• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEMITRAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA KEMITRAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman tebu termasuk jenis rumput-rumputan atau tanaman tipe C4 yang mampu tumbuh pada kondisi iklim kering dan kurang unsur hara (Toharisman, 2007). Tanaman tebu dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam industri pabrik gula. Gula pasir merupakan salah satu dari sembilan bahan pangan pokok yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan kalori masyarakat. Gula pasir memberikan kontribusi lebih dari 90% dari pemenuhan konsumsi masyarakat (sebagai pemanis) disusul oleh gula merah (Sawit dkk, 1998 dalam Meiditha, 2003).

Berdasarkan data sugar world market and Trade produksi dan pemenuhan gula di Indonesia mengalami penurunan dimana pada tahun 2002-2003 produksi gula 1,8 juta ton dan kebutuhan domestik 3,8 juta ton atau kemampuan pemenuhan produksi dalam negeri sekitar 51%.Penurunan produksi secara nasional merupakan suatu akibat yang komplek, baik ditinjau dari segi teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Secara teknis penurunan produksi gula diakibatkan karena semakin rendahnya produktifitas lahan dan rendahnya efisiensi pabrik-pabrik gula dalam negeri, dari segi ekonomi dapat diamati kurangnya modal petani dan ditambah sering terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu pengusahaan tebu oleh petani, sedangkan dari sisi sosial yang sebenarnya merupakan akibat dari kedua hal diatas, adalah menurunnya tingkat kepercayaan petani pada model pengelolaan kelompok hamparan maupun pada semua hal yang dianggap prakarsa pabrik gula.

(2)

Perkebunan Nusantara X, dimana dalam setiap tahun atau setiap musim giling dapat menghasilkan gula dan tetes dengan angka bergerak secara fluktuasi

Pabrik Gula Pesantren Baru tepatnya beroperasi pada tanggal 19 Juli 1978 dengan kapasitas giling 4.000 ton tebu perhari / ton cane per day (TCD), sejalan dengan animo petani menanam tebu kapasitas ditingkatkan menjadi 5.250 TCD pada tahun 1994 dan pada tahun 2011 menjadi 6.250 TCD. Jumlah tebu yang di giling pada tahun 2011 ini, sebanyak 902.113 ton tebu dengan produksi gula sebanyak 77.028 ton gula, serta rendemen tebu sebesar 8,55 %. Kinerja sampai dengan akhir giling tahun 2011 ini dengan rendemen tebu tercapai 8,55% merupakan pencapaian rendemen terbaik se-Indonesia dari pabrik-pabrik gula yang ternaung di Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ).

Keberhasilan PG. Pesantren Baru tidak terlepas dari pemasok tebu rakyat (TR) di berbagai wilayah TR dari Lahan millik petani seluas 9.358 Ha (82,8% ) yang produksi tebunya di pasok ke pabrik gula dengan bentuk kerja sama dan kesepakatan bagi hasil, dalam operasionalnya para petani tergabung dalam organisasi yang disebut Asosiasi Petani Tebu Rakyat ( APTR ) yang diasumsikan dari wilayah A sampai wilayah N dan Tebu Sendiri (TS) dengan memanfaatkan lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang terdapat VI wilayah seluas 1.944,149 Ha (17,20%), selain itu terdapat lembaga pendukung untuk melayani petani tebu yang dikategorikan sebagai mitra PG pesantren Baru diantaranya Koperasi Tebu Rakyat (KPTR) dan pihak perbankan. Pola dan sistem kemitraan ini akan menguntungkan berbagai pihak dimana petani dan PG Pesantren Baru menjadi Steak Holder untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan gula dan tetes.

(3)

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembutan laporan Praktek Kerja Lapang untuk mengetahui pola kemitraan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tebu dan sistem bagi hasil pada Pabrik Gula Pesantren Baru-Kediri

1.3 Manfaat

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemitraan

Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat atau keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi berdasarkan pada kesepakatan. Konsep lain dari kemitraan adalah suatu konsep yang memadukan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekonomi. Adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan juga akan menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pelaku ekonomi. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi dalam mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Pemahaman dan penerapan etika bisnis yang kuat akan menperkuat pondasi Konsep formal kemitraan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995: “Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan usaha yang berkelanjutan oleh usaha besar atau usaha menengah dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan” (Sumardjo, 2004).

(5)

kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi regional (wilayah).

Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil pasal 27 bab VII kemitraan memberikan panduan mengenai beberapa jenis pola kemitraan, yaitu:

a. Inti Plasma

Pola inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang didalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar bertindak sebagai inti dan Usaha Kecil selaku plasma, perusahaan ini melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. b. Subkontrak

Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang didalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya

c. Perdagangan Umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang didalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya

d. Keagenan

Pola keagenan adalah hubungan kemitraan, yang didalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.

e. Kerja sama Operasional Khusus (KOA)

(6)

2.2 Pihak-Pihak Kemitraan

2.2.1 Petani Tebu Rakyat

Berdasarkan Instruksi presiden republik indonesia Nomor 5 tahun 1997 Tanggal 29 Desember 1997 tentang Program pengembangan tebu rakyat, salah satu prinsip pengembangan tebu rakyat adalah Pola kemitraan antara perusahaan perkebunan di bidang industri gula dengan petani tebu dan koperasi/KUD disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah yang berbentuk antara lain Sistem Bagi Hasil, Sistem Pembelian Tebu dan Kerjasama usaha tani.

Kemitraan yang terjalin antara peteani tebu dengan pabrik gula tidak terlepas dari lahan sebagai media tanam tebu. Lahan bagi petani tebu sangatlah penting karena merupakan faktor produksi, sehingga lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi petani tebu. Kriteria petani dapat dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu:

1. Golongan petani kecil dengan luas lahan < 05 Ha

2. Golongan petani menengah dengan luas lahan 0,05-1 Ha 3. Golongan petani besar dengan luas lahan > 1 Ha

Selain luas yang dimiliki oleh petani, pengelompokkan petani juga dilakukan berdasarkan usaha yang mereka lakukan dalam pertanian. Menurut Sandy (1985), petani di Indonesia dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1. Petani pemilik adalah petani yang mengusahakan sendiri lahannya. 2. Petani penggarap adalah petani yang mengusahakan lahan orang lain atas

dasar bagi hasil.

3. Buruh tani adalah orang yang menyewa tenaganya dibidang pertanian dalam usahanya dia mendapatkan upah.

2.2.2 Kelompok Petani Tebu

(7)

tebu untuk memenuhi kapasitas giling bagi pabrik gula. Kedua, menjamin kelancaran pengambilan kredit yang telah dialokasikan untuk program TRI ini. 2.2.3 Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR)

Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dan atau kelembagaan Koperasi lainnya yang mengelola tebu, yang selanjutnya disebut Koperasi, adalah Koperasi yang dibentuk oleh dan beranggotakan para petani tebu serta berbadan hukum.

Menurut inpres No. 9 tahun 1997, adapun peran Koperasi/KUD dalam program TRI ini adalah:

1. Pendaftaran petani/ kelompok tani yang ada dalam satu hamparan (satu blok)

2. Membantu petani dalam pembuatan RDKK (Rencana Definitif Kelompok) 3. Membuat rekaptulasi

Koperasi Petani Tebu Rakyat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Koperasi Primer adalah sekumpulan petani tebu atau kelompok petani tebu yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam mengelola usaha tani tebu, yang berkedudukan di wilayah kerja Pabrik Gula.

2. Koperasi Sekunder adalah sekumpulan koperasi primer yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam pengembangan agribisnis berbasis komoditas tebu, yang berkedudukan di Propinsi.

2.2.4 Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR)

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 47 tahun 2011, tentang pedoman pelaksanaan pengembangan tebu rakyat bagian kedua Asosiasi Petani Tebu Rakyat pasal 42, menyatakan:

(8)

2.2.5 Sumber Dana

A. Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)

Berdasarkan Pedoman Umum Pengelolaan Dana PMUK Direktorat Jendral Perkebunan, Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) adalah dana APBN yang disalurkan dalam mendukung penguatan modal untuk usaha kelompok yang disalurkan langsung ke rekening Koperasi yang selanjutnya dapat diusahakan sebagai penguatan modal dan dikelola secara terorganisasi dengan mekanisme, cara, bentuk ikatan dan pengambilan keputusan yang disepakati

a) Sasaran yang diharapkan dari pemanfaatan Dana Guliran melalui pola PMUK ini adalah Berkembangnya usaha petani tebu melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia petani dan dukungan penguatan modal, sehingga usaha tersebut mampu berkembang menjadi perusahaan petani tebu yang dikelola dengan manajemen usaha yang lebih profesional. b) Terbangunnya sistem dan usaha agribisnis berbasis tebu di kawasan pabrik

gula secara lebih efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

c) Meningkatnya daya saing produksi gula petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha yang didukung oleh usaha jasa lainnya, serta berkembangnya upaya pengembangan produk (product development). d) Tersosialisasinya pembangunan lembaga ekonomi mikro

Pemanfaatan anggaran melalui PMUK difokuskan untuk memfasilitasi pemberdayaan usaha Kelompok Sasaran dengan usaha berbasis komoditas tebu maupun usaha diversifikasi yang dipilih sesuai kebutuhan kelompok. Dana tersebut diprioritaskan bagi usaha pembibitan, bongkar ratoon, rawat ratoon, pengadaan sarana dan prasarana, serta usaha komersial lainnya yang berbasis tebu.

Kelompok penerima PMUK adalah Kelompok Sasaran yang memiliki keterbatasan aksesibilitas (sangat membutuhkan) sumber permodalan serta benar-benar membutuhkan dukungan fasilitas PMUK, berkemauan dan berkemampuan untuk mengembangkan usahanya dalam wadah manajemen usaha kelompok /

Koperasi Tani.

(9)

yang wajib dikembalikan. Komponen ini bersifat Penguatan Modal Koperasi dan wajib digulirkan di dalam Koperasi, dengan jangka waktu dan tingkat bunga sesuai dengan Permentan Nomor 32 tahun 2006, yang mempertimbangkan keuntungan dan keberlanjutan usaha tersebut. Pengembalian pinjaman kepada Koperasi, selanjutnya Pedoman Akselerasi Peningkatan Produksi Tebu 2010 No. 9 dapat digunakan sebagai modal usaha bibit, bongkar ratoon, rawat ratoon, tanam awal dan perluasan areal, pengadaan sarana dan prasarana yang dilaksanakan oleh Koperasi yang beranggotakan kelompok tani/petani tebu. Pola dan sistem pengembalian modal didasarkan atas kesepakatan kelompok sasaran yang dirumuskan melalui proses perencanaan partisipatif dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya yang dimiliki kelompok dan dinyatakan secara tertulis dalam bentuk kesepakatan kelompok. Pengembalian bisa kepada Koperasi penerima pertama sedangkan untuk koperasi lain ditetapkan pada kesepakatan antar koperasi.

Penyaluran dana dilakukan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat. Penyaluran dana PMUK mekanisme LS dilaksanakan dengan pemindah bukuan (transfer) dana dari rekening Kas Negara kepada rekening Kelompok sasaran. Prosedur penyaluran dana penguatan modal kelompok sasaran dilakukan sebagai berikut :

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Kelompok Sasaran disahkan/ ditandatangani Ketua Kelompok Sasaran, 3 (tiga) anggota Kelompok Sasaran, Kepala Bagian Tanaman Pabrik Gula dan Pedoman Akselerasi Peningkatan Produksi Tebu2010 25 diketahui/disetujui oleh Ketua Tim Teknis Kabupaten/Kota. Dengan mensyaratkan 5 (lima) tanda tangan tersebut diharapkan dapat diminimalkan kemungkinan penyalahgunaan modal bersama.

(10)

c. Ketua Kelompok sasaran membuka rekening kelompok pada Kantor Cabang Bank terdekat dan memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di Kabupaten/Kota.

d. Ketua Kelompok mengusulkan RUK kepada PPK/KPA Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pertanian dan disetujui oleh Ketua Tim Teknis.

e. PPK meneliti rencana usaha Kelompok dari masing-masing kelompok yang akan dibiayai, selanjutnya mengajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Propinsi, Kemudian KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut:

1) SK Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran.

2) Rekapitulasi RUK dengan mencantumkan : - Nama Kelompok Sasaran dan calon penerima PMUK. - Nomor rekening atas nama Ketua Kelompok Sasaran. - Nama dan alamat kantor Cabang Bank tempat nomor rekening Ketua Kelompok. - Jumlah dana Pedoman Akselerasi Peningkatan Produksi Tebu2010 26

3) Kwitansi harus di tanda tangani oleh Ketua Kelompok Sasaran dan diketahui/disetujui oleh Ketua Tim Teknis Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

4) Surat Perjanjian Kerjasama antara Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen dengan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana penguatan modal kelompok.

f. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP) menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS), selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN propinsi setempat. g) Dalam penyaluran penguatan modal Kelompok Sasaran dengan sistem LS, KPPN tidak melakukan pemotongan pajak.

g. Dalam penyaluran penguatan modal Kelompok Sasaran dengan sistem LS, KPPN tidak melakukan pemotongan pajak.

(11)

Sumber: Pedoman Akselerasi Peningkatan Produksi tebu

Keterangan :

SPP – LS : Surat Permintaan Pembayaran Langsung SPM – LS : Surat Perintah Membayar Langsung SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana PPK : Pejabat Pembuat Komitmen RUK : Rencana Usulan Kegiatan

B. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

PT. Perkebunan Nusantara X adalah Badan Usaha Milik Negara yang diharapkan akan menjadi motivator dalam rangka mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat disekitarnya, oleh karenanya dalam rangka mewujudkan tercapainya pemerataan pembangunan, maka PTPN X membentuk Unit Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) yang sekarang diganti dengan nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dalam rangka melaksanakan:

(12)

No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan melalui pemnafaatan dana dari pembagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), selanjutnya pada tanggal 27 Desember 2012, kementrian BUMN mengeluarkan PER-20/MBU/2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN No.PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan yang akan berlaku tahun 2013

b) Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara X Nomor SURKP/13.076 tanggal 29 Juli 2013 tentang struktur organisasi PKBL

c) Surat Kolektif PT. Perkebunan Nusantara X No. PK-22100/04.000 tanggal 3 Februari 2004 tentang pedoman pelaksanaan untuk seluruh Unit Usaha Strategis di lingkup PT. Perkebunan Nusantara X.

Adapun tujuan adalah untuk membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional dengan cara mendorong pelaku ekonomi tingkat menengah dan kecil agar tidak terjadi kesenjangan, sehingga diharapkan akan dapat tercipta kemitraan antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan pengusaha kecil dan koperasi.

1) Kebijakan Manajemen dalam Bidang PKBL a) Sasaran pembinaan

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembinaan adalah meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan manajerial serta memeberikan pinjaman permodalan, peningkatan kemampuan produksi, pemasaran dan lain-lain, sehingga usaha kecil yang dibina dapat menjadi usaha yang tangguh dan mandiri yang pada gilirannya nanti diharapkan dapat berkembang menjadi usaha menengah dan besar

b) Wewenang pengeluaran dana PKBL

(13)

perwilayah dan kementrian Negara BUMN. Keputusan dan wewenang untuk menyalurkan dana PKBL kepada calon mitra binaan diotorisasi oleh kepala bagian PKBL sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan PKBL, apabila dalam tahun anggaran dana PKBL masih tersedia (belum tersalurkan) maka saldo dana tersebut menjadi sumber dana tahun berikutnya. Penyaluran dana PKBL kepada calon mitra binaan harus memenuhi persyratan dan kriteria yang ditetapkan oleh PKBL PT. Perkebunan Nusantara X

2) Kegiatan Pembinaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan

Jenis pembinaan

a) Pinjaman modal kerja dan investasi untuk peningkatan modal usaha, pengadaan sarana kerja dan moderinsasi peralatan.

b) Bantuan pembinaan dalam meningkatkan kualitas SDM dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan manajemen dan keterampilan teknis produksi serta penelitian dan pengkajian penyusunan studi pengembangan usaha secara efektif dan efisien melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh PKBL PTPN X dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pendidikan yang dibutuhkan.

c) Promosi hasil produksi untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dan koperasi dalam pemasaran hasil produksi di dalam dan luar negeri melalui pameran.

d) Pinjaman khusus, yaitu pemberian pinjaman yanag dapat diberikan oleh BUMN Pembina yang bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum 1 tahun serta nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra binaan.

3) Kriteria usaha yang dibina

a) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dikuasai, atau berfiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

(14)

kecil yang meliputi memproduksi alat kebutuhan pabrik gula, kebun tembakau, rimah sakit dan lain-lain

4) Status dana pembinaan dan bantuan

Bentuk bantuan dana Pengembangan Program Kemitraan dan Bina maksimum 75% dari kebutuhan dana setelah dlakukan evaluasi c) Jangka waktu pembiyaan paling lama 3(tiga) tahun sesuai dengan

kemampuan usaha denga tingkat suku bunga pinjaman 6% per tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: per-05/BUMN/07 tanggal 27 April 2007

C. Bank

Berdasarkan Undang-Undang Negera Republik Indonesia No. 10/1998 pasal 1 huruf dua yang mengatur tentang perbankan menjelaskan bahwa pengertian bank adalah, badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan menurut Prof. G.M. Verry Stuart dalam buku bank politik, menjelaskan pengertian bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit (to satisfy the needs of credit), baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral (suhardi. 2003).

(15)

1.) Bank BNI

Optimalisasi Program Kemitraan dilakukan dengan memaksimalkan penyaluran dan pendampingan melalui Sentra Kredit Kecil (SKC) dan Cabang-Cabang Stand Alone (STA) di seluruh wilayah Indonesia dan melalui Sinergi BUMN, yaitu kerja sama penyaluran dana Program Kemitraan melalui BUMN Penyalur. Hingga akhir tahun 2012, BNI telah menyalurkan kredit kemitraan ke mitra binaan yang bergerak di BUMN dengan rincian sebagai berikut: (dalam proses audit).

PTPN X – Jawa Timur Gula 15,000,000,000

Sumber: data primer Penyaluran Sinergi BUMN-bank BNI 2.) Bank Mandiri

Melalui Program Kemitraan, Bank Mandiri mendukung perkembangan dan peningkatan kompetensi usaha kecil yang merupakan roda penggerak perekonomian Bangsa. Para pengusaha kecil yang terlibat diperlakukan sejajar sebagai mitra usaha. Karena itu mereka disebut Mitra Binaan Mandiri. Agar usaha mereka cepat berkembang, Bank Mandiri memperkenalkan Mitra Binaan dengan jasa perbankan berupa pinjaman kemitraan non komersial. Selain itu, Mitra Binaan juga diberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, pameran dan publikasi di media. Melalui pinjaman kemitraan dan pembinaan yang diberikan secara intensif, diharapkan para Mitra Binaan dapat menjadi pengusaha yang tangguh, mandiri dan beretika serta mampu mengakses fasilitas perbankan secara komersial. Dengan fitur pinjaman sebagai berikut:

1) Limit pinjaman maksimal Rp 30 juta untuk perorangan / Rp 100 juta untuk koperasi.

2) Jangka waktu maksimal 3 tahun.

3) Suku bunga tidak bertingkat (6%).

(16)

Kredit Ketahanan Pangan-Energi (KPP-E) Adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang diberikan kepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, kelompok (tani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan) dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, tebu, jagung kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah dan atau sorgum, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai.

1) Persyaratan :

a) Dokumen legalitas pemohon

b) Mengisi formulir permohonan kredit 2) Sasaran Peneriman KKP-E :

a) Petani/peternak/pekebun/nelayan/pembudidaya ikan yang tergabung dalam kelompok tani/kelompok usaha bersama/kelompok pembudidaya ikan

b) Petani/peternak/pekebun/nelayan/pembudidaya ikan sebagai anggota koperasi

c) Koperasi Primer dalam rangka pengadaan pangan 3) Fitur kredit :

a) Limit kredit maksimal Rp. 100 juta

b) Jangka waktu kredit modal kerja sesuai siklus usaha dan tidak dapat diperpanjang dan jangka waktu kredit investasi sesuai siklus usaha dan maksimum 5 tahun

c) Suku bunga lebih ringan dari kredit umum karena mendapat subsidi dari pemerintah

3.) Bank Jatim

(17)

Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati di bidang Pertanian dan dibidang Kelautan dan Perikanan.

1) Sasaran Kredit

Diperuntukkan bagi Perorangan, Kelompok/Gabungan Kelompok Tani, Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Koperasi.

2) Objek yang dibiayai Bidang pertanian: a) Pengembangan tanaman pangan;

a) Suku bunga ditetapkan oleh Pemerintah RI terdiri dari bunga beban debitur dan bunga subsidi.

b) Suku bunga sangat ringan karena debitur cukup membayar bunga beban debitur.

1 KKP-E Tebu 12,75% 8,25% 4,50%

2 KKP-E Non Tebu

a) Peternakan 13,75% 6,00% 7,75% b) Selain Peternakan 13,75% 5,50% 8,25% Sumber: data primer Kredit Ketahanan Pangan dan Energi *Periode 1 Oktober 2014 s.d. 31 Maret 2015, bank jatim

4) Jaminan Kredit

Jaminan Tambahan adalah barang bergerak (contoh: BPKB kendaraan) dan/atau barang tidak bergerak (contoh: Sertipikat Tanah dan/atau Bangunan).

5) Syarat Pengajuan Kredit

(18)

b) Foto copy bukti identitas diri (KTP/SIM);

c) Menggarap sendiri lahannya (petani milik penggarap) atau menggarap lahan orang lain (petani penggarap);

d) Luas lahan yang dibiayai maksimum 4 Ha dan tidak melebihi plafond kredit Rp 100 juta per petani/pekebun;

e) Berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah;

f) Untuk permohonan kredit lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) harus memiliki NPWP;

g) Apabila nelayan, memiliki identitas diri berupa KTP/kartu nelayan yang diterbitkan oleh dinas kabupaten/kota;

h) Syarat lainnya sesuai ketentuan bankjatim;

4.) Bank BRI

Kredit ketahanan Pangan & Energi (KKPE) - Tebu adalah Kredit Modal Kerja yang diberikan kepada petani peserta untuk keperluan pengembangan budidaya tebu, melalui kelompok tani atau koperasi yang bermitra dengan Mitra Usaha / PG (Pabrik Gula).

1) Ketentuan

i. Petani

a) Menjadi anggota Kelompok Tani/Koperasi.

b) Menggarap lahan sendiri atau petani penggarap.

c) Bila petani penggarap, disertai surat keterangan pemilik lahan yang diketahui Kepala Desa.

(19)

e) Berusia diatas 21 tahun atau sudah menikah.

f) Menjadi binaan koperasi/perusahaan mitra/instansi terkait.

ii. Kelompok Tani

a) Mempunyai anggota yang melaksanakan usaha/ budidaya yang dapat dibiayai dengan KKP-E.

b) Kelompok Tani telah terdaftar pada dinas teknis setempat.

c) Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling kurang Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

d) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota.

e) Kelompok Tani harus memiliki rekening simpanan di BRI.

f) Kelompok Tani telah mengadakan Perjanjian Kerjasama dengan Mitra Usaha/Pabrik Gula (PG).

iii. Koperasi

a) Koperasi Primer sudah berbadan hukum (Akta Pendirian & Perubahannya).

b) Memiliki perijinan yang diperlukan, legalitas dan usaha di sektor pertanian.

o SIUP

o TDP

o NPWP dll.

c) Memiliki pengurus yang aktif.

(20)

e) Koperasi harus memiliki rekening simpanan di BRI.

f) Koperasi telah mengadakan Perjanjian Kerjasama dengan Mitra Usaha/Pabrik Gula (PG).

iv. Mitra Usaha

a) Berbadan Hukum & memiliki usaha terkait dengan budidaya tebu dan atau dibidang pengolahan tebu atau untuk industri bahan bakar nabati.

b) Bermitra dengan Kelompok Tani/Koperasi.

c) Bertindak sebagai penjamin pasar tebu petani/Kelompok tani/koperasi sesuai kesepakatan.

d) Telah memiliki perjanjian kerjasama dengan kelompok tani/koperasi yang mewakili petani peserta.

e) Bertindak sebagai penjamin kredit/Avalis. 2) Persyaratan

a) Kebutuhan indikatif KKP-E per Ha maksimal Rp 18 juta (sesuai ketentuan Deptan yang berlaku).

b) Suku bunga *)

Suku Bunga : LPS + 5%; beban petani 7 %; subsidi 5%.

c) Agunan*) dapat berubah sesuai ketentuan yang terbaru.

o Agunan pokok

(21)

o Agunan tambahan

Penjaminan oleh Mitra Usaha/Pabrik Gula (PG) sebagai Avalis dalam bentuk Corporate Guarantee

2.3 Bagi Hasil

Berdasarkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) BUMN mengenai rendemen dan bagi hasil adalah sebgai berikut:

Penentuan rendemen dilaksanakan 2 tahap,yakni :

1. Rendemen belum terkoreksi atau rendemen sementara.

Cara penentuannya seperti yang sudah diuraikan diatas, sedangkan pemberitahuannnya kepada petani dilakukan sehari setelah tebu digiling. 2. Rendemen terkoreksi atau rendemen efektif (rendemen nyata)

Pemberitahuannya dilakukan 2 kali setiap bulan,tanggal 2 dan 17. Hal-hal yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan bagi hasil adalah sbb:

1. Ketentuan bagi hasil TRI harus sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 05/ SK/Mentan/Bimas/IV/1990.

2. Petani juga mendapatkan tetes 1,5 kg untuk setiap kuintal tebu yang digiling dan dibayarkan dalam bentuk uang oleh Pabrik Gula pada waktu penyerahan gula bagian petani dengan harga Rp. 70,- setiap kg.

3. Hasil limbah/samping lainnya merupakan hak Pabrik Gula. 4. Pada umumnya daftar bagian petani dirinci sebagai berikut :

a. Nama kelompok.

b. Nama-nama petani anggota kelompok. c. Luas tanaman.

d. Macam/kategori tebu.

e. Hasil tebu petani/kelompok tani.

f. Rendemen hasil tebu seluruhnya dan bagian petani. g. Hasil tetes bagian petani

h. Hutang petani pada PG.

i. Jumlah nilai seluruh hasil yang diterima petani.

(22)

6.) Disamping daftar diatas, PG juga membuat Perhitungan Bagi Hasil Efektif (PBHE) dengan ketentuan sbb:

a. 2% dari hasil gula petani diberikan dalam bentuk natura dan dibebaskan dari pungutan pemerintah (cukai,gula,PPN,sewa gudang,dll)

b. 98% gula petani dijual ke pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan.

7.) Bagian gula petani 98 % yang diberikan dalam bentuk uang tersebut diterimakan kepada petani paling lambat 10 hari setelah perhitungan bagi hasil.

Berdasarkan Peraturan Gubenur Jawa Barat Nomor 47 tahnu 2011, tentang pedoman pelaksanaan pengembangan tebu rakyat bagian ketiga bagi hasil pasal 34, menyatakan:

1) Bagi hasil Program PTR dilaksanakan secara musyawarah, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. untuk rendemen tebu sampai dengan 8 % (delapan persen) : hablur bagian petani adalah 66 % (enam puluh enam persen); dan hablur bagian Pabrik Gula adalah 34 % (tiga puluh empat persen).

2. untuk rendemen tebu > 8 % (delapan persen), hablur bagian petani dihitung dengan rumus :

T = {(66 %) (8 %) + (70 %)( R1) x Hablur} dan P = 100 – T T = adalah hablur bagian petani dalam % dari rendemen tebu. P = adalah hablur bagian Pabrik Gula dalam % dari rendemen

tebu.

R1 = selisih rendemen tebu petani diatas 8 %.

2) Jumlah hablur bagian petani dihitung berdasarkan hablur bagian petani pada tingkat rendemen tebu yang dicapai, dikalikan jumlah kuintal tebu. 3) Perhitungan bagi hasil dilakukan setelah seluruh tebu milik

petani/hamparan kelompok tani selesai diolah di Pabrik Gula.

(23)
(24)

BAB III

METODE DAN KONDISI UMUM TEMPAT PKL

3.1 Metode Pelaksanaan

Metode kegiatan Praktek Kerja Lapang yang akan dilaksanakan untuk menunjang dalam pembuatan laporan akhir meliputi :

1. Observasi Lapang

Observasi lapang ialah observasi keadaan umum di PG. Pesantren Baru, Kediri yang meliputi: lokasi, luas area, letak geografis, struktur organisasi, dan kegiatan produksi yang dilakukan. Selain itu, observasi lapang dilakukan dengan mengunjungi pihak-pihak kemitraan seperti anggota petani tebu rakyat, Ketua Kelompok tani tebu rakyat di kebun dan kantor wilayah, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) inti dan Koperasi Tebu Rakyat (KPTR) inti.

2. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif ialah keikutsertaan dalam setiap kegiatan mulai dari kegiatan di lapang hingga proses persiapan bahan baku tebu yang meliputi: pengorganisasian pekerja, pengamatan teknik pembudidayaan tebu, mengunjungi Ketua Kelompok tani tebu rakyat, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan Koperasi Tebu Rakyat (KPTR) dan pembuatan surat Delevery Order (DO) di PG.Pesantren Baru.

3. Diskusi dan Wawancara

(25)

Pengumpulan data dari praktik kerja lapang meliputi penelusuran data-data yang terkait, yaitu:

a. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan ikut serta praktik kerja secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung sehingga diperoleh data, hal ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta mengidentifikasi masalah yang ada secara langsung, selain observasi mengenai keadaan umum di PG.Pesantren Baru, Kediri. Pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan wawancara, diskusi dengan pihak PG.Pesantren Baru dan mengambil informasi yang tersedia dilapangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pola kemitraan dan sistem bagi hasil beserta mengenai kemitraan dan sistem bagi hasil, khususnya tentang pola kemitraan dan system bagi hasil dalam pemenuhan bahan baku tebu. 5. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang sebagai laporan akhir yang dilakukan di PG.Pesantren Baru, Kediri

3.2 Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanan PT.Perkebunan Nusantara X PG Pesantren Baru, Kediri, Jawa Timur

3.3 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2015 sampai 28 Februari 2015.

3.4 Batasan Praktek Keja Lapang

(26)
(27)

BAB IV

AKTIVITAS PKL PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Gambaran umum perusahaan PG Pesantren Baru merupakan penjabaran mengenai sejarah perusahaan, letak geografis, visi dan misi perusahaan serta struktur organisasi perusahaan. Berikut sejarah perusahaan, letak geografis, visi dan misi perusahaan serta struktur organisasi perusahaan PG Pesantren Baru, Kediri.

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pabrik Gula Pesantren berdiri pada tahun 1849 milik perseroan dari bangsa Indonesia keturunan China. Pada tahun 1890, Pabrik Gula Pesantren diambil alih oleh Belanda dan pengelolaannya diserahkan kepada NV.JAVASCHE CULTURE MATSCHAAPIJ (JMP), yang diwakili oleh Inv.NEDERLANDS INDISCHE LANDBOUW MATSCHAAPIJ. Pada tahun 1911, 1928 dan 1932 Pabrik Gula Pesantren mengalami rehabilitasi. Berselang tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1935 terjadi pembaharuan dalam bidang produksi. Pabrik Gula Pesantren yang awalnya memproduksi gula merah berubah memproduksi gula putih.

(28)

Gambar 4.1. Pabrik Gula Pesantren Baru

Semua pabrik gula yang termasuk dalam Direksi Aneka Gula telah berbadan hukum sendiri dengan sistem BPUPPN. Pada tahun 1967 berlaku Inpres No. 7 tahun 1967 tentang Pengesahan Pengelolaan Perusahaan Negara yang mengakibatkan pada tahun 1968 BPUPPN dibubarkan. Setelah itu semua pabrik gula Indonesia dibawahi oleh Departemen Pertanian dan dibentuk Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Pabrik Gula Pesantren termasuk didalam lingkup PNP XXI (Persero). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 1973 yang berlaku hingga 1 Januari 1974, PNP XXI bergabung dengan PNP XXII menjadi PT (Perseroan Terbatas) Perkebunan XXI-XXII. Pada tanggal 19 Juli 1978, Menteri Pertanian Prof.Ir.Soedarsono Hadi Saputro meresmikan Pabrik Gula Pesantren Baru. Sedangkan Pabrik Gula Pesantren Lama berhenti beroperasi pada tanggal 19 Juli 1979.

Sesuai dengan PP No. 15 tahun 1966, pada tanggal 14 Februari 1966 terjadi peleburan perusahaan perseroan dengan Akta Notaris Harun Kamil, SH No 43. Sedangkan pada tanggal 11 Maret 1966 didirikan persatuan (Persero) PT PERKEBUNAN (PTPN) X dan hingga saat ini Pabrik Gula Pesantren Baru bernaung dibawah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) X atau lebih dikenal dengan PTPN X PG Pesantren Baru.

4.1.2 Letak Geografis dan Topografi

(29)

kira-Kediri. Areal ini sering disebut Hak Guna Usaha (HGU) yang terletak di Dusun Djengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, sedangkan HGU Sumber Lumbu terletak di desa Margourip kecamatan Ngancar kabupaten Kediri.

Gambar 4.2 Letak Pabrik Gula Pesantren Baru Sumber : Google Earth

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT Perkebunan Nusantra X Pabrik Gula Pesantren Baru memiliki visi dan misi yaitu:

a. Visi

Menjadi perusahaan agroindustri terkemuka yang berwawasan lingkungan b. Misi

1. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan tembakau berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional yang berwawasan lingkungan

2. Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan kelangsungan usaha melalui optimalisasi dan efisiensi di segala bidang

3. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai perusahaan bagi kepuasan pemangku kepentingan melalui kepemimpinan, inovasi, dan kerja sama tim serta organisasi yang operasional

4.1.4 Polemik Pabrik Gula Pesantren Baru

(30)

diberlakukan pasar bebas (AFTA-2015), dan juga akibat tuntutan perkembangan kemajuantehnologi pertanian yang yang semakin pesat.

Upaya yang dapat dilakukan tahun ini adalah memperpaiki sistem budidayanya dari sistem tradisional menuju mekanisasi, guna meninggkatkan produktivitas tanaman tebunya,karena tanaman tebu merupakan salah satu faktor penentu tingkat efisiensi dan menghasilkan produk dengan biaya pokok produksi (BPP) rendah, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, sehingga akan merangsang investor untuk menginvestasikan modalnya disektor pertanian, dalam hal ini perusahaan memiliki kepentingan untuk mengembangkan sistem mekanisasi demi terciptanya usaha tani yang murah dan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas tanaman dengan biaya pokok produksi (BPP) yang rendah, agar petani lebih berminat menanam tebu dibanding menanam komoditi lain, sehingga budidaya mekanisasi menjadi harapan bagi petani untuk meningkatkan usahanya.

4.2 Letak Lokasi Dan Luas

4.2.1 Letak Lokasi Dan Luas Kebun Milik Tebu Sendiri Wilayah HGU PG Pesantren Baru memilik lahan budidaya yang terletak di Penataran Djengkol dan Sumber Lumbu. Pabrik Gula Pesantren Baru PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X memiliki wilayah perkebunan tebu yang berupa lahan hak guna usaha (HGU) sejak tahun 1978 dan lahan HGU Sumber Lumbu yang baru pada tahun 2014 diserahkan untuk dikelola PG Pesantren Baru. . Secara geografis HGU Penataran Djengkol terletak pada 07053’14,9’’ LS, 112008’35,4’’ BT dan 07053’55,9’’ LS dan 112008’13,7’’ BT.

(31)

Kebun HGU Djengkol terletak sepanjang desa Plosokidul, Pranggang, Tempurejo, Bakung, Sidomulyo, Trisulo, Jarak, Plosoklaten. Batas wilayah HGU Djengkol sebelah Utara dusun Mangunrejo desa Pranggang, sebelah Timur dibatasi oleh PTPN XII Rangkah Pawon dusun Trisulo, sebelah Selatan dibatasi oleh dusun Bendo desa Jarak dan sebelah Barat dibatasi oleh dusun Blendri desa Ploso kidul. Sedangkan HGU Sumber Lumbu terletak di desa Margourip kecamatan Ngancar kabupaten Kediri.

Luas area kebun HGU Djengkol adalah 1.164,160 Ha, sedangkan luas area kebun HGU Sumber Lumbu adalah 779,989 Ha. Total luas areal kebun HGU adalah1.944,149 Ha. Jarak antara HGU Penataran Djengkol dengan PG Pesantren Baru sekitar kurang lebih 12 km. Topografi kebun HGU terletak 200-250 mdpl. Sedangkan jenis tanah yang dijumpai di kebun HGU yaitu regosol, alluvial dan grumosol. Persentase jenis tanah yang terdapat dikebun HGU yaitu 75% regosol (tekstur ringan), 15% alluvial (tekstur sedang) dan 10% grumosol (tekstur berat). Pengairan yang digunakan yaitu pengairan dengan tadah hujan.

Gambar 4.4 Hamparan Area Wilayah HGU Penataran Djengkol & Sumber Lumbu

4.2.2 Letak Lokasi Dan Luas Kebun Milik Tebu Rakyat Binaan

(32)

Tabel 4.1 Luas areal masing-masing wilayah MT. 2014/2015 membangun kantor wilayah setiap wilayah binaan dimana masing-masing wilayah dipimpin oleh Asisten Manajer Distrik, sehingga PG. Pesantren Baru lebih mudah mengontrol dan membimbing petani TR binaan. Luasan areal TR binaan ini tidak menjadi nilai pasti setiap tahunnya, ini dikarenakan petani diberi kebebasan memilih pabrik gula dan komoditi yang diinginkan, sehingga setiap akan masuk musim giling yaitu bulan Maret awal hingga November akhir petani TR akan mlakukan pengajuan areal. Tahun 2014/2015 berdasarkan data rekaptulasi taksasi Desember MT. 2014/2015 luas areal yang dimiliki petani TR binaan seluas 9.358 Ha atau sebesar 82,8% dari luasan total lahan tebu di bawah naungan PG. Pesantran Baru.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

4.3.1 Struktur Keorganisasian Pabrik Gula Pesantren Baru

(33)

manajer pengolahan dan manajer quality control (Gambar 2). Selain berada di bawah pengawasan general manajer. Semua manajer memiliki kepala divisi yang berada di kantor direksi. Masing-masing manajer memiliki asisten yang berperan dalam membantu kinerja manajer.

Struktur organisasi PT. perkebunan Nusantara X

Pabrik Gula Pesantren Baru

Tugas dan tanggung jawab dari general manajer dan manajer adalah sebagai berikut:

General Manajer

a. Melaksanakan kebijakan atau keputusan pengelolaan pabrik gula yang ditetapkan oleh direksi

b. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan kerja dari masing-masing manajer dan seluruh karyawan

(34)

c. Melaporkan kepada direksi persoalan-persoalan yang mengganggu kegiatan dalam pabrik secara keseluruhan

d. Membuat dan melaksanakan kegiatan melalui kerjasama dengan manajer e. Memelihara dan mempertahankan mutu tertinggi dari tiap bidang

pekerjaan

f. Mengusulkan rencana kenaikan gaji dan pensiunan karyawan, maupun kenaikan tingkat sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan

Manajer Sumberdaya Manusia dan Humas

a. Merencanakan dan mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Bagian SDM

b. Mengkompilasi rencana kerja anggaran perusahaan dan menghitung kelayakan produksi dan biaya dengan para manajer pabrik gula

c. Mengusulkan kebijakan, system dan prosedur operasional Bagian SDM d. Melakukan koordinasi dengan para Manajer Pabrik Gula dan Kepala

Urusan di Kantor Direksi dalam rangka strategi bisnis e. Mengkoordinasikan kegiatan Bagian SDM

f. Membina dan menilai kinerja bawahan

g. Menyusun laporan kegiatan Bagian SDM dalam rangka pertanggung jawaban kepada General Manajer Pabrik Gula secara berkala

h. Berkomitmen menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 di lingkungan Pabrik Gula Pesantren Baru

i. Melakukan upaya penghematan energi, pelestarian alam dan pencegahan pencemaran tanah, air dan udara

Manajer Akutansi, Keuangan dan Umum

a. Membantu administrator dalam melaksanakan tugas/kegiatan Administrasi Keuangan dan Umum sesuai dengan ketentuan / prosedur yang telah ditetapkan oleh Kantor Direksi

b. Membuat rencana anggaran belanja perusahaan

(35)

d. Mengatur dan mengendalikan sumber dana yang diperlukan untuk operasional perusahaan

e. Menyelenggarakan admnistrasi atau catatan pemasukan yang dimiliki oleh perusahaan

f. Melaksanakan analisa keuangan untuk membantu Administrasi dalam mengambil keputusan

Manajer Tanaman

a. Menyediakan bahan baku tebu baik secara kualitas dan kuantitas untuk kebutuhan giling minimum sesuai sasaran RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan)

b. Mengoptimalkan produktivitas di lahan HGU dan menjaga kelestarian serta kesuburan tanah

c. Memberikan pelayanan yang baik bagi petani

d. Menyediakan bibit unggul dan bermutu dalam jumlah cukup sesuai yang dibutuhkan (petani dan PG)

e. Merencanakan, menggunakan dan mengendalikan biaya Tanaman secara efektif dan efisien

f. Membina SDM bagian Tanaman agar berkembang dan berdaya guna secara optimal serta terciptanya iklim kerja kondusif dan menghasilkan energi

g. Berkoordinasi dengan manajer bagian lain untuk mendukung tercapainya target produksi pabrik gula

h. Menyusun perencanaan bagian Tanaman seperti sasaran areal, sasaran biaya dan pendapatan, rencana operasional yang dituangkan dalam RKAP, rencana SDM dll

Manajer Instalasi

a. Koordinator, perencanaan, pengoperasian, pelaksanaan, dan pengawasan sasaran kerja bagian instalasi

b. Menjalin kerja sama lintas bagian untuk mencapai sasaran perusahaan c. Berkoordinasi dengan pihak ekstern

(36)

e. Berkomitmen melaksanakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 di Bagian Instalasi f. Merencanakan pengembangan dan penerapan teknologi guna kapasitas

giling yang telah ditetapkan. Manajer Pengolahan

a. Mengadakan perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan serta pengawasan yang berkaitan dengan bidang produksi

b. Memonitoring kegiatan pembiayaan RKAP Bagian Pengolahan

c. Memonitoring kegiatan pengeluaran gula produksi dan tetes bersama bagian A, K & U

d. Melaksanakan dan monitoring kegiatan administrasi bagian pengolahan e. Memelihara dan memperhatikan mutu yang tertinggi dari setiap bidang

pelaksanaan pekerjaan

f. Bertanggung jawab dan memberikan periodik atas tugas dan wewenang yang diberikan oleh general manajer

Manajer Quality Control

a. Bertanggung jawab atas terlaksananya analisa dan pemantauan proses produksi baik On Farm maupun Off Farm melalui metode yang benar sehingga diperoleh data dan fakta yang akurat dan objektif serta menyajikan data tepat waktu

(37)

4.3.2 Struktur Keorganisasian Wilayah Tebu Rakyat (TR) Struktur kerorganisasian

Kantor wilayah TR Pabrik Gula pesantren Baru

Wilayah TR sangat berpengaruh dalam proses pemasokan bahan baku tebu dari petani tebu ke pabrik gula Pesantren Baru. Kantor wilayah TR dibagi menjadi 9 wilayah dianataranya:

A /B = Kota/ Pesantren F = Gurah J/K = Plemahan/ Pare C = Wates G = Plosoklaten L/M = Kepung/Kandangan D/E = Pagu/ Ngasem H = Puncu N = Kasembon

Struktur keorganisasian kantor wilayah TR dipimpin oleh S.K.W(Sinder Kebun Wilayah) atau saat ini lebih dikenal sebagai Asisten Manager distrik (Asmandisk) dan di wakili oleh koordinator wilayah membawahi beberapa PTRI yang memengang luas areal binaan dan memilki juru gambar dan juru tulis. Tugas dan tanggung jawab dari keorganisasian wilayah TR adalah sebagai berikut:

1. Asisten Manajer Distrik Tugas pokok :

a. Menyiapkan areal sesuai dengan sasaran RKAP dan RKO.

S.K.W (ASMENDISK)

KOORDINATOR

(38)

b. Menyiapkan dan mengamankan bahan baku dalam wilayah sesuai dengan sasaran RKAP dan RKO.

c. Menyalurkan dan mengamankan kredit.

d. Menyiapkan tebu layak tebang dan layak giling di masing-masing binaan. Tugas Tambahan:

a. Melakukan program mekanisasi hamparan minimal 10 ha per Asmudjun b. Melaksanakan program aplikasi POC

c. Malaksanakan program penggunaan pupuk organik. d. Melakukan koordinasi dengan institusi terkait. 2. Koordinator

a. Membantu Asmendis dalam mengatur dan menyiapkan bahan baku tebu diwilayah binaan

b. Mencari areal binaan

c. Mengatur dan mengelola Sumber Daya Manusia (petani dan bawahan), Sumber daya Alam (areal binaan dan tanaman tebu) dan Sumber daya Modal

d. Membina dan menilai kinerja PTRI

e. Mengoptimalkan produktivitas di lahan TR yang dibina dan menjaga kelestarian serta kesuburan tanah

f. Menyediakan bahan baku tebu baik secara kualitas dan kuantitas untuk kebutuhan giling minimum sesuai sasaran RKAP di wilayah yang dibina g. Membuat rencana pengembalian kredit secara periodik

h. Melakukan evaluasi sisa pinjaman secara periodik. 3. Pembina Tebu Rakyat Intensifikasi

a. Melakukan pendaftaran areal di masing-masing binaan sesuai sasaran. b. Melakukan pembinaan secara teknis dan non teknis kepada petani tabu

(39)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pihak-Pihak Kemitraan 5.1.1 Petani Tebu Rakyat

Kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan yang disertai adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya.

Kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula bermula sejak pihak pabrik gula kekurangan pasokan bahan baku tebu dan menggiling tebu di bawah kapasitas giling, sedangkan petani tidak memiliki jaminan pasar dan butuh pengolahan lebih lanjut agar tebu lebih bernilai. Dengan demikian, terdapat hubungan saling membutuhkan antara pabrik gula dan petani tebu rakyat.

Pabrik gula semakin intensif menjalankan kemitraan dengan petani tebu rakyat sejak pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1975 sebagai salah satu kebijaksanaan baru dalam bidang industri gula. Inpres tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan sinergi dan peran tebu rakyat, perusahaan perkebunan, dan koperasi dalam pengembangan industri gula. Kemitraan tersebut terus berlanjut meskipun Inpres tersebut telah dicabut dan digantikan Inpres Nomor 5 Tahun 1997 dan Inpres Nomor 5 Tahun 1998 yang dilandasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 dimana petani diberi kebebasan memilih komoditi yang akan diusahakannya.

(40)

kelompok yang terdiri dari beberapa petani. Kelompok petani tebu ini sering disebut dengan kelompok tani tebu dan diprogramkan oleh pemeritah pada tahun 1975 berdasarkan pada instruksi Presiden No. 9 tahun 1975 bernama Tebu Rakyat Indonesia (TRI) dalam rangka meningkatkan produktivitas tebu, sehingga gula yang dihasilkan juga dapat meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tebu pabrik gula Pesantren Baru melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu melalui Program Tebu Rakyat Kredit (TRK).

TRK memiliki arti penting sebab melalui program ini petani peserta akan diberikan kemudahan kredit dan sarana produksi dalam rangka peningkatan pendapatan petani tebu melalui peningkatan produktivitas usahatani tebu. Selain itu, terdapat pula pola kemitraan mandiri atau Tebu Rakyat mandiri (TRM) dimana kemitraans terjalin antara perusahaan dan petani tanpa sarana kredit. Pola kemitraan ini diharapkan menunjang pembangunan di sektor pertanian dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani tebu khususnya di kabupaten Pesantren-Kediri

A. Kelompok Tani Tebu Rakyat

(41)

Gambar 5.1. Pertemuan dengan Ketua Kelompok tani Tebu Rakyat

Ketua kelompok petani tebu rakyat ini sendiri memiliki tugas dan wewenang yang harus dilaksanakan dengan mengatasnamakan ketua kelompok, tugas dan wewenang yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a) Pengajuan areal tebu

b) Perantara anatara petani dan koperasi

c) Perwakilan untuk ikut serta dalam pelelangan gula setelah ditunjuk melalui rapat Forum Temu Kemitraan tingkat Wilayah (FTK-W) d) Koordinator pengambilan hak-hak dan kewajiban anggotadi pabik

gula.

B. Tingkat Kepercayaan Petani

(42)

Tabel 5.1 Luas lahan tebu (Ha) PG. Pesantren Baru tahun 2009-2014 dan taksasi Desember MT. 2014/2015

Kategori Luas (Ha)

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

TR 9.500 9.333,8 9.623,4 10.194 10.614,3 9.345,4 9.358

TS 1.034,2 1.029,4 1.035,6 1.069,4 1.074,7 1.968,4 1.944,149

TOTAL 10.534,2 10.363,2 10.659 11.263,4 11.689 11.313,8 11.302,149

Sumber data primer diolah: produksi selama 5 tahun tearkhir Th. 2009 s/d Th. 2014 PG. Pesantren Baru dan rekaptulasi taksasi desember MT. 2014/2015 PG. Pesantren Baru.

Grafik 5.1 perbandingan RKAP dan realisai luas lahan tebu (ha) tahun 2010-2015

Sumber data primer Evaluasi Giling Tahun 2014 dan Program Kerja Tahun 2015 bagian Tanaman -Luas Produksi (Ha) 5 tahun terakhir PG. Pesantren Baru Tahun 2015

(43)

Tabel 5.2 Produksi tebu (kuintal) PG. Pesantren Baru tahun 2009-2014 dan taksasi Desember MT. 2014/2015

Kategori Kuintal tebu

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

TR 6.915.681 7.596.061 8.312.954 9.364.118 9.735.696 8.734.207 865.342,4

TS 953.533 929.110 708.176 653.672 947,227 1.502.688 153.057,6

TOTAL 7.869.214 8.525.171 9.021.130 10.017.790 10.682.923 10.283.895 1.018.400

Sumber data primer diolah: produksi selama 5 tahun terakhir Th. 2009 s/d Th. 2014 PG. Pesantren Baru dan rekaptulasi taksasi desember MT. 2014/2015 PG. Pesantren Baru Grafik 5.2 Perbandingan RKAP dan realisai Produksi tebu (Ton) tahun 2010-2015

Sumber data primer Evaluasi Giling Tahun 2014 dan Program Kerja Tahun 2015 bagian Tanaman - produksi tebu (ton) 5 tahun terakhir PG. Pesantren Baru Tahun 2015

(44)

Tabel 5.3 Total produksi tebu (kuintal) per hektar PG. Pesantren Baru tahun 2009-2014 dan taksasi Desember MT. 2014/2015

Kategori Kuintal Tebu (ha)

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

TR 728 814 864 919 917 935 92,5

TS 922 903 684 611 881 763 78,7

TOTAL 747 823 846 889 914 905 90,1

Sumber data primer diolah: produksi selama 5 tahun terakhir Th. 2009 s/d Th. 2014 PG. Pesantren Baru dan rekaptulasi taksasi desember MT. 2014/2015 PG. Pesantren Baru Grafik 5 3. perbandingan RKAP dan realisai Total Produksi tebu (Ton) tahun 2010- 2015

Sumber data primer Evaluasi Giling Tahun 2014 dan Program Kerja Tahun 2015 bagian Tanaman - Total produktivitas tebu (ton) 5 tahun terakhir PG. Pesantren Baru Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 5.3 dan Grafik 5.3 diatas, diketahui bahwa nilai kuintal tebu dalam satu hektar juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga 2014. Nilai kuital tebu per hektar dapat diketahui dengan rumus sebagi berikut:

kuintal tebu(ha)=kuintaltebu luasareal

(45)

Tabel 5.4 Rendemen (%) PG. Pesantren Baru tahun 2009-2014 dan taksasi Desember MT. 2014/2015

Kategori Rendemen (%)

2009 2010 2011 1012 2013 2014 2015

TR 7,76 6,67 8,42 8,22 7,33 7,89 8,44

TS 8,95 7,74 10,03 9,66 8,18 8,88 9,84

TOTAL 7,91 6,79 8,55 8,31 7,41 8,04 8,65

Sumber data primer diolah: produksi selama 5 tahun tearkhir Th. 2009 s/d Th. 2014 PG. Pesantren Baru dan rekaptulasi taksasi desember MT. 2014/2015 PG. Pesantren Baru

Grafik 5.4 Perbandingan RKAP dan realisai Rendemen (%) tahun 2010-2015

Sumber data primer Evaluasi Giling Tahun 2014 dan Program Kerja Tahun 2015 bagian Tanaman - Rendemen (%)5 tahun terakhir PG. Pesantren Baru Tahun 2015

(46)

untuk menunjuk Pabrik Gula yang dikehendaki untuk memasok tebunya, sehingga jalinan kemitraan terhadap petani sangat berpengaruh dalam memproduksi gula di PG. Pesantren Baru

C. Kriteria Petani

Berdasarkan kelas petani, petani tebu rakyat di wilayah Pesantren baru memilki beerapa tingkatan petani, yaitu :

a) Petani akar (dibina)

Petani akar merupakan tingkatan petani yang lahan dan tanaman tebu di lahannya sendiri

b) Petani batang (dibina)

Petani batang merupakan selain memilki lahannya sendiri juga sebagai petani penyewa lahan

c) Petani daun

Petani daun merupakan petani tebu yang tidak memiliki lahan sendiri tetapi membeli tebu dari petani akar dan petani batang serta mengarah pada profit oriented.

D. Permasalahan Petani

Petani pada hakikatnya merupakan salah satu mitra yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tebu yang akan diproduksi menjadi gula dan tetes oleh PG. Pesantren Baru melalui sistem kemitraan. Akan tetapi, petani sering mengalami kesulitan untuk memperoleh pupuk tebu seperti NPK, ZA dan Ponska selama dua kali musim tanam ini. Beberapa faktor diduga adanya permasalahan ini diantaranya, adanya keterlambatan dari pihak Koperasi dalam mendistribusikan pupuk dikarenakan kekurangan persediaan pupuk dan menunggu dana cairan dari pihak penyedia dana seperti Bank, sedangkan dari pihak petani permasalahan ini dikarenakan keterlambatan petani untuk mengajukan kontrak pada pihak PG. Pesantren

5.1.2 Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR)

Asosiasi petani tebu rakyat (APTR) merupakan wadah untuk memperjuangkan nasib petani tebu dan harga gula di pasaran umum. Saat ini, PG. Pesantren Baru telah berkerja sama dengan empat APTR diantaranya :

(47)

4) Asosiasi Tani Nusantra (ASTANU)

Gambar 5.2 Koperasi dan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Mitra Sejahtera Petani atau KK berhak untuk memilih APTR yang dikehendaki untuk melelangkan DO 90% dalam bentuk gula untuk dijadikan dalam bentuk uang. DO yang dimaksudkan adalah banyaknya gula yang dimiliki petani yang terbagi menjadi 10% diberikan langsung kepada petani dalam bentuk natura dan 90% dilelangkan oleh APTR. DPC APTRI Mitra Sejahtera saat ini menjadi satu-satunya APTR yang resmi dan memilki jaringan yang kuat ditingkat Dewan Pimpinan Nasional (DPN) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan memilki anggota KK terbesar,

Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan dari tugas APTR, adalah sebagai berikut :

1) Memperjuangkan harga gula

2) Membantu petani untuk menjualkan / melelangkan gula sesuai dengan hasil lelang atas kesepakatan bersama

3) Mengadopsi permasalahan di tingkat petani dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah petani

5.1.3 Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR)

Kopersai Petani Tebu Rakyat (KPTR) merupakan perantra yang befungsi penyalur dana bantuan baik dalam bentuk biaya garap maupun pupuk untuk membantu berjalannya kegitan pembudidayaan tebu petani dengan menggunakan sistem kredit. KPTR ini diakui oleh petani sangat membantu dalam proses kegiatan pembudidayaan tebu pada lahan TR. PG. Pesantren baru sendiri telah melakukan kerjasama dengan beberapa KPTR secara resmi, diantaranya:

(48)

2) Usaha Mulya

Penyaluran biaya garap dan pupuk kepada petani tebu akan disesuaikan dalam Plafon Kredit untuk kebutuhan perwilayah dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pengambilan biaya keredit ini akan tercermin dalam Kredit Ketahanan Pangan –Energi (KKP-E). RDKK dibuat untuk masing-masing kelompok tani oleh Asisten Manajer Distrik, PTRI dan petani berdasarkan kebutuhan kelompok tani dengan memperhatikan plafon kredit yang tersedia untuk masing-masing wilayah. Pembuatan RDKK dan Plafon Kredit berdasarkan biaya tenaga kerja, sewa lahan, dan kebutuhan saprodi.

5.1.4 Sumber Dana

Sumber dana merupakan badan atau lembaga khusus yang menyiapkan dana yang diberikan secara kredit kepada badan, lembaga maupun orang yang memilki jaminan atau avails untuk mengembalikan dana yang dipinjamkan dengan ketentuan dan syarat yang berlaku. Kemitraan yang dibangun antara Petani dan PG. Pesantren Baru ini, akan menimbulkan hubungan timbal balik dimana, petani akan membutuhkan PG. Pesantren Baru sebagai avails dalam memperlancar kegiatan pembudidayaan tebu sehingga mendapatkan kualitas dan kuantintas tebu yang lebih baik, sedangkan PG. Pesantren Baru akan mendapakan kualitas dan kuantintas tebu yang baik pada saat proses penggilingan dan menghasilkan gula serta dapat mendorong petani untuk memasok bahan baku tebu di pabrik.

PG. Pesantren Baru saat ini telah melakukan beberapa kerja sama dengan pihak penyedia dana pinjaman diantaranya:

1. Bank

(49)

pihak bank lain, PG. Pesantren baru merupakan mitra tetap yang dipercayakan untuk meminjamkan dana kredit dan masih berkelanjutan hingga saaat ini.

2. Program Kemitraan Binaan Lingkungan (PKBL)

Dana PKBL merupakan dana yang dikeluarkan oleh BUMN seperti Pertamina dengan melakukan perizinan dari kantor direksi PTPN X 3. Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).

Dana PMUK merupakan dana yang bersumber dari Disbun Jawa Timur, dana ini diluncurkan berdasarkan program peerintah untuk mengembangkan produktivitas petani tebu rakyat dengan kategori rawat ratoon (Keprasan) dana bongkar ratoon (Plan Cane).

5.2 Pola Hubungan Kemitraan

Pola hubungan kemitraan di PG. Pesantren Baru secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Pola kemitraan yang diterapkan di PG. Pesantren baru adalah pola kemitraan inti-plasma dimana PG.Pesantren Baru bertindak sebagai avails petani untuk mendapatkan dana kredit dari penyedia dana untuk membantu kegiatan budidaya dan perbaikan kualitas tebu dengan melalui koperasi sebagai media penyalur dana kredit, sehingga PG. Pesantren Baru akan mendapakan kualitas dan kuantintas tebu dari petani TR sesuai standar yang ditetapkan, selain itu pabrik

INVESTOR

Diagram 5.1 Pola Hubungan Kemitraan FTK

PG

SUMBER DANA

KOPERA SI APTR

(50)

gula juga bertindak sebagai perusahaan inti yang memilki tanggung jawab sosial untuk membina dan mengembangkan petani tebu rakyat. Pola hubungan ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai peran masing-masing pihak.

Secara mikro, tujuan yang diharapkan dari adanya kemitraan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta pabrik gula. Melalui pola kemitraan, petani tebu rakyat diharapkan lebih mampu untuk:

1) Membudidayakan tanaman tebu secara benar dan efisien

2) Berorganisasi yang baik sehingga organisasi petani tebu mempunyai program yang terarah guna mencapai tujuan, dan

3) Menjadi salah satu pelaku industri gula yang berwawasan global dan professional.

Pola kemitraan pabrik gula maupun petani memilik peran masing-masing yang keduanya saling menunjang produksi gula. Pabrik gula dan petani sama-sama bertanggung jawab mulai dari penyediaan lahan, pemiliharaan tanaman, proses pengolahan hasil sampai dengan pemasaran hasil gula.

5.2.1 Peran Pabrik Gula Pesantren Baru

a) Mengajukan kredit ke Debitur ( Bank Pelaksana, Disbun, PKBL) dilampiri rekapitulasi RDKK

b) Sebagai avalis kredit (terutama KKP-E)

c) Menerima dan menyalurkan dana Kredit dari debitur kepada Petani d) Melaksanakan pendaftaran dan pengukuran luas lahan tebu Petani serta

melakukan taksasi

e) Memberikan bimbingan teknis budidaya tebu

f) Menggiling , mengolah tebu petani dan memberikan bagi hasil gula dan tetes sesuai ketentuan yang berlaku

g) Memotong pinjaman pokok dan bunga berikut kewajiban lainnya dari Petani dan disetorkan ke pemberi kredit

h) Bertindak sebagai pimpinan Forum Temu Kemitraan (FTK) 5.2.2 Peran Petani

a) Mengajukan permohonan kredit kepada Debitur berdasarkan kuasa dari anggota kelompok

b) Melakukan baku teknis penanaman tebu sesuai rekomendasi pabrik gula c) Mengirim seluruh produksi tebunya kepada pabrik gula pembina

d) Mendapatkan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku 5.2.3 Peran Sumber Dana

(51)

c) Menerima setoran pengembalian kredit dari petani melalui pabrik gula. 5.2.4 Peran Koperasi (KUD, KOPTAN, KPTR)

a) Menyeleksi kelompok tani anggota koperasi sebagai calon peserta kredit b) Menyusun dan menandatangani rekapitulasi RDKK

c) Memberikan kuasa kepada Pabrik Gula untuk : Mengajukan kredit, menerima dan menyalurkan dana Kredit dan memotong pinjaman pokok dan bunga serta kewajiban lainnya dan disetorkan kepada pihak pemberi kredit

d) Bekerjasama dengan distributor pupuk untuk penyaluran natura pupuk kepada Petani

e) Menyalurkan dana tebang angkut (UMTA dan OPTA) f) Membantu pelunasan kredit petani kepada PG/Debitur 5.2.5 Peran Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR)

a) Organisasi petani yang bersifat Non- Profit

b) Sebagai lembaga advokasi petani dalam mengusulkan harga dasar gula, tata niaga gula/tetes, Sistem Bagi Hasil (SBH)

5.3 Prosedur dan Alur Kemitraan

PG. Pesantren baru mempunyai Standar Opersional Pekerjaan mengenai alur dan sistem kemitraan diantaranya sebagai berikut:

1. Pengajuan areal

Pengajuan areal dilakukan antara bulan Maret awal sampai bulan November akhir. Dana bantuan pupuk bersubsidi dari pemerintahan dapat diperoleh oleh petani atau anggota kelompok tani dengan syarat masing-masing petani dalam kelompok tani memilki luas kebun maksimal 2 hektar (Ha) atas nama ketua kelompok tani (KK) dan mendaftrakan KK kepada Asmendis melalui Pembina Tebu Rakyat Intensifikasi (PTRI), sedangkan untuk Petani mandiri dapat mendaftarkan dengan jalur yang sama atas nama petani itu sendiri dengan luasana kebun yang dimiliki.

2. Gambar denah lokasi

(52)

1,066 Ha

0,985 Ha

Desa Burengan

Desa Balong

tepat yang sesuai diajukan oleh petani. Proses penggambaran kebun dilakukan pada bulan Januari awal hingga bulan Januari akhir.

Gambar 5.3 Contoh pengajuan/ gambar denah lokasi

3. Pemeriksaan dan pengesahan dena lokasi

Pengesahan areal dilakukan untuk mendapatkan No. kontrak dimana terdapat proses seleksi oleh bagian QC dan disahkan oleh KK, Kepala desa kebun setempat, PTRI, Asmedis dan juru gambar, sedangkan untuk gambar denah lokasi pada GPS disahkan oleh bagian tanaman yang terdiri dari Manajer Tanaman dan asisten Manajer, bagian QC yang terdiri dari Manajer QC dan Asisten Muda QC, Asisten Manajer Distrik, Asisten Muda, KK, bagia operator yang terdiri dari GPS dan Map

4. Perjanjian kerja sama

Pembuatan surat perjanjian kerja sama anatara pihak I dari petani dengan perwakilan Ketua Kelompok yang bertindak untuk diri sendiri atau selaku ketua kelompok tani tebu rakyat, pihak II dari PG. Pesantren Baru dengan perwakilan dari General Manajer (GM) sebagai avails dan selaku kuasa dari kopersai yang telah memperoleh fasilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan pihak III dari Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dengan perwakilan Ketua KPTR yang bertindak untuk dan atas nama KPTR yang dipercaya, mengenai pembiayaan dan pelaksanaan Tebu Rakyat sesuai dengan musim tanam dan No. kontrak yang berlaku. Perjanjian kerja sama ini memuat kesepakatan bersama mengenai pasal-pasal hak dan kewajiban yang terlampir dan disahkan oleh Ketua Koperasi, GM, KK, dan disetujui oleh Suami/Isteri KK dan pemilik Jaminan, berikut beberapa hal yang dilampirkan dalam perjanjian kerja sama:

(53)

oleh Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa dan mengetahui Ketua Koperasi serta disetujui oleh suami/isteri KK.

2) Pengajuan/gambar denah lokasi

3) Daftar Nominatif Kelompok Tani yang berisikan nama, luas (Ha), Persil No., kelas tanah, dan tanda tangan dari masing-masing anggota klompok tani tebu rakyat yang kemudian membuat kesepakatan bahwa KK sebagai perwakilan untuk

a) Menandatangani perjanjian dan kasbon atas nama kelompok kepada PG atau pihak pemberi kredit

b) Menerima dan membagikan kepada anggota kelompok semua saran produksi dan biaya garap menurut bagian masing-masing c) Mencatat pinjaman dan hasil tebu serta membagi SHU sesuai

perolehan masing-masing

Kesepakatan pembentukan kelompok tani ini secara Koperatif/ Kolektif. Selanjutnya, disahkan oleh Asisten Manajemen Distrik, KPTR yang dipercaya dan Ketua Kelompok.

4) Surat kuasa, yang diberikan oleh anggota kelompok tani atas nama ketua kelompok kepada Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) yang dikehendaki untuk pengurusan kelancaran pemasaran gula dan tetes, yang kemudian disahkan oleh yang menerima kuasa dan yang memberi kuasa.

5) Agunan merupakan jaminan apabila sewaktu-waktu terdapat kecurangan atau pelanggaran oleh petani terhadap perjanjian yang disepakati. Agunan ini dapat berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), sertifikat tanah maupun sertifikat rumah.

Berdasarkan kegiatan persiapan musim giling, PG. Pesantren Baru membuat kalender/agenda kerja untuk diterapkan semua wilayah TR dan TS.

(54)

Sumber data primer: agenda kerja PG. Pesantren Baru 2014/2015

Agenda kerja di atas menunjukan waktu da jenis kegiatan yang harus dilakukan baik dari pihak Pabrik maupun dari petani. Persiapan Kebun Bibit Nenek (KBN) dan Kebun Bibit Induk (KBI) dipersiapkan oleh pihak pabrik untuk menjaga kemurnian tebu dan memepersiapkan Kebun Bibit Datar (KBD), dari persiapan bibitan tebu ini, petani memebeli bibit KBD untuk ditanam dan mempersiapkan Tebu Giling (TG). Kantor wilayah yang berperan sebagai kantor pelayanan tebu rakyat akan mempersiapak RDKK pada bulan Januari awal hingga Februari akhir.Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengajuan areal oleh pihak petani tebu rakyat kepada pihak pabrik. Kegiatan agenda kerja ini kan terus dilakukan hingga proses giling dari bulan mei awal hingga November awal.

5.4 Proses Pengajuan Pencairan Kredit Tebu Rakyat

Gambar

Gambar 4.1. Pabrik Gula Pesantren Baru
Gambar 4.2 Letak Pabrik Gula Pesantren Baru
Gambar 4.3 Penataran Djengkol
Gambar 4.4  Hamparan Area Wilayah HGU Penataran Djengkol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan prosedur pelaksanaan kemitraan antara Pabrik Gula Candi Baru dengan petani tebu mitra, mengetahui kendala-kendala dalam

Analisis Nilai Tambah dan Desain Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Tebu (Kasus di Pabrik Gula Mojo Kabupaten Sragen). Dibawah bimbingan

Dalam kegiatan produksi gula tebu, permasalahan yang sering dihadapi adalah jumlah kapasitas giling pabrik yang sangat terbatas menyebabkan perlu dilakukannya

Dalam kegiatan produksi gula tebu, permasalahan yang sering dihadapi adalah jumlah kapasitas giling pabrik yang sangat terbatas menyebabkan perlu dilakukannya

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Rute Transportasi Menggunakan Metode Saving Matrix Pada Bahan Baku Tebu Residual di Pabrik Gula Wilayah Cirebon.. Telah berhasil

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan prosedur pelaksanaan kemitraan antara Pabrik Gula Candi Baru dengan petani tebu mitra, mengetahui kendala-kendala dalam

dengan baik skripsi dengan judul “TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI (TRI) DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN 1975-1997 (KAJIAN SOSIAL DAN EKONOMI)” Serta tidak

Ketentuan bagi hasil yang didapat antara petani tebu rakyat kredit (TRK) dan petani tebu rakyat mandiri (TRM) adalah sama. Mekanisme bagi hasil ini didasarkan