• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 14 MEDAN

Ruth Sefriana Silitonga1, Jek Amidos Pardede2 Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia

ABSTRAK

Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan emosional remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif corelasi dengan menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Hubungan pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (perkembangan emosional). Populasi dari penelitian ini berjumlah 296 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua adalah otoriter (63,3%) dan mayoritas perkembangan emosional remaja adalah baik (61,7%), dan dari hasil uji chi-square didapatkan p. vallue = 0,02. Hal ini berarti pola asuh orang tua berhubungan dengan perkembangan emosional remaja. Penelitian ini menyarankan agar orang tua harus mampu menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang baik agar perkembangan emosional remaja semakin baik.

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

A. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar umur tiga belas tahun sampai umur delapan belas tahun, yaitu masa anak duduk dibangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Remaja memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir (Asrori, 2011).

B. Pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dengan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang di terapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk

kepada pendidikan umum yang diterapkan (Edwards, 2006).

C. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah (2010) tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Emosional Anak pada usia Prasekolah ditemukan jumlah pola asuh demokratis sebanyak 51%. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan demokratis akan mengembangkan rasa percaya diri, kontrol emosi diri yang baik, selalu ingin tahu, menggali hal-hal yang dapat memperluas wawasan dan kematangan pribadinya. Anak mampu menemukan arah dan tujuan dari tugas tugas perkembangannya. Anak mengembangkan sikap bertanggung jawab dan percaya terhadap kemampuan diri sendiri (Mardatillah, 2014).

(3)

memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dipenuhi ketakutan berbuat salah, dan cenderung sulit mempercayai orang disekitarnya (Mardatillah, 2014).

E. Berdasarkan hasil penelitian Fadhilah (2010) tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Emosional Anak pada usia Prasekolah Sedangkan 20,8% orang tua didapatkan dengan penerapan pola asuh permisif. ditemukan jumlah pola asuh permisif sebanyak 19,6%. Pola asuh permisif ditandai dengan sikap penerimaan tinggi, namun kontrol terhadap anak rendah. Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja, orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan (Mardatillah, 2014).

F. Orang tua harus dapat memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat menerima pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik sehingga dapat memotivasi belajarnya. Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam membimbing anaknya. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga

memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 2013).

G. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktafiany et al. Dengan judul Pola Asuh Orang tua dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta, jumlah populasi kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta sebanyak 98 siswa. Adapun sampel/responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 responden yang diambil masing-masing 20% dari 3 kelas VIII yang ada di SMP Dipoengoro 1 Jakarta.

H. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pola Asuh Orang tua dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta. Apabila pola asuh orang tua baik, atau tinggi maka semakin baik pula dan meningkat pula kecerdasan emosional siswa. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, maka pola asuh yang sebaiknya diterapkan oleh orangtua yaitu pola asuh demokratis karena pola asuh demokratis menyesuaikan dengan perkembangan anak sehingga hal tersebut mengacu pada kecerdasan emosional anak.

(4)

keadaan kompleks yang mengandung komponen, kejiwaan badan dan prilaku yang berkaitan dengan affect dan

mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang lain. Affect

dapat bervariasi sebagai respons terhadap perubahan emosi, sedangkan

mood adalah suatu perasaan yang meluas, meresap dan terus–menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.

J. Berdasarkan hasil survei awal yang di peroleh dari BP, siswa/siswi kelas XI yang berjumlah 296 IPA dan IPS di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan, didapatkan beberapa siswa yang tercatat berkelakuan tidak baik seperti sering berkelahi, marah yang disebabkan oleh teman sebaya yang sering mengganggunya mengatakan bahwa orang tuanya selalu memaksakan kehendaknya dalam semua tindakan dan tidak pernah memberi kebebasan mengambil keputusan sendiri, ada juga siswa yang sering bolos atau pun tidak mengikuti disiplin sekolah mengatakan orang tuanya tidak pernah memberi dukungan atau bimbingan karena sibuk bekerja dan sering berkelahi mengenai masalah keluarga, ada juga beberapa siswa yang berprestasi mengatakan

bahwa orang tuanya selalu mendukung, membimbing serta memberi semangat kepada anaknya dan selalu memberi kebebasan dalam berpendapat. Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Perkembangan Emosional Remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah

K. Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosional Remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015” ?

L. 1.3 Tujuan Penelitian M. Tujuan Umum

N. Mengetahui “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosional Remaja” di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015.

O. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola asuh orang tua remaja di SMA Negeri 14 Medan Tahun 2015.

b. Mengetahui perkembangan emosional remaja di SMA Negeri 14 Medan Tahun 2015. P.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Orang Tua

R. Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua terhadap perkembangan atau hubungan antara orang tua dan remaja, sehingga dapat meningkatkan pola asuh orang tua bagi remaja yang lebih baik.

2. Bagi Remaja SMA

S. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi remaja SMA sehingga perkembangan emosional remaja SMA tidak mengalami penyimpangan dari perkembangan remaja yang seharusnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi remaja SMA dalam menghadapi berbagai masalah pada tahap perkembangan remaja SMA

3. Bagi Instansi Pendidikan

T. Dapat menjadi sumber informasi dalam rangka menyusun rencana strategis dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan baik secara formal maupun informal. Serta dapat meningkatkan hubungan antara orang tua, siswa maupun pihak instansi pendidikan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

U. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

data tambahan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosional Remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015”. V.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua

W. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus bahasa Indonesia, “pola” berarti model, sistem, cara kerja, dan bentuk yang tepat. Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) atau membimbing. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002).

X.

(6)

Y. Pola asuhan orang tua menurut Stewart dan Koch (2007, dalam Aisyah 2010) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif.

a. Pola Asuh Otoriter

Z. Dalam pola asuh ini orang tua menerapkan seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat dan sepihak, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa, menghendaki ketaatan mutlak. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditujukan pada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti orang tua tanpa banyak alasan anak harus tunduk dan patuh terhadap kemauan orang tua. Apapun yang dialakukan oleh anak ditentukan oleh orang tua.

b. Pola Asuh Demokratis

AA. Menurut Syamsul (2005) pola asuh demokratis adalah sikap orang tua dengan kontrolnya mengikat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anaknya untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk. Hanna Wijaya

(2007, dalam Aisyah, 2010) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. c. Pola Asuh Permisif

BB. Menurut Syamsul (2005) pola asuh orang tua dengan permisif merupakan sikap orang tua meningkat namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan dorongan keinginannya. Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali dan kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya.

2.3 Konsep Perkembangan Emosional Remaja

(7)

bersifat kualitatif mengenai fungsi-fungsi fisik maupun mental yang terjadi terus-menerus ke arah yang lebih sempurna sampai akhir hayat sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Sumanto, 2014).

DD. Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Asrori, 2011).

EE.Emosi merupakan suatu kompleksi suasana yang mempengaruhi perasaan /pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis dan muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku. Mekanisme terjadinya emosi didahului dengan suatu kejadian

(situasi) yang mengaktifkan sistem saraf yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan fisiologis di luar kesadaran (misalnya terjadi perubahan ekspresi wajah, percepatan denyut jantung, keluarnya keringat, dan sebagainya) yang akhirnya membuat seseorang mengalami kenyamanan atau ketidaknyamanan sesuai impuls yang diterimanya. Perkembangan emosi meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi berkembang sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Anak mendapatkan curahan kasih sayang juga akan belajar untuk menyayangi (Sumanto, 2014). FF.

GG. HH. II.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

JJ. Desain penelitian ini adalah rancangan Deskriptif Corelasi dengan menggunakan

Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Hubungan pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (perkembangan emosional). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

KK. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa/i kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan yang berjumlah 296 orang, dan jumlah sampel sebanyak 60 orang yang di ambil dengan teknik random sampling.

(8)

LL. Tabel 3.1

MM. Definisi Operasional Penelitian

NN.Variabel OO. Defenisi

PP. Operasional QQ.RR.UkurAlat SS. HasilTT. Ukur UU.Skala Uku

XX.Suatu bentuk pola yang digunakan orang tua agar patuh dan tunduk terhadap perintah dan aturan yang di buat oleh orang tua terhadap remaja baik secara demokratis, otoriter, permisif.

YY. Kuisioner1. 1. Demokratis : (56-72)

III. Perkembangan emosional remaja yang bersifat positif dan negatif, yang diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal khususnya faktor pola asuh orang tua dari remaja.

JJJ. Kuisioner 1.Sangat Baik :

KKK.(39-48) a. Pola Asuh Orang Tua

5. Pola asuh orang tua diukur dengan menggunakan kuisioner sebanyak 18 pernyataan, dengan menggunakan

skala likert kategori pilihan jawaban Selalu (S), Sering (SR), Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP). Untuk jawaban pertanyaan tersebut, maka dibentuk skor pilihan jawaban Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang (2) dan Tidak Pernah (1). Jumlah skor tertinggi adalah 72 dan jumlah skor terendah adalah 18. Selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan rumus statistik Sudjana (2005) :

6. P= R 14. P = Panjang kelas

15. R = Rentang (skor tertinggi – skor terendah)

16. BK = Banyak kelas yang dikategorikan 17. Maka Kategorinya :

18. 1. Demokratis : (56-72) 19. 2. Otoriter : (37-55)

20. 3. Permisif : (18-36) b. Perkembangan Emosional

Remaja

(9)

adalah 48 dan jumlah skor terendah adalah 12. Adapun bentuk pertanyaan dalam kuisioner ini adalah pertanyaan yang positif (+), untuk mengkatagorikan digunakan rumus Sudjana (2005) yaitu :

22. P= R 23. BK

24. P = Skor Tertinggi-Skor Terendah

25. Kelas Atau Kode 26. P = 48-12

27. 4 28. P = 36 29. 4 30. = 9 31. Keterangan :

32. P = Panjang Kelas

33. R = Skor Tertinggi – Skor Terendah 34. BK = Banyak kelas yang dikategorikan

35. Maka Kategorinya : 36. Sangat Baik : 39-48 37. Baik : 30-38 38. Kurang : 21-29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

39. Responden mayoritas perempuan sebanyak 39 orang (65%) dan laki-laki sebanyak 21 orang (35%).

1.2 Analisa Univariat

1. Pola Asuh Orang Tua

40. Mayoritas responden memiliki pola asuh orang tua yang otoriter yaitu sebanyak 38 orang (63,3%).

2. Perkembangan Emosional Remaja

41. Mayoritas responden memiliki perkembangan emosional yang baik yaitu sebanyak 37 orang (61,7%). 1.3 Analisa Bivariat

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Perkembangan

Emosional Remaja.

42. Berdasarkan tabel, pola asuh demokratis mayoritas memiliki perkembangan emosional sangat baik dengan jumlah 11 orang (18,3%), kemudian pola asuh otoriter mayoritas memiliki perkembangan emosional yang baik dengan jumlah 27 orang (45%), dan pola asuh permisif mayoritas memiliki perkembangan emosional yang baik yaitu 1 orang (1,7%).

43.

1.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Pola Asuh Orang Tua di SMA Negeri 14 Medan Tahun 2015 44.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang (63,3%) sampel memiliki pola asuh orang tua yang otoriter, kemudian sebanyak 21 orang (35%) sampel memiliki pola asuh orang tua yang demokratis, dan 1 orang (1,7%) sampel mempunyai pola asuh orang tua yang permisif.

45.

46.

(10)

orang tua yang otoriter. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden tentang bagaimana pola asuh orang tua mereka dalam kehidupan sehari-hari yaitu orang tua yang mengontrol semua tindakan yang sampel lakukan, dan ada juga jawaban dari responden yang menyatakan bahwa orang tua juga memaksa responden untuk menjadi patuh dengan aturan yang berlaku dan memberi hukuman jika melakukan kesalahan.

47.

48. Menurut Stewart dan Koch (1983), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi hukuman

terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.

49.

(11)

pengasuhan kepada anaknya secara situasional.

51.

52.

Kesimpulannya, sesuai dengan hasil penelitian dimana didapatkan mayoritas responden memilih pola asuh orang tua yang otoriter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merasa orang tua mereka mendidik dengan cara mengontrol semua tindakan yang dilakukan, mengikuti aturan yang berlaku di rumah, dan menghukum responden jika melakukan kesalahan.

53. 54. 55.

b. Perkembangan Emosional Remaja di SMA Negeri 14 Medan Tahun 2015

56. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37 orang (61,7%), responden memiliki perkembangan emosional yang baik, kemudian sebanyak 16 orang (26,7%) responden memilki perkembangan emosional yang sangat baik, sebanyak 7 orang (11,7%) responden memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.

57.

58. Mayoritas perkembangan emosional remaja di SMA Negeri 14 Medan adalah baik. Hal ini dapat disimpulkan dari kuisioner yang diisi oleh responden. Sebanyak 37 orang dari 60 responden memiliki perkembangan emosional yang baik. Namun ada yang responden yang memiliki perkembangan emosional yang sangat baik atau bahkan kurang baik.

59. Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan menunjuk pada suatu proses perubahan yang bersifat kualitatif mengenai fungsi-fungsi fisik maupun mental yang terjadi terus-menerus ke arah yang lebih sempurna sampai akhir hayat sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Sumanto, 2014). 60.

(12)

populer yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dapat dilatih pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, sikap saling menghargai, disiplin, dan penuh semangat tidak mudah putus asa, semua ini memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya (Sri Widayati, 2008).

62.

63. Kesimpulannya, sesuai dengan hasil penelitian dimana didapatkan mayoritas responden memiliki perkembangan emosional yang baik. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua yang otoriter, dimana orang tua mendidik anak dengan mengontrol setiap tindakan anak dan memberikan sanksi jika anak melakukan kesalahan. Dengan pola asuh yang demikian maka perkembangan emosional anak dapat berkembang dengan baik, anak tidak manja, dan juga tidak

minder, bahkan cenderung lebih mandiri dan percaya diri.

c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Perkembangan

Emosional Remaja di SMA Negeri 14 Medan Tahun 2014 64.

65.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel sebanyak 38 orang (63%) memilki pola asuh otoriter, 5 orang (8,3%) diantaranya memiliki perkembangan emosional yang sangat baik, 27 orang (45%) memiliki perkembangan emosional yang baik dan 6 orang (10%) memiliki perkembangan emosional yang kurang baik.

66.

67.

(13)

Kemudian dari 60 responden hanya 1 orang yang memiliki pola asuh orang tua yang permisif dan memiliki perkembangan emosional yang baik.

68.

69.

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan emosional remaja dengan (p = 0,02 ; p < 0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin bagus pola asuh orang tua maka semakin baik juga perkembangan emosional remaja. 70.

71.

Hasil penelitian yang dilakukan Fadhilah Ika (2010) tentang Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional pada usia prasekolah ditemukan bahwa anak yang mempunyai kecerdasan tinggi sebanyak 52,9%. Menurut Grahacendikia (2009), Tingkat EQ yang dimiliki anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama oleh keluarga, yaitu peran dan keterlibatan orang tua yang tercermin di dalam pelaksanaan pola asuh. Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan

lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan kematangan emosi anak-anaknya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengan kecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. 72.

(14)

emosi-sosial yang menentukan keberhasilan anak.

74.

75. Kesimpulannya, setiap anak memiliki orang tua dengan pola asuh yang berbeda-beda, karena orang tua terlalu sibuk bekerja serta lingkungan tempat tinggal juga tidak mendukung penerapan pola asuh terhadap perkembangan sosial-emosi anak.

1.5 Kelemahan Penelitian

76.Adapun kelemahan dalam penelitian ini antara lain :

a. Penelitian ini hanya pada siswa/i kelas XI, tidak secara menyeluruh dan teknik sampling yang digunakan peneliti adalah secara acak, setiap kelasnya di ambil 7 atau 8 orang siswa/i.

b. Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini sangat singkat. 77.

78. 79. 80. 81.

2. KESIMPULAN DAN SARAN 2.1 Kesimpulan

82. Berdasarkan penelitian mengenai “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosional Remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan Tahun 2015” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas responden (38 orang : 63,3%) mempunyai pola asuh orang tua yang otoriter.

2. Mayoritas responden (37 orang : 61,7%) mempunyai perkembangan emosional yang baik.

3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh

orang tua dengan

perkembangan emosional siswa SMA Negeri 14 Medan (p = 0,02 ; p < 0,05).

2.2 Saran

1. Bagi Remaja SMA Negeri 14 83.

Peneliti mengharapkan siswa/i SMA Negeri 14 mampu membuka diri kepada orang tua dan mau mendengarkan nasehat orang tua 2. Kepada Orang Tua

84. Diharapkan kepada orang tua untuk memberikan pola asuhan yang lebih baik lagi dan mau terbuka kepada anak 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

85.Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional remaja dan juga untuk melakukan observasi lanjut setelah diberikan kuisioner.

86.

87. DAFTAR PUSTAKA 88. Aisyah, St. (2010). Pengaruh Pola

(15)

Agresivitass Anak. Universitas Negeri Makasar: Jurnal.

89.

90. Ali & Asrori. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Edisi 7. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

91.

92. Amidos, J. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Kelana Kusuma Dharma

93.

94. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 15. Jakarta: PT. Sulit Diatur: Panduan Orang Tua Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT. Mirzan Utama.

99.

100. Gunarsa & Singgih. (2002).

Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

101. Sosial II: Kenakalan Remaja. Edisi 11. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

107.

108. Mardatillah, A. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak

Prasekolah (3-6 Tahun) Di Tk Budi Utama Jorong Seberang Parit Koto Tangah Batu Hampa Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014. Jurnal. FK-UMSB.

109.

110. Naibaho, F. (2012). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Kesehatan Remaja pada Keluarga Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jurnal. Repository USU.

111.

112. Notoatmdjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

113.

114. Oktafiany, et al. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Siswa di SMP Diponegoro 1 Jakarta.

Universitas Negeri Jakarta Online: Jurnal PPKN.

115.

116. Santrock. (2007). Remaja. Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga 117.

118. Septriati. (2012). Pola Asuh Orang Tua . Edisi Pertama. Jakarta: PT. Angkasa .

119.

120. Sudjana. (2005). Metode Statistika.

Bandung: Tarsito. 121.

122. Suharsono, J.T. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemampuan Sosialisai pada anak pra sekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan. Sodirman. Vol.4 No. 3.

123.

(16)

Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service.

125.

126. Syamsul. (2005). Psikologi Remaja dan Kebutuhan Emosional Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

127.

128. Yusuf, A. H. (2013). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5 Tahun dalam Perawatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan judul “ Uji Performansi Teknologi Worldwide Interoperability For Microwave Access (Wimax) Studi Kasus

The professional development program must accommodate the needs of two parties (institution and teachers). It is also important to have a good assessment before making

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh : (1) kualitas produk dan (2) efek komunitas terhadap sikap atas merek pelanggan terhadap keramik

Berdasarkan data hasil observasi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan membaca permulaan kelompok anak TK Pertiwi V Grabag,

hal ini dibuktikan secara statisik dari analisis korelasi chi-square, hasil uji analisis diperoleh nilai p = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan

[r]

Kewarganegaraan, diketahui bahwa di sekolah ini telah menerapkan praktik belajar Kewarganegaraan dalam pembelajaran PKn melalui model pembelajaran praktik belajar

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan