• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster Kesehatan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan

PUSAT KRISIS KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN

2018

Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Siap Pakai Bagi

(2)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan i

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT KRISIS KESEHATAN

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

petunjuk-Nya kepada kita semua sehingga Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi

Klaster kesehatan telah selesai disusun.

Buku ini berisi berbagai petunjuk penggunaan Dana Siap Pakai pada status keadaan darurat

bencana yang meliputi permohonan, penyaluran, pemanfaatan, dan pertanggungjawaban Dana Siap

Pakai yang harus diterapkan oleh berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik

di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

Dengan diterapkannya berbagai prosedur yang ada dalam buku petunjuk teknis ini,

diharapkan akan tercipta suatu kondisi dimana upaya kesehatan yang dilakukan selama

ditetapkannya status keadaan darurat bencana, tidak lagi menjadi beban anggaran bagi klaster

kesehatan. Semua ini akan bermuara pada meningkatnya mutu upaya kesehatan yang dilakukan

oleh klaster kesehatan pada masa darurat bencana.

Kami menyadari bahwa isi buku petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritikan demi perbaikan buku ini sangat kami harapkan. Tidak lupa kami sampaikan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi

dalam penyusunan buku ini.

Akhir kata, semoga buku petunjuk teknis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh

organisasi yang terlibat dalam upaya kesehatan pada keadaan darurat bencana.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan

(3)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… i

Daftar Isi ……….. ii

Daftar Lampiran ……… iii

Bab 1. Pendahuluan ……….. 1

A. Latar Belakang ………. 1

B. Maksud dan Tujuan ………. 3

C. Dasar Hukum ……… 3

D. Pengertian dan Istilah ……… 4

Bab 2. Kegiatan yang Dapat Dibiayai Dana Siap Pakai ………... 7

A. Status Siaga Darurat ……… 7

B. Status Tanggap Darurat ……… 9

C. Status Transisi Darurat ke Pemulihan ………. 10

Bab 3. Pengelola dan Pengguna Dana Siap Pakai ………. 12

Bab 4. Permohonan Dana Siap Pakai ….……… 13

A. Permohonan Dana Siap Pakai oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota …………... 13

B. Permohonan Dana Siap Pakai oleh Kementerian/Lembaga ..………. 14

Bab 5. Pelaksanaan Penyaluran Dana Siap Pakai ……….. 16

Bab 6. Penyelesaian Pertanggungjawaban Dana Siap Pakai .……… 18

Bab 7. Penutup ……….. 19

(4)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan ………. 20

Provinsi/Kabupaten/Kota

(5)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah tidak terbantahkan lagi bahwa di balik keindahan dan karunia besar yang bangsa

Indonesia miliki dari letak geografis, kondisi iklim dan topografi, keberagaman demografi,

kekayaan sumber daya alam serta perkembangan ilmu dan teknologi, terdapat potensi ancaman

bencana baik itu berupa bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Selain faktor

bahaya, tingginya indeks risiko bencana di berbagai wilayah di Indonesia juga dipengaruhi oleh

faktor kerentanan yang tinggi dan kapasitas mengatasi dampak bencana yang rendah dari

berbagai komponen bangsa ini.

Semua kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, antara lain akibat korban

meninggal dunia, korban luka, sakit, pengungsi, lumpuhnya pelayanan kesehatan, wabah

penyakit menular, buruknya kondisi sanitasi, gangguan jiwa, penurunan status gizi,

permasalahan kesehatan reproduksi dan permasalahan kesehatan lainnya yang memerlukan

upaya khusus agar tidak menimbulkan permasalahan kesehatan lebih lanjut. Agar dapat

melaksanakan upaya khusus pada saat keadaan darurat bencana tersebut dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan standar teknis, maka klaster kesehatan selaku penanggungjawab dan

penyelenggara upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana diantaranya memerlukan

dukungan pembiayaan.

Dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pada

pasal 5 dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana. Salah satu tanggung jawab Pemerintah dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana diamanatkan dalam pasal 6

undang-undang yang sama adalah pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk Dana

Siap Pakai.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan

Bantuan Bencana disebutkan bahwa Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan

dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai

dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Pada pasal 17 Peraturan Pemerintah tersebut

dinyatakan bahwa Dana Siap Pakai digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap darurat

bencana yang salah satunya meliputi pengadaan barang dan/atau jasa untuk pelayanan

(6)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 2 pertanggungjawaban penggunaannya diatur dalam peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB).

BNPB telah mengatur dengan rinci perihal Dana Siap Pakai dalam Peraturan BNPB nomor

02 tahun 2018 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai. Peraturan ini merupakan revisi terakhir dari

Peraturan Kepala (Perka) BNPB yang mengatur tentang Dana Siap Pakai. Awalnya, Dana Siap

Pakai diatur dalam Perka BNPB nomor 6 tahun 2008, kemudian diubah dengan Perka nomor 11

tahun 2010 lalu diubah dengan Perka nomor 6.A tahun 2011.

Dalam pasal 11 Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 dinyatakan bahwa

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat keadaan darurat meliputi siaga darurat,

tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan. Kegiatan penanganan darurat bencana yang

dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai terbatas pada pengadaan barang/jasa yang salah satunya

meliputi pelayanan kesehatan. Kemudian dalam pasal 26 Peraturan BNPB tersebut, dengan jelas

tertulis bahwa pengguna Dana Siap Pakai diantaranya adalah BNPB, Kementerian/Lembaga,

TNI/POLRI, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota serta lembaga/organisasi

kemanusiaan. Unsur-unsur klaster kesehatan terdapat di Kementerian Kesehatan, TNI/POLRI,

pemerintah daerah dan lembaga/organisasi kemanusiaan.

Di sisi lain, ketika kepala daerah telah menerbitkan Surat Keputusan Status Keadaan

Darurat Bencana maka dana BPJS tidak dapat digunakan untuk menjamin pembiayaan upaya

kesehatan pada saat keadaan darurat bencana. Hal ini karena dalam salah satu klausul kebijakan

penggunaan dana BPJS disebutkan bahwa dana BPJS tidak mengcover pembiayaan pelayanan

kesehatan pada saat keadaan darurat bencana.

Sebagai pelaksana upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana, maka sudah

sepatutnya klaster kesehatan mengetahui secara mendetil substansi dan penerapan peraturan

BNPB tentang penggunaan Dana Siap Pakai ini. Permasalahan terjadi apabilla klaster kesehatan

tidak memahami penerapan peraturan BNPB ini sehingga klaster kesehatan tidak dapat

mengajukan pembiayaan upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana.

Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan oleh Pusat Krisis Kesehatan sepanjang

tahun 2015-2018, dari 133 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota target kinerja Pusat Krisis

Kesehatan tahun 2015-2018, baru 65 Dinas Kesehatan atau 48,87% yang mengetahui mengenai

Dana Siap Pakai. Pusat Krisis Kesehatan pun memiliki data bahwa biaya pelayanan kesehatan

sebesar ± Rp 9,5 milyar, belum terbayarkan dari pengajuan pembiayaan upaya kesehatan pada

empat kejadian bencana (erupsi Gunung Sinabung, banjir bandang Bima, gempa bumi Pidie Jaya

dan erupsi Gunung Agung). Ketika peraturan BNPB tidak dipahami dengan baik maka hal ini akan

(7)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 3 penyebab seperti kesalahan prosedur pengajuan, terlambat dalam mengajukan, kurangnya

persyaratan dokumen administratif pendukung dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, kami menilai bahwa klaster kesehatan memerlukan suatu

petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan dalam permohonan Dana Siap Pakai, menerima dan

menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan mempertanggungjawabkan Dana Siap

Pakai.

B. Maksud dan Tujuan

Buku petunjuk teknis ini disusun dengan maksud untuk memberikan landasan dan

pedoman bagi berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik di level pusat,

provinsi maupun kabupaten/kota agar dapat mengajukan permohonan Dana Siap Pakai,

menerima dan menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan

mempertanggungjawabkan Dana Siap Pakai yang mengacu kepada Peraturan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2018.

Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu upaya kesehatan yang dilakukan

oleh klaster kesehatan pada masa darurat bencana.

C. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi

Klaster kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan

Bencana;

4. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 173 Tahun 2014 tentang

Klaster Nasional Penanggulangan Bencana;

5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 03 Tahun 2016 tentang

Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana;

6. Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2018 tentang

Penggunaan Dana Siap Pakai;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.05/2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan

(8)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 4 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.

D. Pengertian dan Istilah

Dalam petunjuk teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang memiliki pengertian tertentu

menyangkut aspek teknis maupun aspek administrasi keuangan, oleh karena itu perlu dijabarkan

lebih lanjut berkaitan dengan istilah-istilah yang dimaksud, yaitu :

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor

nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;

2. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan

penanganan segera dan memadai;

3. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk

menanggulangi bencana terdiri atas Siaga Darurat, Tanggap Darurat, dan Transisi Darurat ke

Pemulihan;

4. Status Siaga Darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah pada

terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman

berdasarkan sistem peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan

terjadi di masyarakat;

5. Status Tanggap Darurat adalah keadaan ketika ancaman bencana terjadi dan telah

mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat;

6. Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah keadaan ketika ancaman bencana yang terjadi

cenderung menurun eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan kehidupan

dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat masih tetap berlangsung;

7. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera

pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan

menanggulangi dampak yang ditimbulkan;

8. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk

mengendalikan ancaman bencana dan menanggulangi dampak pada keadaan darurat

(9)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 5 9. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari pemerintah

atau pemerintah daerah, lembaga nonpemerintah, sektor swasta/lembaga usaha, dan

kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh koordinator

yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis

10. Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk

digunakan pada saat keadaan darurat bencana sampai dengan batas waktu keadaan darurat

bencana berakhir;

11. Penggunaan Dana Siap Pakai adalah pengelolaan, pemanfaatan, dan pertanggungjawaban

Dana Siap Pakai pada status keadaan darurat bencana;

12. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana adalah kegiatan yang dapat

memperlancar proses pelaksanaan pada status keadaan darurat bencana;

13. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia

yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah (gubernur dan bupati/wali kota) sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom dan dibantu oleh Perangkat Daerah;

15. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat BNPB adalah Lembaga

pemerintah nondepartemen setingkat menteri yang melakukan penyelenggaraan

penanggulangan bencana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

16. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan

pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah;

17. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang

bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada kementerian negara/lembaga

bersangkutan;

18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh

kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan

anggaran pada kementerian negara/lembaga;

19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi

kewenangan oleh KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat

(10)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 6 20. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah bendahara yang

bertugas membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang

berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu;

21. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah

tertentu yang bersifat daur ulang (revolving) yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran;

22. Uang Lelah adalah uang yang diberikan kepada petugas sebagai imbalan setelah

menyelesaikan suatu kegiatan penanganan darurat bencana yang ditetapkan oleh BNPB;

23. Petugas adalah setiap orang yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan penanganan

darurat bencana pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan berdasarkan surat

(11)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 7

BAB II

KEGIATAN YANG DAPAT DIBIAYAI DANA SIAP PAKAI

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat keadaan darurat meliputi serangkaian

kegiatan yang dilakukan pada status siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke

pemulihan untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang

ditimbulkan. Kegiatan penanganan darurat bencana oleh klaster kesehatan yang dapat dibiayai

dengan Dana Siap Pakai terbatas pada pengadaan barang/jasa yang diantaranya meliputi

pertolongan darurat, pelayanan kesehatan, kebutuhan air bersih, sanitasi dan higiene.

Dana Siap Pakai dapat pula dipergunakan untuk membiayai kegiatan pendukung operasi

penanganan darurat bencana yang meliputi aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana

bidang kesehatan; pembersihan pada fasilitas pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan

lainnya; perbaikan darurat pada fasilitas pelayanan kesehatan; ketatausahaan dan komunikasi.

Selain itu, Dana Siap Pakai juga dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan pendampingan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan serta kajian tertentu dampak bencana.

Selain untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sudah disebutkan di atas, Dana Siap Pakai

dapat pula digunakan untuk membiayai transport lokal, uang makan/pengadaan bahan makanan,

penginapan, dan uang lelah serta perjalanan dinas luar daerah ke lokasi terancam/terdampak dan

tempat pengungsian untuk petugas.

A. Status Siaga Darurat

Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status

siaga darurat ditetapkan, secara garis besar meliputi kegiatan penanganan darurat bencana dan

kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana.

1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada

status siaga darurat bencana meliputi pertolongan darurat; pelayanan air bersih, sanitasi

dan higiene; pelayanan kesehatan.

Kegiatan pertolongan darurat yang dimaksud adalah kegiatan kaji cepat siaga darurat

bencana bidang kesehatan. Kegiatan pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene yang

dilakukan oleh klaster kesehatan pada status siaga darurat meliputi :

1. Pengawasan kualitas air bersih;

(12)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 8 3. Pengadaan peralatan dan bahan untuk sanitasi lingkungan;

4. Sewa kendaraan angkutan, dan bahan bakar.

Sedangkan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada

status siaga darurat meliputi :

1. Pengadaan perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan peralatan kesehatan, mencakup

pembelian obat dan bahan habis pakai, vaksin, reagen, alat kesehatan untuk pelayanan

kedaruratan, alat pelindung diri, alat dan bahan dekontaminasi, alat dan bahan

kontrasepsi;

2. Pelayanan pengobatan pada kedaruratan, mencakup biaya rawat jalan, rawat inap,

konseling, pemeriksaan laboratorium, rujukan, dan pelayanan kesehatan jiwa;

3. Operasional surveilans dan pengendalian vektor penyakit, mencakup biaya pemantauan

status gizi, surveilans gizi, surveilans penyakit potensial wabah, pengadaan bahan dan

alat pengendalian vektor penyakit menular, biaya operasional pengendalian vektor,

pengawasan kualitas air, tanah, dan udara;

4. Biaya isolasi dan karantina terbatas;

5. Biaya tenaga ahli/profesional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai standar biaya masukan;

6. Biaya sewa kendaraan untuk operasional, peralatan dan pembelian bahan bakar.

2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh

klaster kesehatan pada status siaga darurat bencana meliputi aktivasi sistem komando

penanganan darurat bencana bidang kesehatan; melaksanakan ketatausahaan;

melaksanakan komunikasi.

Kegiatan aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan

yang dimaksud di atas meliputi :

1. Operasional pos komando klaster kesehatan (meliputi konsumsi rapat, bahan bakar,

sewa rumah/ruangan, sewa gudang/bangunan untuk pos dan gudang sementara,

pengadaan perlengkapan display informasi, pembelian atau sewa sarana pengelolaan

data dan informasi, serta sewa kendaraan angkutan);

2. Monitoring dan evaluasi kegiatan klaster kesehatan (mencakup biaya sewa kendaraan

angkutan, bahan bakar dan konsumsi rapat);

3. Tenaga ahli/profesional di bidang kesehatan (mengikuti ketentuan peraturan

(13)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 9 Kegiatan ketatausahaan yang dilakukan oleh klaster kesehatan sebagai pendukung

operasi penanganan darurat bencana dan dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai meliputi

biaya alat tulis kantor dan perlengkapan komputer, dokumentasi, dan penggandaan

dokumen. Sedangkan biaya kegiatan komunikasi yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai

meliputi biaya pulsa, berlangganan telepon, faksimili, dan paket data.

B. Status Tanggap Darurat

Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status

tanggap darurat ditetapkan, secara garis besar juga meliputi kegiatan penanganan darurat

bencana dan kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana.

1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada

status tanggap darurat bencana juga meliputi pertolongan darurat; pelayanan air bersih,

sanitasi dan higiene; pelayanan kesehatan. Namun, detil kegiatan pertolongan darurat yang

dilakukan pada status tanggap darurat berbeda dengan kegiatan pertolongan darurat pada

status siaga darurat. Kegiatan pertolongan darurat yang dimaksud pada status tanggap

darurat meliputi :

1. Pendirian pos kesehatan;

2. Pengadaan perbekalan kesehatan (mencakup sediaan farmasi dan peralatan kesehatan,

pembelian obat dan bahan habis pakai, alat kesehatan untuk pelayanan kedaruratan,

alat dan bahan dekontaminasi, perlengkapan triase dan alat pelindung diri). Perbekalan

kesehatan yang dimaksud disini adalah perbekalan kesehatan untuk pelayanan

kesehatan yang bersifat kegawatdaruratan;

3. Penyediaan sarana penunjang (mencakup pengadaan sarana penerangan untuk pos

kesehatan, genset, sewa angkutan dan bahan bakar);

4. Operasional identifikasi korban meninggal massal (Disaster Victim Identification/DVI); Kegiatan pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene serta pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh klaster kesehatan pada status tanggap darurat meliputi kegiatan-kegiatan

yang sama persis seperti kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada status siaga darurat.

2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh

klaster kesehatan pada status tanggap darurat bencana meliputi aktivasi sistem komando

(14)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 10 pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan lainnya; melakukan perbaikan darurat pada

fasilitas pelayanan kesehatan; melaksanakan ketatausahaan; melaksanakan komunikasi.

Kegiatan aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan,

kegiatan ketatausahaan dan komunikasi yang dilakukan pada status siaga darurat bencana

juga dilakukan dengan rincian kegiatan yang sama pada status tanggap darurat bencana.

Kegiatan pembersihan pada fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan agar fungsi

pelayanan kesehatan tidak terganggu. Sedangkan pembersihan prasarana kesehatan lainnya

seperti kantor dinas kesehatan, gudang farmasi, dan prasarana lainnya bertujuan agar

klaster kesehatan dapat menjalankan fungsinya secara optimal pada kondisi tanggap darurat

bencana dengan memanfaatkan prasarana tersebut. Kegiatan pembersihan dapat berupa :

1. Pengadaan sarana, mencakup biaya pengadaan alat pelindung diri, sewa alat berat,

sewa truk sampah, pengadaan gerobak sampah, pengadaan bahan bakar, pengadaan

alat dan bahan kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta kantong sampah;

2. Penanganan limbah medis dan bahan berbahaya dan beracun, mencakup pengadaan

alat pelindung diri, pengadaan atau sewa peralatan penanganan limbah medis dan

bahan berbahaya, biaya operasional dekontaminasi, pengadaan logistik operasional

penanganan limbah medis dan bahan berbahaya;

3. Tenaga ahli/profesional (mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai standar biaya masukan).

Kegiatan perbaikan darurat pada fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan agar fungsi

pelayanan kesehatan tidak terganggu dan dapat berjalan sesuai standar pelayanan minimal

yang berlaku. Kegiatan perbaikan darurat dapat berupa :

1. Perbaikan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan,

rawat inap, pemeriksaan laboratorium dan rujukan;

2. Perbaikan sarana dan prasarana pada fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dapat

digunakan untuk mendukung berfungsinya pelayanan kesehatan sesuai standar

pelayanan minimal;

3. Tenaga ahli/profesional (mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai standar biaya masukan).

C. Status Transisi Darurat ke Pemulihan

Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status

transisi darurat ke pemulihan ditetapkan, secara garis besar juga dikelompokkan dalam kegiatan

(15)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 11 1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada

status transisi darurat ke pemulihan meliputi pertolongan darurat lanjutan yang belum

dapat diselesaikan pada masa tanggap darurat; melanjutkan pelayanan air bersih, sanitasi

dan higiene; melanjutkan pelayanan kesehatan. Karena bersifat lanjutan dari status tanggap

darurat, maka jenis kegiatan yang dilakukan pada status transisi darurat pun sama dengan

kegiatan-kegiatan pada status tanggap darurat. Selain kegiatan-kegiatan yang bersifat

lanjutan, pada status transisi darurat ke pemulihan ditetapkan, klaster kesehatan mulai

melakukan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana untuk bidang

kesehatan.

2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan

Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh

klaster kesehatan pada status transisi darurat ke pemulihan meliputi aktivasi sistem

komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan; melakukan pembersihan lanjutan

pada fasilitas pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan lainnya; melakukan perbaikan

darurat lanjutan; melaksanakan ketatausahaan; melaksanakan komunikasi. Karena bersifat

lanjutan dari status tanggap darurat, maka jenis kegiatan pendukung operasi penanganan

darurat yang dilakukan pada status transisi darurat pun sama dengan kegiatan-kegiatan

(16)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 12

BAB III

PENGELOLA DAN PENGGUNA DANA SIAP PAKAI

Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 menyebutkan bahwa pengelola Dana Siap Pakai

terdiri atas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) yang

ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BNPB. PPK dan BPP yang dimaksud disini

merupakan pejabat/pegawai yang berasal dari BPBD provinsi/kabupaten/kota dan/atau

kementerian/ lembaga.

Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 menyebutkan lebih lanjut bahwa pengguna Dana Siap

Pakai dapat berasal dari BNPB, kementerian/lembaga, TNI/POLRI, pemerintah daerah provinsi,

pemerintah daerah kabupaten/kota dan lembaga/organisasi kemanusiaan. Jika dilihat dari

pendekatan klaster, anggota klaster kesehatan di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota,

dapat berasal dari pemerintah, swasta maupun masyarakat. Semua pihak yang terlibat sebagai

pelaksana upaya kesehatan pada operasi penanganan darurat bencana dan tergabung dalam klaster

(17)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 13

BAB IV

PERMOHONAN DANA SIAP PAKAI

A. Permohonan Bantuan Dana Siap Pakai oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

Permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota

diajukan kepada Kepala BNPB melalui surat permohonan yang ditandatangani oleh

gubernur/bupati/walikota. Surat permohonan ini harus diajukan paling lambat 14 (empat belas)

hari kerja sejak ditetapkannya Status Keadaan Darurat Bencana dengan menyertakan dokumen

persyaratan berupa rencana kegiatan yang memuat batas waktu penyelesaian kegiatan, rincian

kebutuhan anggaran biaya dan pengkajian teknis usulan kegiatan dari instansi/lembaga teknis

berwenang. BPBD selaku koordinator klaster-klaster dalam penanggulangan bencana

menghimpun dokumen persyaratan ini dari setiap koordinator klaster termasuk dari Dinas

Kesehatan provinsi/kabupaten/kota selaku koordinator klaster kesehatan.

Sebelum menyerahkan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai

kepada BPBD provinsi/kabupaten/kota, Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota sebagai

koordinator klaster kesehatan mengumpulkan rencana kegiatan dan rincian kebutuhan anggaran

biaya dari tiap sub-sub klaster kesehatan yang membutuhkan bantuan Dana Siap Pakai serta

hasil kaji teknis rencana kegiatan dari instansi/lembaga teknis berwenang dalam hal ini

Kementerian Kesehatan. Ketentuan yang perlu diperhatikan oleh koordinator klaster kesehatan

terkait penyerahan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai adalah :

1. Dokumen yang diminta adalah rincian kebutuhan anggaran biaya (RAB) yang berisi perkiraan

biaya yang dibutuhkan oleh klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota untuk

melaksanakan upaya kesehatan pada status keadaan darurat bencana masih diberlakukan,

bukan rincian pengeluaran biaya dari kegiatan yang sudah dilakukan atau klaim;

2. Penyerahan dokumen tersebut harus sudah dilakukan sebelum disampaikannya

permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh gubernur/bupati/walikota kepada Kepala BNPB.

Agar tidak terlambat dalam menyerahkan dokumen persyaratan permohonan bantuan

Dana Siap Pakai kepada BPBD, maka semua dokumen persyaratan sebaiknya dibuat bersamaan

dengan pembuatan rencana operasi penanggulangan bencana bidang kesehatan. Setelah

rencana kegiatan dan rincian kebutuhan anggaran biaya tersusun, maka secepatnya dokumen

tersebut disampaikan kepada Kementerian Kesehatan untuk dikaji. Hasil kajian/verifikasi dari

Kementerian Kesehatan kemudian disertakan bersama rencana kegiatan dan rincian kebutuhan

(18)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 14 Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur pengajuan permohonan bantuan Dana

Siap Pakai dari Klaster Kesehatan di daerah kepada BPBD, perhatikan bagan alur di bawah ini :

Untuk kejadian bencana yang berdampak pada lebih dari satu kabupaten/kota di suatu

provinsi maka terdapat dua alternatif alur pengajuan permohonan Dana Siap Pakai oleh

kabupaten/kota tersebut yaitu :

1. Setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan permohonan Dana Siap Pakai kepada

Kepala BNPB melalui BPBD masing-masing kabupaten/kota; atau

2. Dinas Kesehatan Provinsi mengumpulkan permohonan Dana Siap Pakai dari tiap

kabupaten/kota terdampak untuk kemudian meneruskan permohonan tersebut kepada

Kepala BNPB melalui BPBD provinsi menggunakan prosedur yang sama seperti pengajuan

permohonan Dana Siap Pakai oleh klaster kesehatan provinsi.

B. Permohonan Bantuan Dana Siap Pakai oleh Kementerian/Lembaga

Permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh kementerian/lembaga yang tergabung dalam

klaster kesehatan nasional diajukan kepada Kepala BNPB melalui surat permohonan yang Penetapan Status Keadaan

Darurat Bencana oleh kepala daerah/negara

Penyusunan Rencana Operasi Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan

Menyusun rencana kegiatan dan RAB

Mengirim rencana kegiatan dan RAB kepada Kemenkes

untuk dikaji

Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji

(19)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 15 ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal atau pejabat setingkat eselon I di Kementerian

Kesehatan. Surat permohonan ini dapat diajukan selama status keadaan darurat bencana masih

berlaku dengan menyertakan dokumen persyaratan berupa rencana kegiatan yang memuat

batas waktu penyelesaian kegiatan, rincian kebutuhan anggaran biaya dan pengkajian teknis

usulan kegiatan dari unit teknis berwenang. Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

selaku koordinator klaster kesehatan nasional menghimpun dokumen persyaratan ini dari tiap

koordinator sub-sub klaster kesehatan nasional.

Ketentuan yang perlu diperhatikan oleh Kementerian Kesehatan terkait penyerahan

dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai adalah :

1. Dokumen yang diminta adalah rincian kebutuhan anggaran biaya (RAB) yang berisi perkiraan

biaya yang dibutuhkan oleh klaster kesehatan nasional untuk melaksanakan upaya

kesehatan pada status keadaan darurat bencana masih diberlakukan, bukan rincian

pengeluaran biaya dari kegiatan yang sudah dilakukan atau klaim;

2. Penyerahan dokumen tersebut harus sudah dilakukan selama status keadaan darurat

bencana masih berlaku.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur pengajuan permohonan bantuan Dana

Siap Pakai dari Klaster Kesehatan nasional kepada BNPB, perhatikan bagan alur di bawah ini :

(20)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 16

BAB V

PELAKSANAAN PENYALURAN DANA SIAP PAKAI

Terhadap permohonan bantuan Dana Siap Pakai yang diajukan kepada BNPB, dilakukan

verifikasi oleh unit-unit teknis di BNPB terhadap permohonan tersebut. Berdasarkan hasil verifikasi,

Kepala BNPB membuat persetujuan terhadap permohonan bantuan Dana Siap Pakai. Selanjutnya,

Dana Siap Pakai dapat disalurkan ke pengguna melalui pengelola setelah mendapat persetujuan dari

Kepala BNPB. Dinas Kesehatan selaku koordinator klaster ksehatan di daerah harus memantau

secara intens persetujuan permohonan bantuan Dana Siap Pakai dengan menanyakan hal tersebut

kepada BPBD. Demikian pula permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh kementerian/lembaga,

harus selalu ditanyakan persetujuannya kepada BNPB.

Pengelola Dana Siap Pakai melaksanakan penyaluran melalui rekening khusus Dana Siap

Pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai mekanisme pelaksanaan

anggaran penanggulangan bencana. KPA BNPB memerintahkan bendahara pengeluaran untuk

memindahbukukan sejumlah dana UP (Uang Persediaan) dari rekening bendahara pengeluaran ke

rekening BPP (Bendahara Pembantu Pengeluaran) pengelola pada unit kerja di BPBD (jika

permohonan bantuan Dana Siap Pakai berasal dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota) atau

kementerian/lembaga terkait (jika permohonan bantuan Dana Siap Pakai berasal dari

kementerian/lembaga).

Selanjutnya, BPBD mendistribusikan Dana Siap Pakai kepada klaster-klaster penanggulangan

bencana yang berada di bawah koordinasinya (termasuk kepada klaster kesehatan) sesuai dengan

RAB yang dibuat dan diajukan oleh tiap-tiap klaster. Kemudian tiap koordinator klaster

mendistribusikan Dana Siap Pakai kepada setiap sub-subklaster di bawahnya sesuai dengan RAB

yang dibuat dan diajukan oleh setiap sub-subklaster. Begitu pula halnya di tingkat nasional,

kementerian/lembaga selaku koordinator klaster di tingkat nasional selanjutnya mendistribusikan

Dana Siap Pakai kepada sub-subklaster yang berada di bawah koordinasinya sesuai dengan RAB yang

dibuat dan diajukan oleh tiap-tiap sub-subklaster.

Apabila anggaran Dana Siap Pakai baru tersedia setelah masa keadaan darurat bencana

selesai maka pembayaran kegiatan yang dilakukan pada masa Status Keadaan Darurat Bencana

dapat dilaksanakan.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur penyaluran Dana Siap Pakai dari BNPB

(21)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 17 Persetujuan Kepala BNPB

terhadap permohonan bantuan DSP

BPP di BPBD menerima DSP melalui rekening khusus DSP

Bendahara Pengeluaran BNPB memindahbukukan DSP

BPBD mendistribusikan DSP kepada

klaster-klaster sesuai RAB

BPP di K/L menerima DSP melalui rekening khusus DSP

Koordinator klaster mendistribusikan DSP kepada

sub-subklaster sesuai RAB

Koordinator klaster mendistribusikan DSP kepada

(22)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 18

BAB VI

PENYELESAIAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA SIAP PAKAI

Pertanggungjawaban administrasi penggunaan Dana Siap Pakai harus diselesaikan oleh

pengguna paling lambat 3 (tiga) bulan setelah masa status keadaan darurat bencana berakhir.

Koordinator klaster kesehatan di level provinsi maupun kabupaten/kota harus menyerahkan kepada

BPBD dokumen-dokumen pertanggungjawaban sebagai berikut yang disesuaikan dengan jenis

kegiatan yang dilaksanakan :

1. Rekapitulasi penggunaan Dana Siap Pakai;

2. Laporan pertanggungjawaban keuangan;

3. Bukti penyaluran bantuan yang diketahui oleh pejabat setempat;

4. Bukti transaksi pengadaan peralatan dan logistik;

5. Bukti sewa kendaraan pengiriman bantuan termasuk personil;

6. Bukti pengepakan dan pengiriman bantuan ke lokasi bencana;

7. Surat keputusan penunjukan penyedia barang/jasa;

8. Perjanjian kontrak untuk pengadaan barang/jasa /Surat Perintah Kerja (SPK) ;

9. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan barang/ jasa;

10. Berita acara serah terima/berita acara penyelesaian pekerjaan;

11. Bukti setor pajak;

12. Laporan pelaksanaan kegiatan;

13. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan (notulensi, foto kegiatan berdasarkan tingkat kemajuan

fisik).

Sedangkan koordinator klaster kesehatan di level pusat selain menyerahkan

dokumen-dokumen yang sudah disebutkan di atas, juga harus menyerahkan kepada BNPB dokumen-dokumen-dokumen-dokumen

pertanggungjawaban tambahan sebagai berikut :

1. Surat keputusan penetapan status keadaan darurat bencana;

2. Kuitansi dan berita acara penyerahan bantuan;

3. Perjanjian kerja sama;

4. Surat penunjukkan pengelola DSP;

5. Rencana anggaran biaya disetujui oleh BNPB; dan

(23)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 19

BAB VII

PENUTUP

Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster kesehatan merupakan acuan

bagi berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik di level pusat, provinsi

maupun kabupaten/kota dalam rangka mengajukan permohonan Dana Siap Pakai, menerima dan

menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan mempertanggungjawabkan Dana Siap Pakai

yang mengacu kepada Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2018.

Dengan diterapkannya berbagai prosedur yang ada dalam buku petunjuk teknis ini,

diharapkan akan tercipta suatu kondisi dimana upaya kesehatan yang dilakukan selama

ditetapkannya status keadaan darurat bencana, tidak lagi menjadi beban anggaran bagi klaster

kesehatan. Semua ini akan bermuara pada meningkatnya mutu upaya kesehatan yang dilakukan

(24)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 20

Lampiran 1

Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

(25)

Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 21

Lampiran 2

Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan Pusat

Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana oleh kepala

daerah/negara

Penyusunan rencana operasi penanggulangan bencana bidang kesehatan

Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji

teknis kepada BNPB

Pengkajian dan persetujuan

BNPB

Kemenkes menerima DSP dan mendistribusikan kepada sub-subklaster

Pemanfaatan DSP oleh klaster kesehatan dan

penyelesaian pertanggungjawaban YA

TIDAK

Penyusunan rencana kegiatan, RAB dan

Referensi

Dokumen terkait

Perjuangan perempuan dalam dunia kerja untuk perluasan akses aktivitasnya dapat membuat kaum perempuan berada pada posisi negatif (suatu tindakan keburukan) dan positif

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Hakim (2011) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara motivasi kerja dan disiplin

bahwa dengan bertambahnya aset kekayaan Daerah serta tarif retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa kali

Dari hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya korelasi antara usia dengan jumlah kehilangan gigi pada usia yang berisiko osteoporosis, sebaiknya setiap dokter gigi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai pre-test dan post-test pada kelompok intervensi didapatkan hasil dengan

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi TANAH DIJUAL TANAH DISEWAKAN TANAH DICARI TEMPAT USAHA TV /RADIO /VIDEO TV /SWASTA VILA DIJUAL VILA DISEWAKAN.. DISEWAKAN VILLA Puncak Cipanas,

Langkah-langkah pada proses pengujian adalah sebagai berikut, pertama tracking window pada data citra uji, kedua yaitu konversi citra ke model YUV, ketiga adalah

Gandaria 8, 3rd Floor Unit D, Jalan Sultan Iskandar Muda (Arteri Pondok Indah), Jakarta Selatan 12240... Alamat Kuasa : (GENERAL