RENSTRA
PUSDIKLAT TEKNIS DAN FUNGSIONAL
`
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
Pemerintahan Republik Indonesia secara terus menerus melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan organisasi serta regulasi dalam usaha mewujudkan pengelolaan Aparatur Negara. Sejak diterbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), pembinaan aparatur telah ditempatkan kedalam sistem yang menempatkan bahwa setiap ASN harus memiliki kompetensi agar ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya, serta semakin baik memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu peran Lembaga Administrasi Negara dalam kebijakan dimaksud adalah melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN. Penegasan tersebut mengharuskan LAN untuk dapat berperan dan berkontribusi dalam kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan.
Kewenangan sebagaimana tersebut di atas, pada pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 ditegaskan bahwa fungsi LAN yaitu (a) mengembangkan standar kualitas pendidikan dan pelatihan ASN, (b) pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial ASN dan (c) penyelenggaraan dan pelatihan kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, (d) pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN dan (e) melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
Mencermati tugas dan fungsi tersebut, sangat jelas bahwa Lembaga Administrasi Negara mempunyai peran yang besar dalam pengembangan kompetensi pegawai ASN baik pembinaan maupun penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Dalam kaitan itu, kedudukan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional Lembaga Administrasi Negara sebagaimana tercantum pada pasal 110 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara adalah di bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur yang mempunyai tugas: “melaksanakan kebijakan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional dan pemberian bantuan teknis dan administratif kepada Pusat dan Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan fungsi pembinaan sekaligus penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, Pusat Diklat Teknis dan Fungsional memiliki jaringan kerja yang luas, terutama dengan lembaga-lembaga yang memiliki tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Kerjasama ini menyangkut antara lain perkonsultasian penyelenggaraan diklat, kerjasama dibidang teknis penyelenggaraan baik dalam implementasi kurikulum diklat teknis maupun aspek-aspek lain dalam upaya mendorong percepatan akreditasi lembaga diklat.
Selanjutnya, untuk mengantisipasi kebijakan pembinaan diklat aparatur sesuai dengan UU ASN, maka Pusat Diklat Teknis dan Fungsional berada pada garda terdepan dalam mewujudkan sistem yang memungkinkan ASN mampu mengembangkan kompetensi dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan nasional dan global. Diharapan Aparatur Sipil Negara yang telah mengikuti pelatihan mampu mengembangkan potensi dirinya untuk kemajuan dan optimalisasi peran aparatur dalam peningkatan kualitas pelayanan publik .
Dalam kurun waktu 2015 – 2017 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional telah melakukan pengembangan kompetensi kepada 1.846 Aparatur Sipil Negara dengan rincian sbb :
NO. TAHUN PELAKSANAAN JUMLAH
ALUMNI
KET
1. Tahun 2015 482 alumni
2. Tahun 2016 704 alumni
3. Tahun 2017 660 alumni
Jumlah 1.846 alumni
Berdasarkan arah dan capaian kinerja di atas, serta perubahan sasaran strategis dan perubahan indicator kinerja lembaga maka Pusat Diklat Teknis dan Fungsional perlu melakukan revisi, pembenahan dan perbaikan program kegiatan untuk 2 (dua) tahun ke depan melalui perencanaan strategis, yang sekaligus akan menjabarkan kebijakan Renstra 2015-2019 Kedeputian Pembinaan Diklat Aparatur Lembaga Administrasi Negara.
B. Dinamika Peran Pelatihan Teknis, Fungsional dan Sosial Kultural dalam tuntutan lingkungan global.
Harus diakui bahwa kebijakan pemerintah dalam membangun perekonomian di tingkat regional maupun global, tidak hanya sekedar menyiapkan aspek kebijakan politik dan ekonomi semata, melainkan juga bagaimana menyiapkan dukungan sumber daya manusia (SDM) agar bisa selaras dengan tuntutan perubahan tersebut. Dalam hal kebijakan sumber daya manusia aparatur, maka kemampuan yang sifatnya teknis operasional sekaligus kemampuan fungsional pada bidang profesi tertentu sudah harus disiapkan. Disisi lain, kesiapan lembaga/institusi penyelenggara pendidikan dan pelatihan juga harus menyiapkan diri agar setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan pelatihan harus memiliki kompetensi yang sama dalam mengelola dan menyelenggarakan diklat.
melaksanakan tugas jabatannya dengan dilandasi oleh kepribadian dan etika ASN, maka dalam waktu dekat ini aparatur yang profesional akan semakin mudah diwujudkan.
Selanjutnya, berdasarkan data jumlah PNS dalam jabatan-jabatan ASN sampai dengan tahun 2016 adalah 4.374.349 orang sebagaimana pada tabel 1 di bawah ini. Hal itu jelas memberikan gambaran tentang peta kekuatan ASN yang membutuhkan pengembangan kompetensi sehingga dapat diproyeksikan/diperkirakan berbagai jenis kompetensi manajerial, teknis, maupun sosial kultural.
Tabel 1
Jumlah PNS dalam Jabatan ASN
Jenis Kelamin
Jumlah Jabatan ASN berdasarkan perspektif jender
Jumlah Total JPT
Madya
JPT Pratama
Administra
tor Pengawas
Eselon V Jab Fung Tertentu
Jab Fung Umum
Pria 584 17,592 72.957 199.886 9.992 901.285 1.015.197 2.217.498
Wanita 128 2.724 19.495 105.901 4.538 1.383.578 640.492 2.156.856
Jumlah 712 20.316 92.452 305.787 2.284.863 2.284.863 1.655.6894 4.374.349
Sumber: BPS 2017 (diolah)
Data tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan pelatihan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan mulai diperhitungkan program pengembangan kompetensi teknis bagi ASN. Kebutuhan pengembangan kompetensi manajerial dan sosial kultural juga memerlukan perhatian yang besar mengingat kompetensi tersebut juga diperlukan bagi setiap jabatan yang ada meskipun dengan antar jabatan satu dengan lainnya berbeda-beda levelnya. Dalam kaitan itu, harus diakui bahwa banyak hal yang akan diperbaiki, misalnya dalam penentuan peserta untuk diikutsertakan pada kegiatan pelatihan, maka harus didasarkan analisa kebutuhan diklat, sehingga penetapan kegiatan pelatihan juga harus memperhitungkan tentang kebutuhan organisasi dalam upaya mewujudkan organisasi yang berkinerja tinggi.
siap mengantisipasi perubahan yang lebih mengedepankan peran teknologi informasi dalam mempercepat pelayanan Pelatihan.
Beberapa potensi yang dapat disiapkan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Rancangan Pelatihan (Teknis, Fungsional dan Sosial Kultural dan Indikator Keberhasilannya
No Rancangan Pelatihan Indikator Keberhasilan
(out comes) 1 Pelatihan yang diarahkan dan
dilaksanakan untuk mampu
merubah mindset bagi ASN,
misalnya diklat Revolusi Mental sesuai level jabatan
Pegawai ASN memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mampu mewujudkan perubahan mindset menuju pembangunan mentalitas yang baik.
2 Pelatihan yang terkait langsung dengan kemampuan teknis tertentu untuk mengarahkan agar pegawai ASN semakin terampil dalam
menguasai bidang pekerjaan
tertentu sesuai kebutuhan
perkembangan organisasi
Meningkatnya kemampuan teknis tertentu agar pegawai di dalam bekerja makin mengedepankan percepatan pelayanan.
3 Pelatihan yang memberikan
penguatan terhadap penguasaan profesi jabatan fungsional tertentu
Meningkatnya kemampuan pejabat fungsional dalam melakukan penguatan untuk mendorong profesionalitas jabatan.
4 Pelatihan yang diarahkan kepada peserta agar menguasai mata pelatihan tertentu seperti pada Pelatihan TOT
Meningkatnya kemampuan
substantif dalam belajar mengajar sesuai dengan agenda mata diklat yang diampu.
5 Pelatihan yang diarahkan kepada peserta dalam penguasaan teknis tertentu agar memiliki kemampuan teknis seperti kemampuan mengajar yang baik dan sebagainya.
Meningkatnya penguasaan dan kemampuan cara mengajar yang baik dan benar bagi Pejabat Struktural yang memberikan materi kediklatan.
6 Pelatihan yang dipersiapkan bagi penguatan kapasitas ASN terutama dalam peningkatan kualitas
penyelenggaraan pelatihan, seperti Pelatihan MOT, dan TOC; dan AKD
Mewujudkan kemampuan para Pengelola dan atau Penyelengga-ra Pelatihan dalam pemberian pelayanan pelatihan kepada stakeholders.
7 Pelatihan yang dipersiapkan bagi penguatan kapasitas kepemimpinan, yakni pelatihan kepemimpinan Reform Leader Academy (RLA), dan pelatihan Leader Effective Decision (LED).
Mewujudkan jiwa kepemimpinan yang memiliki semangat
C. Permasalahan Internal dan Eksternal
Dinamika organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak akan terlepas dari berbagai persoalan baik yang berasal dari faktor-faktor internal maupun eksternal. Namun demikian permasalahan tersebut harus dapat disikapi sebagai suatu dinamika yang mengharuskan untuk dapat diminimalisir, sehingga hasilnya adalah meskipun kapasitas internal terbatas namun mampu menjadi dorongan bagi penguatan diri untuk menguasai aspek eksternal tersebut untuk kemajuan organisasi itu sendiri.
Permasalahan internal yang keberadaannya dapat mengganggu dinamika organisasi mencapai tujuan (pelayanan kediklatan) antara lain berasal dari:
1.Nomenklatur Organisasi.
Sebagai jawaban diberlakukannya UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN maka sangat dimungkinkan terjadinya nomenklatur kelembagaan Pusat Diklat Teknis dan Fungsional, menjadi Pusat Pengembangan Kompetensi Teknis dan Sosil Kultural. Perubahan nomenklatur tersebut setidaknya memperhatikan bahwa di dalam Undang-undang tentang ASN, peningkatan kapasitas ASN antara lain dilakukan melalui “Pelatihan” tidak lagi digabungkan dengan sebutan “pendidikan”. Dengan demikian maka kegiatan pelatihan dimaksud akan diarahkan kepada penguasaan kompetensi teknis secara lebih luas, termasuk penguatan aspek sosial kultural dalam bidang tugas masing-masing pegawai ASN.
2.Dukungan SDM Aparatur Kediklatan
Sebagai pusat rujukan bagi instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam merencanakan penyelenggaraan pelatihan, khususnya diklat teknis dan fungsional, serta tuntutan Pusat Diklat Teknis dan Fungsional untuk menyelenggarakan kurang lebih 30 kegiatan diklat setiap tahunnya, dan keharusan melaksanakan kerjasama diklat dengan berbagai lembaga diklat, dukungan SDM saat ini sebanyak 39 orang yang terbagi ke dalam kualifikasi pendidikan, sebagai berikut:
Komposisi SDM
Sumber: Data SDM Aparatur Pusdiklat T F, 2018 (diolah)
Untuk terselenggaranya suatu kegiatan pelatihan, tidak akan terlepas dari keberadaan tenaga kediklatan yang turut membantu optimalisasi penyelenggaraan diklat, antara lain Jabatan Fungsional Widyaiswara (WI). Jabatan WI di LAN terbagi ke dalam pembagian penempatan, yakni WI yang ditempatkan di Pusat Diklat Kepemimpinan Aparatur Nasional (Pusat KAN), dan WI yang ditempatkan pada Pusat Diklat Teknis dan Fungsional.
Adapun jumlah Jabatan Fungsional Widyaiswara yang berada di Pusat Diklat Teknis dan Fungsional saat ini (15 orang) adalah sebagai berikut:
a. WI dengan kualifikasi Pendidikan S2 = 14 orang b. WI dengan kualifikasi Pendidikan S1 = 1 orang
3.Sarana dan Prasarana Kediklatan
Keterbatasan sarana dan prasarana kediklatan menjadi permasalahan tersendiri, mengingat kewenangan pengelolaan kebutuhan sarana/prasarana pelatihan tidak dikelola secara mandiri oleh Kedeputian Diklat Aparatur, melainkan masih menjadi urusan Sekretariat LAN. Belum dimilikinya ruangan kelas bagi pelatihan teknis, serta lokasi penyelenggaraan pelatihan yang berada di Lantai 3 Gedung Makarti hanya satu kelas, ternyata menyulitkan para peserta, maupun penyelenggara karena ketika kelas dibagi tiga kelompok, penyelenggara maupun peserta menjadi terpecah dan terpisah lain lokasi hal ini kurang efektif dari segi pelayanan penyelenggaraan pelatihan.
Selanjutnya, dukungan sarana diklat yang terbatas tidak menyurutkan niat dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Namun demikian, keterbatasan sarana/prasana tersebut harus dapat segera disesuaikan dengan kebutuhan percepatan pelayanan pelatihan, sehingga Pusat Diklat Teknis dan Fungsional sebagai rujukan diklat secara nasional dapat dijadikan contoh bagi pengembangan diklat pegawai.
4.Kebutuhan Akreditasi Lembaga Diklat Pemerintah.
Diterbitkannya Peraturan Kepala LAN Nomor 25 Tahun 2015 tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Diklat Pemerintah, ditujukan untuk meningkatkan mutu, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian maka akreditasi lembaga diklat dimaksud adalah upaya penilaian kelayakan lembaga Pelatihan dalam menyelenggarakan pelatihan prajabatan, pelatihan kepemimpinan, pelatihan teknis, dan pelatihan fungsional, dan pelatihan sosial kultural yang kemudian akan ditetapkan dalam surat Keputusan dan Sertifikat Akreditasi oleh instansi pembina, yakni LAN.
dalam penyelenggaraan diklat sebagaimana dimaksud pada Peraturan Kepala LAN Nomor 25 Tahun 2015.
Permasalahan tersebut tentu manjadi perhatian tersendiri mengingat keterbatasan SDM yang tersedia, tetapi harus tetap menjunjung komitmen yang tinggi untuk memberikan pelayanan bagi seluruh instansi yang akan meningkatkan kapasitas melalui akreditasi kelembagaan diklat. Oleh karena itu Pusdiklat Teknis dan Fungsional siap memberikan upaya terbaik dalam rangka mewujudkan pelayanan kediklatan secara optimal.
Sementara itu permasalahan eksternal yang dihadapi oleh Pusdiklat TF antara lain:
1.Perubahan kebijakan pengembangan ASN
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merubah pola pengembangan kompetensi Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari kompetensi teknis, kompetensi manajerial dan kompetensi social kultural. Hal ini berdampak pada arah dan model pelatihan yang direncanakan oleh Pusdiklat Teknis dan Fungsional.
2.Perubahan penganggaran pengembangan kompetensi Pegawai Negeri Sipil diinstansi Pusat dan Daerah.
Terjadinya pemotongan anggaran yang seharusnya digunakan untuk kegiatan pengembangan kompetensi menjadi kegiatan lainnya.
3.Perubahan lingkungan global
BAB II
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
A. Visi
Dengan mengacu kepada Visi Lembaga Administrasi Negara dan Visi Kedeputian Diklat Aparatur, yakni “Menjadi Rujukan Kualitas dalam Pengembangan Kompetensi ASN”, maka Visi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional adalah:
“Sebagai Pusat Unggulan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Teknis, Fungsional dan Sosial Kultural Pegawai ASN”
Visi tersebut dimaksudkan sebagai suatu perwujudan kondisi yang diinginkan dalam kurun 5 tahun kedepan bahwa Pusat Diklat Teknis dan Fungsional LAN adalah “kiblat” dari seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dalam menyediakan dan mempersiapkan manusia-manusia (aparatur) unggul yang tidak saja profesional dibidangnya, tetapi juga dilandasi oleh kemampuan mentalitas yang baik, memiliki integritas, etos kerja yang tinggi, serta kemampuan berkolaborasi (kerjasama) dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien (tata kelola pemerintahan yang baik). Hal ini sesuai dengan salah satu penjelasan rumusan Visi Kedeputian Diklat Aparatur yakni “upaya mengembangkan kompetensi teknis, manajerial dan sosial-kultural sesuai dengan kebutuhan jabatan”.
B. Misi
Adapun Misi yang hendak diwujudkan sebagai penjabaran Visi dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional,
dan sosial kultural dengan mengedepankan perubahan pola pikir dan pola tindak bagi alumni, untuk terwujudnya ASN yang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi organisasi dan masyarakat pada umumnya.
2. Mewujudkan pelayanan bagi kebutuhan organisasi dalam
menyiapkan penyelenggaraan pelatihan bagi ASN sesuai dengan kebutuhan perkembangan organisasi saat ini dan akan datang.
3. Mewujudkan kapasitas kepemimpinan aparatur dalam penguasaan
4. Mewujudkan peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pelatihan
yang semakin profesional dalam mengelola dan melayani peserta pelatihan.
5. Mewujudkan peningkatkan kapasitas ASN yang akan diangkat atau
ditempatkan ke dalam jabatan-jabatan fungsional tertentu.
6. Mewujudkan peningkatkan kapasitas dan kompetensi bagi Pemangku
Jabatan Fungsional tertentu agar semakin berkualitas.
C. Tujuan
Untuk melaksanakan visi dan misi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional, maka ditetapkan tujuan yang hendak dicapai adalah “terwujudnya penyelenggaraan pelatihan teknis dan fungsional yang berkualitas” melalui penjabaran sebagai berikut:
1.Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
2.Meningkatkan kualitas pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
3.Meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural, serta melakukan perkonsultasian, advokasi dan asistensi pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
4.Meningkatkan pengembangan sistem informasi penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural.
D. Sasaran Strategis
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Lembaga Administrasi Negara Tahun 2018-2019, sasaran strategis Pusdiklat Teknis dan Fungsional adalah “Terwujudnya penyelenggaraan pelatihan teknis dan fungsional yang berkualitas”. Pusdiklat Teknis dan Fungsional mengoperasionalkan sasaran strategis tersebut sebagai berikut :
1.Terwujudnya kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
2.Terwujudnya kualitas pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
4.Terwujudnya pengembangan sistem informasi penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural.
Selanjutnya, berdasarkan sasaran tersebut di atas, akan dicapai melalui indikator kinerja utama persentase peserta pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural yang mengalami peningkatan pengetahuan sesuai sasaran pelatihan. Untuk merealisasikan indikator kinerja utama tersebut dijabarkan melalui 4 (empat) indikator keberhasilan sebagai berikut :
Tabel 3
Sasaran dan Indikator Keberhasilan
Sasaran Indikator Keberhasilan Sasaran
Sasaran 1 Persentase penyelenggaraan pelatihan teknis,
fungsional dan social kultural yang berkualitas.
Sasaran 2 Persentase pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan social kultural yang berkualitas.
Sasaran 3 Persentase koordinasi penyelenggaraan pelatihan
teknis, fungsional dan sosial kultural yang efektif, melalui perkonsultasian, advokasi dan asistensi pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;
Sasaran 4 Persentase pengembangan sistem informasi
penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural.
D. Budaya Kerja Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
Sebagai lembaga pelatihan yang secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural, keberadaannya sangat strategis, sehingga upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan dan staf untuk dapat memberikan pelayanan kediklatan yang terbaik harus dijadikan sebagai momentum untuk secara terus menerus digelorakan melalui nilai-nilai budaya organisasi yang telah disepakati, yaitu Responsif, Akuntabel, Profesioinal, dan Integritas (RAPI). Secara garis besar nilai-nilai budaya organisasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Responsif
Akuntabel
• Mampu mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas yang dilaksanakan;
• Tidak melakukan kecurangan atau berusaha memanipulasi data dan informasi dalam melakukan pekerjaan dan selalu memberikan informasi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Profesional,
•Mengutamakan kepentingan dan tanggung jawab organisasi daripada kepentingan sendiri;
•Tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan;
•Dapat menerapkan ilmu dan kemampuan di dalam memberikan pelayanan kediklatan.
Integritas
•Berkarya dan berbakti untuk organisasi dengan penuh tanggung jawab;
•Memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pimpinan dan organisasi secara keseluruhan;
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur
Arah kebijakan Renstra LAN 2015-2019 yang telah ditetapkan dan menjadi acuan dalam menyusun Renstra Kedeputian Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Aparatur adalah mewujudkan Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme ASN. Hal ini sejalan dengan pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 ditegaskan bahwa fungsi LAN yaitu (a) mengembangkan standar kualitas pendidikan dan pelatihan ASN, (b) pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial ASN dan (c) penyelenggaraan dan pelatihan kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, (d) pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN dan (e) melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
Mencermati tugas dan fungsi tersebut, sangat jelas bahwa Lembaga Administrasi Negara mempunyai peran yang besar dalam pengembangan kompetensi pegawai ASN baik di bidang pembinaan maupun penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Dalam kaitan itu maka Kedeputian Bidang Diklat Aparatur yang akan berupaya seoptimal mungkin agar amanat UU ASN yang telah mengatur 3 (tiga) jenis kompetensi yang harus dikuasai oleh ASN, harus terwujud hasilnya dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut;
1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis;
2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpianan; dan 3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Dengan demikian maka arah kebijakan Kedeputian Bidang Diklat Aparatur dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut:
penyelenggaraan pelatihan, sehingga secara siginifikan kualifikasi akreditasi lembaga pelatohan meningkat dari tahun ketahun;
2. Mewujudkan penyelenggaraan pelatihan kepemimpinan yang semakin berkualitas dan berstandar internasional. Semakin mendorong perwujudan penerapan inovasi administrasi negara melalui Alumni diklatpim yang telah menyusun dan menetapkan proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun untuk kepentingan strategis nasional.
3. Meningkatkan kualitas kebijakan/pedoman kewidyaiswaraan sehingga dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kualitas dan kompetensi widyaiswara secara nasional untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan profesionalitas ASN.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan dalam pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi teknis dengan tema khusus, pengembangan kompetensi sosial kultural, penyelenggaraan pelatihan fungsional tertentu dalam pembinaan LAN;
5. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelatihan dan pasca pelatihan untuk mengetahui kemanfaatan yang optimal dalam implementasi capaian kinerja organisasi.
Selanjutnya, untuk mewujudkan arah kebijakan Kedeputian Bidang Diklat Aparatur diperlukan strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah dan kualitas kebijakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kompetensi dan kualitas ASN;
2. Peningkatan jumlah Lembaga Pelatihan yang memenuhi standar penyelenggaraan pelatihan (akreditasi lembaga diklat);
3. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan;
4. Peningkatan jumlah kualitas alumni pelatihan kepemimpinan yang mengimplementasikan inovasi hasil proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun strategis nasional;
5. Peningkatan kualitas dan pengembangan kebijakan kewidyaiswaraan; 6. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan dalam
pengembangan kompetensi tema khusus, pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi sosial kultural, pelatihan teknis, dan fungsional tertentu.
7. Peningkatan kualitas evaluasi dan monitoring kediklatan dan evaluasi alumni pasca pelatihan;
B. Arah dan Strategi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
Arah dan strategi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional sudah tentu akan mengacu kepada Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Pembinaan Diklat Aparatur, sebagai berikut:
Tabel 4
Arah Kebijakan Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
1
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional, dan sosial kultural;2
Mewujudkan kualitas pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural;3
Meningkatkan koordinasi kediklatan dengan lembaga pelatihan pemerintah baik dalam perkonsultasian, advokasi dan asistensi pelatihan.4
Mewujudkan pembangunan sistem informasi pelatihan baik pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural.Adapun arah Pusat Diklat Teknis dan Fungsional di atas akan mampu dicapai melalui strategi sebagai berikut:
Tabel 5
Strategi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
1
Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional, dan sosial kultural melalui penguatan kapasitas Tenaga Pengajar, dan pemanfaatan Tenaga Ahli Profesional untuk terselenggaranya suatu pelatihan yang berkualitas.2
Peningkatan kualitas pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural, melalui penyediaan kurikulum, bahan ajar, bahan tayang, test, dan material pelatihan lainnya yang utuh dan lengkap untuk setiap mata pelatihan3
Peningkatan koordinasi pelatihan dengan lembaga penyelenggara pelatihan pemerintah pusat dan daerah, melalui upaya perkonsultasian, advokasi dan asistensi pelatihan untuk mendorong percepatan lembaga penyelenggara pelatihan pemerintah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan.4
Mewujudkan kemudahan mendapatkan akses dan informasiC. Program Regulasi Lembaga Administrasi Negara, Kedeputian Bidang Diklat Aparatur dan Implikasinya Bagi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional.
Kebutuhan regulasi Lembaga Administrasi Negara pada hakekatnya mengacu kepada Isu-isu strategis nasional dari UU Nomor 5/2015 tentang Aparatur Sipil Negara yang membawa perubahan sangat signifikan terhadap pengaturan SDM. Misalnya dalam Jabatan bagi pegawai ASN yang terdiri atas jabatan pimpinan tinggi, jabatan admnistrasi, jabatan pengawas, jabatan pelaksana dan ketentuan mengenai P3K; Pengembangan kompetensi pegawai ASN dilakukan melalui jalur pendidikan dan pelatihan serta sekolah kader, dan bagaimana pengaturan mengenai widyaiswara, akreditasi lembaga Diklat, yang seluruhnya diwujudkan dalam mekanisme kerja yang melibatkan koordinasi dan kerjasama kediklatan baik dari internal organisasi LAN maupun stakeholders terkait.
Selanjutnya, isu-isu strategis nasional lainnya yakni diterbitkannya UU No. 30 Tahun 2014 tentang Admnistrasi Pemerintahan yang memberikan nuansa baru bahwa pejabat publik memiliki diskresi dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal yang dipandang strategis untuk terselenggaranya pelayanan publik yang lebih cepat dan akuntabel. Dalam hubungan itu sudah tentu dapat pula ditindaklanjuti pada level Perka LAN mengenai kewenangan pembentukan peraturan dan diskresi. Sedangkan dalam kaitannya terhadap regulasi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur yang akan dijadikan acuan oleh Pusat Diklat dan Teknis Fungsional adalah Peraturan Kepala LAN tentang Diklat Teknis dengan Tema Khusus, Diklat Strategis Nasional, dan Diklat
Teknis-Sosial Kultural. Regulasi tersebut akan dipersiapkan untuk
terwujudnya suatu kegiatan diklat yang mampu menampung kebutuhan-kebutuhan tema khusus seperti kegiatan diklat RLA, dan Diklat Teknis Strategis Nasional yang akan menampung kegiatan diklat berdasarkan kebutuhan nasional dalam peningkatan kapasitas ASN untuk mengantisipasi kebijakan dan pembinaan aparatur/organisasi publik, seperti pelatihan Penyusunan Renstra, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, SOP Administrasi Pemerintahan, serta Diklat Teknis Sosial Kultural yang mampu menyediakan kebutuhan aparatur sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan strategis, misalnya pelatihan bina damai, dan atau pelatihan Revolusi Mental bagi ASN, dan sebagainya.
Gambar 2: Skema Regulasi Pusdiklat Teknis & Fungsional
D. Kerangka Kelembagaan Pusat Diklat Teknis & Fungsional
Kelembagaan Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara (Berita Negara RI Tahun 2013 Nomor 1245), bahwa Pusat Diklat Teknis dan Fungsional terdiri dari:
1.Bagian Administrasi, terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan Sub Bagian Keuangan;
2.Bidang Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran; 3.Bidang Akademis dan Pembinaan Alumni; 4.Kelompok Jabatan Fungsional.
Pelatihan Teknis
Pelatihan Fungsional
Pelatihan Sosial Kultural
Perka LAN ttg Pedoman penyelenggaraan
pelatihan
Struktur Organisasi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional (Perka LAN No. 14 Tahun 2013)
Kepala Pusat
Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran
Kepala Bidang Akademis dan PembinaanAlumni
Kepala Bagian Administrasi
Kepala Sub Bagian Keuangan
Hal lain yang juga menjadi perhatian adalah nomenklatur “diklat” yang tidak lagi menyentuh aspek pendidikan, melainkan sudah langsung kepada lembaga yang berfungsi melatih ASN. Dengan demikian maka Pusat Diklat Teknis dan Fungsional dapat disesuaikan dengan kebutuhan perubahan nomenklatur sebagaimana diamanatkan dalam UU ASN, sehingga dapat berubah menjadi Pusat Pengembangan Kompetensi Teknis, Fungsional
dan Sosial Kultural ASN. Hal ini akan menginspirasi bahwa:
1.Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur dan Sosial Kultural adalah sebagai centre of exellent bagi peningkatan kapasitas aparatur dalam penguasaan kemampuan teknis manajerial dan sosial kultural, yang tidak saja bertanggung jawab dalam aspek penyelenggaraan pelatihan belaka, namun juga melakukan perkonsultasian bagaimana seharusnya suatu lembaga pelatihan dapat mengetahui kebutuhan yang tepat untuk mendorong percepatan kualitas dan kompetensi aparaturnya.
2.Untuk dapat meningkatkan kompetensi dan kapasitas ASN tidak selamanya dilakukan pelatihan melalui tatap muka. Pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ASN memperoleh pengkayaan informasi yang dikelola secara on-line yang dikenal dengan learing distance atau e-learning. Dalam hubungan itu maka akan dipersiapkan sumber daya dan prasarana/sarana lainnya serta regulasi yang diperlukan, agar tujuan peningkatan kompetensi dan kapasitas ASN sesuai amanat UU ASN dapat terpenuhi.
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
1. Target Kinerja
Target Kinerja Pusat Diklat Teknis dan Fungsional pada hakekatnya adalah target kinerja indikator utama yaitu persentase peserta pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural yang mengalami peningkatan pengetahuan sesuai sasaran pelatihan.
Kegiatan di lingkungan Pusat Diklat Teknis dan Fungsional sesuai dengan kerangka pencapaian visi, misi LAN maupun Kedeputian Pembinaan Diklat Aparatur, selama 5 tahun ke depan (2015-2019), sekaligus dalam kerangka pencapaian visi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional yakni “Sebagai Pusat Unggulan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Teknis, Fungsional dan Sosial Kultural Pegawai ASN” maka untuk menyelaraskan pencapaian indikator output adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Kegiatan pada Pusdiklat Teknis dan Fungsional
No Kegiatan Indikator Output
1. Pelatihan seleksi Calon
3. Pelatihan Pelayanan Publik Jumlah alumni Pelatihan
Pelayanan publik yg Kebijakan yang meningkat kompetensinya 10. Pelatihan Kewidyaiswaraan Jumlah alumni Pel
Kewidyaiswaraan berjenjang
Berjenjang (Muda, Madya, Utama)
yg meningkat kompetensinya
11. Pelatihan Berjenjang Analisis Kebijakan
Jumlah alumni Pel
berjenjang Analis kebijakan yg meningkat kompetensinya
13 Pelatihan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Pelatihan Renstra dan LKIP, Pelatihan Leader
Indikator capaian output tersebut di atas selanjutnya untuk cara pengukuran dilakukan melalui uji awal dan akhir (pre-test and post-test) pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural. Nilai yang dicantumkan adalah persentase peserta yang mengalami kenaikan tingkat pengetahuan pada uji di akhir pelatihan. Untuk pelatihan yang memiliki standar kelulusan indikator diukur memlalui persentase peserta yang lulus dibandingkan total peserta pelatihan.
Untuk menggambarkan capaian peserta yang meningkat kompetensinya dalam kegiatan pelatihan setiap tahunnya pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2
Analisis Kebijakan Pel Analis
Kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk mencapai sasaran strategis dalam kurun waktu 2015-2019 sebagaimana tertuang dalam matriks pendanaan sebagai berikut:
Tabel 3
Matriks Pendanaan Kegiatan Pusdiklat Teknis dan Fungsional 2015-2019 (Dalam ribuan Rupiah)
No Kegiatan
Alokasi Anggaran (dalam juta Rupiah)
TOTAL
193,290 171,721 104,540 243,500 225,000 938,051
5 Pelatihan TOT
489,030 378,785 509,050 132,600 132,600 1,642,065
11 Pelatihan
700,000 250,147 631,280 380,000 295,800 2,257,227
BAB V
PENUTUP
Renstra Pusat Diklat Teknis dan Fungsional LAN 2015-2019 disusun sebagai acuan dan pedoman bagi kegiatan untuk 5 (lima) tahun kedepan. Visi, misi, tujuan dan sasaran akan dicapai dengan memperhatikan visi LAN dan visi Kedeputian Bidang Pembinaan Diklat Aparatur untuk mengejar pencapaian target dengan indikator output.
Renstra Pusat Diklat Teknis dan Fungsional memuat 4 (empat) sasaran strategis, yakni (1) Terwujudnya kualitas penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural; (2) Terwujudnya kualitas pembelajaran pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural; (3) Terwujudnya koordinasi penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural, melalui perkonsultasian, advokasi dan asistensi pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural; (4) Terwujudnya pengembangan sistem informasi penyelenggaraan pelatihan teknis, fungsional dan sosial kultural.
Selanjutnya, sesuai dengan tugas dan fungsi Pusat Diklat Teknis dan Fungsional, maka akan berupaya untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan kompetensi pegawai ASN, baik melalui kegiatan perkonsultasian dibidang pelatihan teknis, fungsional, dan sosial kultural kerjasama penyelenggaraan pelatihan, maupun dalam kerangka pembinaan penyelenggaraan pelatihan di seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Indikator output yang hendak diwujudkan tersebut bukan tanpa hambatan dan kendala. Pusat Diklat Teknis dan Fungsional senantiasa memperhatikan dinamika perkembangan strategis organisasi baik dalam skala internal maupun nasional, sehingga kebutuhan untuk perubahan harus tetap dikedepankan dalam kerangka membangun sinergitas guna mewujudkan kebijakan kediklatan yang semakin baik.