
$ & 1
>
! #
' *
! A %
:
0 0
& (
.
<<=
*
41
!
! !
!" !
% !
!
) ! * ' !
1 !
:
!
0
1 0
'
G. ! % & '
9! : !
! !
! 8
% A %
(
% %
42
! 9! '
!
!
& !
'
%
!
%
! !
11
=* 0=*$
% 2
%
7
Penarikan Kesimpulan
(uji keabsahan data)
43
!" "# $" %"#
!"#$$ %! &'#$! %# #
( )* + +
% ! ,
!*# '! -!$&&. / $&&.
0 1
/#
0 1
( 2 3
1 4
5 5 , # 0
4
2 36
2 36
2 ( ( 36
2 4 5 36
2 ( 36
! " 2 ( 36
3 " 2 ( 36
3 2 3#
7 8 # 9
44
& '" ( ") %"#&
8 # 9 ; ;
/ # .< 5 ; 4
= # >
1
# / 8 # 9
" ? =# =
; ; /
=
* " %
+? 1
@4 1
+
# ( 5 A A
5
$# 5 A
4
%# ( 1
( A
'# ( A
4
$
7 8 # 9
' : $& #
%
7 8 # 9
45
KAUR HUMAS KAUR SARPRAS KAUR
46
/ " "" " '"
( 8 # 9
( '$ # 0 ,
( # ?
( A 5
4 ( 2 3 #
( ( $& !$& $ (
'& # 0 5 - .
- ' , <
( # B % .
( #
" % % ' "
8 #
9 (
# "
( 2 3# 0
" C 1 0 1
# 0
5 1 (
4 ( #
0 1 5 (
8 # 9
# 5 ( 1
( : ( #
47
0" "" / %"!" "
1 1 4 5
(
( # 1 5 (
5
( 1 1
: ( # 0 (
#<
5 (
, #
( ) 5 1 = 2 31
2 3 ) 5 (
2) 3# 7 ( 4 5 (
' = $&&.1 #
0 1 (
(
2 )3# )
! 2 D3
5 5 # 7 D
( A A #
5 5 ,
5 ( 1
# ! 2 D3
<
7 : 4 " C 1 1 $% :
48
D A
2 3# ) (
A 5
# 0 5 5 1
5 , 1 5 1 5
1 5 1 5 : , 1
5 5 #
=
1
D # " (
1 1
# 1 : 1
: 4 #
, ( ,
,
#
D
# 7 D
A # 1 D (
5 ( # / ,
5 5
# 0 (
5 # $ 1 D 5
( A A #
5 5
49
( 1
( ( #.
0 1 8 # 5 9
< ( - - 1
B . ( # 2(
3 $
# 7
5
5 D# D
A 1 %
5 5
#
# = 2 3
, 1
4 ( #
# ) 5
( # 0
1
( #
5
1 #
.
7 : 4 " C @1 " 8
# 9 ' : $& #
7 D : ,$' : $&
7 : 4 " C - E 1 1 $$
50 =
# 2
# % 3
5# 2 3
5
5 #
( = #
1 1 1 ( (
1 1 5
# &
(
#
=
# 0 1
( ( 1
' ( ( < ( (
# 7 ( (
? / = 4 ,
( ( # 2" # % &
' 3
( (
( 1 ? /
# 7
# 0
1
&
7 : 4 " C @1 " # 1 '
51
"( # ?
(
( , #
# (
( ( 4 (
( # (
( ( ) 5
( 2) 3#
0 5
,
3
3 A (
53 (
3 4
3 2= 1 ?
1 E 3
A3 ( #
? ( 1
( 4
, # 2" ' % 3
# ) 5 ( 2) 3
)
52
) 5 ( ,
3 A
5 (
3 (
53 (
3 5 1 A1 A A
#
) 1
) # 0
1
(
# ) 1
5 , 2" %
(
#
1 1 ? 1 1 1 = #
$#
; 1 1 1 0 1 7
? ( 1 7 ? ( 1 / F
%# / :
) 1 * / : ( 1
1 / : 1
'#
= 1 = ? 1 =
1 =
7 : 4 " C @1 " 1 :
53
) 5 (
? ( ( 2 ? 3
4 # 1
4 4 ,
1
( #
) 5 (
1
1 0 #
7 ( 4 (
( ,
#
& %" " "" / %"!" "
/ : (
8 # 91 5
1 1
#
# 2/ 3
0 (
1 :
3 % + )
( %
( ) , 7
( A
# / :
54
! , # $ 1
5 (
#
/ %
( # % 7 (
( #
$3
-, (
# (
( # '
5 1
# 7
A 1
# 0 1
1
#
.
(
# 1
, #
$
D : ( - ?1 $$ : $& #
%
D : ( - G1 $% : $& #
'
D : ( - /1 - ?1 - G $' :
55 (
#
'3 #
( 4 ( #
/ : 5
# 7
( # <
0 5
( #
( (
( # 0
*
5 #
? 1 1
A
# . 7
# ,
5
#
#
3 *
D : ( - ? - / $' : $& #
<
D : ( - /# 1
= 1 ? : 2 1 ? 1 3#
.
7 : 4 " C @1 (
56
(
1
: # 7
( 1 :
( ( # 0
1
( # 7
: #
$3 * 2 / : 3
* A A
( 1 (
: # 7
4 ( ! #
( 1
# (
1 5
! % #
(
1 1 1 #
$
1
: ( # 0 1
->E0
7 : 4 " C - E 1 - 1
57
( # 7 ( A
( 5 A1 : A
#
%3 A
= A /
2 3#
( 1
# 1
( #
? #$& 1
1
#
5#
( 1
( #
( 1 : ( 1
5 #
* 1"% " / %"!" "
( 1
: ( # *: (
8 # 9
D : - /,- G #
$&
58
: , 1
5 $
# *: 7 (
*: (
? ( ( A
5 ( #
(
# (
( #
A1 A A1 #$$
3 A
/ A 5
# =
( 4 ,( 4
# " A
#
$3 /A A
/ A A 5
, #
0 ( 1
, 5
# / 1 ,
$
7 : 4 " C / 1 1 ' :
$& $$
7 : 4 " C 1 1 $% :
59 5
( 4 # A1
A A
2 &, & &, &&3#
%3
A A A
( 1
# ? 1 1
?
# ?
A 2/1 ?1 E1 03#
0 (
# ( 8 #
91 (
, 2
# % ( 3# 7
5 ( A 5
#
4
# / 4
! 1
( #
( " C 1 4
(
60
1 ( # D
,
#$%
0 1
( #
, A ? 1
( 1 #
"( = 2"= 31 "(
/ 2"/ 31 "( 2" 3
(
#
7 (
1 (
) 2 )3 # 7
( 8 # 9# 0 4
, , ( A
1 A #
(
( ( #
0 1 ,
#
# *: (
: (
4 : ( # 7
( # :
$%
7 : 4 " C / 1 1 $% :
61
# " :
2 3# :
0 1
# 1
4 ( 0 #
: 4 A
2 ( 4 3#
/ 4
2" # % ! '
( 3
3 *: ( *:
( 1 1
) # 5 (
1
( #
$3 *: ( *:
(
( #
%3 *: ( *:
( !
#
2 /"#" "
A
( (
#
5 1 1 : 1
# 5
62
0 ( 1
(
8 # 9
"% 0" "" / %"!" "
5 ( A
( 1 ( 1
(
4 5 (
#$' 5 (
( # D
5 (
#
5
(
#
( A A
# 5
( # 0
( ( A A (
( #
" ( 1
2 3
2 )3! ! 2 D3#
D
= / 2= /3# 0 D1
A
# 0 1 !
$'
/ ( 1 ' 0 % $ 1 *
63
5 (
A A#
) 1 (
5 ( !
5 ( $
# ( (
# ( 4 5 5 (
5#
# E
# 5 5
A# 5 (
# ( 5 #
5 5 ( (
( 5 (
= $&&.# 5
( 1 1 1 ) # 0
1
#
0 1 A ,
(
( # 7
D 4 (
5 5 ( #
( ) ( 5 D1
( ( A A#
$
) 1 ' 0 1 + %