P AP ER WORK: DAPATKAH PEMERINTAH MENCAPAI TARGET 35,000 MW UNTUK PEMENUHAN
KEBUTUHAN ENERGI LIS TR IK DI 20191
T a r g e t Pe me r i nta h
Ketika presiden Indonesia mengunjungi PLN di Kebayoran Jakarta Selatan, saya penasaran mengapa seorang presiden mengunjungi sebuah badan negara yang mengurusi kelistrikan nasional dan tidak ke kementerian terkaiat yang membidanginya. Membaca Press Release yang ada di website www.pln.co.id ternyata presiden ingin mengetahui pendapat direktur pln terkait target pemerintah sebesar 35,000 mw untuk menggerakkan roda ekonomi di seluruh Indonesia.
Proyek 35,000 megawatt merupakan kebijakan pemerintah Indonesia yang tertuang didalam peraturan menteri energy dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 21 tahun 2013. Didalam kebijakan tersebut disebutkan mengenai daftar proyek proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energy terbarukan, batubara dan gas serta transmisi terkait.
Program pembangunan proyek-proyek pembangkit di Indonesia tersebut merupakan tindaklanjut dari RPJP/RPJMN hingga 2050. Dimana pemerintah menargetkan pada tahun 2019 ini Indonesia berharap dapat memiliki tambahan kapasitas kelistrikan mencapai 35000 MW dan memberikan dampak pada kinerja pertumbuhan ekonomi. Selain itu program ini merupakan bagian dari MP3EI yang menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8-9% (2025) dengan harapan PDB (GDP) sebesar US$ 4-4,5 triliun dengan PDB Perkapita mencapai US$ 14,250-15,500 sehingga dapat masuk dalam kelas negara berpendapatan tinggi. Jelang akhir 2014 yakni akhir masa 5 tahun RPJM 2010-2014, pemerintah telah menargetkan Rasio elektrifikasi mencapai 81,4% (sudah tercapai dan melebihi target2) dan pada tahun 2024 nanti sebesar 99,4% yang tentunya memerlukan kerja keras. Proyek 35000 MW tersebut diharapkan selesai terbangun pada tahun 2019 dengan pentahapan pencapaian tahunan sebesar 7000 MW dengan zona pengembangan (tahunan) Sumatera direnacanakan sebesar 8,75 GW, Kalimantan 1,87 GW, Sulawesi 2,70 GW, Jawa-Bali 20,91 GW, Nusa Tenggara 0,70 GW, Maluku 0,28 GW dan Papua 0,34 GW.
Ko ndi si E ne r g i Indo ne si a
3Index trilemma yang diterbitkan oleh konsil energy dunia, dimana
Indonesia yang turut menjadi anggota didalamnya menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 69 dengan Index ketahanan energy berada pada urutan 17 (naik) dengan skor A, ekuitas energy diurutan 69 (naik) dengan skor A dan index kelestarian lingkungan berada pada urutan 106 dengan skor D. Balance Score ACD. Yang bila dibandingkan dengan China ACD/74, India CCD/122, Malaysia ABC/26, Singapura BBD/41, Philipine BBC/58, Thailand CCD/90, Indonesia masih berada dibawah negara-negara Asean
1Oleh Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP. Penulis adalah pemerhati
Ka wasan Ekonomi Khusus di Indonesia, berpendidikan dan berprofesi sebagai ahli indenpenden bidang perencanaan wilayah dan kota. Saat ini berdomisili di Tangerang Selatan. Alama t email: [email protected], telp 081310418551.
2ESDM, Kondisi kelistrikan nasional hingga akhir 2014. Berdasarkan
catatan yang ada di Kementerian energi dan sumber daya mineral hingga akhir 2014 menunjukkan tota l kapasitas terpasang pembangkit 53.585 MW.
lainnya. Rekomendasi dari penilaian tersebut mencakup: (i) menghapus kebijakan subsidi; (ii) pengintensifan dan peningkatan penggunaan energy baru dan terbarukan melalui riset dan pengembangan; (iii) dalam jangka panjang mulai menerapkan energy rendah karbon dan teknologi bebas karbon; (iv) peningkatan efisiensi energy pada sisi permintaan dan pemenuhan (supply and demand); (v) menarik lebih banyak lagi investasi ke sektor energy.
Laporan dari U.S. Energy Information Administration, International Energy Statistic pada tahun 2011 disampaikan bahwa Indonesia menjadi negara importer minyak sejak tahun 2003. Hal ini disebabkan turunnya produksi minyak di Indonesia dan naiknya konsumsi energy. Artinya ada gap antara permintaan dan ketersediaan energy yang digunakan untuk sektor kelistrikan. Fakta lainnya adalah sumber dari BP world Energy Review, 2013 menyampaikan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia telah turun dari tahun 1992 (5.6 TMB) hingga 2012 (3.7 TMB) dan diproyeksikan pada tahun 2035 dipastikan hanya akan memproduksi 670 ribu barel perhari. Fakta lainnya lagi menyampaikan bahwa impor BBM dengan trend pertumbuhan sejak 2012 akan mengalami peningkatan menjadi 1,4 juta barel per hari. Cadangan terbukti minyak bumi Indonesia terus menurun karena tidak ada penemuan baru.
Outlook Energy Indonesia (OEI) menyatakan bahwa konsumsi energy final Indonesia dari tahun 2003-2013 terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,1% per tahun. Total konsumsi energi final meningkat dari 117 juta TOE pada tahun 2003 menjadi 174 juta TOE di tahun 2013.
Ko ndi si da n Ke but uha n Ke l i str i ka n I ndo ne si a .
Total pembangkit listrik di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,3% per tahun. PLTG memiliki laju pertumbuhan tertinggi sebesar 10% per tahun, dan laju pertumbuhan PLTU rata-rata sebesar 9,3% per tahun. Jika dilihat pangsanya pada tahun terakhir, PLTU merupakan yang terbesar yaitu 46,7% disusul PLTGU, PLTD masing-masing sebesar 19,3% dan 11,6%. Sementara pangsa pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan masih cukup rendah, yaitu PLTA sebesar 9,9%, PLTP sebesar 2,6% dan EBT lainnya masih di bawah 0,5%.
Proyeksi kebutuhan listrik Indonesia hingga 2024 diperkirakan mencapai 464 TWh atau tumbuh rata-rata dari tahun 2015-2024 sebesar 8,7% pertahun (Sumber: RUPTL PLN 2015-2024). Jumlah pelanggan pada tahun 2014 sebesar 57,3 juta akan bertambah menjadi 78,4 juta pada tahun 2024 atau bertambah rata-rata 2,2 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 84,4% pada 2014 menjadi 99,4% pada tahun 2024.
Pada periode tahun 2015-2024 kebutuhan listrik diperkirakan akan meningkat dari 219,1 TWh pada tahun 2015 menjadi 464,2 TWh
37.280 MW (70%) disumbangkan oleh PLN, Independent Power Producer (IPP) sebesar 10.995 MW (20%), Public Private Utility (PPU) sebesar 2.634 MW (5%), Izin Operasi Non BBM (IO) sebesar 2.677 MW (5%). 16 Maret 2015.
3Merupakan peringkat negara-negara dalam penyediaan kebijakan energy
pada tahun 2024, atau tumbuh rata-rata 8,7% per tahun. Untuk wilayah Sumatera pada periode yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat dari 31,2 TWh pada tahun 2015 menjadi 82,8 TWh pada tahun 2024 atau tumbuh ratarata 11,6% per tahun. Wilayah Jawa-Bali tumbuh dari 165,4 TWh pada tahun 2015 menjadi 324,4 TWh pada tahun 2024 atau tumbuh rata-rata 7,8% per tahun. Wilayah Indonesia Timur tumbuh dari 22,6 TWh menjadi 57,1 TWh atau tumbuh rata-rata 11,1% per tahun.
Da f ta r Pr oy e k Pe r c e pa ta n Ke l i str i ka n
Adapun daftar proyek tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni proyek yang dilaksanakan oleh PT PLN dan proyek yang dilaksanakan oleh kerjasama dengan pengembang swasta. Jumlah proyek pembangkit sebanyak 17 pembangkit dan transmisi sebanyak 14 proyek. Total kapasitas pembangkit sebanyak 4709 MW.
Tabel Daftar Proyek Pembangkit yang dilaksanakan oleh PLN.
No Nama Proyek
3 PLTP Kotamobagu 1 dan 2
Sulawesi Utara 2 x 20
4 PLTP Kotamobagu 3 dan 4
Sulawesi Utara 2 x 20
5 PLTP Sembalun Nusa Tenggara
Barat
13 PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4
Sumatera Utara 2 x 200
14 PLTU Parit Baru Kalimantan Barat
2 x 50
15 PLTU Punagaya Sulawesi
Selatan
2 x 100
16 PLTU Lombok Nusa Tenggara
Barat
Daftar Proyek Transmisi yang dilaksanakan oleh PLN
No Proyek Transmisi Tegangan
(kV)
Kemudian, daftar proyek yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan pengembang listrik swasta sebanyak 59 proyek dengan total kapasitas pembangkit sebanyak 12,159 MW.
Tabel Daftar Proyek Pembangkit yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan pengembang listrik swasta
10 PL TP Karaha Bodas
Jawa Barat 1 x 30, 2 x 55
11 PLTP Patuha Jawa Barat 3 x 55
12 PLTP Tampomas Jawa Barat 1 x 45
13 PLTP Tangkuban Perahu II
26 PLTP Sipoholon Ria-ria
28 PLTP Muaralaboh Sumatera Barat
54 PLTU Kaltim Kalimantan
Timur
2 x 100
55 PLTU Kalsel Kalimantan
Selatan
Tabel Daftar Proyek Transmisi yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan pengembang listrik swasta
No Proyek Transmisi Tega
ngan
Argopuro Probolinggo 150 30
5 PLTP
Wilis/Ngebel Ponorogo 150 60
14 PLTP
28 PLTP Sokoria Incomer
Ropa-Ende 70 26
32 PLTA Hasang Incomer Rantau
Prapat-Kisaran 150 30
33 PLTA
Jika pemerintah menargetkan kepada PLN harus mampu untuk melaksanakan pembangunan pembangkit sesuai amanat UU No 30/2007 tentang energi, PP 79/2014 tentang kebijakan energi nasional, perpres 194/2014 tentang perubahan kedua perpres no 4/2010 tentang penugasan PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energy terbarukan, batubara dan gas dan yang diikuti dengan permen ESDM No 21/2013 tentang daftar proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energy terbarukan, batubara dan gas tidak selaras dengan kemampuan keuangan PLN. Hal ini dinyatakan oleh direktur PLN bahwa PLN masih memiliki kewajiban (hutang) kepada lender asing yang belum selesai, dan membutuhkan lebih dari 1500 triliun untuk membangun pembangkit dan transmisi serta penyaluran yang telah diamanatkan (yang patut dipahami lagi adalah Indonesia masih melakukan subsidi listrik kepada PLN (Rp. 103,3 tiliun pada tahun 2012). Belum lagi saat ini PLN juga mengalami persoalan financial leverage (debt to ebitda ratio) yang mengkhawatirkan dan investasi yang agresif4. Didalam laporan RUPTL PLN 2024, PLN menetapkan beberapa langkah perbaikan agar permasalahan tersebut dapat diatasi yakni (i) peningkatan pendapatan internal PLN melalui kenaikan tariff dan atau subsidi untuk meningkatkan investasi; (ii) mengharapkan dukungan pemerintah dalam penyediaan dana investasi berupa PMN untuk mengurangi beban pinjaman; (iii) restrukturisasi pinjaman PLN; terakhir adalah pengembangan model bisnis kerjasama PLN dengan pihak ketiga non IPP.
Artinya jika melihat kemampuan PLN tersebut, PLN belum mampu untuk melakukan investasi baru, apalagi melaksanakan amanat UU, PP, Perpres dan Permen tersebut selain melibatkan pihak ketiga.
Kondisi FDI di Indonesia menurut BKPM pada 2014, dilaporkan bahwa investasi asing langsung yang masuk ke sektor kelistrikan, Gas, dan Air Minum terdapat 118 proyek dengan total nilai investasi sebesar US$ 1,248.8 million atau sebesar 14,9 Triliun (3 subsektor listrik, gas dan air). Sedangkan investasi dari DDI sebanyak 68 proyek dengan total investasi sebesar US$36,296.8 million atau sebesar 435.5 triliun (3 subsektor listrik, gas dan air). Jika kita asumsikan bahwa subsector kelistrikan memberikan sumbangsih sebesar 20%, maka investasi dibidang kelistrikan hanya sebesar Rp. 90 triliun pada tahun 2014 sementara kebutuhan investasi kelistrikan tiap tahunnya sebesar Rp. 158.4 triliun, artinya (minus 68.4 triliun tiap tahunnya) Indonesia membutuhkan kerja keras untuk menyakinkan pihak ketiga (DDI and FDI) mau berinvestasi dengan keuntungan berjangka panjang.
Ma sa De pa n 8 KE K T a npa Du kung a n J a r i ng a n Ke l i str i ka n: Ke si a pa n Ke l i str i ka n Di Ka w a sa n E ko no mi Kh usu s Indo ne si a
KEK Mandalika, KEK MBTK, KEK Tanjung Api-Api, KEK Palu dan KEK Morotai.
Salah satu prasyarat dalam menarik investasi asing (fdi) untuk mau beraktifitas didalam kawasan adalah tersedianya infrastruktur dasar jaringan kelistrikan termasuk pasokan energy primer sebagai sumber utama dalam menggerakkan aktifitas kawasan. Untuk itulah tulisan ini ingin melihat sejauhmana kesiapan, ketersediaan dan kemampuan pengelola energi yakni pemerintah untuk mendukung kawasan ekonomi tersebut.
Ka wa sa n PB PB Sa b a n g
Kawasan PBPB Sabang, merupakan kawasan ekonomi khusus yang dipersiapkan untuk berbagai aktifitas seperti bongkar muat pelabuhan, pariwisata termasuk cruise destination, industry manufaktur, industry perikanan, water supply for ship, oil tank dan lainnya.
Proyeksi kebutuhan listrik di Sabang (Sumber: RTRW Kota Sabang 2012-2031) pada tahun 2031 akan mencapai 8.20 MW. Kondisi terkini di Sabang masih mengalami permasalahan finansial dan keekonomian yang belum tepat. Pemadaman masih terjadi 5-7 kali sehari5.
Walaupun demikian, pemerintah telah berencana untuk mengembangkan pembangkit listrik dengan jenis pembangkit PLTS (Surya) dengan kapasitas 1 MW (oleh swasta/tahun 2015), PLTMG (Mesin Gas) dengan kapasitas 4MW (oleh PLN/tahun 2017).
Yang menjadi pertanyaannya adalah, kinerja kawasan PBPB Sabang terhadap realisasi investasi DDI dan FDI belum menunjukkan economic attraction baik itu dari sisi ekspor maupun impor. Oleh karenanya cara pandang perlunya intervensi kebijakan berupa peningkatan investasi pemerintah dan swasta dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur kawasan terutama energy menjadi sangat vital untuk menjadi kawasan ini menjadi destinasi terbaik setelah BBK dan Sei Mangkei.
Ka wa sa n PB PB B a t a m B in t a n Da n Ka ri mu n
Melihat economic attraction berupa peningkatan FDI pada kawasan PBPB Batam 0.6% dari PDB Nasional menunjukkan bahwa kawasan ini menjadi destinasi terbaik hingga saat ini6.
Seperti yang diketahui bahwa kondisi kelistrikan di Bintan masih mengalami permasalahan, yakni belum optimalnya PLTU Galang Batang dan kondisi pembangkit yang ada seperti PLTD Air Raja, PLTD Sukaberenang. Demikian halnya juga dengan kondisi kelistrikan di Karimun yang mengalami permasalahan yang sama7.
5Harian the globe journal, 9 agustus 2013 “di Sabang listrik byar pet,
nomor pengaduan PLN sibuk tak jelas”.
6Ka wasan Ekonomi Khusus Di Indonesia, Tantangan Dan Masa Depan
(Mendukung Na wa Cita), Oleh Tiar Panda potan Purba, ST, IAP, disampaikan dalam rangka Bappenas call for paper and international conference, implementing Na wacita: Strategies and Policies, April-Agustus 2014.
7Antara News, 6 Maret 2015. Legislator nilai pelayanan PLN
mengecewakan.
Namun demikian beberapa rencana pemerintah terkait pengembangan energy kelistrikan di batam mencakup: (i) percepatan interkoneksi 150kV Batam-Bintan melalui kabel laut untuk memenuhi kebutuhan energy listrik di Bintan dan menekan biaya produksi di Pulau Bintan8; (ii) pembangunan beberapa pembangkit dengan jenis PLTS, PLTMG dengan total 13 pembangkit dengan kapasitas 310 MW; (iii) pembangunan transmisi dan gardu induk dengan tegangan 150/20kV di 9 lokasi.
Berbeda halnya dengan PBPB Batam, kesiapan pasokan energy dipastikan tidak menjadi masalah karena supply tenaga listrik sekarang sudah mencapai 303.43 MW dan rencana total kapasitas daya hingga 2017 akan mencapai 705 MW. Hal ini karena banyaknya investasi dibidang kelistrikan seperti Panaran, Jembo, Kabil, TJK, Sengkuang, Kasam dan Batu Ampar yang kesemuanya adalan IPP (independent power producer).
Rencana percepatan pengembangan interkoneksi transmisi listrik ke Bintan merupakan bentuk surplus energi Batam untuk dipasok ke Bintan agar gerak kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas termasuk kawasan pariwisata dan industri kapal (shipyard) dapat lebih atraktif.
Ka wa sa n KE K S ei M a n gk ei
Kawasan KEK Sei Mangkei yang berada di Provinsi Sumatera Utara, merupakan tonggak awal pemerintah untuk mendorong pertumbuhan di luar Jawa. Pengembangna KEK Sei Mangkei diharapkan dapat menekan laju ekspor komoditas mentah CPO dan menciptakan produk turunan di dalam negeri yang langsung berdekatan dengan sumber bahan baku. Seperti diketahui bahwa Sumatera merupakan kawasan terbesar penghasil CPO dengan orientasi ekspor melalui pelabuhan Dumai dan Medan/Belawan.
Walaupun Sumatera Utara hingga saat ini mengalami permasalahan deficit listrik yang diakibatkan dari keterlambatan proyek baik IPP dan PLN serta pemadaman yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan, maupun paksa.
9Hingga 2014, kapasitas terpasang pembangkit di Sumatera Utara
mencapai 2487.2 MW dengan daya mampu sebesar 1872.4 MW. Sementara Proyeksi kebutuhan listrik di Sumatera Utara pada tahun 2024 (Sumber: RUPTL PLN 2024) akan mencapai 28,090 Gwh dengan kebutuhan kapasitas pembangkit sebesar 5186 MW dan total nilai investasi mencapai US$9,515 juta atau setara Rp. 114,2 Triliun10.
Kegiatan industry yang ada sekarang dipastikan mendapat pasokan dari PLN Rayon Siantar dan Perdagangan11. Beberapa program pengembangan kelistrikan juga sedang dilakukan oleh Pertamina dan PTPN III selaku badan pengelola kawasan yang juga sudah mendapat persetujuan wilayah usaha penyediaan listrik melalui
8Tribun Batam, 16 Maret 2015. PLTU Galang Batang Mati Total,
Pemadama n Listrik di Bintan Kian Parah. 9RUPTL PLN 2014-2024 tidak termasuk Nias
10Perhitungan sendiri dengan kurs 1US$= Rp.
12.000,-11JPPN, 21 Oktober 2014, PLN Suplai Listrik ke Kawasan industry Sei
pembangunan pembangkit PLTGU, dimana gas yang didapat merupakan jaringan perpipaan dari pipa transmisi gas Arun – Belawan, Belawan – KIM (kawasan industry medan) – kawasan industry sei mangkei yang dikelola oleh Pertamina Gas12.
Beberapa program pengembangan lainnya yang turut mendukung pengembangan kawasan sei mangkei meliputi: (i) pengembangan pembangkit listrik dengan kapasitas 5.906 MW (30 proyek) (ii) pengembangan transmisi sepanjang 4.592 kms; (iii) pengembangan gardu induk sebanyak 129 lokasi termasuk di Perdagangan; (iv) dan pengembangan distribusi yakni JTM sepanjang 5.095 kms, JTR sepanjang 5513 kms dan penambahan trafo distribsi sebesar 803 MVA.
Mencermati gerak aktifitas industry di KEK Sei Mangkei, termasuk investasi pemerintah dan investasi asing yang masuk ke dalam kawasan, kinerja kawasan belum tercatat dengan baik oleh badan pengelola. Dan status kawasan masih dalam tahap pembangunan, walaupun sudah terdapat beberapa industry didalamnya, namun pencatatan kegiatan industry (ekspor-impor) barang dari dan ke kawasan belum besar.
Ka wa sa n KE K Ta n j u n g Le su n g d a n M a nd a li k a
Kawasan KEK Tanjung Lesung merupakan kawasan industry berbasis wisata. PT Banten West Java Tourism Development (BWJD) yang merupakan anak perusahaan JABABEKA. Walaupun konsep kawasan ini berbeda dengan kawasan lainnya, diharapkan kawasan ini dapat memberik kontribusi kepada perkembangan ekonomi Indonesia.
Dengan total investasi Rp. 4,83 Triliun dengan masa pembangunan hingga 2022, diharapkan kawasan ini memiliki efek keekonomian seperti terbukanya lapangan pekerjaan, tingkat kunjungan wisatawan yang meningkat terutama kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi nasional.
Konsep pengembangan kawasan ini mirip dengan KEK Bintan yang mana dikelola oleh Bintan Resort (foreign ownership) yang kemudian menarik investasi asing langsung untuk memiliki asset langsung berupa rumah mewah yang terintegrasi dengan kawasan wisata alam laut yang indah.
Aksessibilitas rendah yakni jauh dari Jabodetabek, infrastruktur jalan yang belum memadai menjadi factor masih rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan Tanjung Lesung, walaupun kawasan ini memliki daya tarik eksotisme laut yang luar biasa. Selain itu kawasan ini juga memiliki dukungan obyek wisata budaya dan sejarah serta taman nasional dunia yakni Gunung Krakatoa, Suku Baduy dan lainnya.
Kawasan ini dinyatakan siap untuk menjadi salah satu kawasan ekonomi khusus sektor pariwisata, karena beberapa infrastruktur seperti air bersih, listrik, telekomunikasi, pengolahan limbah sudah tersedia13.
12Aktual, 24 Maret 2015. Pertamina – PTPN III Bersinergi Bangun
PLTGU Sei Mangkei.
Namun dukungan infrastruktur berupa pelabuhan udara di Selatan Banten dan rencana pembangunan jalan tol Serang – Panimbang perlu didorong agar mobilitas barang dan orang semakin mudah.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, yang dengna luas 1.035, 67 ha merupakan kawasan yang memiliki karakter yang sama dengan KEK Tanjung Lesung, dimana arah pengembangan kawasan kepada sektor pariwisata. Kawasan KEK Mandalika dikelola oleh ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) atau lebih dikenal dengan BTDC.
Saat ini kondisi kelistrikan di Nusa Tenggara Barat masih defisit sehingga masih sering terjadi pemadaman. Beberapa hal yang menyebabkan adalah terkendalanya beberapa proyek pembangkit bahkan belum ada cadangan listrik. Namun beberapa pengembangan kelistrikan berupa pembangkit, transmisi dan GI sudah direncanakan dan sedang tahap perencanaan seperti pembangkit Bima (FTP1), Lombok (FTP2), Sumbawa Barat, MPP Lombok (Ampenan), Lombok Peaker, Sumbawa dan Bima yang dipastikan akan COD pada tahun 2017.
Dengan proyeksi kebutuhan listrik hingga 2017 sebesar 339MW dan jumlah pelanggan sebanyak 1,2 juta dipastikan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika juga dapat ditopang melalui pengembangan pembangkit, transmisi dan GI yang ada.
Ka wa sa n KE K M or ot a i , B i t u n g, M B TK, Pa lu d a n Ta n j u n g Ap i - Ap i
Kawasan KEK Morotai merupakan kawasan ekonomi khusus yang dikelola oleh Jababeka yang juga mengelola kawasan KEK Tanjung Lesung.
Ke si mpul a n
Melihat RUPTL PLN, Target Pemerintah, Kemampuan Keuangan PLN, Kemampuan Pendanaan Pemerintah dan dinamika investasi asing/dalam negeri, beberapa kesimpulan yang dapat diambil:
1. PT PLN belum mampu untuk melaksanakan amanat undang-undang dan perangkat kebijakan turunan yang telah diuraikan (pelaksanaan percepatan proyek pembangkit dan transmisi); 2. PT PLN masih memerlukan langkah perbaikan didalam
mengingat permasalahan finansial dan short term strategies dalam memberikan pelayanan hingga 2024;
3. Strategi melibatkan pihak ketiga dalam melaksanakan pembangunan pembangkit, distribusi dan penyaluran diluar IPP merupakan langkah tepat;
4. Mengajak dan menyakinkan pihak asing untuk berinvestasi pada sektor ini menjadi langkah tepat dan penting untuk meraih target pemerintah terutama untuk mengamankan pertumbuhan permintaan energy kelistrikan dalam negeri; 5. Faktor kekuatan nilai mata uang tetap menjadi penting jika
pemerintah menetapkan langkah meminjam (JICA, IBRD, ADB) menjadi solusi akhir;
13 Jababeka press release, 12 Mei 2014. “Tanjung Lesung, Pilar Jababeka
6. Menurun target pertumbuhan ekonomi dan investasi agresif serta mendorong produktifitas kegiatan kepada industry sektor produktif pertanian, perkebunan, peternakan;
7. Mendorong dan mendukung kebijakan pengembangan
kelistrikan skala kecil kawasan/komunitas
(pedalaman/terpencil/perdesaan di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera) yang bersumber dari biomassa, solar/matahari dan mikrohidro14.
8. Pentahapan penghapusan subsidi pemerintah perlu dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kelistrikan yang Mandiri dan capable.
9. Kesiapan system jaringan energy listrik untuk mendukung aktifitas 8 kawasan ekonomi khusus masih dalam tahap perencanaan, dan menunjukkan belum adanya pembangunan walaupun beberapa alternatif pembangkit yang bersifat mobile telah disiapkan oleh PLN. Sedangkan untuk Kawasan Sei Mangkei selain adanya dukungan dari Rayon Siantar dan Perdagangan.
10. Kawasan yang layak investasi dengan status ready and go adalah PBPB Batam (belum termasuk Bintan dan Karimun). 11. Menjawab, apakah pemerintah dapat memenuhi target
‘ambisius’ sebesar 35000 MW dalam masa 5 tahun mendatang, merupakan keniscayaan yang sulit diraih jika melihat gap antara target tahunan kapasitas yang harus dicapai dan investasi yang harus dicapai (baik ddi dan fdi) sementara dinamika investasi dalam dan luar negeri yang masuk ke sektor kelistrikan tidak sebesar target/investasi yang diharapkan, apalagi harus mengandalkan PLN dan APBN.
14Best practice implementation micro hydro energy at Bokondini City,