• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengapa Buruh Harus Bekerja Lebih Banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mengapa Buruh Harus Bekerja Lebih Banyak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Mengapa Buruh 'harus' Bekerja Lebih Banyak?

Buruh, Jeratan Hutang dan Strategi Bertahan

Hidup

Oleh: Dina Septi Utami

Awal

“...buruh perempuan tidak ada waktu, tidak ada lagi tenaga, apalagi jarak antara rumah dengan kantor serikat yang terlalu jauh membuat mereka kurang aktif di serikat dan program pendidikan apapun yang diselenggarakan. Buruh perempuan susah diajak kumpulan karena Sabtu lembur. Sedangkan hari Minggu milih nyuci, setrika atau kumpul sama anak. Walaupun saya juga ada lembur di hari Minggu, tapi kalau tidak sedang lembur saya selalu datang ke pendidikan. Sabtu masuk setengah hari, jadi sabtu sore masih bisa kumpulan.” (Narti,

karyawan PT R, Bekasi).

“Ah, kau lembur terus, emang mau umroh...” (Anonim)

Dua kutipan di atas adalah gambaran yang menunjukkan bagaimana kehidupan kelas buruh yang harus menghabiskan umurnya di dalam pabrik untuk bekerja agar hidup bisa dilanjutkan. Mengapa orang harus bekerja? Atau mengapa orang harus bekerja lebih banyak agar bisa hidup? Dua pertanyaan ini tanpak naif, bahkan mungkin ada yang marah. Tapi kerja memiliki arti yang berbeda-beda di setiap zaman, karena kondisi-kondisi yang juga berbeda-beda.

(2)

Hari Gajian di Ruang ATM

Hari itu tanggal 25 Maret 2014, satu bulan sebelum dirumahkan, hari di mana Zulaika menerima upahnya. Sebagimana biasa, upah Zulaika ditransfer langsung ke rekeningnya pada sebuah bank oleh manajemen perusahaan tempat ia bekerja. Sepulang bekerja hari itu, ia mampir ke ATM untuk gajian. Setelah melihat saldo untuk memastikan kalau upahnya sudah masuk, sebelum berpikir untuk melakukan penarikan tunai, ia mentransfer sejumlah uang ke beberapa nomor rekening yang ada di catatannya. Tranfer pertama sejumlah Rp. 800.000 ke sebuah rekening untuk membayar angsuran pembelian rumah. Rumah ini ia beli sejak dua tahun lalu dengan uang muka dua juta rupiah dan pembayaran angsuran selama 15 tahun. Selanjutnya, Zulaika mentransfer uang sebesar Rp. 350.000 ke sebuah bank untuk membayar angsuran pinjaman sebesar 8 juta rupiah yang diangsur selama tiga tahun. Uang 8 juta ini ia pinjam sejak 2 tahun lalu untuk merenovasi rumah yang ia beli. Karena rumah ia ia beli itu, walapun baru tetapi belum bisa ditinggali. Zulaika masih harus memperbaiki kamar mandi dan mengganti keramik ruang tamu dan di kamar tidur.

Sebelum keluar dari ruang ATM, Zulaika tidak lupa melakukan penarikan tunai. Tidak jelas berapa jumlahnya. Dalam perjalanan pulang, ia mampir ke rumah seorang teman sesama buruh, yang biasa dipanggil sebagai Mang Edi. Kepada Mang Edi ini, ternyata Zulaika punya hutang sebesar Rp. 5 juta yang harus dibayar sebesar Rp. 750.000 setiap bulan selama 10 bulan. Uang Rp. 5 juta ini ia pinjam satu bulan yang lalu untuk membangun dapur, karena rumah yang dibeli 2 tahun lalu itu belum ada dapurnya. Dari rumah Mand Edi ini Zulaika pulang ke rumahnya dan hari mulai gelap.

Tidak diketahui dengan jelas berapa Zulaika hari itu menerima upah. Tapi yang pasti adalah bahwa di hari gajian itu, yang pertama-tama ia lakukan adalah mebayar hutang baik dengan cara mentranfer uang ke beberapa rekening atau dengan cara membayar langsung dengan jumlah total sebesar Rp. 2,6 jt. Entah berapa yang tersisa dari upahnya bulan itu agar ia bisa bertahan hidup satu bulan ke depan.

Jenis setoran kredit Jumlah

Rumah 800.000

Motor 600.000

Hutang Bank 350.000

Hutang Rentenir 750.000

(3)

Bertahan Hidup di Kota Industri

Zulaika bukanlah nama yang sebenarnya. Perempuan muda kelahiran Garut1 1981

ini adalah seorang buruh di sebuah pabrik yang memproduksi folding box di Cikarang. Bagi kebanyakan orang tua di desanya, sekolah bagi perempuan masih dianggap hal yang tidak perlu diutamakan, selain memang biaya sekolah bukanlah hal yang murah. Waktu itu, hanya dua orang yang sekolah di SMP, Zulaika sendiri dan satu orang temannya. Temannya ini bisa bersekolah karena di bantu oleh kakaknya yang bekerja di Hongkong sebagai TKW. Karena tidak mungkin melanjutkan sekolah, sejak akhir tahun 1996, setelah lulus smp, Zulaika memilih untuk ikut kakaknya yang bekerja di Bekasi. Sesampai di Bekasi, ia mendapat pekerjaan sebagai SPG di sebuah pusat perbelanjaan. Pekerjaan ini ia jalani sejak awal 1997 sampai tahun 2002. Pada tahun 2002 Zulaika mendapat pekerjaan yang sedikit lebih baik, yaitu bekerja sebagai operator di sebuah pabrik di Cikarang. Perusahaan tempatnya bekerja sebut saja dengan PT S. Status pekerjaannya waktu itu tidak jelas. Sampai dengan tahun 2012 ia baru diangkat menjadi karyawan tetap (kartap) dengan dikeluarkannya SK pengangkatan oleh manajemen. Sebelumnya tidak pernah ada kontrak apapun. Sebelum diangkat, Zulaika tidak menerima tunjangan transportasi, tidak menerima ID Card dan tidak ada jaminan kesehatan dalam bentuk jamsostek.

PT S berjarak kurang lebih dua kilometer dari rumahnya. Antara kompleks perumahan di mana Zulaika tinggal dengan kawasan industri dipisahkan oleh sebuah lapangan rumput nan luas di mana kambing dan sapi biasa merumput. Di pinggir lapangan itu ada jalan yang menghubungkan Desa Serang dengan kawasan. Jalan itu tipikal seperti jalan-jalan lain di Cikarang yang bukan jalan kawasan. Bergelombang, berlubang, jalan tanah. Ketika hujan akan becek, licin dan tergenang di mana-mana. Tapi ketika kemarau kering dan berdebu. Setiap hari Zulaika mengendarai motor maticnya untuk pergi dan pulang kerja. Memiliki sepeda motor adalah satu-satunya cara untuk pergi dan pulang kerja, karena perusahaan tidak menyediakan transportasi bagi buruh-buruhnya.

Zulaika pernah menikah selama kurang lebih satu tahun. Ia bercerai tahun lalu, karena suaminya diam-diam kembali ke mantan istrinya. Selama satu setengah tahun menikah, Zulaika dan suaminya tidak memiliki anak.

Hidup sebagai buruh di Cikarang bukanlah hal yang mudah dan murah. Biaya sewa rumah kontrakan rata-rata berada di kisaran 500.000 sampai Rp. 600.000. Itupun sebuah rumah sewa yang biasa disebut dengan pintu seribu. Disebut demikian karena rumah ini sebenarnya satu ruangan dari sekian ruangan berderet dari sebuah bangunan yang memanjang, dilihat dari kejauhan, bagaikan rumah dengan seribu pintu. Rumah sewa seperti ini banyak tersebar di beberapa tempat di Cikarang dan Bekasi. Di tempat seperti inilah Zulaika tinggal sampai akhirnya pada tahun 2012 ia berinisiatif membeli rumah sendiri. Rumah ini berada tepat di belakang kawasan di mana pabrik tempat ia bekerja

(4)

beroperasi. Proses pembelian rumah ini difasilitasi oleh perusahaan tempat ia bekerja. Dengan uang muka Rp. 2 juta dan angsuran 800.000 setiap bulan selama 15 tahun, akhirnya Zulaika bisa memiliki rumah sendiri

Membeli rumah ternyata belum menyelesaikan masalah, karena rumah yang dibeli bukanlah rumah yang sudah siap untuk dihuni. Rumah dengan ukuran 36 dengan dua kamar tidur ini belum punya dapur dan ternyata rusak cukup parah. Zulaika menggambarkan:

“Keramiknya pada copot dan pecah. Plester temboknya mengelupas. Kamar mandi berlantai plester saja dan tidak ada dapur. Tidak bercat juga. Pokoknya belum bisa ditinggali. Makanya saya ngambil bank untuk renovasi.”

Agar rumah bisa menjadi tempat istirahat yang nyaman, maka Zulaika harus mencari cara mendapatkan uang untuk melakukan beberapa perbaikan. Salah satu caranya adalah dengan berhutang. Mencari hutangan tidak begitu sulit, namun cukup berat karena dengan demikian beban pengeluaran setiap bulan akan semakin bertambah. Setiap hutang, baik hutang pada rentenir atau bank, harus dikembalikan dengan bunga. Untuk memperbaiki rumah yang baru dibeli ini, Zulaika mendapatkan kredit dari sebuah bank yang bekerja sama dengan pihak perusahaan. Dari bank ini, ia dapat pinjaman sebesar Rp. 8 jt. yang harus dikembalikan sebesar Rp. 350.000 setiap bulan selama tiga tahun. Tidak selesai. Rumah ini belum ada dapurnya. Zulaika harus cari cara lagi agar ia punya rumah yang ada dapurnya.

Mengingat sudah ada dua hutang yang dua-duanya difasilitasi perusahaan yang dengan demikian menggunakan gajinya sebagai jaminan, maka kali ini Zulaika mencari pinjaman dari teman sesama buruh di perusahaan yang sama. Teman ini kebetulan, sambil bekerja sebagai buruh, meminjamkan uang kepada sesama buruh dengan sejumlah bunga. Dari Mang Edi ini, Zulaika mendapat pinjaman sebesar Rp. 5 jt. yang harus dikembalikan dalam sepuluh bulan. Setiap bulannya sebesar Rp. 750.000.

(5)

Nama pengeluaran Besaran

Listrik 75.000

Air 50.000

Sabun, shampo, pasta gigi 200.000

Kosmetik 150.000

Pulsa 100.000

Makan 30 hari x 40.000 1200.000

Total 1.475.000

Zulaika juga seorang yang pandai berdandan. Ia menyukai sepatu dan sandal berhak tinggi dan hobi membeli baju. Dalam sebulan ia bisa menghabiskan ratusan ribu untuk membeli baju. Setiap 3 bulan sekali ia mengeluarkan baju-baju yang sudah tidak up-to-date dari lemari untuk diganti dengan baju baru. Salah satu yang menumbuhkan kesukaannya akan sepatu berhak tinggi dan baju adalah pengalamannya bekerja di Mall selama 5 tahun. Jika ditambah dengan kebutuhan makan setiap hari dalam satu bulan, maka bisa dibayangkan berapa uang yang harus Zulaika cari untuk memenuhi semua itu? Bagaimana mendapatkannya?

----Sesuai dengan UMK Kabupaten Bekasi, Zulaika setiap bulan menerima 2.450.000 sebagai upah; 2,4 juta adalah UMK sedangkan Rp. 50.000 tunjangan masa kerja. Untuk diketahui Zulaika bekerja sudah 12 tahun. Uang yang ia terima setiap bulan ini jelas tidak cukup. Untuk mengatasinya ia harus lembur di setiap hari kerja sebanyak tiga jam dan di hari sabtu ia lembur sebanyak 7 jam. Dengan demikian, maka setiap hari Zulaika harus bekerja selama sebelas jam, dan hari sabtu yang seharusnya dipergunakan untuk beristirahat ia pergunakan juga untuk lembur kerja. Selama satu minggu Zulaika menghabiskan waktunya di dalam pabrik selama 62 jam, yang kalau ditotal untuk satu bulan, ia menghabiskan waktunya di dalam pabrik selama lebih dari 200 jam. Berikut tabel perkiraan penghasilan Zulaika jika ia lembur:

Upah Lembur non-sabtu

1 jam pertama x 1,5 15.000 x 1,5 22.500

2 jam berikutnya x 2 15.000 x 2 30.000

Total lembur sebulan non-sabtu (22.500x20)+ (30.000x20) 1.650.000 Upah Lembur Sabtu

(6)

Total lembur sebulan sabtu 210.000x4 840.000 Total upah lembur satu bulan 1.650.000 + 840.000 2.490.000

Setelah ditambah dengan upah lembur, Zulaika akan menerima total upah sebesar Rp 4.890.000. Angka itu tidak didapat setiap bulan, tergantung jumlah jam lembur yang sanggup diambil pada setiap bulannya. Jika semua jam lembur diambil maka bisa diperkirakan berapa sisa upah Zulaika setiap bulan setelah dikurangi dengan pengeluaran untuk membayar hutang seperti pada table 1 di atas.

Gaji pokok ditambah dengan gaji lebur ternyata belum juga cukup. Oleh karena itu, Zulaika juga berbisnis kecil-kecilan. Zulaika menjual kosmetik kepada teman-teman se-PT-nya, terutama yang di bagian manajemen. Pembeli membayarnya dengan cara mencicil 2-3 kali. Ia mengambil untung 10% dari setiap produk yang terjual. Dari situ ia dapat mendapatkan tambahan penghasilan. Sebagai cara untuk menabung, Zulaika membeli perhiasan emas dan menyimpannya. Selain itu, ia mengikuti beberapa macam arisan, seperti arisan bedcover dan arisan gelas.

Perjuangan Upah Berujung PHK

Dua belas belas tahun bekerja di perusahaan yang sama bukanlah waktu yang sedikit. Namun itu pasti tidaklah cukup untuk mendapatkan rasa aman dalam mencari penghidupan. Begitulah kira-kira gambaran sederhana yang bisa disebutkan dalam menceritakan nasib Zulaika berikutnya karena pada April 2104 tiba-tiba Zulaika dan 100 lebih temanya dirumahkan. Dengan alasan evaluasi order, manajemen PT S dengan sepihak merumahkan karyawannya untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Namun demikian, dari beberapa informasi dari serikat buruh dan beberapa dokumen yang bisa ditemukan, peristiwa perumahan ini punya cerita panjang.

PT S adalah sebuah perusahaan yang memproduksi folding box. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1997. Bahan baku berupa kertas didatangkan terutama dari Serang. Hasil produksinya dijual terutama di dalam negeri. Jenis produk yang dihasilkan misalnya kemasan susu formula, kemasan barang-barang elektronik dan kemasan produk shampo dan sabun. Perusahaan ini mempekerjakan 250 buruh. Buruh tetap berjumlah 20 orang dan selebihnya atau 230 orang adalah buruh kontrak. PT S berlokasi di Bekasi International Industrial Estate atau orang lebih mengenalnya sebagai Kawasan Hyundai, Cikarang Kabupaten Bekasi.

(7)

pada bulan Januari dan Februari 2014 adalah UMK (Upah Minimum Kabupaten) sebesar Rp 2.447.000. Perundingan bipartit antara manajemen perusahaan dengan serikat buruh telah dilakukan pada tanggal 19 Februari 2014. Hasilnya, manajemen belum bisa membayarkan UMSK 2 dengan alasan PT S tidak bergerak di bidang Percetakan yang berada di dalam sektor 2 yaitu Kayu dan Kertas melainkan di bidang kemasan yang tidak masuk sektor manapun. Serikat Buruh melaporkan PT S kepada Disnakertrans (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) Kabupaten Bekasi di bulan Maret. Disnaker melakukan kunjungan ke PT S dan kemudian memberikan surat peringatan agar PT S membayarkan upah buruhnya sesuai dengan PB pada tanggal 24 Maret 2014.

Manajemen perusahaan tetap bersikukuh pada pendiriannya dan menolak membayarkan UMSK2 kepada buruhnya. Hal ini membuat buruh berkeputusan untuk menggunakan hak mogok mereka. Maka pada tanggal 4 April 2014 Serikat mengirimkan surat pemberitahuan aksi mogok kerja kepada manajemen perusahaan, Kapolres dan Disnaker. Sebelumnya, buruh sepakat untuk menolak lembur. Manajemen PT S menanggapi surat pemberitahuan ini dengan menambah personel pengamanan selain SATPAM yang biasa bertugas di pabrik. Manajemen tidak mempekerjakan petugas pengamanan seperti SATPAM tetapi mempekerjakan preman bayaran. Disnaker memanggil kedua belah pihak, manajemen PT S dan Serikat Buruh, namun manajemen tidak hadir. Disnaker berencana membentuk tim peninjau. Serikat Buruh menganggapnya sebagai hal yang baik, maka mereka membatalkan rencana mogok.

Ada beberapa kejanggalan menurut Serikat. Pertama, alasan perumahan karyawan adalah berkurangnya order maka tidak ada pekerjaan. Tetapi pada tanggal 11 April, PT S menerima karyawan baru sejumlah 43 orang dengan upah di bawah UMK. Pada tanggal 15 April 2014 pagi hari, 15 orang preman bayaran diutus oleh perusahaan untuk mendatangi rumah seluruh buruh yang dirumahkan dan memaksa mereka untuk membubuhkan tanda tangan di atas kertas kosong. Namun seluruh buruh yang dirumahkan menolak untuk memberikan tanda tangan.

(8)

Beberapa perundingan tripartit sudah dilakukan, namun sampai dengan bulan Agustus tidak dihasilkan kesepakatan apapun. Serikat mulai membawa sengketa ini ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

***

Lalu bagaimana dengan Zulaika dan lebih dari 100 buruh lain yang dirumahkan dan kemudian di-PHK? Walaupun masih dibayar, memasuki bulan April Zulaika harus mencari cara untuk membayar hutang-hutangnya dan bertahan hidup. Karena upah yang dibayar sejak bulan April dan Mei hanya berupa gaji pokok yang berarti tidak cukup untuk sekedar membayar hutang.

Untuk mengatasi situasi ini, Zulaika memutuskan untuk berjualan baju. Ia masih menyimpan uang sisa menggadaikan BPKB motor untuk dijadikan modal. Ia berbelanja di Pasar Baru di Jakarta lalu menjualnya kepada tetangga dan teman-teman se-PT-nya dengan sistem pembayaran ‘kredit’ 2 atau 3 kali bayar. Sepotong baju yang ia beli di pasar seharga Rp150.000 ia jual seharga Rp220.000. Usaha ini berjalan selama 3 bulan sampai dengan menjelang Idul Fitri. Karena di bulan puasa, ia mendapatkan tawaran bekerja mengurus keperluan seorang nenek mulai dari makan sampai dengan mengurus rumah dan menemani si nenek pergi ke mall. Pendeknya, ia bekerja sebagai pembantu si nenek. Menurut Zulaika, pekerjaannya ringan karena rumah si nenek kecil dan hanya mengurus satu orang saja. Satu-satunya hal yang tidak boleh dilakukannya adalah meninggalkan si nenek sendirian di waktu malam. Di siang hari, Zulaika masih bisa meminta izin keluar, terutama ketika Serikat mengadakan rapat dan konsolidasi tentang kasus yang masih berjalan.

Upah Zulaika Rp1.000.000 per bulan. Buatnya, yang penting adalah membayar cicilan rumah dan hutang di bank. Beberapa kali ia dibantu kakaknya membayar cicilan rumah. Namun mulai bulan Juli kakaknya sudah tidak membantunya lagi. Dengan bekerja sebagai asisten domestik, Zulaika tidak harus mengeluarkan uang untuk keperluan sehari-hari seperti makan, pembersih lantai, deterjen dll. Tetapi karena ia masih memiliki rumah, Zulaika masih tetap harus membayar listrik dan air. Zulaika berencara untuk menyewakan rumahnya. Jika ia berhasil, maka setiap bulan ia akan menerima setidaknya Rp800.000 dari rumah yang dikontrakkannya. Maka ia tidak harus khawatir dengan uang pembayar kredit rumahnya. Karena pembayaran kredit rumah adalah pengeluaran terbesarnya selama ini.

(9)

***

Sinta dan Deden adalah pasangan suami istri. Sinta adalah perempuan kelahiran tahun 1987. Ia terlahir dan menghabiskan tahun-tahun awal kehidupannya di Jakarta. Setelah lulus SMP ia ke Bekasi untuk tinggal dengan ibu kandungnya. Di Bekasi ia bekerja sebagai cleaning service. Pada tahun 2002 ia bekerja di salon, gajinya seratus lima puluh ribu. Waktu itu, Ia mulai tinggal di mess. Sinta kemudian pindah ke Cikarang pada tahun 2004 untuk tinggal dengan ayah kandung dan ibu tirinya. Ia bekerja di salon ibu tirinya selama satu tahun. Sinta mendapat gaji delapan puluh ribu rupiah. Lelah dengan pekerjaan di salon, Sinta mulai bekerja di catering selama 2 tahun (2005-2006). Gajinya mulai dari dua ratus ribu rupiah sampai dua ratus lima puluh ribu rupiah. Tahun 2007 ia bertemu Deden, menikah dan lahirlah anak mereka di tahun yang sama. Mereka menamainya Rahma.

Setelah Rahma lahir, ia dititipkan ke orang tua Deden. Keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan mereka yang belum memiliki rumah dan selain itu Sinta dan Deden belum memiliki pekerjaan tetap. Sinta dan Deden kembali ke Cikarang pada tahun 2008. Sinta bekerja sebagai buruh cuci-gosok sementara Deden mulai bekerja di PT S, sebuah perusahaan yang memproduksi folding box di kawasan industri yang dikenal dengan kawasan hyundai. Tahun 2009, Sinta mulai bekerja di PT S juga sebagai buruh borongan. Tahun 2010, status pekerjaannya berubah menjadi harian. Upahnya diterima dua minggu sekali. Sampai dengan tahun 2012, ia diangkat menjadi karyawan tetap. Sinta cukup beruntung, baru dua tahun bekerja ia sudah diangkat. Tidak seperti teman-temannya yang lain, yang sudah bekerja selama belasan tahun baru diangkat menjadi karyawan tetap oleh perusahaan. Seperti halnya Deden yang sudah 5 tahun bekerja di PT S. Ia baru diangkat pada tahun 2013. Selama 5 tahun bekerja, status kerja Deden berganti mulai dari buruh kupas, lalu harian, mingguan dan bulanan. Baru pada tahun 2013 Deden diangkat menjadi karyawan tetap.

Suatu hari di tahun 2012, beberapa bulan setelah Sinta diangkat dan sebelum UMR 2012 ditetapkan, datanglah 2 orang sales sebuah bank ke PT. Mereka berdua menawari seluruh karyawan untuk meminjam uang di bank mereka. Syaratnya sangat mudah. Hanya dengan fotocopy id card dan KTP seluruh karyawan PT S, tidak terkecuali bisa meminjam uang di bank tersebut. Platform yang ditawarkan adalah setiap buruh hanya boleh meminjam maksimal empat kali upah yang diterimanya di bulan itu. Situasi PT S waktu itu sedang mengalami penurunan order, lemburan tidak ada. Jadi, setiap karyawan hanya menerima upah paling tinggi 2 juta. Maka pinjaman yang bisa didapatnya dari bank itu maksimal adalah 8 juta. Banyak karyawan PT S yang menerima tawaran dari bank.

(10)

PT S dan upah karyawan sudah berubah. Order PT S meningkat, lemburan sudah banyak maka karyawan dapat menerima gaji 4-5 juta sebulan. Oleh karena itu, Sinta dapat mengajukan pinjaman maximal Rp20.000.000 dengan asumsi gajinya 5 juta per bulan dikali empat. Jangka waktu pengembaliannya 4 tahun. Sinta menggunakan uang ini untuk membayar uang muka rumah sebesar Rp2.000.000, membayar pinjaman kepada rentenir dan membiayai pemakaman ibu mertuanya. Sebelumnya, Sinta pernah meminjam kepada rentenir sebesar Rp5.000.000. Pengembalian pinjaman berdasarkan lama meminjam. Sinta segera mengembalikan uang itu setelah sebulan meminjam, maka ia hanya dikenakan bunga 5%. Total yang ia kembalikan adalah Rp5.250.000.

Tidak berselang lama, Deden mengajukan pinjaman sebesar Rp22.000.000. Uang pinjaman ini digunakan untuk membayar biaya rumah sakit ayah Deden sampai dengan ia meninggal. Setiap bulan Deden mengangsur Rp 893.000 selama 3 tahun. 6 bulan kemudian, bank menawari Sinta untuk mengambil pinjaman lagi sebagai 'reward' bagi Sinta yang sudah tepat dan tertib melakukan pembayaran pinjaman. Bank menawarinya Rp23.000.000. Sinta menerimanya. Uang itu ia gunakan untuk melunasi sisa pinjaman pertamanya sebesar lima belas juta rupiah. Sisanya yang delapan juta, ia gunakan untuk pindahan ke rumah baru, membeli perlengkapan rumah, memindahkan Rahma dari kampung dan lain-lain. Untuk pinjaman ini Sinta harus membayar cicilan sebesar Rp853.719 setiap bulan selama 3 tahun.

Setelah mendapatkan pinjaman dari bank, Sinta dan Deden menggunakan sebagian uangnya untuk membayar uang muka rumah. Mereka membayar uang muka rumah sebesar 2 juta. Jangka waktu kredit 20 tahun, sudah berjalan 2 tahun. Cicilan per bulannya adalah Rp 681.000.

Selain angsuran rumah dan pinjaman bank, Sinta dan Deden memiliki pinjaman kartu kredit. Sinta dan seorang temannya berencana memulai usaha berjualan baju. Ia membuat kartu kredit. Ia meminjam uang cash sebesar Rp4.000.000. Karena suatu kesalahan yang dibuat Sinta, pihak bank menagih kepadanya dan memintanya untuk membayar segera. Sinta dan Deden menggadaikan BPKB motor mereka untuk Rp 4.500.000. Mereka harus membayar Rp560.000 setiap bulan selama satu tahun.

Jenis setoran kredit Jumlah

Rumah 681.000

Hutang Bank Sinta 853.719 Hutang Bank Deden 893.000 Hutang Gadai BPKB Motor 560.000

(11)

Tahun 2014, upah Sinta dan Deden sesuai dengan UMR yaitu masing-masing Rp2.400.000. Setiap bulan jumlah upah mereka tanpa lembur Rp4.800.000. Jika dikurangi untuk membayar seluruh setoran hutang, maka hanya akan tersisa Rp1.812.281. Uang sejumlah ini tidak akan cukup untuk hidup bertiga selama satu bulan. Maka yang Sinta dan Deden lakukan adalah kerja lembur.

Jika Sinta dan Deden lembur setiap hari dan hari sabtu maka penghasilan mereka bisa hampir dua kali lipat. Satu jam pertama lembur, upahnya dikali satu setengah, lalu jam ke-2 dan seterusnya dikali dua. Sementara di hari Sabtu, jika mereka lembur selama 7 jam, seluruhnya dikali dua.

Nama pengeluaran

Listrik 100.000

Air + sampah 100.000

Kebutuhan bulanan (shampo, sabun, pasta gigi dll) 200.000

Pulsa 200.000

Makan 30hari x 60.000 1.800.000

Total 2.400.000

***

Hari Jumat tanggal 11 April 2014, Sinta dan Deden masing-masing menerima surat dari manajemen PT S. Di dalam surat itu, manajemen PT S menyatakan bahwa Sinta, Deden dan 100 orang lainnya dirumahkan terhitung mulai tanggal 14 April 2014 sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Alasan perumahan adalah menurunnya order sehingga dilakukan efisiensi. Begitu menerima surat itu, yang terfikir oleh Sinta adalah PHK ada di ujung jalan. Untuknya, dirumahkan hanya permainan kata manajemen perusahaan. Baginya perumahan ini pasti akan berujung pada PHK. Sinta tidak dapat membayangkan bagaimana ia akan membayar cicilan hutangnya jika ia di-PHK. Meskipun Sinta dan Deden masih menerima gaji bulan April dan Mei, namun yang mereka terima hanya gaji pokok saja. Gaji pokok mereka berdua hanya akan cukup untuk membayar cicilan hutang saja. Dengan sedikit sisa untuk makan. Menjelang hari raya Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli, PT tiba-tiba tidak membayarkan gaji pokok bulan Juni. Mereka menduga, PT S hendak menghindari membayar THR. Setelah perjuangan panjang, akhirnya PT S membayarkan gaji pokok bulan Juni.

(12)

bekerja di PT S. Sinta merasa berhutang budi kepada Pak Andi dan ia merasa kurang lebih aman dengan adanya Pak Andi di belakangnya.2 Namun, dekat dengan Pak Andi tidak

membuat Sinta diangkat. Menurut Sinta dan teman-temannya yang bekerja di PT S, Serikat yang baru terbentuk di tahun 2012-lah yang berjasa mengangkat seluruh karyawan PT S yang belum diangkat. Setelah pengangkatan itu, Sinta menjadi anggota serikat.

Sinta bukan anggota yang aktif di serikat. Hutang budinya kepada Pak Andi adalah sebab utamanya. Ia merasa menghianati kebaikan Pak Andi kalau ia aktif di serikat. Ketika serikat menuntut manajemen untuk membayarkan upah minimum sektoral kabupaten 2, Sinta bersikap apatis. Sesungguhnya ia tidak ingin terjadi apa-apa. Ia hanya ingin bekerja dan bisa membayar cicilan hutangnya. Maka ketika manajemen PT S bereaksi terhadap surat pemberitahuan mogok yang dikirim serikat dengan merumahkan seluruh karyawan yang berserikat, Sinta menjadi sangat khawatir. Ia yakin, ia akan di-PHK.

Akhirnya, pada bulan Juli, tepatnya tanggal 19, manajemen PT S mengirimkan surat PHK kepada 89 karyawan yang dirumahkan. Sebelumnya pada bulan Mei setelah perumahan, manajemen PT S memanggil 13 orang untuk diseleksi dan dipekerjakan kembali. Manajemen memanggil and meminta ke-89 orang itu untuk menandatangani surat PHK dan menerima pesangon sebesar 25 juta bagi mereka yang bekerja di atas 10 tahun. Satu orang memenuhi panggilan itu dan menerima pesangon yang ditawarkan. Sementara sisanya masih bersikukuh untuk meminta pesangon sebesar 2 kali PMTK. Sinta dan Deden-pun menginginkan pesangon sebesar 2 kali PMTK.

Selama dirumahkan, Sinta berjualan makanan dan Deden berjualan es krim. Berjualan makanan hanya bertahan tiga bulan, setelah itu Sinta kehabisan modal. Maka Sinta kembali menjadi buruh cuci-gosok. Setiap kali mencuci-menyetrika, Sinta mendapatkan upah tiga puluh ribu rupiah. Dalam satu hari, ia bisa mencuci-gosok 3 rumah. Jadi dalam sehari ia mendapatkan uang sebesar sembilan puluh ribu rupiah. Persoalannya adalah tidak setiap hari ada orang memintanya untuk mencuci-gosok-kan baju mereka. Sementara pendapatan Deden menjual es krim tidak tentu. Kandang ia mendapat dua puluh ribu rupiah, belum dipotong bensin motor yang ia gunakan untuk berkeliling.

Mulai bulan Juli, Sinta dan Deden tidak lagi mampu membayar cicilan hutang bank mereka. 'Orang bank' sudah mulai menelfon Sinta. Awalnya, bertanya dengan baik. Kemudian berteriak-teriak sambil mencaci maki.

“Ibu tidak pinjam ke sodara, tapi pinjam uang ke bank. Jadi harus dibayar. Makanya kalau gak punya uang untuk bayar cicilan, jangan pinjam ke bank. Otaknya di mana sih?” 3

2 Ditulis ulang dari cerita Sinta dalam sebuah pertemuan Serikat pada tanggal 15 Februari 2014

(13)

Akhir: Perangkap itu Bernama Sirkuit Kapital

Ternyata, buruh tidak saja terperangkap dalam sirkuit produksi, ia juga terperangkap dalam sirkuit komoditas dan sirkuit keuangan. Ketiga sirkuit ini disebut dengan sirkuit kapital yang masing-masing dari ketiga sirkuit ini saling berhubungan sedemikian rupa dalam menopang akumulasi kapital yang tak berhingga. Keterjebakan kelas buruh dalam ketiga sirkuit ini secara bersamaan akan lebih terlihat polanya jika buruh itu adalah seorang perempuan, karena perempuanlah yang paling banyak berurusan dengan reproduksi hidup sehari-hari. Karena perempuan adalah lapisan terlemah dari kelas buruh secara keseluruhan sebagaimana diceritakan di atas.

Referensi

Dokumen terkait

Pemisahan senyawa atau unsur-unsur yang dikandung sehingga didapatkan berat endapan dapat dilakukan melalui cara pengendapan pada analisis gravimetrik.. Kadar klorida dapat

Diharapkan seluruh insan PT Krakatau Daya Listrik dapat mematuhi ketentuan mengenai gratifikasi yang berlaku dilingkungan perusahaan, karena dengan menyampaikan laporan

Selain itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter baik ekspansif maupun kontraktif dengan instrumen suku bunga SBI, tidak mampu mempengaruhi jumlah penawaran kredit

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja.. Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: (a) mengenali potensi siswa-siswi MAN 1 Sragen; (b) mengetahui gaya belajar secara umum siswa siswi MAN

Lebih daripada itu, tujuan dari sekolah inklusi ini juga untuk memfasilitasi anak dengan berbagai macam gangguan, baik itu menyangkut gangguan fisik, sosial, kesulitan belajar,

(1) Cinta diri, berupa keinginan akan kesempurnaan diri, mencakup cinta kepada kesehatan, kekayaan, istri, anak, karib- kerabat, dan lain-lain; (2) Cinta yang terbit disebabkan adanya

Hal ini berarti bahwa penggunaan metode pembelajaran TAI dan Problem Solving tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aspek sikap siswa