Manajemen Berbasis Sekolah
Agenda
1. Seluk Beluk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2. Hasil Riset Bank Dunia terkait MBS
3. Rancangan Modul Teknologi Informasi
Latar Belakang
A Globalisasi mengerucut pada kompetisi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (keunggulan kompetitif dan komparatif)
A “Pendidikan” merupakan infrastruktur utama
kehidupan
A Kanal pendidikan – seperti sekolah, perguruan tinggi, pusat pelatihan – menjadi titik-titik “mercu
suar” komunitas sosial
Landasan Pemikiran
A Secara geografis, Indonesia teramat sangat heterogen
A Peranan, posisi, dan karakteristik sekolah amat beragam dengan konteks yang berbeda-beda
A Konsep “one policy for all” menjadi tidak relevan
dan sulit diterapkan karena fenomena keunikan tersebut
A Pendekatan baru harus dipergunakan:
– Sejalan dengan ciri khas masing-masing sekolah – Menuju pada visi dan misi serta obyektif yang
Manajemen Berbasis Sekolah
A Adaptasi dari “School Based Management”:
– Pendekatan politik dengan cara meredesain pengelolaan sekolah untuk memberikan kekuasaan/partisipasi lebih kepada guru, siswa, orang tua, dan masyarakat dalam mengatur sekolah terkait
– Modifikasi struktur pemerintahan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan pemerintahan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat
lokal
Tantangan
A Harus lebih efektif (dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan siswa yang bermutu)
A Harus lebih efisien (dalam hal optimalisasi pemakaian sumber daya)
A Harus lebih terkontrol dengan baik (dalam hal “tata
pamong” dalam pencapaian visi/misi lokal yang
“
Best Practice
”
A Merupakan karya “Edward E. Lawler” dan “Susan
Alber Mohrman” et.al.
A Sudah dicoba di Amerika Serikat (juga di Thailand, Brazil, Australia, New Zealand, Meksiko, Jepang, Chili, El Savador dan Hongkong) dan berhasil
membawa dampak yang positif dan siginifikan, khususnya dalam hal kualitas belajar mengajar, pengambilan keputusan, dan dorongan semangat/ motivasi berprestasi
Hal yang Perlu Diperhatikan
A MBS menyangkut kekuatan desentralisasi dengan target utama peningkatan kinerja sekolah
A MBS mengarah pada partisipasi “local
stakeholders” dengan mengacu pada tuntutan
efektivitas program
A MBS menggunakan strategi “manajemen
partisipatif” yang menekankan kemampuan
profesional dibandingkan dengan kekuasaan A MBS menawarkan kebebasan kekuasaan yang
Asumsi Dasar
1. Sekolah merupakan lembaga layanan jasa
pendidikan dimana Kepsek merupakan Manajer untuk peningkatan mutu layanan dan hasil belajar dengan orientasi pada pemakai (internal dan
eksternal)
2. Akselerasi didapat jika terjadi “alignment” antara
sekolah dengan lingkungan otoritas terkait yang lebih tinggi
3. Secara aktif seluruh “stakeholders” harus
Sebab Kegagalan MBS
1. MBS diberlakukan sebagai inovasi yang terpisah dari konteks kurikulum
2. MBS segera mengembangkan sistem
pengambilan keputusan lokal yang cenderung otoriter
3. MBS tidak membuat sistem ukuran kinerja yang efektif
4. MBS membingungkan “stakeholers” karena
Hakekat Utama
A “Sekolah” merupakan sebuah sebuah “entiti
usaha” yang memiliki sejumlah “misi sosial”
A Terjadi perkawinan antara aspek-aspek komersial (bisnis) usaha dan tujuan-tujuan sosial universal A “Common denominator”-nya terletak pada:
– Sustainability (kebersinambungan entitas) – Endurance (ketahanan entitas)
BSC untuk MBS
A Aspek Finansial dan
Ketersediaan Infrastruktur
A Aspek Pertumbuhan
Kunci Keberhasilan MBS
A Entitas yang beroperasi berdasarkan “
customers-driven” dan “quality compliance”
A Memiliki “business model” yang ampuh
A Kemampuan manajemen individu profesional yang digabungkan dengan kemampuan bekerja dalam tim
A Berorientasi pada proses yang semakin lama
Apa yang Harus Dimiliki Sekolah?
A Sebuah “BUSINESS PLAN” yang kuat/kokoh,
menyangkut:
– Analisa Kebutuhan Pelanggan Internal dan Eksternal – Kajian SWOT Sekolah dan Mitra Kerjanya
– Definisi Pelanggan dan Reposisi Pasar – Rancangan Produk dan Jasa
– Penentuan Visi, Misi, dan Obyektif
– Pemilihan Manajemen Inti dan Persiapan SDM – Penentuan “Business Models”
– Desain Proses Strategis dan Operasional
– Penyusunan Strategi Keuangan, Pemasaran dan Kemitraan
Keingingan Orang Tua
(Education Matters 2000)A Best experience for their child A Education in basics
A Progressing well
A Child happy to go to school
A Teachers enthusiastic, pleasant, responsive to children, responsive to parents