FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA AMERIKA SERIKAT TAHUN 2000-2014
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi. Data BPS pada tahun 2015 menunjukkan sektor industri berkontribusi sebesar 18.18% pada PDB Indonesia non-migas atas dasar harga konstan. Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia adalah yang paling besar dibandingkan dengan sektor lain.
Salah satu sektor industri yang menjadi andalan Indonesia adalah industri Tektil dan Produk Tekstil (TPT). Di tahun 2013, sumbangan terbesar dalam ekspor TPT Indonesia berasal dari ekspor pakaian jadi yang mencapai 60,86%, diikuti oleh ekspor serat dan benang sebesar 36,03% dan ekspor kain sebesar 3,10% dengan Amerika Serikat sebagai negera tujuan ekspor TPT terbesar mencapai 32,29% dari total ekspor TPT Indonesia ke dunia negara tujuan ekpor. Negara tujuan ekpor Indonesia antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Turki, Korea Selatan, Inggris, Uni Emirat Arab, RRT, Brasilia, Malaysia, Belgia, Italia, Belanda, Spanyol, Kanada, Saudi Arabia, Thailand, Prancis, Vietnam, dan Taiwan (kargonews.com).
Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen dan eksportir TPT terbesar di dunia memandang bahwa perdagangan global merupakan peluang bagi kegiatan ekspor TPT yang cukup terbuka. Di sisi lain hal ini dipandang sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan TPT yang semakin kompetitif di pasar internasional. Kinerja dari industri pakaian jadi masih sangat berpeluang untuk dapat terus ditingkatkan mengingat masih adanya beberapa tantangan dan hambatan yang harus dilalui (Fanani, 2009).
Dalam tulisan ini Amerika Serikat adalah negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia sendiri. Amerika Serikat yang sebagai negara tujuan ekspor, merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Alasan pemilihan di bidang industri pakaian jadi adalah dikarenakan saat ini Amerika Serikat memiliki marker share paling luas dari TPT Indonesia. Kondisi ini menjadikan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar yang potensial dari segi industri.
KAJIAN PUSTAKA
A. Perdagangan Internasional
1. Definisi perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Sedangankan menurut Model Adam Smith yang memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.
berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
2. Manfaat perdagangan internasional
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
a. Menjalin Persahabatan Antar Negara
b. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya: Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
c. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi adakalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
d. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
e. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
3. Faktor pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut:
b. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
c. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
d. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
e. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
f. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
g. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
h. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. i. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja. Manfaatnyadi bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa. Bidang itu antara lain politik, sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang dahulu menutup diri dari perdagangan internasional, sekarang sudah membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, dan Vietnam. Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secara sosial. Jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat pada krisis ekonomi. Akibat berantainya akan melanda ke semua negara. 4. Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas di mana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dengan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka memproteksi industri dalam negeri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-tahun terakhir. (Wikipedia.com).
B. Harga
mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih (Purba, 2011).
C. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP), dalam pengertiannya menurut definisi para ahli mengatakan bahwa pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP) adalah jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu daerah di saat tertentu. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi dimana alat pengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB, PDB perkapita dan Pendapatan per jam Kerja. Sebagai alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi PDB memiliki rumus dalam mencari PDB dan PDB juga memiliki empat komponen sebagai berikut.
Komponen-Komponen Produk Domestik Bruto a. Konsumsi rumah tangga
b. Investasi
c. Konsumsi pemerintah
d. Ekspor bersih, yang merupakan selisih dari total ekspor dan impor. Rumus Mencari PDB
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka dirumuskan seperti dibawah ini: PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
C: Konsumsi rumah tangga I: Investasi
G: Konsumsi pemerintah X: Ekspor
M: Impor
Secara kasar PDB dapat dijadikan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, akan tetapi ukuran ini tidak terlalu tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena jika hanya melihat PDB, perhitungan tersebut masih mengabaikan faktor jumlah penduduk. (http://www.artikelsiana.com)
D. (Nilai Tukar Rupiah) Kurs
Kehidupan perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satupun negara di dunia yang dapat menghindarkan perekonomiannya dari pengaruh pergerakan valuta asing, khususnya dari hard currencies (valuta asing yang nilainya kuat) seperti US Dollar. USD telah menjadi semacam mata uang internasional sehingga setiap negara mengandalkan mata uang ini. Contoh sederhana yaitu semua negara pasti mencadangkan devisanya dalam bentuk dollar. Selain itu kegiatan ekspor maupun impor selalu berpatokan pada mata uang ini.
Nilai tukar (kurs) mata uang asing adalah harga di mana penjualan atau
pembelian valuta asing berlangsung atau jumlah uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Di dunia terdapat 3 macam sistem penetapan nilai tukar, sistem tersebut meliputi:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap / Stabil (Fixed Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus perdagangan dan investasi internasional atau antar negara dapat berjalan lancar.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate System)
Dalam sistem ini nilai tukar atau forex rate suatu mata uang atau valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing.
3. Sistem Nilai Tukar Terkait (Pegged Exchange Rate System)
METODE TULISAN
A. Variabel Tulisan
1. Identifikasi Variabel
Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya, maka variabel yang akan diteliti dikelompokkan dalam dua variabel, yaitu :
a. Variabel Terikat (Dependent Variable), dalam tulisan ini sebagai variabel terikat
(Y) adalah Volume Ekspor Pakaian Jadi.
b. Variabel Bebas (Independent Variable), dalam tulisan ini sebagai variabel bebas
adalah :
X1 : Harga Volume per Ton
X2 : PDB AS
X3 : nilai tukar Rupiah (Kurs)
2. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan identifikasi variabel di atas, selanjutnya perlu diuraikan definisi operasional masing-masing variabel. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dalam tulisan tergantung atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam tulisan ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Volume Ekspor Pakaian Jadi. Dalam tulisan ini menggunakan data Volume Ekspor Pakaian Jadi tahunan yang ada di Badan Pusat Statistik Indonesia mulai tahun 2000-2014.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam tulisan ini yang menjadi variabel bebas adalah :
1) Harga volume per ton
Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume Ekspor Pakaian Jadi dan tingkat Harga volume per ton. Adapun koefisien slope regresi adalah sebagai berikut :
2) PDB AS
Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume Ekspor Pakaian Jadi dan tingkat PDB AS. Adapun koefisien slope regresi adalah sebagai berikut :
Y = a + βX1 + e
3) Nilai Tukar Rupiah
Nilai Tukar Rupiah adalah harga mata uang Rupiah dalam ukuran mata uang asing (USD). Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume Ekspor Pakaian Jadi dan nilai tukar Rupiah. Adapun koefisien slope regresi adalah sebagai berikut :
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam tulisan ini meliputi data tingkat Harga volume per ton, PDB AS nilai tukar Rupiah dan Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Setelah penentuan populasi, langkah selanjutnya yang diambil adalah menentukan sampel yang diteliti. Adapun sampel dalam tulisan ini adalah data tahunan dari data tingkat Harga volume per ton, PDB AS, nilai tukar Rupiah dan Volume Ekspor Pakaian Jadi di Badan Statistik Indonesia dan trading economics.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting, karena dalam teknik pengumpulan data ini diperoleh data yang akan dianalisis dan hasilnya disajikan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan data dalam tulisan ini adalah dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengambil data dari catatan yang dilakukan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena tertentu dari suatu objek yang diteliti. Dalam tulisan ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan antara lain :
1. Badan Pusat Statistik Indonesia
Dari sumber ini diperoleh data Volume Ekspor Pakaian Jadi, Harga Volume per ton, dan Kurs (Nilai Tukar Rupiah).
2. id.tradingeconomics.com
Dari sumber ini diperoleh data PDB Amerika Serikat.
D. Teknik Analisis
Analisis data adalah suatu usaha untuk dapat menemukan jawaban dalam suatu tulisan. Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk-bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan, sehingga memberikan gambaran yang jelas
dari hasil sebuah tulisan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menganalisis, mendeskripsikan atau menggambarkan karakteristik dari variabel-variabel yang digunakan.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis ini merupakan metode statistik untuk penarikan kesimpulan atau generalisasi untuk keseluruhan populasi atas dasar sampel atau statistik yang sedang diselidiki. Analisis ini bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh. Pelaksanaan dari analisis ini menggunakan alat bantu statistik, yaitu Analisis Regresi Linier. Namun sebelum menganalisis lebih lanjut hasil regresi, agar hasil yang diberikan representative (memenuhi persyaratan BLUE-best, linier, unbiased, estimator), maka diperlukan uji asumsi klasik.
a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Normalitas bisa dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Kaidah pengambilan keputusan terhadap uji normalitas data adalah “apabila nilai asymptotic significance lebih besar dari 5 % maka dikatakan normal dan apabila lebih kecil dari 5 % dikatakan tidak normal.”
2) Uji Multikolinieritas
3) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi gejala dengan uji Glejser yaitu melakukan regresi varian gangguan (residual) dengan variabel bebasnya sehingga didapatkan nilai P. Untuk mengetahui adanya gejala gangguan atau tidak adalah apabila P > 0,05 menunjukkan tidak terjadi gangguan begitu pula sebaliknya.
4) Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut urutan waktu (Suharyadi dan Purwanto, 2004, h.529). Cara pengujian untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Uji Statistik Durbin Watson. Uji statistik ini untuk menguji hipotesis:
Ho: tidak ada autokorelasi yang positif H1: ada autokorelasi yang positif
Dengan data dari hasil observasi kemudian dibandingkan d dengan di. Jika hipotesis Ho adalah akan ada autokorelasi positif, maka:
d < dL : Ho ditolak, ada autokorelasi d < dU : Ho diterima, tidak ada autokorelasi dL < d < dU : hasil pengujian tidak dapat disimpulkan
bila tidak ada autokorelasi negatif, digunakan (4-d) sebagai pengganti d d > 4-dL : menolak Ho
d < 4-dU : menerima Ho
4-dU < d < 4- dL : hasil pengujian tidak dapat disimpulkan
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas tingkat Harga volume per ton , dan nilai tukar Rupiah, terhadap variabel terikat Volume Ekspor Pakaian Jadi. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = variabel terikat
a = konstanta
b1,b2,b3 = koefisien regresi
X1, X2, X3 = variabel bebas Uji Hipotesis
Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan secara statistik melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1) Uji F
Uji F digunakan untuk menguji kebenaran pengaruh dari seluruh variabel bebas secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat, langkah-langkah dalam uji F antara lain:
a) Merumuskan hipotesis
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
Ho = b1, b2, b3 = 0 ; ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
H1 = b1, b2, b3 ≠ 0 ; ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
b) Menentukan tingkat signifikansi (level of significance) (α) = 5 % dan degree of freedom (df) sebesar (k-1) derajat pembilangnya dan (n-k) untuk derajat penyebutnya, di mana n = jumlah observasi dan k = variabel penjelasnya.
c) Menghitung F hitung dengan rumus F hitung dapat dicari dengan cara:
F hitung = 1−2/ �−12 / �−� Di mana;
R² = koefisien determinasi k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel
d) Membandingkan F hitung dengan F tabel
2) Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variabel terikat serta untuk mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh lebih dominan terhadap variabel terikat. Langkah-langkah dalam uji t adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan hipotesis
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
Ho : b1 = 0 , artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel bebas (X1) terhadap variabel terikat (Y) H1 : b1 ≠ 0 ,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel bebas (X1) terhadap variabel terikat (Y)
b) Menentukan tingkat signifikansi atau level of significance (α) = 5 %
dengan degree of freedom (df) (n-k-1) di mana k adalah jumlah variabel bebas.
c) Menghitung t hitung dengan rumus
Nilai t-statistik dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: T-hitung = �−�
�
d) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak
HASIL TULISAN DAN PEMBAHASAN
Perkembangan volume ekspor pakaian jadi Indonesia tahun 2000-2014, dimana harga pakaian jadi juga memengaruhi volume ekspor pakaian jadi, harga rata-rata pakaian jadi yang diperdagangkan di dunia adalah landasan yang dijadikan harga berlaku. Perkembangan volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara Amerika Serikat untuk tahun 2000-2014 akan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1
Perkembangan Volume Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat Tahun 2000-2014
Tahun Volume (Ton) Nilai FOB (Ribu USD) Perkembangan Volume (Ton) Presentase (%)
2000 143.709,4 2.013.088,0 - -Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah), 2016
meningkat menjadi 261.045,8 ton atau sebesar 0,184 persen. Namun tahun 2011 volume ekspor kembali turun sebesar 11654,9 ton atau sebesar -0,043. Begitu pula tahun 2012 yang mengalami penyusutan volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat berkisar di angka 238.735,1 ton atau turun 10655,8 ton dari tahun sebelumnya. Pada saat 2013 peningkatan volume pakaian jadi Indonesia terjadi sebesar 0,024 persen atau 5649,1 ton menjadi angka 244.384,2 ton dan pada tahun 2014 kembali turun sebesar -17504,5 ton di nilai FOB 3.758.453,5 Ribu USD atau turun sebesar 0,072 ton.
Volume ekspor Indonesia tertinggi ke negara Amerika Serikat tesebut sebesar 261.045,80 ton pada tahun 2010 dengan nilai FOB sebesar 3.935.568,3 ribu USD. Peningkatan angka produksi pakaian jadi mendorong terjadinya perluasan ekspor pakaian jadi pada tahun tesebut dan menunjukkan kenaikan permintaan oleh negara tersebut. Penurunan terbesar ekspor pakaian jadi yang terjadi dari negara Amerika Serikat tersebut sebesar -0,14 persen atau di angka FOB yaitu 1.787.856,5 ribu USD di tahun 2002. Turunnya harga pakaian jadi mempengaruhi angka PDB Indonesia atas tekstil secara langsung pada tahun yang bersangkutan.
Tabel 2
Perkembangan Volume, Harga Volume/ton, PDB Amerika Serikat, dan Kurs tahun 2000-2014
Tahun Volume (Ton) Volume/Ton Harga (USD)
PDB AS
(Miliar USD) Kurs (Rp) Volume (Ton)Perubahan Perubahan Harga Volume (USD)
Perubahan PDB AS (Miliar USD)
Perubahan
Kurs (Rp) Kurs%
Gambar Harga, Produk Domestik Bruto Negara Amerika Serikat, dan Kurs Dollar Terhadap Rupiah ke Negara Amerika Serikat Tahun 2000-2014.
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
A. Harga terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat tahun 2000-2014
Gambar harga, produk domestik bruto negara Amerika Serikat, dan kurs dollar terhadap rupiah ke negara Amerika Serikat tahun 2000-2014 menjelaskan bahwa, harga pakaian jadi Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2001, harga pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan paling rendah antara tahun 2000-2014 yaitu sebesar US$1.370,76 Volume/Ton. Memasuki tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar US$949,25 Volume/Ton. Meningkatnya harga pakaian jadi Indonesia berdampak positif untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2003 dan 2004. Tahun 2003 harga meningkat menjadi US$1.278,57 Volume/Ton dan tahun 2004 meningkat sebesar US$1.200,42 Volume/Ton. Namun pada tahun 2005 harga pakaian jadi Indonesia kembali menurun sebesar US$388,13. Tahun 2006 kembali terjadi penguatan harga pakaian jadi sebesar US$318,55 Volume/Ton. Penguatan tersebut tidak berlanjut ke tahun berikutnya. Tahun 2007 penurunan harga terjadi yaitu sebesar US$245,27 Volume/Ton dan berlanjut ke tiga tahun
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000
berikutnya yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010. Tahun 2008 penurunan harga sebesar US$194,47 dan pada tahun 2009 sebesar US$ 487,33 Volume/Ton. Sedangkan tahun 2010 sebesar US$37,72. Tahun 2011 harga pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan paling tinggi sebesar US$ 2.335,74 Volume/Ton selama tahun 2000-2014. Pada tahun 2012 harga atas pakaian jadi Indonesia kembali melemah di angka US$16.219,44 Volume/Ton. Begitu pula tahun 2013, harga pakaian jadi turun kembali US$312,49. Peningkatan permintaan membuat harga pakaian jadi Indonesia meningkat sebesar US$16.565,84 atau sebesar US$658,89 pada tahun 2014.
Secara teori hukum penawaran merupakan keterkaitan antara barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Dalam perdagangan internasional, volume ekspor menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan. Sehingga semakin tinggi harga barang maka jumlah ekspor juga meningkat, demikian apabila harga barang yang diekspor menurun maka volume ekspor juga menurun dengan asumsi cateris paribus.
B. PDB Amerika Serikat terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat tahun 2000-2014
Memasuki tahun 2010 PDB yang dimiliki Amerika Serikat mengalami kenaikan di titik 14.964,40 Milyar USD. Tahun 2011, PDB AS meningkat 553,53 Milyar USD, sebesar 637,32 Milyar USD pada tahun 2012, 507,90 Milyar USD di tahun 2013 dan sebesar 684,93 Milyar USD pada tahun 2014.
Teori Keynes yang menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi besar kecilnya impor. Apabila PDB per kapita Negara Amerika Serikat mengalami peningkatan, maka bagi negara Amerika Serikat sendiri akan mengurangi volume ekspornya. Meningkatnya PDB per kapita mengindikasikan adanya kenaikan daya beli masyarakatnya dan berimplikasi pada meningkatnya permintaan sehingga mengurangi volume komoditas yang akan di ekspor.
C. Kurs terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat tahun 2000-2014
Menurut Trivena (2013) menyatakan bahwa dua mata uang berbeda yang ditukarkan disebut sebagai kurs, serta diasumsikan sebagai komparasi harga dan/atau nilai antara mata uang kedua Negara. Oleh karena itu perdagangan antar negara dilakukan demi menjauhkan terjadinya defisit anggaran yang terlalu tinggi dengan memerhatikan mata uang yang sifatnya universal seperti US$. Dilihat dari Gambar harga, produk domestik bruto negara Amerika Serikat, dan kurs dollar terhadap rupiah ke negara amerika serikat tahun 2000-2014, perkembangan kurs dollar Amerika Serikat dari tahun 2000-2014 mengalami fluktuasi.
persen. Pada tahun 2006 menguat sebesar 0,80 persen atau sebesar Rp810. Rupiah melemah 0,04 persen pada tahun 2007 dan 0,16 pada tahun 2008.
Memasuki tahun 2009 rupiah cukup menguat yaitu sebesar Rp1.550 atau di 0,14 persen. Kemudian disusul dengan sedikit kembali menguat nilai tukar rupiah pada tahun 2010 yaitu di angka 0,04 persen atau sebesar Rp409. Penguatan rupiah ini dipicu oleh kembali menguatnya perekonomian global yang dimulai di awal April 2009. Memasuki tahun 2011 rupiah kembali melemah 0,01 persen persen. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat terus. Melemahnya rupiah ini berlanjut hingga tahun 2012 yaitu sebesar Rp602 atau mengalami depresiasi 0,07 persen. Tahun 2013 rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,26 persen atau berada pada level Rp12.189 per 1 dollar AS.
Memasuki tahun 2014, nilai tukar rupiah kembali melemah atau depresiasi sebesar 0,02 persen atau sebesar Rp251. Menurut BI, sepanjang tahun 2014, euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter (quantitative easing/QE) diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen lebih kompetitif. Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah.
D. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka harus dilakukan Uji Asumsi Klasik. Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhi asumsi klasik. Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah terbatas dari uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi:
1. Uji Normalitas
Tabel 3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 16
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.04879838E4
Most Extreme Differences
Absolute .132
Positive .109
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z .527
Asymp. Sig. (2-tailed) .944
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Hasil pengujian menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,94% > 0,05 sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
2. Uji Multikolinieritas
Tabel 4
Uji Multikolinieritas Value Inflation Factor (VIF)
Model
Unstandardized Coeff. Standardized Coeff.
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -9281.855 236176.222 -.039 .969
Harga per Volume
Ekspor -11.291 18.559 -.209 -.608 .555 .335 2.987
PDB AS 29.521 12.497 .939 2.362 .038 .250 4.007
Kurs Rupiah -3.785 14.491 -.068 -.261 .799 .589 1.697
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk variabel independen (tingkat Harga volume per ton, PDB AS, dan Kurs) tidak terjadi multikolinieritas dengan ditunjukkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
3. Uji Heterokedastisitas
Tabel 5
Correlation Coefficient 1.000 .732** .236 -.132
Sig. (2-tailed) . .002 .398 .639
N 15 15 15 15
PDB AS Correlation Coefficient .732** 1.000 .389 -.189
Sig. (2-tailed) .002 . .152 .499
N 15 15 15 15
Kurs Rupiah Correlation Coefficient .236 .389 1.000 -.111
Sig. (2-tailed) .398 .152 . .694
N 15 15 15 15
Unstandardize
d Residual
Correlation Coefficient -.132 -.189 -.111 1.000
Sig. (2-tailed) .639 .499 .694 .
N 15 15 15 15
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Hasil pengujian di atas menunjukkan semuanya nilai Sig. > 0,05 berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau H0 diterima. sehingga asumsi
heteroskedastisitas tidak terpenuhi.
4. Uji Autokorelasional
dua atau lebih. Aturan keputusannya adalah jika nilai DW lebih kecil dari minus dua (-2), maka bisa diartikan terjadi gejala autokorelasi positif. Jika nilai DW lebih besar dari dua (2), maka bisa diartikan terjadi gejala autokorelasi negatif. Sedangkan jika nilai DW antara minus dua (-2) sampai dua (+2), maka dapat diartikan tidak terjadi gejala autokorelasi. Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1,424 yang berarti terjadi tidak terjadi gejala autokorelasi. Berikut hasil perhitungan.
Tabel 4
Uji Autokorelasi Variabel
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .753a .567 .449 48838.66425 1.424
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
E. Analisis Data dan Interpretasi 1. Analisis Regresi Linier
Dalam pengolahan data dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh variabel harga volume per ton (X1), PDB AS (X2), dan nilai tukar Rupiah (X3) terhadap tingkat Volume ekspor pakaian jadi (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7
Hasil Uji Regresi Linier
Variabel Koef. Regresi (B) T hitung Sig. Keterangan
Konstan -9281.855
Harga per Volume Ekspor -11.291 -.608 .555 Tidak Signifikan
PDB AS 29.521 2.362 .038 Signifikan
Kurs Rupiah -3.785 -.261 .799 Tidak Signifikan
Variabel bebas pada regresi ini adalah harga volume per ton (X1), PDB AS (X2), dan nilai tukar Rupiah (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat Volume ekspor pakaian jadi (Y). Model regresi berdasarkan analisis diatas adalah:
Y = -9281.855 + -11.291X1 + 29.521X2+ -3.785X3 + e
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
a. a = -9281.855
Nilai ini merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi Volume Ekspor Pakaian Jadi. Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel harga volume per ton (X1), PDB AS (X2), dan nilai tukar Rupiah (X3), maka nilai Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar -9281.855.
b. b1 = -11.291
Nilai parameter atau koefisien regresi b1 ini menunjukkan apabila setiap variabel harga volume per ton (X1) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi akan menurun sebesar 11.291 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
c. b2 = 29.521
Nilai parameter atau koefisien regresi b2 ini menunjukkan apabila setiap variabel tingkat PDB AS (X2) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi akan meningkat sebesar 29.521 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
d. B3 = -3.785
Nilai parameter atau koefisien regresi b3 ini menunjukkan apabila setiap variabel tingkat nilai tuka Rupiah (X3) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi akan menurun sebesar 3.785 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hipotesis Pertama
nilai tukar Rupiah (X3) berpengaruh terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi. Hipotesis pertama dalam tulisan ini adalah ”terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel harga volume per ton, PDB AS, dan nilai tukar Rupiah terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi tahun 2000-2014”. Untuk menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh signifikan baik secara simultan (serentak) maupun secara parsial (individual) terhadap variabel terikat digunakan Uji F dan Uji t.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji F dan besarnya F tabel : Tabel 8
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.431E10 3 1.144E10 4.795 .023a
Residual 2.624E10 11 2.385E9
Total 6.055E10 14
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Pada pengujian ini besarnya F signifikan pada α 10%, maka Ho ditolak atau H1 diterima. Selanjutnya berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji t dan besarnya t tabel :
Tabel 9 Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coef. Standardized Coef. t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -9281.855 236176.222 -.039 .969
Harga per Volume
Ekspor -11.291 18.559 -.209 -.608 .555 .335 2.987
PDB AS 29.521 12.497 .939 2.362 .038 .250 4.007
Kurs Rupiah -3.785 14.491 -.068 -.261 .799 .589 1.697
1) Variabel Harga volume per ton (X1)
Variabel Harga volume per ton (X1) tidak signifikan di α 5%. Dengan demikian pengujian menunjukkan Ho diterima atau H1 ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel tingkat harga volume per ton tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
2) Variabel PDB AS (X2)
Variabel tingkat PDB AS (X2) signifikan di α 5%. Dengan demikian pengujian menunjukkan H1 diterima atau Ho ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel tingkat PDB AS berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
3) Variabel Kurs (X3)
Variabel tingkat kurs (X3) tidak signifikan. Dengan demikian pengujian menunjukkan H1 ditolak atau Ho diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel tingkat kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah bahwa seluruh variabel bebas (harga volume per ton, PDB AS, dan nilai tukar Rupiah) berpengaruh signifikan secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat, yaitu Volume Ekspor Pakaian Jadi, namun secara parsial hanya variabel PDB AS (X2) yang berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi, sedangkan variabel tingkat Harga volume per ton (X1) dan kurs (X3) tidak berpengaruh signifikan.
3. Interpretasi Hasil Tulisan
Y = -9281.855 + -11.291X1 + 29.521X2+ -3.785X3 + e
a. Variabel Harga volume per ton (X1)
Koefisien regresi harga volume per ton sebesar -11.291dan tidak signifikan di 5 %, hal ini menunjukkan apabila harga volume per ton meningkat sebesar 1 % akan menyebabkan turunnya Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar 11.291poin, dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel harga volume per ton berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat harga volume per ton tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, variabel harga volume per ton sebagai variabel bebas berpengaruh dengan arah negatif terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi, atau dapat diartikan kenaikan tingkat harga volume per ton akan menurunkan Volume Ekspor Pakaian Jadi, begitu juga sebaliknya.
Hal ini sejalan dengan hukum permintaan bahwa naiknya harga produk merupakan sinyal negatif bagi pembeli.
b. Variabel PDB AS (X2)
Koefisien regresi tingkat PDB AS sebesar 29.521 dan signifikan di 5 % menunjukkan apabila tingkat PDB AS naik sebesar 1 % menyebabkan naiknya Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar 29.521 poin dengan asumsi variabel lainnya konstan. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat PDB AS berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan Harga volume per ton merupakan sinyal positif bagi volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara Amerika Serikat.
c. Variabel nilai tular Rupiah (X3)
menyebabkan turunnya Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar -3.785 poin, dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel kurs berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya dengan fokus tulisan pada variabel tingkat harga volume per ton, PDB AS, dan kurs Rupiah terhadap Dollar yang mempengaruhi Volume Ekspor Pakaian Jadi maka dapat diambil kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel tingkat harga volume per ton, PDB AS, dan kurs Rupiah terhadap Dollar terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi tahun 2000-2014. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel bebas dan volume ekspor pakaian jadi merupakan variabel terikat, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model regresi linier. Agar model persamaan regresi linier memberikan hasil yang representatif sesuai kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimated) maka dilakukan uji asumsi klasik. Berdasarkan pada analisis hasil tulisan yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan, pencapaian tujuan tulisan sekaligus pembuktian hipotesis, yaitu :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tingkat harga volume per ton, PDB
AS, dan kurs Rupiah terhadap Dollar terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi tahun 2000-2014. Variabel PDB AS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi dan menunjukkan koefisien arah (regresi) positif, yang artinya menguatnya PDB AS berpengaruh nyata terhadap menguatnya Volume Ekspor Pakaian Jadi. Sedangkan variabel tingkat harga volume per ton dan kurs secara parsial (individu) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
2. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi adalah
variabel PDB Amerika Serikat.
3. Prospek Perkembangan Ekspor Pakaian Jadi Indonesia Ke Negara Amerika Serikat
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan dapat diberikan saran yaitu:
1. Produk Domestik Bruto negara Amerika Serikat berperan dominan atas nilai ekspor
pakaian jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat, disarankan dalam melakukan ekspor lebih memerhatikan perkembangan daya konsumsi masyarakat terkait pakain jadi Indonesia, karena pertumbuhan PDB suatu negara menunjukan kekuatan daya beli masyarakat.
2. Penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah dilakukan dengan tepat sehingga menjaga
REFERENSI
https://www.academia.edu/11009500/PENGARUH_KURS_DAN_INFLASI_TERHADAP_I HSG
http://id.tradingeconomics.com/united-states/gdp
https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-produk-domestik-bruto-pdb.html https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1024
http://www.kargonews.com/
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15563 - Analisis integrasi vertikal industri pakaian jadi (garmen) di indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya